Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS HIPOGLIKEMIA

DI RUANGAN PERISTI RSUD UNDATA PROVINSI


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Ibrahim Kadir, S.Kep


NIM : 2022031011

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Ni Nyoman Udiani, S.Kep., M. Kep Ns. Elifa Ihda Rahmawati, S.Kep., M.Kep
NIP. 197905312000032001 NIK. 20120901025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOGLIKEMIA
A.Konsep Teoritis :
1. Definisi
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir,
atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20%
hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala
neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi
kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian.
Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia.Pada bai baru lahir
dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix
berulang. (Della Vira Afriana, 2019)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala
klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan
menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Della Vira
Afriana, 2019)
Nilai kadar glukosa darah/plasma atau serum untuk diagnosis
hipoglekemia pada berbaga ikelompok umur anak(Della Vira Afriana,
2019):
Kelompok umur Glucosa<mg/dl Darah plasma/serum
Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml

BBLR <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml

BCB <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml

0-3 hari <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml


3 hari <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

a. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45 mg/dl dianggap


tidak normal
b. Menurut WHO hipoglikemia adalah bila kadar glukosa/gula darah <47
mg/dl
c. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu
mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemi.
d. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang
serius.
2. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh (Carlson, A., et al. 2021):
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di
hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak. Saat menyuntikan obat insulin,
anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan
kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat
memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki
monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit. Penderita diabetes sebaiknya
mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat
yang kerja cepat sesaat sebelum makan.Kadar insulin dalam darah harus
seimbang dengan makanan yang dikonsumsi.Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah
hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat. Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki
efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan
menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah
akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan. Alkohol menganggu pengeluaran
glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari. Pengobatan
diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda
salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja
cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan. Dianjurkan bagi mereka yang
menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap
beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan. Tiap tiap obat insulin
sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik
atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa. Beberapa
penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa
oleh usus.Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
i. Gangguan hormonal. Orang dengan diabetes terkadang mengalami
gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan
kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi. Aspirin dapat menurunkan kadar gula
darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya. Hipoglikemia yang terjadi
sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu.
Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
3. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar.Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan
glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.Untuk
melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai
glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh
karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan
mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga
di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di
bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi
sehingga dapat menghasilkan koma. Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata,
keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis (Carlson, A., et al. 2021)
a. dehidrasi
b. kehilangan elektrolit
c. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal
akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida
selama periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang lain adalah
pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada
keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk
dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
(Carlson, A., et al. 2021)
Hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem
saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar. Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar
glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta
lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional,
perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada
hipoglikemia sedang. Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat
mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya.
Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2018).
4. Klasifikasi
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni (Carlson, A.,
et al. 2021):
a. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang
besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi
pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
d. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolisme insulin terganggu.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
a. Jitteriness
b. Sianosis
c. Kejang atau tremor
d. Letargi dan menyusui yang buruk
e. Apnea
f. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
g. Hipotermia
h. RDS
i. Refleks hisap bayi kurang
j. Gerakan mata berputar/nistagmus
k. Keringat dingin
l. Pucat
m. Muntah
n. Apatis
6. Pathway

Faktor Genetik DM Insulin Asupan Karbohidrat Penyakit Kronis


Kurang

Hipoglikemia

Penurunan suplai glukosa hiperaktivitas seluler


Ke jaringan dan seluler pada penyakit kronis

Jaringan otak jaringan otot Hipermetabolisme


Seluler
Un metabolisme Pemecahan Glukagon/
Otak glikogen penyerapan glukosa
Seluler
Iskemik jaringan metabolisme anaerob
Otak Glikolisi dalam hepar
in adekuat
Nyeri Kepala Menghasilkan asam Menghasilkan
laktat badan keton Ketidakseimbangan
Nutrisi
Nyeri Akut
Penumpukkan Nafas bau
Asam laktat pada otot aseton

