Dosen Pembimbing:
Yaslina M.Kep, Ns.Sp.Kep.Kom
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dari Mobilisasi
B. Tujuan Mobilisasi
C. Hal-Hal Yang Harus Dikaji
D. Faktor Yang Mempengaruhi
E. Efek Imobilitas
F. Asuhan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia terkait kebutuhan
keselamatan dan keamanan yang melibatkan keselamatan fisik dan psikologis,
yaitu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna menjaga
kesehatannya.Kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas. Pada lansia terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normal
secara berlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu didalam tubuh menumpuk
makin banyak distrosi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif
yang menyebabkan lansia mengakhiri hidup dengan episode terminal.
Manfaat mobilisasi pada lansia adalah mencegah hilangnya kemampuan
fungsi tubuh, mempertahankan tingkat kesehatan, meningkatkan aktualisasi
diri, melatih latihan gerak, mempertahankan tonus otot, mencegah terjadinya
trauma dan deformitas (Bennita, 2015). Salah satu penyakit yang sering
menggangu kesehatan dan mengakibatkan gangguan mobilisasi pada
kelompok lansia yang mengakibatkan kelainan metabolik dan endokrin
tulang,kekakuan pada sendi, kelemahan pada otot, dan nyeri sendi adalah
asam urat atau gout.Lebih dari 356 juta orang di dunia ternyata menderita
penyakit asam urat. Menurut WHO mendata penderita gangguan sendi di
Indonesia sampai 81% dari populasi hanya 24% yang pergi berobat ke dokter
sedangakan 71 % cenderung langsung mengkomsumsi obat- obat pereda nyeri
yang dijual bebas.
Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara di Asia lainnya seperti di
Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Taiwan.Penyakit sendi secara nasional
prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30% dan prevalensi
berdasarkan tenaga kesehatan adalah sebesar 14%.Gout adalah penyakit akibat
gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan
serangan sinovit akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan Kristal urat monosodium dan pada tahap yang lebih lanjutterjadi
degenerasi tulang rawan sendi (Arif, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Mobilisasi?
2. Apa Saja Tujuan Mobilisasi?
3. Apa Hal-Hal Yang Harus Dikaji?
4. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi?
5. Apa Saja Efek Imobilitas?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Definisi Dari Mobilisasi
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tujuan Mobilisasi
3. Untuk Mengetahui Apa Hal-Hal Yang Harus Dikaji
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Efek Imobilitas
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah,teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya
guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).Masalah mobilitas pada
lansia dapat disebabkan akibat kelainan metabolik dan endokrin pada tulang,
kelemahan otot, kekakuan pada sendi, dan nyeri sendi adalah penyakit
Gout.Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai
dengan hiperurisemia dan serangan sinovit akut berulang-ulang.Kelainan ini
berkaitan dengan penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium dan pada
tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.Klasifikasi gout
terbagi menjadi dua, yaitugout primer dan gout sekunder.
Gout primer dipengaruhi oleh faktor genetik.Terdapat produksi/sekresi asam
urat yang berlebih dan tidak diketahui penyebabnya, sedangkan Gout sekunder
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu Produksi asam urat yang berlebih,
misalnya pada Kelainan mieproliferatif ( polisitemia, leukemia, myeloma
retikularis),Sindrom Lesh-Nyhan yaitu suatau kelainan akibat defisiensi
hipoxantin guanine fosfori bosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan
sebagian pada Universitas Sumatera Utara orang dewasa, Gangguan
penyimpanan glikogen, dan penatalaksaan anemia pernisiosa karena maturasi
sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.
B. Tujuan Mobilisasi
Menurut (Fitriyahsari, 2009) tujuan dari mobilisasi adalah:
1. Rentang gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu tiga potongan tubuh: sagittal, frontal, dan
tranversal. Potongan sagittal adalah garis yang melewati tubuh dari depan
kebelakang tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan
dan belakang. Potongan transversal adalah garis horinzontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
2. Gaya berjalan
Isitilah Gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan carautama atau
gaya ketika berjalan. Dengan mengkaji gayaberjalan klien memungkinkan
perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya
berjalan manusia mengikuti kesesuian sistem skeletal, syaraf, dan otot
tubuh manusia.
