Oleh :
VIRDA RAHMADIANI
P071201190
Mengetahui,
Zainal Arifin, S.Kep. Ners Dr. Agus Rachmadi, A. Kep, S. Pd, M.Si, Med
NIP. 196808101990031004
NIP. 19770107 199703 1 004
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT PADA PASIEN DENGAN HIPOGLIKEMIA
DI RUANG IGD RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU
2. Anatomi Fisiologi
a. Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi yaitu fungsi endokrin
dan fungsi eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel
asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui
duktus pankreas ke dalam usus halus (Waspadji, 2014). Pankreas terdiri dari
2 jaringan utama yaitu :
1) Asini mensekresi getah pencernaan ke dalam duodenum
2) Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi,
mensekresikan insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau
langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di
seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3% dari berat total pankreas.
Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta
(Waspadji, 2014)
b. Sel endokrin yang dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu
kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil
sel hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut :
1) Sel alfa : jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi
faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti insulin like
activity.
2) Sel beta : mensekresikan insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar
gula
3) Sel delta : mensekresi somatostatin, hormon yang berfungsi menghalangi
hormon pertumbuhan untuk menghambat sekresi glukagon dan insulin
4) Sel F : mengekskresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan
dan fungsinya tidak jelas
c. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal terdapat
rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke
dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi
glukosa darah.
d. Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin (precursor hormon
insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim
peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk
proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung
(secretory vesicle) dalam sel tersebut. Dengan bantuan enzim peptidase,
proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida C yang keduanya sudah siap
untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
e. Mekanisme secara fisiologis diatas, diperlukan bagi berlangsungnya proses
metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses
utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat,
merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta
untuk memproduksi insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-
obatan, juga dapat memiliki efek yang sama.
f. Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa
memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat
melewati membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose
transporter (GLUT) merupakan senyawa asam amino yang terdapat
dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa.
Proses ini merupakan langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel,
molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis dan
fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang
terbebas tersebut dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan channel
K yang terdapat pada membran sel, yang diikuti kemudian oleh
proses pembukaan channel Ca, yang memungkinkan masuknya ion Ca2+
yang dibutuhkan proses sekresi insulin. (Waspadji, 2014).
4. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan mengakibatkan
kerusakan otak. Hipoglikemia berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengan sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku pola bicara
abnormal.
5. Etiologi
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh :
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
pasien penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
6. Patofisiologi
Tubuh dalam keadaan normal dapat mempertahankan kadar gula darah
antara 60-120 mg/dl agar dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel.
Pemasukan glukosa dari berbagai sumber seperti : pemasukan makanan,
pemecahan glikogen, glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin.
Pada penderita DM, terjadi defisiensi insulin, sehingga glukosa tidak bisa
dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh darah sehingga
menimbulkan hiperglikemia.
Efek dari penurunan glukosa darah , bisa menimbul hipoglikemia, dengan
gejala yang ringan sampai berat. Gejala hipoglikemia ringan, ketika kadar
glukosa darah menurun, sistem saraf simpatis akan terangsang.
Terjadi pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala yaitu
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, gelisah dan rasa lapar. Pada
hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan daya ingat, patirasa
di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Pada hipoglikemia
berat, fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang diderita, gejalanya yaitu disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran. Terjadi hipoglikemia bila serum
glukosa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Sistem saraf sangat
sensitif terhadap penurunan kadar glukosa serum, karena glukosa merupakan
sumber energi utama. Otak tidak dapat menggunakan sumber energi utama.
Otak tidak dapat menggunakan sumber energi lain kecuali glukosa.
Dalam keadaan normal, penurunan glukosa serum karena aktivitas
hormon insulin secara adekuat, akan merangsang sekresi hormon glukagon
dan epinephrine yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Respon
terhadap penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) dapat dibedakan menjadi
dua kategori yaitu gejala adrenergik sebagai akibat dari stimulasi sistem saraf
otonom dengan gejala palpitasi, irritabile, kelemahan umum, dilatasi pupil,
pucat, keringat dingin dan gejala neuroglycopenia sebagai akibat dari
ketidakadekuatan suplai gula darah ke jaringan yaitu sakit kepala, gelisah,
berbicara tidak jelas, gangguan penglihatan, coma. Hal ini terjadi pada kadar
glukosa darah < 45-50 mg/dl.
7. Pathway
8. Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi bervariasi. Pada awalnya tubuh
memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula dengan melepaskan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenalin dan ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi menyebabkan gejala
yang menyerupai seragam kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke
otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku
yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang
dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun secara tiba-
tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang menggunakan insulin atau
obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin,
gejala terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan
gula darah habis karena melakukan olahraga sebelum sarapan pagi.
9. Penatalaksanaan
Pengobatan hipoglikemia dapat terbagi menjadi dua yaitu pengobatan
hipoglikemia ringan dan pengobatan hipoglikemia berat. Hipoglikemia ringan
dapat diobati dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa dapat diberikan larutan glukosa murni 20-30 gram, tablet glukosa,
atau mengkonsumsi makanan ringan.Pada hipoglikemia berat membutuhkan
bantuan eksternal, antara lain :
a) Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat diberikan
dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% yaitu dosis biasanya diberikan
pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak diberikan dengan dosis
25%.
b) Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat.
Glukagon diberikan secara intarvena dan dapat diberikan secara subkutan
atau intramuskular.
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2) Identitas Penanggung Jawab
Pada identitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
b) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
tindakan medis yang pernah didapatkan maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh pasien.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi dan
jantung.
d) Kaji SAMPLE
S : Tanda dan gejala yang dirasakan klien
A : Alergi yang dipunyai klien
M : Tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : Riwayat penyakit yang diderita klien
L :Makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan nafsu makan
E : Pencetus atau kegiatan penyebab keluhan
e) Tanda tanda vital
Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman
pernapasan dan penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh.
f) Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdengung, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental,gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur atau ganda, diplopia, lensa
mata keruh
2. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren,kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
3. Sistem pernapasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, dan
kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
dan obesitas.
6. Sistem urinaria
Poliuria, restensi urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemas dan nyeri, dan adanya gangren pada
ekstremitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, paresthesia, anestesi, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.
5) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakit serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas,
peningkatan sekret
b. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
pusat akibat hipoglikemia
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah
3. Rencana Asuhan Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai :
1. Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Shufyani, F., Wahyuni, F. S., & Armal, K. (2017). Evaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2
yang menggunakan insulin. SCIENTIA: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 7(1),
12-19.
Nike, Budhi Subekti (et al). 2013. Keperawatan kritis : pendekatan asuhan
holistic. Ed 8. Vol. 2. Jakarta : EGC.