Kelemahan mual muntah


muskuoskeletal

Intoleransi Aktivitas
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar gula darah
b. Tes fungsi ginjal, hati dan kelenjar adrenlin
c. Jika dicurigai berasal dari tumor pankreas
CT Scan
MRI
8. Pemeriksaan Diagnostic
a. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-
110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prandial Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa
dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
c. HBA1c Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk
memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak
dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi. (Alsahli M,
Gerich JE. J Clin Med. 2018)
9. Penatalaksanaan
a. Hipoglikemia Ringan-Sedang
Pemberian karbohidrat sebanyak 15 gram dalam bentuk tablet
atau larutan glukosa maupun sukrosa diperlukan sebagai pertolongan
pertama hipoglikemia ringan hingga sedang pada orang dewasa. Terapi
awal ini cukup untuk memicu kenaikan glukosa darah hingga 38 mg/dL
dalam 20 menit dan perbaikan gejala pada sebagian besar individu
dengan hipoglikemia ringan-sedang. Pilihan rejimen terapi awal lainnya
seperti susu dan jus jeruk kurang cepat dalam menaikkan  kadar glukosa
darah dan memperbaiki gejala.
Apabila pasien memiliki riwayat DM, pengukuran kadar glukosa
dilakukan dalam 15 menit sejak pemberian terapi glukosa awal. Jika
kadar glukosa darah masih di bawah 70 mg/dL, pemberian 15 gram
glukosa atau sukrosa dapat diulang. Apabila tablet glukosa tidak tersedia,
sediaan karbohidrat 15 gram oral lainnya yang ekivalen adalah 15 mL
gula pasir yang dilarutkan dalam air, 5 kubus kecil gula, dan 15 mL
madu.
b. Hipoglikemia Berat
Apabila pasien mengalami hipoglikemia berat namun masih sadar
penuh dan memiliki riwayat diabetes, pemberian karbohidrat oral 20
gram dilakukan dalam bentuk glukosa tablet dan sediaan lain yang
ekivalen.  kadar glukosa darah kemudian diperiksa dalam kurun waktu 15
menit setelah pemberian terapi glukosa awal. Pemberian glukosa 15 gram
dapat diulang apabila kadar glukosa darah masih < 70 md/dL. Jika pasien
mengalami hipoglikemia berat dan tidak sadarkan diri, pemberian 10-25
gram glukosa atau 20-50 mL dekstrosa 50% dalam air (D50W) dapat
diberikan secara intravena selama 1-3 menit apabila pasien memiliki
akses intravena. Jika pasien tidak memiliki akses intravena, 1 mg
glukagon dapat diberikan secara subkutan atau intramuskular. Pedoman
klinis di Amerika Serikat dan Kanada menyarankan agar pasien dengan
DM dan keluarga yang merawat memiliki sediaan glukagon serta mampu
memberikan obat tersebut sesuai indikasi. Namun, sediaan glukagon saat
ini belum tersedia di Indonesia dan bahkan di negara maju harganya
masih sangat mahal.
c. Jika Hipoglikemia telah Teratasi
Apabila hipoglikemia telah teratasi, pasien harus mendapatkan
makanan atau kudapan yang semestinya dia dapatkan sesuai jadwal
makan harian guna mencegah hipoglikemia berulang. Apabila jadwal
makan lebih dari 1 jam sejak kejadian hipoglikemia, kudapan (termasuk
karbohidrat 15 gram dan protein) perlu diberikan bagi pasien. (Alsahli M,
Gerich JE. J Clin Med. 2018)
10. Komplikasi
a. Pusing dan hilang keseimbangan sehingga beresiko mengalami
kecelakaan
b. Kejang
c. Penurunan kesadaran
d. Cacat otak permanen
e. Kematian (Alsahli M, Gerich JE. J Clin Med. 2018)
B. Asuhan Keperawatan
1. Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan
lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b. Riwayat :
 ANC
 Perinatal
 Post nata
 Imunisasi
 Diabetes melitus pada orang tua/ keluarg
 Pemakaian parenteral nutrition
 Sepsis
 Enteral feeding
 Pemakaian Corticosteroid therapi
 Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
c. Data fokus
Data Subyektif:
 Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
 Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
 Rasa lapar (bayi sering nangis)
 Nyeri kepala
 Sering menguap
 Irritabel
Data obyektif:
 Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
 Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
 Plasma glukosa < 50 gr/dl
d. Pengkajian head to toe
Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan
kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungandengan faktorfaktor psikologis dan social, obat-obatan
atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian
insulin atau obat antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
 Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan
takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi,
koma
 Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas
dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi
vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung
 Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi Tanda : Ansietas, peka rangsang
 Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning,
poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen
keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif
(diare)
 Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat
badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah),
bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
 Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi,
mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori
(baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
 Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah
meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
 Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara,
batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat
 Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam,
diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan
umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
 Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii
steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa dara
2. Diagnosa (Nanda Nic Noc, 2021-2023)
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan faktor fisiologis
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengn agen pencedera fisiologis
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
 Immune Status  Manajemen nyeri  Mengetahui cara
Berhubungan dengan:  Knowledge :  Berikan terapi non manajemen nyeri
- agen pencedera Infection control farmakologis (inhalasi  Memberikan terapi non
fisiologis  Risk control aroma terapi, terapi farmakologis (inhalasi
(mis.inflamasi, iskemia, Setelah dilakukan relaksasi, terapi musik, dll) aroma terapi, terapi
neoplasma) tindakan keperawatan  Latihan pernapasan relaksasi, terapi musik, dll)
- Agen pencedera selama…… pasien  Kontrol lingkungan yang  melatih pernapasan
kimiawi (mis. tidak mengalami infeksi dapat memperberat nyeri  Kontrol lingkungan yang
Terbakar, bahan kimia dengan kriteria hasil:  Kompres hangat/dingin dapat memperberat nyeri
iritan)  Klien bebas dari  Pengaturan posisi  Kompres hangat/dingin
- Agen pencedera fisik tanda dan gejala  Pengaturan posisi
 Edukasi proses penyakit
(mis. Abses, amputasi, infeksi
 Edukasi proses penyakit
terbakar, terpotong,  Menunjukkan pemicu nyeri pemicu nyeri
mengangkat berat, kemampuan untuk  Kolaborasi pemberian  Kolaborasi pemberian
prosedur operasi, mencegah analgetik analgetik
trauma, latihan fisik timbulnya infeksi
berlebihan)  Jumlah leukosit
dalam batas normal
DS/DO  Menunjukkan
- Mengeluh nyeri perilaku hidup sehat
- Tampak meringis  Status imun,
- Bersikap protektif gastrointestinal,
(mis. Waspada, posisi genitourinaria dalam
menghindari nyeri) batas normal
- Gelisah
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur
- Tekanan darah
meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Masalah Kolaborasi Hasil
Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :
 Energy conservation Activity Therapy
Berhubungan dengan:  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan  Kolaborasikan dengan
- tirah baring atau  Salf care: ADLs tenaga rehabilitasi medik tenaga rehabilitasi medik
imobilisasi Kriteria Hasil : dalam merencanakan dalam merencanakan
- Kelemahan umum - Berpartisipasi dalam program terapi yang tepat program terapi yang tepat
- Ketidakseimbangan aktivitas fisik tanpa  Bantu klien untuk  Bantu klien untuk
antara uplai dan disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas mengidentifikasi aktivitas
kebutuhan oksigen tekanan darah, nadi yang mampu dilakukan yang mampu dilakukan
- Imobilitas dan RR  Bantu untuk memilih  Bantu untuk memilih
- Gaya hidup monoton - Mampu melakukan aktivitas konsisten yang aktivitas konsisten yang
aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan sesuai dengan kemampuan
(ADLs) secara fisik, psikologi dan sosial fisik, psikologi dan sosial
mandiri  Bantu untuk  Bantu untuk
- Tanda-tanda vital mengidentifikasi aktivitas mengidentifikasi aktivitas
normal yang disukai yang disukai
- Energy psikomotor  Bantu klien untuk  Bantu klien untuk
- Level kelemahan membuat jadwal membuat jadwal
- Mampu berpindah: latihandiwaktu luang latihandiwaktu luang
dengan atau tanpa  Bantu klien/keluarga untuk  Bantu klien/keluarga untuk
bantuan alat mengidentifikasi mengidentifikasi
- Status kardipulmonari kekurangan dalam kekurangan dalam
adekuat beraktivitas beraktivitas
- Sirkulasi status baik  Bantu pasien unutk  Bantu pasien unutk
- Status respirasi: mengembangkan motivasi mengembangkan motivasi
pertukaran gas dan diri dan penguatan diri dan penguatan
ventilasi adekuat  Monitor respon fisik, Monitor respon fisik, emosi,
emosi, sosial dan spiritual sosial dan spiritual

