Oleh :
Siti Aisah
NIM. 14901.07.20039
Dari bagan di atas tampak bahwa pada kondisi hipoglikemia lebih banyak
menyebabkan gangguan irama jantung terutama di malam hari dibandingkan
hiperglikemia. Dapat diketahui bahwa gangguan irama jantung atau aritmia ini dapat
memicu terjadinya sudden cardiac death (Silbert, et al., 2018).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk diagnosis hipoglikemia, diperlukan ditemukannya trias Whipple yaitu sebagai
berikut (Perkeni, 2015) :
a. Gejala atau manifestasi klinis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan jasmani
b. Kadar glukosa darah yang rendah pada saat bersamaan
c. Keadaan klinis membaik segera setelah diberikan pengobatan dengan pemberian
glukosa.
Pada pasien dengan sakit atau kondisi kritis, pastikan tidak terjadi berulangnya
hipoglikemia. Kemudian evaluasi dengan melihat kadar BUN, kreatinin, fungsi hati,
fungsi tiroid, kadar prealbumin, dan jika terdapat indikasi, rasio UGF-I/IGF-II (Silbert, et
al., 2018).
Jika penderita masih dalam kondisi sehat, lakukan monitoring kadar glukosa darah
puasa 72 jam, stop apabila ada gejala neurologis. Saat terjadi hipoglikemia, cek kadar
insulin, peptida C (meningkat pada insulinoma dan akibat sulfonilurea, menurun pada
insulin eksogen), β-OH-butirat, dan kadar sulfonilurea (Silbert, et al., 2018).
Untuk sampel yang diperiksa, tidak ada perbedaan antara sampel plasma dengan
serum darah. Namun, darah arteri akan memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi
sekitar 10% dari darah vena terutama apabila mengukur kadar glukosa darah posprandial.
Adapun sampel darah kapiler berada di antara kadar glukosa darah arteri dan vena.
Apabila sampel berasal dari whole blood, maka akan memberikan kadar 10-15% lebih
tinggi dari darah kapiler (Silbert, et al., 2018).
Kadar hematokrit tinggi seperti pada polisitemia juga dapat memberikan kadar
glukosa darah yang lebih rendah. Seperti kita ketahui bahwa eritrosit menggunakan
glukosa sebagai sumber energi. Begitu juga sampel darah yang terlambat diperiksakan
juga memberikan hasil pengukuran kadar glukosa yang lebih rendah (Silbert, et al.,
2018).
9. PENATALAKSANAAN
Berikut penatalaksanaan hipoglikemia (Perkeni, 2015) :
a. Secara Farmakologi
1) Hipoglikemia Ringan
a) Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa(karbohidrat sederhana)
b) Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain
yang berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
c) Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikkan
glukosa darah.
d) Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah
terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar.
e) Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15
menit pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit
setelah pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang
kembali.
f) Jika hasil pemeriksaan glukosadarah kadarnyasudahmencapainormal, pasien
diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia.
2) Hipoglikemia Berat
a) Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian dekstrose 20% sebanyak 50cc (bila terpaksa bisa diberikan
dextore 40% sebanyak 25 cc), diikuti dengan infus D5% atau D10%.
b) Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v tersebut. Bila kadar
glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang pemberian
dextrose 20%.
c) Selanjutnya lakukan monitoring glukosadarah setiap 1-2 jam kalau masih
terjadi hipoglikemia berulang pemberian Dekstrose 20% dapat diulang
d) Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia
b. Secara Non-Farmakologi
1) Lakukan edukasi tentang tanda dan gejalahipoglikemi, penanganan sementara,
dan hal lain harus dilakukan
2) Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya
bagi pengguna insulin atau obat oral golongan insulin sekretagog.
3) Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang dikonsumsi, tentang:
dosis, waktu megkonsumsi, efek samping
4) Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan kejadian hipoglikemi
perlu melalukan:
a) Evaluasi secara menyeluruh tentang status kesehatan pasien
b) Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan biladiperlukan melalukan
program ulang dengan memperhatikan berbagai aspek seperti: jadwal
makan, kegiatan oleh raga, atau adanya penyakit penyerta yang memerlukan
obat lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah
c) Bila diperlukan mengganti obat-obatanyang lebih kecil kemungkinan
menimbulkan hipoglikemi.
10. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas
Identitas pada DM beresiko tinggi terjadi pada umur > 45 tahun, dan
jenis kelamin perempuan, untuk pekerjaan bisa terjadi pada pekerjaan
apapun, akan tetapi lebih beresiko pada orang yang bermalas masalan
dalam melakukan aktifitas. Pada pendidikan rendah juga bisa terjadi
diabetes mellitus dikarenakan kurangnya pengetahuan akan informasi
tentang pola hidup sehat (Fuadi, 2018).
b. Keluhan utama
Keluhan yang di alami oleh klien seperti gejala saraf pusat berupa nyeri
kepala, penglihatan berkunang-kungan, kelemahan, kejang, dan sampai
penurunan kesadaran. Adapun gejala otonom berupa berkeringat, berdebar-
debar, dan tremor (efek adrenergik.. Sering menjadi alasan klien meminta
bantuan kesehatan adalah dengan alasan pusing (Silbert, et al., 2018)
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Jenis gangguan kesehatan yang dialami sebelumnya yaitu
diabetes mellitus.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Riwayat kesehatan yang dialami klien pada saat sudah dilakukan
pemeriksaan oleh tim medis seperti perkembangan peningkatan glukosa
darah.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Biasanya riwayat penyakit yang pernah dialami oleh orang tua
seperti ibu pasien mengalami penyakit diabetes militus.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: lemah, lelah, atau tegang
b. Tingkat kesadaran : penurunan kesadaran, stupor.
c. Berat badan : Biasanya berat badan klien menurun atau meningkat
d. Tanda-Tanda vital
o Tekanan darah : hipotensi
o Suhu : dibawah normal
o Pernafasan : Biasanya mengalami takipnea
o Nadi : Biasanya tekanan nadi meningkat
e. Kepala: Mengamati bentuk kepala, adanya kelainan, hematom/oedema
Palpasi daerah kepala, ubun-ubun besar, cekung atau cembung
f. Rambut: Pada klien biasanya rambutnya hitam serta kulit kepala bersih, dan
tidak rontok
g. Wajah: dilihat kesimetrisan wajah
h. Mata : tampak adanya mata cowong dan renopati, kekaburan pandangan,
konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan adanya refleksi
pada cahaya
i. Hidung: inspeksi terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lender atau ada tidak
j. Mulut: inspeksi bibir berwarna pucat atau merah ada lender atau tidak serta
dilihat mukosa kering atau tidak
k. Leher: inspeksi kebersihannya dan adanya tanda-tanda kebesaran kelenjar
tiroid atau tidak,palpasi adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
l. Dada/Thorak
o Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan,terdapat nyeri tekan
,frekuensi lebih dari 60 kali/permenit
o Palpasi : rasakan getaran vocal fremitus,apakah ada masa atau tidak
o Perkusi : terdapat bunyi sonor
o Auskultasi : tidak terdapat bunyi wheezing ,ronchi dll
m. Jantung
o Inspeksi : amati dan catat bentuk precordial jantung normalnya datar
dan simetris pada kedua sisi
o Palpasi : rasakan irama dan frekuensi jantung
o Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi
o auskultasi : normalnya s1 dan s2 tunggal
n. Perut/Abdomen
o Inspeksi : warna,bentuk dan ukuran perut buncit atau cekung, keras
o Auskultasi : dengarkan suara bising usus timbul 1-2 jam setelah masa
kelahiran bayi
o Palpasi : rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati dan masa
atau tidak
o Perkusi : untuk menentukan suara timpani
o.Genetalia
Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik.
o. Sistem integrumen
Inspeksi warna kulit tubuh dan biasanya turgor kulit kering, tampa ada
atropi otot, tornus otot menurun.
p. Ekstermitas
Biasanya kekuatan otot lemah.
3. Pola fungsi kesehatan
1. Pola Oksigenasi
Gejala merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat.
