Waktu : 08.00-08.20 WIB Sasaran : Tn. T Pasien DM usia lanjut Tempat : Di Puskesmas Pahandut Palangka Raya Waktu : 20 menit Tujuan Instruksional Umum : Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, diharapkan Tn. T mampu memahami 5 pilar penatalaksanaan DM. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x20 menit, Tn. T mampu: 1. Menyebutkan pengertian diabetes melitus dengan benar. 2. Menyebutkan gejala diabetes melitus dengan benar. 3. Menyebutkan 5 pilar diabetes melitus dengan benar. Kegiatan Belajar Mengajar : No. Tahap Waktu Pemateri Kegiatan Audiens 1. Pembuka 5 menit a. Salam pembuka a. Menyampaikan salam a.Menjawab b. Perkenalan pembuka salam c. Menyampaikan tujuan b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan penyuluhan kepada pasien c. Menyimak d. Mengingatkan kontrak c. Memberikan penyuluh yang telah disepakati penyampaian tujuan d. Mendengarkan sebelumnya penyuluhan d. Mengingatkan kontrak yang telah disepakati sebelumnya
2. Pelaksanaan 10 menit Penyampaian garis besar a. Menjelaskan kepada a. Mendengarkan
materi diet diabetes pasien pengertian dengan penuh melitus: diabetes melitus. perhatian a. Pengertian diabetes b. Menjelaskan kepada b. Mendengarkan melitus. pasien tujuan gejala dengan penuh b. Gejala diabetes diabetes melitus. perhatian melitus. c. Menjelaskan kepada c. Mendengarkan c. 5 pilar diabetes pasien 5 pilar diabetes dengan penuh melitus. melitus. perhatian d. Mendengarkan dengan penuh perhatian e. Mendengarkan dengan penuh perhatian 3. Penutup 5 menit a. Memberi kesempatan a. Peserta diberikan a. Menanyakan peserta untuk bertanya kesempatan untuk hal-hal yang b. Menjawab pertanyaan memberikan pertanyaan belum jelas c. Menyimpulkan b. Pertanyaan dijawab oleh b. Mendengarkan d. Salam penutup penyuluh dan c. Penyuluh menyimpulkan memperhatikan materi yang telah jawaban dari diberikan penyuluh d. Penyuluh menyampaikan c. Mendengarkan salam penutup d. Menjawab salam
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet Materi : 5 Pilar Penatalaksanaan diabetes melitus 1. Pengertian diabetes melitus 2. Gejala diabetes melitus 3. 5 pilar penatalaksanaan diabetes melitus Evaluasi : Persiapan 1. Satuan acara penyuluhan sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan. 2. Alat sudah dipersiapkan 15 menit sebelum penyuluhan dimulai. 3. Media yang digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap digunakan. Media yang digunakan yaitu berupa leaflet. Proses 1. Peserta berada ditempat sesuai waktu yang telah ditentukan. 2. Peserta tetap mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai. 3. Peserta kooperatif dan aktif dalam penyuluhan dengan memperhatikan materi yang disampaikan dan bertanya pada penyuluh mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Hasil 1. Peserta dapat menjelaskan pengertian diabetes melitus. 2. Peserta dapat menyebutkan gejala diabetes melitus. 3. Peserta dapat menyebutkan 5 pilar penatalaksanaan diabetes melitus.
Lampiran:
A. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat defisiensi insulin atau resistensi insulin. (Suyono, 2018). Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg/dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg/100 ml darah. (Elizabeth J. Corwin, 2001 dalam Misdawati, 2014).
B. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Menurut Hasdianah (2014) tanda dan gejala diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronis, yaitu: 1. Gejala akut Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain sangat bervariasi dan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly), yaitu: a. Banyak makan (polifagi) b. Banyak minum (polidipsi) c. Banyak kencing (poliuri) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati akan timbul gejala : 1) Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) 2) Mudah lelah 3) Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma (koma diabetik) 2. Gejala kronik Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut : a. Kesemutan b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum c. Rasa tebal di kulit d. Kram e. Lelah f. Mudah mengantuk g. Pandangan kabur h. Gatal disekitar kemaluan i. Gigi mudah goyah dan lepas
C. 5 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
1. Edukasi Edukasi dalam penangan DM meliputi pemahaman pasien DM tentang penyakit DM. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik, penyakit mikrovaskular (mikroangiopati), dan neuropati. Nilai normal kadar gula darah : a. Gula darah sewaktu : <200 mg/dl b. Gula darah puasa : <100 mg/dl c. Gula darah 2 jam PP (2 jam setelah makan) : <180 mg/dl
2. Diet Nutrisi (Perencanaan Makan) Untuk Diabetes Melitus
PENGATURAN MAKANAN
BAHAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI
MAKANAN SUMBER Semua sumber KARBOHIDRAT karbohidrat dibatasi: nasi, bubur, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu, gandum, pasta, jagung, talas, havermout, sereal, ketan, macaroni SUMBER Ayam tanpa kulit, hewani tinggi lemak Keju, abon, PROTEIN ikan, telur rendah jenuh (kornet, sosis, dendeng, susu HEWANI kolesterol atau putih sarden, otak, jeroan, full cream, telur, daging tidak kuning telur) berlemak SUMBER tempe, tahu, bayam, buncis, daun PROTEIN kacang hijau, melinjo, labu siam, NABATI kacang merah, daun singkong, daun k kacang tanah, etela, jagung muda, kacang kedelai kapri, kacang panjang, pare, wortel, daun katuk SAYURAN Sayur tinggi serat: nanas, anggur, kangkung, daun mangga, sirsak, kacang, oyong, pisang, alpukat, sawo, ketimun, tomat, semangka, nangka labu air, kembang masak kol, lobak, sawi, selada, seledri, terong BUAH-BUAHAN jeruk, apel, pepaya, Buah-buahan jambu air, salak, yang manis dan belimbing (se suai diawetkan: kebutuhan) durian, nangka, alpukat, kurma, manisan buah. MINUMAN Minuman yang mengandung alkohol, susu kental manis, soft drink, es krim, yoghurt, susu LAIN-LAIN makanan yang Gula pasir, gula digoreng dan yang mer ah, gula menggunakan santan batu, madu kental, kecap, saus tir Makanan/ am minuman yang manis: cake, kue-kue manis, dodol, tarcis, sirup, selai manis, c oklat, permen, tape, mayonaise,
3. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Pada diabetes tipe 2, latihan jasmani dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh, aktivitas fisik juga terbukti menurunkan konsentrasi HbA1c, yang cukup menjadi pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan kematian. Selain mengurangi risiko, aktivitas fisik akan memberikan pengaruh yang baik pada lemak tubuh, tekanan darah arteri, sensitibitas barorefleks, vasodilatasi pembuluh yang endothelium-dependent, aliran darah pada kuli, hipertrigliseridemi, dan fibrinolysis. Angka kesakitan dan ematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah dibanding mereka yang santai. Pada diabetes tipe 1, latihan jasmani akan menyulitkan pengaturan meabolik, hingga kendali gula darah bukan merupakan tujuan dari latihan jasmani.tetapi latihan endurance ternyata terbukti akan memperbaiki fungsi endotel vascular. Dari penelitian epidemiologi retro dan prospektif, juga terbukti bahwa latihan jasmani yang teratur akan mencegah komplikasi makro dan mikro vascular serta meningkatkan harapan hidup. Prinsip latihan jasmani bagi diabetes, persis sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti : frekuensi, intensitas, durasi dan jenis a. Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu. b. Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate) c. Durasi : 30-60 menit d. Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. 4. Obat – Obatan Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat penurun gula darah. Obat-obatan tersebut harus dikonsumsi secara teratur, sesuai anjuran dokter. Selain itu, obat-obatan tersebut juga harus diminum seimbang dengan jumlah makanan yang dikonsumsi. Obat-obatan ini akan selalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah. a. Obat Hipoglikemik Oral 1) Insulin Secretagogue Sulfonilurea : meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan obat pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurangm namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Contohnya glibenklamid. Kontra indikasi : pasien usia lanjut, pasien insufisiensi ginjal, ibu hamil dan menyusui, ketoasidosis. Glinid : bekerja cepat, merupakan prandial glucose regulator. Penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.obat ini berisiko terjadinya hipoglikemia. Contohnya : repaglinid, nateglinid. 