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Masalah Kolaborasi Hasil
Ketidakseimbangan NOC : NIC :  Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari     Nutritional Status : Manajemen nutrisi  Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh untuk menentukan jumlah
 Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan
kalori dan nutrisi yang
Definisi : Asupan food and Fluid  Kolaborasi dengan ahli gizi
dibutuhkan pasien.
nutrisi tidak cukup Intake untuk menentukan jumlah
 Anjurkan pasien untuk
untuk memenuhi kalori dan nutrisi yang
 Nutritional Status: meningkatkan intake Fe
kebutuhan metabolik dibutuhkan pasien.
nutrient Intake  Anjurkan pasien untuk
 Weight control  Anjurkan pasien untuk
Batasan meningkatkan protein dan
meningkatkan intake Fe
Karakteristik : vitamin C
Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
 Berikan substansi gula
 Kram abdomen meningkatkan protein dan
 Adanya peningkatan  Yakinkan diet yang
 Nyeri abdomen berat badan sesuai vitamin C dimakan mengandung
 Menghindari dengan tujuan  Berikan substansi gula tinggi serat untuk mencegah
makanan  Berat badan ideal  Yakinkan diet yang dimakan konstipasi
 Berat badan 20% sesuai dengan tinggi mengandung tinggi serat untuk  Berikan makanan yang
atau lebih dibawah badan mencegah konstipasi terpilih (sudah
berat badan ideal  Mampu  Berikan makanan yang terpilih dikonsultasikan dengan ahli
 Kerapuhan kapiler mengidentifikasi (sudah dikonsultasikan dengan gizi)
 Diare kebutuhan nutrisi ahli gizi)  Ajarkan pasien bagaimana
 Kehilangan rambut  Tidak ada tanda-  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
berlebihan tanda malnutrisi membuat catatan makanan harian.
 Bising usus  Menunjukkan harian.  Monitor jumlah nutrisi dan
hiperaktif peningkatan fungsi  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Kurang makanan pengecapan dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang
 Kurang informasi menelan  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kurang minat pada  Tidak terjadi kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien
makanan penurunan berat  Kaji kemampuan pasien untuk untuk mendapatkan nutrisi
badan yang berarti mendapatkan nutrisi yang yang dibutuhkan
 Penurunan berat
badan dengan dibutuhkan  Nutrition Monitoring
asupan makanan  Nutrition Monitoring  BB pasien dalam batas
adekuat  BB pasien dalam batas normal normal
 Kesalahan konsepsi  Monitor adanya penurunan  Monitor adanya penurunan
 Kesalahan informasi berat badan berat badan
 Mambran mukosa  Monitor tipe dan jumlah  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
pucat aktivitas yang biasa dilakukan dilakukan
 Ketidakmampuan  ·         Monitor interaksi anak  ·         Monitor interaksi
memakan makanan atau orangtua selama makan anak atau orangtua selama
 Tonus otot menurun  Monitor lingkungan selama makan
makan  Monitor lingkungan selama
Faktor Yang makan
 Jadwalkan pengobatan dan
Berhubungan :
perubahan pigmentasi  Jadwalkan pengobatan dan
 Faktor biologis  Monitor turgor kulit perubahan pigmentasi
 Faktor ekonomi  Monitor turgor kulit
 Ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi
nutrien
 Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
 Ketidakmampuan
menelan makanan
 Faktor psikologis
DAFTAR PUSTAKA

Carlson, A., et al. (2021). Hypoglycemia and Glycemic Control in Older Adults
With Type 1 Diabetes : Baseline Result From the WISDM Study. Journal
of Diabetes Science and Technology, 15 (3). 582-92.
ADA. Glycemic targets : Standards of medical care in diabetes. (2018). Diabetes
Care
Hoe FM. 2018. Hypoglycemia in Infants and Children. Adv Pediatr.
Alsahli M, Gerich JE. J Clin Med. (2018). Hypoglycemia in Patient with Diabetes
Renal Deases.
Amin HN & Hardhi K (2022). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC_NOC(2021-2023). Jilid 12. Jogjakarta: MediAction
Publishing
Della Vira Afriana, 2019. Laporan pendahuluan hipoglikemia.

Anda mungkin juga menyukai