DISUSUN OLEH:
RISHA RISNA DEWI
NIM PO.62.20.1.17.344
B. Patofisiologi
Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkatkan. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Sedangkan pada diabetes gestasional terjadi
pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon- hormon
plasenta.
1. Gejala akut
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita
lain sangat bervariasi dan mungkin tidak menunjukkan gejala
apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi serba banyak (poly), yaitu:
1. Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun cepat (turun
5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
2. Mudah lelah
3. Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma (koma diabetik)
2. Gejala kronik
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes
melitus adalah sebagai berikut :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit
d. Kram
e. Lelah
f. Mudah mengantuk
g. Pandangan kabur
h. Gatal disekitar kemaluan
i. Gigi mudah goyah dan lepas
D. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijawanti (2016) ada beberapa data penunjang diabetes melitus
dengan hiperglikemia yaitu :
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi
glukosa > 200 mg/dl, 2
2. jam setelah pemberian glukosa.
3. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
4. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
5. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
6. Elektrolit : Na normal atau meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
7. Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
8. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal
10. Insulin darah : menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
11. Urine : gula dan aseton positif
12. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan
dan infeksi luka.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data, verifikasi serta
komunikasi data yang mengenai pasien secara sistematis. Pada fase ini meliputi
pengumpulan data dari sumber primer (pasien), sekunder (keluarga pasien,
tenaga kesehtana), dan analisis data sebagai dasar perumusan diagnose
keperawatan. Fokus pengkajian keperawatan pada kasus Diabetes Melitus tipe
II.
a. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah keluarganya ada yang menderita penyakit
seperti klien
b. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Tanyakan pada klien berapa lama klien menderita penyakit Diabetes
Melitus, bagaimana cara penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas dan istirahat
Tanyakan pada klien apakah merasakan letih, lemah, sulit bergerak atau
berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat hipertensi, kebas, kesemutan
pada ektremitas, ada ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah.
e. Integritas ego
Tanyakan pada klien apa sedang mengalami stress atau ansietas
f. Eliminasi
Tanyakan pada klien adanya perubahan pola dalam berkemih, seperti
poliuri, nokturia, dan anuria serta diare.
g. Makanan dan cairan
Tanyakan apakah klien pernah mengalami anorexia, mual, tidak mengikuti
diet, penurunan berat badan, haus dan penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Tanyakan pada klien apakah pernah merasakan pusing, sakit kepala,
kesemutan, kebas kelemahan pada otot, paresthesia, gangguan
penglihatan
i. Nyeri dan kenyamanan
Tanyakan pada klien adanya abdomen tegang, nyeri dengan skala sedang
hingga berat.
j. Pernafasan
Tanyakan pada klien apakah mengalami batuk dengan atau tanpa spuntum
purulent (terganggu adanya infeksi atau tidak).
k. Keamanan
Tanyakan pada klien adanya kuring yang kering disertai gatal, dan ulkus
pada kulit.
l. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan head to toe.
m. Pemeriksaan penunjang
Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl , gula darah puasa > 140 mg/dl,
gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl, peningkatan lipid dan kolesterol,
osmolaritas serum > 330 osm/l.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d ketidakseimbangan cariran
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Observasi : 1. Untuk mengetahui gangguan
keperawatan selama ... x 24 1. Identifikasi gangguan fungsi fungsi tubuh yang menyebabkan
jam maka Tingkat keletihan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
menurun dengan kriteria hasil : kelelahan 2. Untuk memantau keadaan fisik
1. Verbilisasi kepulihan 2. Monitor kelelahan fisik dan dan emosional yang dapat
energi meningkat emosional menyebabkan kelelahan
2. Tenaga meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur 3. Untuk mengetahui kualitas tidur
3. Keluhan lelah menurun klien
4. Frekuensi nafas membaik
14-20x /menit 1. Untuk mengurangi aktivitas yang
membuat klien merasa Lelah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Terapeutik :
1. Konsultasi dengan medis 1. Agar dapat mengotrol kadar
jika tanda dan gejala glukosa darah
hiperglikemia tetap ada 2. Untuk meningkatkan kualitas hidup
atau memburuk
Edukasi :
1. Anjurkan monitor kadar
glokusa arah secara
mandiri
2. Ajarkan pengelolaaan 1. Agar klien mengetahui cara
diabetes (mis.penggunaan pengelolaan diabetes
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan,
peenggantian karbohidrat,
dan bantuan profesional
kesehatan )
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
Amalia rizki. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus
Tipe II”.Jurnal Kesehatan
Hasdianah. 2014. Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Dan Anak-
Anak Dengan Solusi Herbal . Nuha Medika : Yogyakarta.
Nuari Nian Afrian. 2017. Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus.
Deepublish: Yogyakarta.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI