Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN


DENGAN HIPOGLIKEMIA DI RUANG IGD
RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU

Oleh :
VIRDA RAHMADIANI
P071201190

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2021
LEMBAR KONSUL

Nama : Virda Rahmadiani


NIM : P071201190
Prodi : D III Keperawatan
Ruangan : Ruang IGD

Hari/Tanggal Revisi Paraf CI


LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Virda Rahmadiani


NIM : P071201190
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
Dengan Hipoglikemia Di Ruang IGD RSD Idaman Kota Banjarbaru

Banjarbaru, November 2021

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Zainal Arifin, S.Kep. Ners Dr. Agus Rachmadi, A. Kep, S. Pd, M.Si, Med
NIP. 196808101990031004
NIP. 19770107 199703 1 004
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT PADA PASIEN DENGAN HIPOGLIKEMIA
DI RUANG IGD RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU

A. Konsep Dasar Hipoglikemia


1. Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah salah satu kegawatan diabetic yang mengancam,
akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl tanpa gejala klinis
atau kadar glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis. Hipoglikemia
merupakan salah satu faktor penghambat untuk mencapai kendali glikemik
yang optimal pada pasien diabetes (Shufyani dkk, 2017).
Hipoglikemia (shock insulin) merupakan suatu sindrom yang kompleks
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum
glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik sistem
saraf. Kadar glukosa serum 50-55 mg/100 ml (N. 55-115 mg/dl) dan adanya
gambaran klinis sebagai petunjuknya (Waspadji, 2014).

2. Anatomi Fisiologi
a. Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi yaitu fungsi endokrin
dan fungsi eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel
asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui
duktus pankreas ke dalam usus halus (Waspadji, 2014). Pankreas terdiri dari
2 jaringan utama yaitu :
1) Asini mensekresi getah pencernaan ke dalam duodenum
2) Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi,
mensekresikan insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau
langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di
seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3% dari berat total pankreas.
Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta
(Waspadji, 2014)
b. Sel endokrin yang dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu
kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil
sel hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut :
1) Sel alfa : jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi
faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti insulin like
activity.
2) Sel beta : mensekresikan insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar
gula
3) Sel delta : mensekresi somatostatin, hormon yang berfungsi menghalangi
hormon pertumbuhan untuk menghambat sekresi glukagon dan insulin
4) Sel F : mengekskresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan
dan fungsinya tidak jelas
c. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal terdapat
rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke
dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi
glukosa darah.
d. Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin (precursor hormon
insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim
peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk
proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung
(secretory vesicle) dalam sel tersebut. Dengan bantuan enzim peptidase,
proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida C yang keduanya sudah siap
untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
e. Mekanisme secara fisiologis diatas, diperlukan bagi berlangsungnya proses
metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses
utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat,
merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta
untuk memproduksi insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-
obatan, juga dapat memiliki efek yang sama.
f. Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa
memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat
melewati membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose
transporter (GLUT) merupakan senyawa asam amino yang terdapat
dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa.
Proses ini merupakan langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel,
molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis dan
fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang
terbebas tersebut dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan channel
K yang terdapat pada membran sel, yang diikuti kemudian oleh
proses pembukaan channel Ca, yang memungkinkan masuknya ion Ca2+
yang dibutuhkan proses sekresi insulin. (Waspadji, 2014).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012), antara lain :
a. Adrenergik seperti pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, dan mengantuk.
b. Neuroglikopenia seperti bingung, berbicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus berbahaya.

4. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan mengakibatkan
kerusakan otak. Hipoglikemia berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengan sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku pola bicara
abnormal.

