Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN DUKUNGAN

KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES


MELITUS TIPE 2

LITERATURE REVIEW

OLEH
RISHA RISNA DEWI
NIM : PO.62.20.1.17.344

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2021
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

LITERATURE REVIEW
Diajukan kepada
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Terapan Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2021
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
dapat menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan (WHO, 2011). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2017 mendefinisikan diabetes mellitus (DM) adalah sebagai suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya (Perkeni, 2015). Diabetes melitus ditandai dengan peningkatan glukosa dalam darah
melebihi normal (70 – 140 mg/dL).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah (Shunmugam, 2017). Berdasarkan WHO (2016), memperkirakan sebanyak 422 juta
orang dewasa hidup dengan diabetes melitus.
Menurut Handayani dan Dewi (2009) mengemukakan adanya gangguan psikologis pada
orang yang terdiagnosa penyakit diabetes mellitus diantaranya depresi, kecemasan,
kehilangan minat, mudah marah, dan tersinggung. Kondisi depresi terjadi akibat faktor fisik
dan psikososial yang berhubungan dengan penyakit atau terapinya. Depresi pada diabetes
terjadi akibat meningkatnya tekanan pasien yang dialami dari penyakitnya yang kronik.
Penanganan depresi adalah dengan memberikan perhatian dan dukungan yang baik bagi
penderita diabetes mellitus. Mengatasi depresi akan lebih mudah dilakukan dengan adanya
bantuan dari keluarga, akan tetapi tidak adanya keluarga akan dapat menimbulkan bahkan
memperburuk depresi itu sendiri.
Dukungan keluarga sangat penting bagi penderita DM karena keluarga adalah salah satu
dasar untuk membantu agar pasien dapat tetap sehat dan meningkatkan adaptasi kehidupan
mereka. Berbagai bentuk dukungan keluarga diharapkan dapat mengurangi risiko untuk
terjadinya depresi pada pasien diabetes melitus. Keluarga berperan sebagai motivator,
4

fasilitator sekaligus sebagai pendamping yang baik dengan begitu penderita diabetes melitus
akan selalu merasa diperhatikan dan diharapkan penderita diabetes melitus mampu
melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri.
Depresi merupakan salah satu masalah terbesar gangguan psikologis pada pasien DM
tipe 2, dengan prevalensi antara 24% hingga 29%. Depresi pada DM tipe 2 juga sangat
berhubungan dengan ketidakmampuan mengkontrol glikemik, meningkatkan komplikasi,
meningkatkan kematian, menurunkan fungsi fisik dan fungsi pikiran, serta meningkatkan biaya
kesehatan. Degmecic, dkk (2014) membuat rangkuman tentang faktor psikososial yang
mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes, ternyata depresi pada DM tipe 2
lebih banyak dijumpai pada: perempuan, ras minoritas, seseorang yang tidak menikah pada
umur pertengahan, status social, ekonomi rendah dan tidak bekerja. Pendapat Degmecic
dikuatkan kembali oleh penelitian Schmitz Norbert (2014), dimana depresi semakin meningkat
pada seseorang sebagai akibat adanya faktor risiko seperti sosiodemografi, penyakit kronis,
kurangnya komunikasi, dan kurangnya pengetahuan masyarakat maupun tentang depresi
(Lestari, 2018).
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang banyak berkaitan dengan penyakit kronis.
Penyebab terjadinya depresi dapat dikarenakan misalnya kurangnya motivasi yang diberikan
keluarga dan bisa juga disebabkan rasa khawatir yang berlebihan akan terjadinya komplikasi
sehingga lama kelamaan akan terjadinya depresi. Apabila pasien sudah depresi, dapat
menyebabkan pasien menjadi tidak patuh terhadap instruksi dokter, tidak melaksanakan
perintah dokter, tidak melakukan aturan diet akibatnya kadar gula darah tidak terkontrol. Jika
kadar gula darah tidak terkontrol akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi sehingga
akan menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol dan komplikasi, hal tersebut akan
mempengaruh kualitas hidupnya (Shunmugam, 2017).
Dukungan keluarga diyakini memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup penderita DM.
Keluarga merupakan bagian penting dari seseorang begitu pula dengan penderita DM.
Penderita DM tipe 2 diasumsikan memiliki masa-masa sulit seperti berbenah diri, sering
mengontrol gula darah, pola makan, dan aktivitas. Noviarini dkk (2013), mengungkapkan
bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup adalah adanya dukungan
keluarga, pola diet sehat, dan aktivitas fisik. Dukungan keluarga dan kepedulian dari orang-
orang terdekat penderita diabetes mellitus memberikan kenyamanan, perhatian, kasih sayang,
5

dan motivasi pencapaian kesembuhan dengan sikap menerima kondisinya. Hal tersebut dapat
teramati melalui ungkapan salah satu penderita diabetes mellitus yang menyebutkan bahwa
melalui usahanya serta bantuan dari orang-orang terdekat, penderita tersebut dapat teratur
mengonsumsi obat sesuai dosis yang diberikan dokter. Penelitian Yusra (2010), menyatakan
bahwa hasil wawancara dengan lima orang pasien DM tipe 2, dua orang diantaranya
mengatakan sudah bosan dengan penyakitnya dan merasa telah membebani keluarga,
sedangkan tiga pasien lainnya merasa sulit melakukan ibadah dan kurang diperhatikan
keluarganya. Oleh sebab itu, kondisi penyakit DM tipe 2 menimbulkan masalah psikologis dan
fisik yang berfokus pada pentingnya dukungan orang sekitar terutama keluarga.
Solusi dalam hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien diabetes
melitus tipe 2 yaitu melalui berbagai macam bentuk dukungan yang dapat diberikan keluarga
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus, mulai dari memperhatikan kondisi
pasien, mengingatkan jadwal meminum obat dan menyuntik insulin pada pasien, serta
memberikan perhatian dan kasih sayang penuh terhadap pasien. Salah satu yang
mempengaruhi tingkat depresi pada pasien diabetes melitus adalah kurangnya dukungan dan
perhatian dari keluarga. Dukungan keluarga yang baik serta kehangatan keluarga dapat
meningkatkan semangat pasien serta mengurangi risiko terjadinya depresi pada pasien
diabetes melitus tipe 2. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada
pasien diabetes melitus tipe 2 dilakukan agar dapat mengetahui mengenai intervensi promotif
dan preventif yang efektif untuk mengurangi depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien diabetes

melitus tipe 2?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien

diabetes melitus tipe 2.


6

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2.

b. Menjelaskan tingkat depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai