Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
Kampus: Jalan Soekarno-Hatta Nomor 1 Bandar
Lampung
Telp/Fax: (0721) 703580
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Astrid Devi Astari


Semester :2
Tempat Praktek : IGD RSAY Metro
Kasus : Trauma Muskuloskeletal

A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Trauma muskuloskeletal merupakan suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera
pada sistem muskuloskeletal, yaitu tulang, sendi otot, ligamen, kartilago, tendon, fascia,
persendian dan brusae yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga
dan rumah tangga. Sehingga menyebabkan disfungsi pada struktur sistem
muskuloskeletal. (Wijaya, 2019, p. 204)

2. Gambaran Klinis (pengkajian)


a. Tanda & Gejala Umum
 Nyeri/ngilu
 Kelelahan
 Gangguan tidur
 Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan
 Penurunan rentang gerak
 Hilangnya fungsi
 Kesemutan
 Mati rasa atau kekakuan
b. Tanda & Gejala Kegawatdaruratan (ABCD)
1) Airway (A)
 Adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktur bagian
wajah
2) Breathing (B)
 Susah bernapas dan suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3) Ciculation (C)
 Pendarahan sering menjadi permasalahan utama
4) Disablity (D)
 Tingkat kesadaran lemah, tanda – tanda lateralisasi, kekuatan eksremitas
terganggu dan tingkat cedera spinal

c. Tes Diagnostik (Amin Huda Nurarif, 2015)


 X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
 Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
 Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
pada perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
 Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
 Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah
atau cedera

3. Patofisiologi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan
jenid dan luasnya trauma. (Lukman, Nurma Ningsih. 2012).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat di
serap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang di tandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
Diagnosis Keperawatan / Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan.
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup).
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuskular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi).
5. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
(pemasangan traksi).
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma (fraktur)

B. Perencanaan Keperawatan / Algoritme / Protokol Penatalaksanaan


No Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri
pencedera fisik, spasme keperawatan diharapkan nyeri Observasi
otot, gerakan fragmen akut berkurang dengan kriteria  Identifikasi lokasi,
tulang, edema, cedera hasil: karakteristik, durasi,
jaringan lunak,  Keluhan nyeri menurun, frekuensi, kualitas,
pemasangan traksi dalam rentang skala 1-3 intensitas nyeri
 Sikap protektif menurun  Identifikasi  skala nyeri
 Kemampuan mengenali  Identifikasi respon nyeri
penyebab nyeri meningkat non verbal
 Kemampuan mengontrol  Identifikasi faktor yang
nyeri meningkat memperberat dan
 Kemampuan menggunaka memperingan nyeri
n teknik non farmakologis Terapeutik
meningkat  Berikan teknik non
 Gelisah menurun farmakologi untuk
 Keluhan sulit tidur mengurangi rasa nyeri
menurun  Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Timbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
trauma, imunitas tubuh keperawatan diharapkan Observasi
primer menurun, tingkat infeksi menurun  Monitor tanda dan gejala
prosedur invasif dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
(pemasangan traksi).  Demam menurun Terapeutik
 Kemerahan menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Nyeri menurun  Berikan perawatan kulit
 Bengkak menurun pada area edema
 Kadar sel darah putih  Cuci tangan sebelum dan
membaik sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan cairan
Kolaborasi
 Pemberian imunisasi
3 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan Perawatan integritas kulit
kulit b.d fraktur terbuka, keperawatan diharapkan Observasi
pemasangan traksi (pen, integritas kulit dan jaringan  Identifikasi penyebab
kawat, sekrup). meningkat dengan kriteria
hasil: gangguan integritas kulit
1. Elastisitas meningkat Terapeutik
2. Hidrasi meningkat  Ubah posisi tiap 2 jam jika
3. Perfusi jaringan tirah baring
meningkat  Lakukan pemijatan pada
4. Kerusakan jaringan area penonjolan tulang
menurun  Hindari produk berbahan
5. Kerusakan lapisan kulit dasar alkohol pada kulit
menurun kering
6. Kemerahan menurun Edukasi
7. Tekstur membaik  Ajarkan menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum air
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2016. Nursing interventions classification (NIC) edisi keenam.


Singapora dan indonesia: mocca media.

Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes classification (NOC) edisi kelima.


Singapora dan indonesia: Moca media.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi jilid 2. Jogjakarta: Percetakan Mediaction
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai