Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan

Manajemen Efek Samping Kemotrapi

Oleh:

Vetri Lusiana

1814201221

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes PERINTIS PADANG

TA.2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEMOTERAPI
A. Definisi
Terapi kemoterapi menggunakan obat-obatan dari berbagai kelas berbeda
untuk menghancurkan sel-sel yang berada di stadium S, M, atau G pada awal
siklus sel (Corwin, J Elizabeth 2009). Tujuan penggunaan terapi ini terhadap
kanker adalah untuk mencegah multiplikasi sel kanker dan menghambat invasi
dan metastase pada sel kanker. Jadi terapi ini cenderung diberikan bila sel
kanker sudah bermetastase luas sehingga menimbulkan efek sistemik
(Prawirodihardjo, 2006).

B. Syarat kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain:  keadaan
umum baik skala karnofsky >70), fungsi hati, ginjal dan sistem homeostatik
(darah) baik dan masalah finasial dapat diatasi. Syarat untuk hemostatik yang
memenuhi syarat adalah ;
1. HB > 10
2. Leukosit > 4.000/dl
3. Trombosit > 100.000/dl

C. Prinsip pemilihan obat kemoterapi


1. Obat yang digunakan diketahui aktivitasnya sebagai single agent, terutama
obat yang mempunyai complete remission
2. Obat dengan mekanisme kerja yang berbeda untuk menghindari efek aditif
atau sinergis
3. Obat dengan toksisitas yang berbeda untuk mendapatkan dosis yang
maksimal atau mendekati maksimal
4. Obat harus digunakan pada dosis optimal dan sesuai schedule
5. Obat harus diberikan pada interval yang konsisten
6. Obat mempunyai pola resistensi yang berbeda harus dikombinasi untuk
meminimalkan resistensi silang.
D. Tujuan Penggunaan Kemoterapi
Penggunaan kemoterapi menurut Otto pada tahun 2003 dapat melalui empat
cara yaitu antara lain :
1. Terapi adjuvant adalah suatu sesi kemoterapi yang digunakan sebagai
modalitas atau terapi tambahan untuk terapi lainnya misalnya pembedahan
dan radiasi yang bertujuan untuk mengobati mikrometastasis.
2. Kemoterapi neo adjuvan yaitu pemberian kemoterapi yang bertujuan untuk
mengecilkan tumor sebelum dilakukan pengangkatan tumor melalui
pembedahan.
3. Terapi primer yaitu terapi pada pasien dengan kanker lokal dikarenakan
alternative terapi lain tidak terlalu efektif.
4. Kemoterapi induksi yaitu terapi primer pada pasien kanker karena tidak
memilki alternative terapi lain.
5. Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih obat kemoterapi
dalam terapi kanker yan obat tersebut bersifat sinergis atau saling
memperkuat aksi obat lainnya.

E. Penggunaan obat kemoterapi


1. Obat-Obat Anti Proliferasi
Obat untuk menghambat perkembangbiakan sel kanker disebut
SITOSTATIKA.
2. Obat Sitostatika
Yang bekerja pada fase M (antimikotik)
a. Vincristin
b. Vinblastin
Yang bekerja pada fase S ( antimetabolit )
a. 5-FU (fluorurasil)
b. Metotreksat (MTX)
c. 6-merkaptopurin
d. Cytocin
Yang bekerja pada molekul DNA ( Alkylating Agent )
a. Cyclofosfamide (endoxan)
b. Chlorambucil
Golongan yang membentuk ikatan kompleks dengan molekul DNA
(antibiotik)
a. Daunorubicin
b. Mytomycin C
c. Adriamycin
Yang belum jelas titik tangkapnya kerjanya.
a. Procarbazine
b. Cisplatin

Hormon dapat mempengaruhi pertumbuhan sel kanker yang hormon


sensitif yaitu sel kanker yang mempunyai reseptor hormon yang bersangkutan
dengan memblok reseptor hormon (kompetitif inhibitor), misalkan:
a. Tamoxipen
b. Aminoglutitimide
c. Fugerel