2) Insulin sensitizers Thiazolindindion. Mensensitisasi insulin dengan jalan meningkatkan efek insulin endogen pada target organ (otot skelet dan hepar). Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga ambilan glukosa di perifer meningkat. Agonis PPARγ yang ada di otot skelet, hepar dan jaringan lemak. 3) Glukoneogenesis inhibitor Metformin. Bekerja mengurangi glukoneogenesis hepar dan juga memperbaiki uptake glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan ginjal dan hepar dan pasien dengan kecendrungan hipoksemia. 4) Inhibitor absorbsi glukosa Glukosidase inhibitor (acarbose). Bekerja menghambat absorbsi glukosa di usus halus sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Obat ini tidak menimbulkan efek hipoglikemi. Hal-hal yang harus diperhatikan : OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan decara bertahap sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis maksimal.sulfonilurea generasi I dan II 15-30 menit sebelum makan. Glimepirid sebelum/sesaat sebelum makan. Repaglinid, Nateglinid sesaat/sebelum makan. Metformin sesaat/pada saat/sebelum makan. Penghambat glukosidase α bersama makan suapan pertama. Thiazolidindion tidak bergantung jadwal makan. a) Insulin (1) Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi insulin basal dan sekresi insulin prandial. Terapi insulin diupayakan mampu meniru pada sekresi insulin yang fisiologis. (2) Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basa, insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi nsulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan. (3) Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi yang terjadi. (4) Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting) atau insuli campuran tetap (premixed insulin) Insulin diperlukan dalam keadaan : penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia yang berta disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang hampir maksimal, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan dengan DM/DM Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat, kontraindikasi atau alergi OHO. b) Terapi Kombinasi Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah untuk kemudian diinaikan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Untuk kombinasi OHO dengan insulin, yang banyak dipakai adalah kombinasi OHO dan insulin basal (kerja menengah atau kerja lama) yang divberikan pada malam hari atau menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa yag baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar gula darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti ini kadar gula darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan insulin.
5. Monitor Kadar Gula Darah
Pada pasien diabetes diperlukan pemantauan kadar gula darah, dan bila memungkinkan pematauan dilakukan secara mandiri. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan secara dini terhadap peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah. Pemantauan secara mandiri dengan benar akan mengurangi komplikasi yang ditimbulkan dari DM tipe 2. Pemantauan kadar glukosa sendiri (PKGS) sudah banyak dikembangkan dalam upaya pengendalian diabetes mellitus. Hasil PKGS dapat mengindikasikan pada kondisi-kondisi berikut: pertama mencapai dan memelihara glikemik PKGS memberikan informasi kepada dokter dan perawat mengenai kendali glikemik dari hari kehari, agar dapat memberi naseha yang tepat; kedua mencegah dan mendeteksi hipoglikemik; ketiga mencegah hiperglikemik berat; keempat menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup, terutama berkaitan dengan masa sakit, latihan jasmani, aau akivitas lainnya seperti berkendaraan; dan kelima menentukan kebutuhan untuk memulai terapi insulin pada pasien diabetes mellitus gestastional. Pemantuan pengendalian gula darah juga diketahui melalui tes hemoglobin terglikosilasi. Di dalam sel darah merah terdapat rantai molekul protein yang disebut hemoglobin. Hemoglobin A1c (HbA1c) adalah komponen kecil hemoglobin yang terikat gula. HbA1c juga disebut sebagai hemoglobin glikosilasi aau glucosylated. Mengukur HbA1c dapat dikeahui seberapa inggi glukosa darah rata-rata selama 8-12 minggu terakhir. Nilai HbA1c non-diabetes normal adalah3,5-5,5% dan pemeriksaan HbA1c pada penderita DM adalah satu cara terbaik untuk memeriksa diabetes yang terkendali.Pemeriksaan HbA1c dianjurkan dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Kadar HbA1c memiliki nilai normal kurang dari 6,5 menunjukkan pengendalian yang baik terhadap pengobatan diabetes mellitus. DAFTAR PUSTAKA 1. Soeparman dkk, 2017, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta. 2. http://us.geocities.com/mauzurahm., Penyakit Kencing Manis, Oleh : Mohamed Yosri Mohamed Yong 3. http://www.interna.fk.ui.ac.id/referensi/pedoman/001PD.htm#, 2017, Konsensus Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Universitas Indonesia, Jakarta.