5. Etiologi
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh :
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
pasien penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
6. Patofisiologi
Tubuh dalam keadaan normal dapat mempertahankan kadar gula darah
antara 60-120 mg/dl agar dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel.
Pemasukan glukosa dari berbagai sumber seperti : pemasukan makanan,
pemecahan glikogen, glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin.
Pada penderita DM, terjadi defisiensi insulin, sehingga glukosa tidak bisa
dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh darah sehingga
menimbulkan hiperglikemia.
Efek dari penurunan glukosa darah , bisa menimbul hipoglikemia, dengan
gejala yang ringan sampai berat. Gejala hipoglikemia ringan, ketika kadar
glukosa darah menurun, sistem saraf simpatis akan terangsang.
Terjadi pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala yaitu
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, gelisah dan rasa lapar. Pada
hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan daya ingat, patirasa
di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Pada hipoglikemia
berat, fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang diderita, gejalanya yaitu disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran. Terjadi hipoglikemia bila serum
glukosa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Sistem saraf sangat
sensitif terhadap penurunan kadar glukosa serum, karena glukosa merupakan
sumber energi utama. Otak tidak dapat menggunakan sumber energi utama.
Otak tidak dapat menggunakan sumber energi lain kecuali glukosa.
Dalam keadaan normal, penurunan glukosa serum karena aktivitas
hormon insulin secara adekuat, akan merangsang sekresi hormon glukagon
dan epinephrine yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Respon
terhadap penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) dapat dibedakan menjadi
dua kategori yaitu gejala adrenergik sebagai akibat dari stimulasi sistem saraf
otonom dengan gejala palpitasi, irritabile, kelemahan umum, dilatasi pupil,
pucat, keringat dingin dan gejala neuroglycopenia sebagai akibat dari
ketidakadekuatan suplai gula darah ke jaringan yaitu sakit kepala, gelisah,
berbicara tidak jelas, gangguan penglihatan, coma. Hal ini terjadi pada kadar
glukosa darah < 45-50 mg/dl.

7. Pathway
8. Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi bervariasi. Pada awalnya tubuh
memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula dengan melepaskan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenalin dan ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi menyebabkan gejala
yang menyerupai seragam kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke
otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku
yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang
dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun secara tiba-
tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang menggunakan insulin atau
obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin,
gejala terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan
gula darah habis karena melakukan olahraga sebelum sarapan pagi.

9. Penatalaksanaan
Pengobatan hipoglikemia dapat terbagi menjadi dua yaitu pengobatan
hipoglikemia ringan dan pengobatan hipoglikemia berat. Hipoglikemia ringan
dapat diobati dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa dapat diberikan larutan glukosa murni 20-30 gram, tablet glukosa,
atau mengkonsumsi makanan ringan.Pada hipoglikemia berat membutuhkan
bantuan eksternal, antara lain :
a) Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat diberikan
dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% yaitu dosis biasanya diberikan
pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak diberikan dengan dosis
25%.
b) Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat.
Glukagon diberikan secara intarvena dan dapat diberikan secara subkutan
atau intramuskular.

10. Pemeriksaan Penunjang


a) Gula darah puasa, diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya 70-110 mg/dl.
b) Gula darah 2 jam post prandial, diperiksa 2 jam setelah diberikan
glukosa dengan nilai normal <140 mg/dl/2 jam
c) HBA1c yaitu, pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk
memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak
dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6 %.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
d) Elektrolit, terjadi peningkatan kreatini jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
e) Leukosit, terjadi peningkatan kreatini jika fungsi ginjalnya telah
terganggu

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas, akibat dari gangguan transport
oksigen ke otak yang terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai reaksi penurunan kadar nutrisi (glukosa) ke otak.
2) Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal-sengak, sianosis,
akibat terjadinya metabolisme anaerob yang disebabkan pemecahan
glikogen berlebih
3) Circulation (sirkulasi)
Kebas, kesemutan di bagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi,
nadi lemah, tekanan darah menurun yang disebabkan karena
penurunan suplai glukosa ke jaringan sel
4) Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi
terutama glukosa ke otak
5) Exposure
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh, karena
hipoglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM yang kemungkinan
kita temukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien/pasien