4. Kesejajaran Tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri,
duduk, atau berbaring, yang bertujuan untuk menentukan perubahan
fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan
perkembangan pada masing-masing individu dan mengidentifikasi deviasi
kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh postur tubuh yang tidak benar.
5. Berdiri
Hal- hal yang harus yang dikaji berfokus pada kesejajaran tubuh klien
saat berdiri antara lain:
b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar
d. Ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang
di garis dalam pola S terbalik
e. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan
nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung
6. Duduk
Penting untuk mengkaji kesejajaran saat duduk jika klien memiliki
kelemahan otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Klien yang memiliki
masalah ini akan mengalami penurunan sensasi pada area yang sakit dan
tidak mampu mempersepsikan tekanan atau berkurangnya sirkulasi.
Kesejajaran tubuh yang tepat saat duduk menurunkan resiko kerusakan
sistem muskoloskletal pada klien tersebut.
7. Berbaring
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi tekanan
yang normal. Pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang diimobilisasi
atau yang berbaring ditempat tidur dalam posisi lateral atau miring.
Pindahkan semua alat, posisi, dan tempat tidur kecuali bantal yang
dibawah kepala, dan dukung tubuh dengan matras yang adekuat.Posisi ini
memungkinkan pandangan tulang belakang yang utuh dan membantu
memberikan data dasar kesejajaran tubuh.
E. Efek Imobilitas
Efek imobilitas sangat jauh jangkauannya.Imobilitas dapat mempengaruhi
tampilan fisik seseorang dan kondisi psikososialnya.Akibatnya mencakup
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari- hari
(Bennita, 2015).
Efek Imobilitas
Soal Kasus
Ibu R 65 Tahun tinggal di bukittinggi berpendidikan terakhir SD yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga terjatuh di kamar mandi. Ibu R mengalami fraktur pada tulang
humerus, pasien mengatakan nyeri pada bagian humerus, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, skala nyeri sedang (5) saat ini ibu R di rawat dirumah oleh keluarga. Keluarga
mengatakan tidak mengetahui bagaimana perawatan yang baik buat ibu R agar cepat
pulih, keluarga pasien mengatakan tata cara merawat pasien faraktur. TD 150/90
mmHg, Nadi 80 x /menit, RR: 24 x /menit, Suhu 36,20C
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny R
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bukittinggi
pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada humerus, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, skala nyeri sedang (5)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada humerus, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, skala nyeri sedang (5), saat ini di rawat oleh keluarga
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang fraktur
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit penyerta
f. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
g. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
(Doengos. Marilynn E, 2002).
h. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang
lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
TD 150/90 mmHg
Nadi 80 x /menit
RR: 24 x /menit
Suhu 36,20C
d. Pemeriksaan head to toe
Kepala : mesocepal.
Rambut : banyak uban, kotor, bau keringat.
Mata :warna kehitaman disekitar kulit mata, konjungtiva
ananemis,
Hidung : tidak ada sianosis, tidak ada lesi
Mulut : mukosa bibir lembab
Telinga : tidak ada serumen, simetris kanan kiri tidak ada lesi
Leher : distensi vena jugularis 2 cm
Dada :
Jantung :
I : ictus cordis tampak pada intercosta space V
P : ictus cordis teraba pada intercosta space V
P : redup, batas jantung ICS II linea sternalis kanan- ICS II
linea sternalis kiri, ICS II 2-3cm kekiri dari linea sternalis kiri,
ICS IV linea sternalis kanan/kiri- ICS V mid klavikula line kiri
A : terdengar S1, S2 tunggal / regular
Ekstermitas :
Atas : tidak ada nyeri, tidak ada bengkak
Bawah : fraktur humerus
Kulit : teraba hangat, kering
ANALISA DATA
A. Kesimpulan
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah,teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).Masalah mobilitas pada lansia
dapat disebabkan akibat kelainan metabolik dan endokrin pada tulang, kelemahan
otot, kekakuan pada sendi, dan nyeri sendi adalah penyakit Gout.Gout adalah
penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia
dan serangan sinovit akut berulang-ulang.Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.Klasifikasi gout terbagi menjadi dua,
yaitugout primer dan gout sekunder.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
B. Saran
Makalah ini ada beberapa hal yang disarankan kepada pembaca maupun
penderita fraktur tentang apa saja tanda dan gejala yang dialami, apa saja yang
harus dilakukan selama perawatan dilakukan oleh keluarga penderita.