3. Masalah Khusus: EKSTRAVASASI


Kita harus perhatian ketika agen vesicant IV dimasukkan. Vesicant
adalah agen yang apabila terkumpul akan masuk dalam jaringan subcutan
(ekstravasasi). Ekstravasasi menyebabkan nekrosis pada jaringan dan
kerusakan tendon, syaraf, dan pembuluh darah. Diketahui pH dari
antineoplastik berhubungan dengan reaksi inflamasi berat, dan ini seiring
dengan kemampuan obat dalam mengikat jaringan DNA. Beberapa obat
yang bisa menyebabkan kerusakan jaringan (ulcer), obat tersebut
dinamakan vesicant, yaitu dactinomycin, daunorubicin, nitrogen mustard,
mitomycin, vinblastin, vincristin, dan vindesine.
Hanya dokter atau perawat yang telah mendapatkan pelatihan
khusus yang bisa memasukkan vesicant. Pemilihan vena perifer yang perlu
diperhatikan, ketrampilan venipuncture, dan perhatian khusus saat
memasukkan obat. Indikasi ekstravasasi selama pemasukan agen vesicant
meliputi:
a. Darah dapat kembali dari IV kateter
b. Resistance to flow of IV fluid
c. Bengkak, nyeri, atau kemerahan pada sisi bagian yang diinfus.
Jika terjadi ekstravasasi, segera hentikan pemasukan obat dan
segera berikan es pada bagian yang mengalami ekstravasasi (kecuali pada
ekstravasasi yang disebabkan karena agen vinca alkaloid). Dokter akan
mengaspirasi obat infiltrate dari jaringan dan menyuntikkan cairan
penetralisir ke area yang mengalami ekstravasasi, hal ini digunakan untuk
mengurangi kerusakan jaringan. Pemilihan cairan penetralisir tergantung
pada agen vincant yang menyebabkan ekstravasasi. Contohnya cairan
penetralisir yaitu sodium thiosulfate, hyaluronidase, dan sodium
bicarbonate. Rekomendasi dan petunjuk mengenai management vesicant
ekstravasasi harus dibahas lebih lanjut.