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2) Identitas Penanggung Jawab
Pada identitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
b) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
tindakan medis yang pernah didapatkan maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh pasien.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi dan
jantung.
d) Kaji SAMPLE
S : Tanda dan gejala yang dirasakan klien
A : Alergi yang dipunyai klien
M : Tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : Riwayat penyakit yang diderita klien
L :Makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan nafsu makan
E : Pencetus atau kegiatan penyebab keluhan
e) Tanda tanda vital
Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman
pernapasan dan penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh.
f) Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdengung, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental,gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur atau ganda, diplopia, lensa
mata keruh
2. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren,kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
3. Sistem pernapasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, dan
kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
dan obesitas.
6. Sistem urinaria
Poliuria, restensi urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemas dan nyeri, dan adanya gangren pada
ekstremitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, paresthesia, anestesi, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.
5) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakit serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas,
peningkatan sekret
b. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
pusat akibat hipoglikemia
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan kriteria hasil (NIC)
(NOC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway 1. Adanya bunyi
bersihan jalan tindakan Management ronchi
napas keperawatan 1. Auskultasi menandakan
berhubungan selama …x24 bunyi napas terdapat
dengan obstruksi jam diharapkan tambahan : penumpukan
jalan napas, jalan napas ronchi, sekret atau sekret
peningkatan normal dengan wheezing berlebihan di
sekret kriteria hasil : 2. Berikan jalan napas
Respiratory posisi yang 2. Posisi
status : airway nyaman meminimalkan
patency untuk ekspansi paru
1. Frekuensi mengurangi dan menurunkan
pernapasan dispnea upaya
dalam batas 3. Bersihkan pernapasan.
normal (16-20 sekret dari Ventilasi
x/menit) mulut dan maksimal
2. Irama trakea; membuka area
pernapasan lakukan atelektasis dan
normal penghisapan meningkatkan
3. Kedalaman sesuai gerakan sekret ke
pernapasan keperluan jalan napas besar
normal 4. Anjurkan untuk
4. Pasien mampu asupan dikeluarkan
mengeluarkan cairan 3. Mencegah
sputum secara adekuat obstruksi atau
efektif 5. Ajarkan aspirasi.
5. Tidak ada batuk efektif Penghisapan
akumulasi 6. Kolaborasi dapat diperlukan
sputum pemberian bila pasien tidak
oksigen mampu
7. Kolaborasi mengeluarkan
pemberian sekret sendiri
broncodilator 4. Mengoptimalkan
sesuai keseimbangan
indikasi cairan dan
membantu
mengencerkan
sekret sehingga
mudah
dikeluarkan
5. Fisioterapi
dada/back
massage dapat
membantu
menjatuhkan
secret yang ada
di jalan napas
6. Meringankan
kerja paru untuk
memenuhi
oksigen serta
memenuhi
kebutuhan
oksigen dalam
tubuh
7. Bronkodilator
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeabronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Intracranial 1. Agar pasien lebih
bersihan jalan tindakan Pressure (ICP) kooperatif
napas keperawatan Monitoring 2. Perubahan
berhubungan selama 3x24 jam (Monitor tekanan CSS
dengan obstruksi diharapkan tekanan merupakan
jalan napas, gangguan perfusi intrakranial) potensi resiko
peningkatan jaringan serebral 1. Jelaskan herniasi batang
sekret normal dengan kepada otak
kriteria : pasien 3. Aktivitas seperti
Tissue Prefusion tentang ini akan
cerebral tindakan meningkatkan
1. Tingkat yang akan intra thorax dan
kesadaran dilakukan abdomen yang
composmentis 2. Pertahankan dapat
2. Disorientasi posisi tirah meningkatkan
tempat, waktu, baring TIK
orang secara dengan 4. Pengkajian
tepat posisi kepala cenderung
3. TTV dalam head up adanya
batas normal 3. Bantu pasien perubahan
(suhu 35,5 oC - untuk tingkat kesadaran
37 oC, nadi 60- berkemih, dan potensial
100 x/menit, membatasi TIK sangat
tekanan darah batuk, berguna dalam
120/80 mmHg) anjurkan menentukan
pasien napas lokalisasi
dalam 5. Perubahan pada
selama frekuensi jantung
pergerakan mencerminkan
4. Pantau status trauma/tekanan
neurologis batang otak
dengan
teratur
5. Pantau TTV
3. Defisit volume Setelah dilakukan Fluid 1. Menghindari
cairan tindakan Management kelebihan
berhubungan keperawatan 1. Batasi intake ambang ginjal
dengan diuresis selama …x24 cairan yang dan menurunkan
osmotik jam diharapkan mengandung tekanan osmosis
defisit volume gula dan 2. Mempertahankan
cairan teratasi lemak komposisi cairan
dengan kriteria misalkan tubuh, volume
hasil : cairan dari sirkulasi dan
Fluid Blance buah yang menghindari
1. TTV dalam manis overload jantung
batas normal 2. Kolaborasi 3. Dehidrasi yang
(suhu 35,5 oC - dalam disertai demam
37 oC, nadi 60- pemberian akan teraba
100 x/menit, terapi cairan panas,
tekanan darah 1500-2500 kemerahan dan
120/80 mmHg) ml dalam kering di kulit
2. Nadi perifer batas yang sebagai indikasi
teraba kuat dapat penurunan
3. Turgor kulit ditoleransi volume pada sel
baik jantung 4. Memberikan
4. CRT< 2 detik 3. Observasi kebutuhan cairan
5. Haluaran urine suhu, warna, tubuh (60-40%
>1500-1700 turgor kulit BB adalah air)
cc/hari dan 5. Penurunan
6. Kadar kelembaban, volume cairan
elektrolit urin pengisian darah akibat
dalam batas kapiler dan diuresis osmotik
normal membran dapat
mukosa dimanifestasikan
4. Pantau oleh hipotensi,
masukan dan takikardi, nadi
pengeluaran, teraba lemah,
catat balance turgor kulit yang
cairan tidak elastis
5. Observasi
TTV, catat
adanya
perubahan
TD, Turgor
kulit, CRT
4. Penurunan curah Setelah dilakukan Vital Sign 1. Tachycardia
jantung tindakan Monitor merupakan tanda
berhubungan keperawatan … 1. Observasi : kompensasi
dengan x24 jam Nadi ( irama, jantung terhadap
vasokonstriksi diharapkan frekuensi ), penurunan
pembuluh penurunan curah Tekanan kontraktilitas
darah jantung normal Darah. jantung.
dengan kriteria : 2. Jelaskan Mengetahui
Circulation kepada fungsi pompa
Status pasien jantung yang
Vital Sign Status tentang sangat
1. TTV dalam tindakan dipengaruhi oleh
batas normal yang akan CO dan
(suhu 35,5 oC - dilakukan pengisian
37 oC, nadi 60- 3. Berikan jantung.
100 x/menit, waktu 2. Agar pasien lebih
tekanan darah istirahat yang kooperatif.
120/80 mmHg) cukup/ade 3. Menurunkan
2. Kesadaran kuat stress dan
Composmentis 4. Berikan ketegangan yang
3. CRT < 2 detik. pembatas an mempengaruhi
4. Sp O2 95- 100 cairan dan tekanan darah
% diit natrium dan perjalanan
sesuai penyakit
indikasi. hipertensi.
5. Kolaborasi 4. Pembatasan ini
dengan dapat menangani
dokter dalam retensi cairan
pemberia n dengan respon
terapi hypertensive,
diuretik. dengan demikian
menurunkan
beban kerja
jantung.
5. Diuretik
meningkatkan
aliran urine dan
menghalangi
reabsorsi dari
sodium/klorida
didalam tubulus
ginjal.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
 Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai :
1. Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
 
DAFTAR PUSTAKA

Shufyani, F., Wahyuni, F. S., & Armal, K. (2017). Evaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2
yang menggunakan insulin. SCIENTIA: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 7(1),
12-19.

Budiawan, H., Permana, H., & Emaliyawati, E. (2020). FAKTOR RISIKO


HIPOGLIKEMIA PADA DIABETES MELLITUS: LITERATURE
RIVIEW. Healthcare Nursing Journal, 2(2), 20-29.

Waspadji S. 2014. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding


simposium: penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jak
arta: PusatInformasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
hal.83-4.

Mustika, N. R. W. (2012). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y


Dengan Diabetes Mellitus Tipe II (Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Sragen (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Nanda Internasional Inc.Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.2015-


2017.Ed 10.Jakarta :EGC.

Nike, Budhi Subekti (et al). 2013. Keperawatan kritis : pendekatan asuhan
holistic. Ed 8. Vol. 2. Jakarta : EGC.

Sue Moorhead, Mario Jonhson.Dkk.2016.Nursing Outcome Classification


(Noc).5th Edition.Cv.Mocomedia Elsevier Inc.

M. Bulechek Gloria, K. Butcher Howard.Dkk.2016.Nursing Interventions


Classification (Nic).6Th.Edition.Cv.Mocomedia Elsevier Inc.

Smeltzer, S. c.,Bare, B. & Cheever, K.H.Dkk. 2010. Brunner and suddarth’s


textbook of medical surgical nursing (12th ed). Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai