Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN GERONTIK

“MAKALAH TENTANG KONSEP GANGGUAN MOBILISASI


DAN ASKEP FRAKTUR”

Di Susun Oleh Kelompok 2:

Fajar Kurniawan Puput Avita Sari


Natasya Wulandari Sinta Mulia
Nanda Ardini Melani
Fahdia Gusti Rahayu Sri Winarta
Kiki Patmala

Dosen Pembimbing:
Yaslina M.Kep, Ns.Sp.Kep.Kom

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Perintis Indonesia
Fakultas Ilmu Kesehatan
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Gangguan Mobilisasi &
Askep Fraktur”. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodelogi
Penelitian. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Gangguan
Mobilisasi bagi para pembaca dan juga bagi kelompok. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Yaslina M.Kep, Ns.Sp.Kep.Kom selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 11 Oktober 2021

Kelompok 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dari Mobilisasi
B. Tujuan Mobilisasi
C. Hal-Hal Yang Harus Dikaji
D. Faktor Yang Mempengaruhi
E. Efek Imobilitas
F. Asuhan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia terkait kebutuhan
keselamatan dan keamanan yang melibatkan keselamatan fisik dan psikologis,
yaitu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna menjaga
kesehatannya.Kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas. Pada lansia terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normal
secara berlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu didalam tubuh menumpuk
makin banyak distrosi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif
yang menyebabkan lansia mengakhiri hidup dengan episode terminal.
Manfaat mobilisasi pada lansia adalah mencegah hilangnya kemampuan
fungsi tubuh, mempertahankan tingkat kesehatan, meningkatkan aktualisasi
diri, melatih latihan gerak, mempertahankan tonus otot, mencegah terjadinya
trauma dan deformitas (Bennita, 2015). Salah satu penyakit yang sering
menggangu kesehatan dan mengakibatkan gangguan mobilisasi pada
kelompok lansia yang mengakibatkan kelainan metabolik dan endokrin
tulang,kekakuan pada sendi, kelemahan pada otot, dan nyeri sendi adalah
asam urat atau gout.Lebih dari 356 juta orang di dunia ternyata menderita
penyakit asam urat. Menurut WHO mendata penderita gangguan sendi di
Indonesia sampai 81% dari populasi hanya 24% yang pergi berobat ke dokter
sedangakan 71 % cenderung langsung mengkomsumsi obat- obat pereda nyeri
yang dijual bebas.
Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara di Asia lainnya seperti di
Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Taiwan.Penyakit sendi secara nasional
prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30% dan prevalensi
berdasarkan tenaga kesehatan adalah sebesar 14%.Gout adalah penyakit akibat
gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan
serangan sinovit akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan Kristal urat monosodium dan pada tahap yang lebih lanjutterjadi
degenerasi tulang rawan sendi (Arif, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Mobilisasi?
2. Apa Saja Tujuan Mobilisasi?
3. Apa Hal-Hal Yang Harus Dikaji?
4. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi?
5. Apa Saja Efek Imobilitas?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Definisi Dari Mobilisasi
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tujuan Mobilisasi
3. Untuk Mengetahui Apa Hal-Hal Yang Harus Dikaji
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Efek Imobilitas
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah,teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya
guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).Masalah mobilitas pada
lansia dapat disebabkan akibat kelainan metabolik dan endokrin pada tulang,
kelemahan otot, kekakuan pada sendi, dan nyeri sendi adalah penyakit
Gout.Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai
dengan hiperurisemia dan serangan sinovit akut berulang-ulang.Kelainan ini
berkaitan dengan penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium dan pada
tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.Klasifikasi gout
terbagi menjadi dua, yaitugout primer dan gout sekunder.
Gout primer dipengaruhi oleh faktor genetik.Terdapat produksi/sekresi asam
urat yang berlebih dan tidak diketahui penyebabnya, sedangkan Gout sekunder
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu Produksi asam urat yang berlebih,
misalnya pada Kelainan mieproliferatif ( polisitemia, leukemia, myeloma
retikularis),Sindrom Lesh-Nyhan yaitu suatau kelainan akibat defisiensi
hipoxantin guanine fosfori bosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan
sebagian pada Universitas Sumatera Utara orang dewasa, Gangguan
penyimpanan glikogen, dan penatalaksaan anemia pernisiosa karena maturasi
sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.

B. Tujuan Mobilisasi
Menurut (Fitriyahsari, 2009) tujuan dari mobilisasi adalah:

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mempertahankan fungsi tubuh

3. Memperlancar peredaran darah

4. Mempertahankan tingkat kesehatan

5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine

6. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari.


C. Hal-Hal Yang Harus Dikaji
Hal-hal yang harus dikaji dalam asuhan keperawatan mobilisasi menurut
(Hidayat,2006) adalah sebagai berikut:

1. Rentang gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu tiga potongan tubuh: sagittal, frontal, dan
tranversal. Potongan sagittal adalah garis yang melewati tubuh dari depan
kebelakang tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan
dan belakang. Potongan transversal adalah garis horinzontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

2. Gaya berjalan
Isitilah Gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan carautama atau
gaya ketika berjalan. Dengan mengkaji gayaberjalan klien memungkinkan
perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya
berjalan manusia mengikuti kesesuian sistem skeletal, syaraf, dan otot
tubuh manusia.

3. Latihan dan Toleransi Aktivitas


Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh,
meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kesehatan
jasmani.Sedangkan toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau
kerja yang dapat dilakukan seseorang.Pengkajian toleransi aktivitas
diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti berjalan, latihan rentang
gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut dan kronik.

4. Kesejajaran Tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri,
duduk, atau berbaring, yang bertujuan untuk menentukan perubahan
fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan
perkembangan pada masing-masing individu dan mengidentifikasi deviasi
kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh postur tubuh yang tidak benar.
5. Berdiri
Hal- hal yang harus yang dikaji berfokus pada kesejajaran tubuh klien
saat berdiri antara lain:

a. Kepala tegak dan midine

b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar

c. Ketika dilihat dari arah posterior tulang belakang lurus

d. Ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang
di garis dalam pola S terbalik

e. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan
nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung

f. Lengan klien nyaman di samping

g. Kaki ditempatkan sedikit berjahuan untuk mendapatkan dasar


penopang, dan jari-jari kaki menghadap ke depan

h. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di


tengah tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian
depan sampai titik tengah antara kedua kaki.

6. Duduk
Penting untuk mengkaji kesejajaran saat duduk jika klien memiliki
kelemahan otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Klien yang memiliki
masalah ini akan mengalami penurunan sensasi pada area yang sakit dan
tidak mampu mempersepsikan tekanan atau berkurangnya sirkulasi.
Kesejajaran tubuh yang tepat saat duduk menurunkan resiko kerusakan
sistem muskoloskletal pada klien tersebut.

7. Berbaring
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi tekanan
yang normal. Pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang diimobilisasi
atau yang berbaring ditempat tidur dalam posisi lateral atau miring.
Pindahkan semua alat, posisi, dan tempat tidur kecuali bantal yang
dibawah kepala, dan dukung tubuh dengan matras yang adekuat.Posisi ini
memungkinkan pandangan tulang belakang yang utuh dan membantu
memberikan data dasar kesejajaran tubuh.

D. Faktor Yang Mempengaruhi


1. Pengaruh Otot
Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan massa tubuh,
yang membentuk sebagian massa otot. Oleh karena itu, penurunan massa
otot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan kelelahan.
Perubahan mobilisasi dan gerakan mengakibatkan kerusakan
muskoloskeletal yang besar, yang perubahan patofisiologi utamanya
adalah atrofi. Atrofi adalah suatu keadaan yang dipandang secara luas
sebagai respon terhadap penyakit dan penurunan aktivitas sehari-hari,
seperti pada respon imobilisasi dan tirah baring.
2. Pengaruh Skeletal
Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet: gangguan
metabolisme kalsium dan kelainan sendi. Karena imobilisasi Universitas
Sumatera Utara berakibat pada resorpsi tulang, sehingga jaringan tulang
menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis.
3. Gaya Hidup
Perubahan gayahidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari.
4. Proses Penyakit/ Cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena
dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
5. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.Misalnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat.
6. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas.Agar seseorang dapat
melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
7. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan usia.