1. Asupan gizi
2. Asupan makanan
3. Asupan cairan
4. Energi
5. Kasio berat badan/tinggi badan
6. Hidrasi
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
3. SIKI :
a) Manajemen nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan
(misalnya, bersih, berventilasi , santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
3) Anjurkan pasien terkaitdengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
pekembangan atau usia (misalnya, peningkatan kalsium, protein, cairan,
dan kalori untuk wanita menyusui, peningkatan asupan serat untuk
mencegah konstipasi pada orang dewasa yang lebih tua)
b) Manajemen berat badan
1) Diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara asupan makanan,
olahraga, peningkatan berat badan, danpenurunan berat badan
2) Bantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang dan konsisten
dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya
3) Hitung berat badan ideal pasien
c) Pemberian makan
1) Tanyakan pasien apa makanan yang disukai untuk di pesan
2) Dorang orangtua/keluarga untuk menyuapi pasien
3) Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
4) Berikan air minum pada saat makan , jika diperlukan
2. Kekurangan Volume Cairan
a. Batasan karakteristik
1. Haus
2. Kelemahan
3. Kulit kering
4. Penurunan haluaran urine
b. SLKI
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Turgor kulit
2. Membrane mukosa lemah
3. Intake cairan
4. Output urin
5. Serum sodium
6. Perfusi jaringan
7. Fungsi kognisi
Keterangan :
1) Sangat terganggu
2) Banyak terganggu
3) Cukup terganggu
4) Sedikit terganggu
5) Tidak terganggu
c. SIKI
a. Monitor cairan
Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi
Berikan cairan dengan tepat
Monitor membrane mukosa, turgo kulit, danrespon haus
b. Manegamen cairan
Hitung atau timbang popok dengan baik
Monitor status hidrasi (mialnya; membrane, mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah orstastik)
Batasain asupan air pada kondisi pengeceran hiponatrenia dengan
eru Na di bawah 130 Mlq/liter
c. Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan
tepat
Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan
Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk,dan berdiri
sebelum dan sesudah perubahan posisi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
1. Factor Resiko :
a. Embolisme
b. Hipertensi
c. Koagulopati (missal, anemia sel sabit)
2. SLKI :
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Sakit kepala
2. Bruit karotis
3. Kegelisahan
4. Kelesuan
5. Kecemasan yang tidak dijelaskan
6. Agitasi
7. Muntah
8. Cegukan
9. Keadaan pinsan
10. Demam
11. Kognisi terganggu
12. Penurunan tingkat kesadaran
13. Reflek saran terganggu
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
3. SIKI
a Manajemen edema serebral
1) Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing,
pingsan
2) Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan periode istirahat
3) Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih
b Pencegahan emboli
1) Ganti posisi pasien 2 jam, dorang mobilisasi dini atau ambulasi sesuai
toleransi
2) Instruksikan pasien untuk menghindari kegiatan yang menghasilkan
valsava manuver (misalnya, mengejan saat buang air besar )
3) Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki dan menghindari duduk
untuk waktu yang lama dengan kaki tergantung
c Monitor Tekanan Intra Kranial (TIK)
1) Monitor tekanan aliran darah otak
2) Letakkkan kepala dan leher pasien dalam posisi netral, hindari fleksi
pinggang yang berlebihan
3) Berikan ruang untuk perawat agar meminimalkan elevasi TIK
1. Hipotermia
2. Mengigil
3. Demam
4. Malaise
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. SIKI
a. Menejemen nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien)untuk
memenuhi kebutuhan gizI
2) Monitor kalori dan asupun makanan
3) Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan
b. Monitor nutrisi
1) Monitor adanya mual muntah
2) Monitor diet dan asupan kalori
3) Monitor adanya (warna) pucat, kemerahan dan jaringan
konjungtiva yang kering
c. Terapi nutrisi
1) Lengkapi pengkajian nutrisi,sesuai kebutuhan
2) Motivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
kalsium,sesuai kebutuhan
3) Bantu pasien untuk memilih makanan yang lunak,lembut dan tidak
mengandung asam sesuai kebutuhan.
7. Resiko Cedera
1) Batasan karakteristik :
a) gangguan fungsi kognitf
b) hambatan fisik (missal, desain, struktur, pengaturan komunitas,
pembangunan, peralatan)
c) moda transportasi tidak aman
2) SLKI
No Indicator 1 2 3 4 5
1 Jatuh saat berdiri
2 Jatuh saat berjalan
3 Jatuh saat duduk
4 Jatuh dari tempat tidur
5 Jatuh saat dipindahkan
6 Jatuh saat naik tangga
7 Terjun saat turun tangga
8 Jatuh saat ke kamar mandi
9 Jatuh membungkuk
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
3) SIKI
a) Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi resiko jatuh
2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya, lantai licin dan tangga terbuka)
3. Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan dengan ambulasi
b) Manajemen lingkungan : keselamatan
1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan
kenyamanan yang optimal
2. Pertimbangan penempatan pasien di kamar dengan beberapa tempat
tidur (teman sekamar dengan masalah lingkungan yang sama bila
memungkinkan)
3. Cepat bertindak jika terdapat panggilan bel, yang harus selalu dalam
jangkaun
c) Peningkatan latihan
1. Hargai keyakinan individu terkait latihan fisik
2. Gali pengalaman individu sebelumnya mengalami latihan
3. Pertimbangkan motivasi individu untuk memulai atau melanjutkan
program latihan
DAFTAR PUSTAKA