F. Efek samping pemberian kemoterapi


1. Efek samping pada saluran gastrointestinal
Efek samping pada saluran gastrointestinal yang sering diderita
oleh pasien adalah mual dan muntah yang dapat menetap hingga 1 hari
setelah pemberian obat kemoterapi. Sel-sel epitelium yang melapisi
rongga mulut dapat dengan cepat memperbaharui diri sehingga
membuatnya rentan terhadap efek obat kemoterapi. Akibat yang umum
terjadi pada pasien adalah diare. Mual, muntah, dan diare yang berat dapat
mengakibatkan pasien mengalami dehidrasi. Berbagai keluhan yang
menjadi tanda dehidrasi pada pasien adalah kekeringan pada membran
mukosa (mulut kering), merasa haus, dan urin yang keluar sedikit.
2. Efek samping pada sistem Hematopoitic
Myelosupresi ditandai dengan menurunnya jumlah sel-sel darah
merah (anemia), sel darah putih (leukopenia), dan trombosit
(trombositopenia). Berbagai keluhan yang berhubungan dengan anemia,
yaitu pasien mudah mengalami kelemahan atau lelah, peningkatan denyut
jantung, merasa pusing jika melakukan perubahan posisi dengan cepat.
Bila bertambah parah maka kulitnya akan sering tampak pucat.
Leukopenia dapat menyebabkan pasien mengalami infeksi. Beberapa
tanda infeksi diantaranya adalah adanya kemerahan pada kulit. Infeksi
harus segera ditangani bila didapati berbagai keluhan, yaitu: demam,
menggigil, sakit pada tenggorokan, luka pada mulut, adanya infeksi pada
saluran kemih yang ditandai dengan merasa panas ketika berkemih atau
adanya darah dalam urin. Tanda jika pasien megalami trombositopenia
adalah mudah memar, adanya petekie (bintik-bintik merah dibawah kulit),
mudah berdarah biasanya dari hidung, gusi, atau rektum
3. Efek samping pada sistem neurologis
Golongan obat kemoterapi yang sering menyebabkan gangguan
pada sistem neurologis adalah alkaloid tumbuhan, terutama vinkristin.
Efek samping ini biasanya reversibel dan dapat menghilang setelah
selesainya kemoterapi. Beberapa gejala dari neuropati perifer yaitu
numbness dan tingling (merasa seperti tertusuk peniti atau kesemutan)
pada tangan dan kaki, nyeri pada ekstremitas, mati rasa, dan bisa juga
menyebabkan ileus paralitik seperti kesulitan dalam menelan.
4. Efek samping pada sistem Kardiopulmonal
Beberapa obat kemoterapi seperti daunorubicin dan doxorubicin
diketahui dapat menyebabkan penumpukan cardiac toxicity yang bersifat
irreversible, terutama ketika total dosis mencapai 550mg/m 2. Cardiac
ejection fraction (volume darah yang dikeluarkan oleh jantung setiap satu
detakan) dan tanda dari CHF harus diobservasi secara mendalam.
Bleomycin, carmustin (BCNU) dan busulfan diketahui dapat berefek racun
pada paru-paru jika terakumulasi. Pulmonary fibrosis dapat terjadi karena
efek jangka panjang dari agen ini. Oleh karena itu pasien harus dimonitor
perubahan fungsi paru-paru, termasuk hasil fungsi paru-paru. Total
kumulatif dosis dari bleomycin tidak lebih dari 400 unit.
5. Efek samping lainnya
Obat kemoterapi juga berpengaruh terhadap sistem reproduksi,
yaitu fungsi testiskular dan ovarium yang berakibat kemungkinan terjadi
sterilitas. Pada pasien wanita akan mengalami menopause dini, sedangkan
pada pasien pria akan mengalami azoosperma (tidak adanya spermatozoa)
terjadi secara temporer atau permanen. Obat kemoterapi juga dapat
merusak ginjal karena mempunyai efek langsung terhadap sistem ekskresi.
Oleh sebab itu, diperlukan pemeriksaan fungsi ginjal secara rutin untuk
menghindari adanya kerusakan pada ginjal.

G. Perawatan pasien dengan post kemoterapi :


1. Anoreksia
Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan kepada
pasien cara mengatur makanan:
a. Kebutuhan karbohidrat, sebagai sumber energi harus dikonsumsi
secara teratur, bisa diperoleh dari tepung, sereal, pasta dan roti,
tetapi hindari yang terlalu manis seperti permen dan kue-kue basah.
b. Kebutuhan protein, penting karena banyak mengandung vitamin
dan mineral. Bisa dengan mengkonsumsi suplemen nutrisi seperti
ensure, sustacal, resource, bisa juga dengan osmolit, isocal,
isosource.
c. Untuk menambah masukan protein bisa juga dengan makan telur
rebus, daging, yoghurt.

2. Perubahan indra pengecap


a. Hindari makanan yang pahit
b. Makanan lunak berprotein ( susu, ikan,ayam )
c. Pertahankan rasa manis
d. Konsumsi makanan tambahan
e. Lakukan tes pengecapan
f. Karbohidrat pada pasien yang tidak suka manis
g. Gunakan tambahan bumbu

3. Stomatitis dan esofagitis


Untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya stomatitis dan esofagitis :
a. Melakukan pemeriksaan gigi 14 hari sebelum kemoterapi pertama
b. Gosok gigi 30 menit setelah makan dan sebelum tidur, gunakan
sikat gigi yang lembut, gunakan air hangat untuk kumuran pertama
kemudian bilas dengan air dingin. Kemudian letakkan sikat gigi di
tempat yang kering.
c. Gunakan pasta gigi berflouride atau yang mengandung baking
soda.
d. Jaga bibir tidak kering
e. Minum air 3 l perhari, kecuali merupakan kontra indikasi.
f. Hindari rokok dan alcohol
g. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, terlalu
banyak mengandung zat kimia.
h. Kontrol gigi setelah selesai semua sesi kemoterapi.

