NIM : PO.62.20.1.17.344
Layanan rumah sakit yang baik tentunya ditunjang dengan keberadaan peralatan
dan perlengkapan pendukung yang prima pula. Jangan sampai ketika pasien
membutuhkan, peralatan tersebut tidak tersedia sehingga akan menghambat proses
layanan kepada pasien. Sehingga pasien dapat segera terlayani dan meminimalisasi
risiko bagi pasien. Apalagi saat ini sedang hangat – hangatnya tentang akreditasi
standar rumah sakit. Berdasar pada Undang – Undang No 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pasal 40 dijelaskan bawa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga (3) tahun sekali. Akreditasi rumah
sakit dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam ataupun luar negeri
berdasar standar akreditasi yang berlaku. Untuk memenuhi standar tersebut rumah
sakit dituntut untuk menyediakan layanan dan fasilitas sesuai standar yang telah
ditetapkan.
Instalasi kerja IPSRS mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik dan
merupakan standar universal mencakup aspek :
a. Pengadaan Obat merujuk kepada obat generik
b. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar formularium Rumah Sakit
c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas akan menurunkan harga
d. Pengadaan secara kompetitif
e. Pada tender terbatas, hanya suplier yang telah melewati prakualifikasi yang diizinkan
mengikuti.
f. Adanya komitmen pengadaan
g. Suplier harus menjamin pasokan obat yang kontraknya telah ditandatangani
h. Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan kebutuhan nyata
i. Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan masa kros cek dengan
pola penyakit dan jumlah kunjungan
j. Lakukan penyesuaian terhadap stok over, stok out, obat expired
k. Lakukan penyesuaian dan perhitungan terhadap kebutuhan program dan perubahan
pola penyakit (utamanya) lansia
l. Lakukan Manajemen Keuangan yang baik dan Pembayaran Pasti
m. Kembangkan kepastian pembayaran
n. Mekanisme pembayaran yang pasti akan dapat menurunkan harga
o. Prosedur tertulis dan transparan
Rujukan balik merupakan bagian yang esensial dari system komunikasi dalam
rujukan untuk memberikan pelayanan lanjutan yang tepat bagi pasien setelah mendapatkan
pelayanan spesialis. Rujukan balik yang tepat selain meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien juga membentuk kerjasama yang solid antara penyedia layanan
yang berbasis pada kepercayaan dan komunikasi.
Menurut Piterman dan Koritsas, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membangun komunikasi rujukan antara pemberi rujukan dan penerima rujukan adalah
sebagai berikut :
a. Penerima rujukan menginginkan informasi yang mendetail terkait dengan masalah yang
dihadapi sehingga pasien tersebut dirujuk. Mereka merasa bahwa pemberi rujukan
kurang memberikan informasi yang cukup terkait masalah yang dihadapi. Informasi yang
diharapkan oleh dokter spesialis antara lain detail pengobatan yang sudah diberikan
kepada pasien, pemeriksaan lanjutan yang diperlukan, dan masalah medis lain yang
perlu didiskusikan.
b. Pemberi rujukan mengharapkan respons yang jelas dari penerima rujukan, seperti
jawaban yang spesifik untuk masalah yang ditangani, diagnosa yang jelas, rekomendasi
untuk perawatan lebih lanjut, follow-up yang diperlukan, pengobatan yang sudah
diberikan, serta nama jelas dan tujuan kepada siapa rujukan balik diberikan untuk
ditindaklanjuti.
IDI menetapkan definisi Dokter Keluarga sebagai berikut: Dokter Keluarga adalah
dokter yang memberi pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik
berat pada keluarga sehingga ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yang sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak anya menanti secara pasif
tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
1) Dokter Keluarga melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai
anggota satu keluarga bakan anggota masyarakatnya.
2) Dokter Keluarga memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa
yang dikeluhkannya.
3) Dokter Keluarga memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta
mengobatinya penyakit sedini mungkin.
4) Dokter Keluarga mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya.
5) Dokter Keluarga menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama
dan ikut bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan Akan tetapi setelah
sekian lama, kedudukan DK dalam sistem pelayanan kesehatan kita masih belum
jelas.
Sumber : Azwar, A. 2016. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia.
Masalah kesehatan sudah menjadi fokus yang tak diabaikan oleh pemerintah
Indonesia maupun pada tingkat global. Salah satu bukti dari fokus dan kesadaran
pemerintah terhadap kesehatan masyarakat adalah diluncurkannya program kesehatan
bernama Biaya Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS), Jaminan Persalinan (JAMPERSAL). Sebelum membahas lebih jauh, perlu
diketahui bahwa tulisan ini memiliki kerangka pembahasan yaitu hanya memfokuskan
pada Biaya Operasional Kesehatan (BOK). Tepatnya adalah pembedahan pada petunjuk-
petuntuk teknis Biaya Operasional Kesehatan atau di singkat BOK, dan kedua adalah
landasan filosofis dari program kesehatan tersebut.
Definisi dari Biaya Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Daerah
Kabupaten melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan menuju Millenium Development Goals (MDGs) Bidang
Kesehatan tahun 2015 melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif (Buku Tata Cara Penyelengaraan Administrasi Keuangan BOK
2012).
Program ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah Indonesia untuk
mensukseskan MDGs dan juga peningkatan kesehatan rakyat Indonesia. Konkritnya
adalah program Biaya Operasional Kesehatan merupakan bentuk pembiayaan yang
diturunkan dari APBN dan melalui Kementerian Kesehatan RI untuk dialokasikan kepada
Pemerintah Daerah, Kota/Kabupaten yang akan diteruskan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna Anggran (KPA), lalu dialirkan ke puskesmas-
puskemas. Lanjut agar puskesmas dapat memperoleh BOK maka puskesmas perlu
membuat Rencana Pelaksanaan Anggaran (RPK) yang akan diturunkan menjadi plan of
action (POA) per bulan. Dan proses pembuatan POA haruslah melalui lokakarya mini
(Lokmin). Setelah membuat plan of action maka perlu disertakan untuk Surat
Permintaan Uang (SPU) dan dikirim ke kantor Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) yang akan diteruskan kepada Pejabat Pengguna Anggaran
(PPA) dan diteruskan kepada Penguji Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
untuk dianalisis kelayakan dan apabila telah layak maka PPSPM akan menyuruh
Bendahara Pengeluaran Keuangan untuk mencairkan uang ke puskesmas.
Sumber: https://www.kompasiana.com/sina/550ee2bd8133118b2cbc66a1/biaya-
operasional-kesehatan-bok