4. Mual dan muntah


Untuk mencegah atau meminimalkan mual dan muntah :
a. Makan makanan yang dingin atau yang disajikan dengan suhu
ruangan karena makanan panas meningkatkan sensasi mual.
b. Minum segelas jus apel, lemon, gelatin, teh atau cola untuk
meredakan mual.
c. Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak dan telalu pedas.
d. Hindari makan dan minum 1-2 jam sebelum dan setelah
kemoterapi.
e. Gunakan teknik distraksi ( musik,radio,televisi )
f. Gunakan untuk tidur saat terasa mual

5. Konstipasi
a. Sediakan waktu untuk BAB secara teratur
b. Minum jus buah atau makan buah setelah waktu makan
c. Minum air hangat
d. Minum 3l air kecuali merupakan kontraindikasi
e. Usahakan agar diet yang dikonsumsi mengandung serat
f. Hindari produk yang banyak mengandung tepung
g. Tingkatkan aktivitas fisik

6. Diare
a. Hindari makanan yang mengiritasi lambung, seperti : sereal, roti dari
tepung, kacang, biji-bijian, coklat, buah segar atau yang dikeringkan,
jus buah (pisang, avocado, apel dan anggur diperbolehkan), sayur
mentah, makanan yang banyak mengandung gas, makanan dan
minuman yang mengandung kafein.
b. Gunakan untuk beristirahat.
c. Minum 3 l perhari kecuali merupakan kontraindikasi.
d. Makan sedikit tapi sering.
e. Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin.
f. Hindari susu atau produk susu
7. Alopecia

Penanganan untuk meminimalkan alopecia adalah :

a. Gunakan sampho bubuk atau yang lembut, sampho dengan bahan


dasar protein, diikuti dengan penggunaan minyak rambut atau
kondisioner setiap 3-5 hari.
b. Minimalkan penggunaan hair dryer, jika memang diperlukan
gunakan dengan panas rendah.
c. Hentikan penggunaan mesin dengan listrik seperti alat pelurus
rambut. Selain itu hentikan pula penggunaan roll rambut, bandana
yang menekan rambut, hair spray, semir rambut karena akan
menyebabkan kerapuhan rambut.
d. Hindari menggosok rambut dan menyisir rambut terlalu keras.
e. Hindari manipulasi rambut yang berlebihan seperti mengikatnya
ekor kuda.
f. Gunakan bantal yang lembut
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2011). Cancer Facts and Figures 2011. American
Cancer Society, Inc
Baradero dan Koleganya.(2007). Seri asuhan Keperawatan Klien Kanker.
Jakarta: EGC
Brannon & Feist.(2007). Health Psycology. USA: Thomson Wadsworth Brunner
& Suddarth. (2001).
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. Penebit Buku
Kedokteran EGC.
Joyce., 1993, Nursing Management of Symptoms Associated with Chemotherapy,
3rd edition, Profesional Service by Farmitalio Carlo Erba.
Kuswibawati, L. 2000. Buku Apa Itu Kanker. Yogyakarta: Penerbit Universitas
Sanata Dharma.
Min, Y.,& Finn, O.J., 2006. DNA vaccines for cancer too. Cancer Imunology and
Imunotherapy 55, 119.130
National Cancer Control Programme. England: WHO Copyright Jong, Wim De.
(2004).
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia.
Otto, Sherly E. 2003.Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Potter & Perry.(2005). Fundamental Keperawatan (terjemahan, edisi 4, vol 1-2
Price & Wilson.(2005).Patofisiology (Edisi 6, Vol 2). Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka d/a Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.,
Brunner and Suddarth. (8th edition): editor, Suzame. C. Smeltzer, Brenda
G. Bare; Ahli Bahasa, Agung Waluyo, dkk, editor bahasa Indonesia,
Monica Ester, Ellen Pangabean: EGC.World Health Organization 2009
NMH Fact sheet January 2010

Anda mungkin juga menyukai