E. Efek Imobilitas
Efek imobilitas sangat jauh jangkauannya.Imobilitas dapat mempengaruhi
tampilan fisik seseorang dan kondisi psikososialnya.Akibatnya mencakup
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari- hari
(Bennita, 2015).
Efek Imobilitas

Integumentary Kerusakan kulit, formasi dekubitus


Musculoskeletal Atrofi otot : kelemahan dan
kontraktur
 Kelemahan
 Kontraktur
 Mobilitas sendi menurun
 Jatuh Tulang kekurangan
mineral
Saraf Deprivasi sensori
Endokrin Gangguan fungsi hormon
Metabolisme berkurang Intoleransi
aktivitas
Kardiovaskuler Beban kerja jantung bertambah
Thrombin Emboli
 Stroke
 Serangan jantung
 Penghentian pernafasan
Hipotensi ortostatis
Pernafasan Pneumonia Gangguan pergantian gas
Pencernaan Anoreksia Konstipasi
Perkemihan I Infeksi saluran perkemihan
Inkontenensia perkemihan (kandung
kemih membengkak) Kalkulus renal
( batu ginjal )
Psikososial Stress Interupsi tidur Depresi Isolasi
sosial Gangguan image tubuh dan
harga diri Gangguan peran dan
hubungan Gangguan seksualitas

Soal Kasus
Ibu R 65 Tahun tinggal di bukittinggi berpendidikan terakhir SD yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga terjatuh di kamar mandi. Ibu R mengalami fraktur pada tulang
humerus, pasien mengatakan nyeri pada bagian humerus, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, skala nyeri sedang (5) saat ini ibu R di rawat dirumah oleh keluarga. Keluarga
mengatakan tidak mengetahui bagaimana perawatan yang baik buat ibu R agar cepat
pulih, keluarga pasien mengatakan tata cara merawat pasien faraktur. TD 150/90
mmHg, Nadi 80 x /menit, RR: 24 x /menit, Suhu 36,20C

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny R
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bukittinggi
pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada humerus, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, skala nyeri sedang (5)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada humerus, nyeri seperti tertusuk benda
tajam, skala nyeri sedang (5), saat ini di rawat oleh keluarga
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang fraktur
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit penyerta
f. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
g. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
(Doengos. Marilynn E, 2002).
h. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang
lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
 TD 150/90 mmHg
 Nadi 80 x /menit
 RR: 24 x /menit
 Suhu 36,20C
d. Pemeriksaan head to toe
 Kepala : mesocepal.
 Rambut : banyak uban, kotor, bau keringat.
 Mata :warna kehitaman disekitar kulit mata, konjungtiva
ananemis,
 Hidung : tidak ada sianosis, tidak ada lesi
 Mulut : mukosa bibir lembab
 Telinga : tidak ada serumen, simetris kanan kiri tidak ada lesi
 Leher : distensi vena jugularis 2 cm
 Dada :
Jantung :
 I : ictus cordis tampak pada intercosta space V
 P : ictus cordis teraba pada intercosta space V
 P : redup, batas jantung ICS II linea sternalis kanan- ICS II
linea sternalis kiri, ICS II 2-3cm kekiri dari linea sternalis kiri,
ICS IV linea sternalis kanan/kiri- ICS V mid klavikula line kiri
 A : terdengar S1, S2 tunggal / regular
 Ekstermitas :
 Atas : tidak ada nyeri, tidak ada bengkak
 Bawah : fraktur humerus
 Kulit : teraba hangat, kering
ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


.
1. Ds : Agen pencedera Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri fisiologis
pada bagian humerus
 Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk benda
tajam
Do:
 Pasien tampak meringis
 Skala nyeri sedang (5)

2. Ds: Kurang terpapar Deficit


 Keluarga mengatakan informasi pengetahuan
tidak mengetahui
bagaimana perawatan yang
baik buat ibu R agar cepat
pulih.
 keluarga pasien
mengatakan tata cara
merawat pasien faraktur.
Do:
 keluarga pasien tampak
kebingungan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d Pasien mengatakan nyeri pada
bagian humerus, Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam,
pasien tampak meringis, skala nyeri sedang (5)
b. Deficit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d/d Keluarga
mengatakan tidak mengetahui bagaimana perawatan yang baik buat ibu R
agar cepat pulih, keluarga pasien mengatakan tata cara merawat pasien
faraktur, keluarga pasien tampak kebingungan.
Luar Utama Luar Tambahan Intervensi Utama Intervensi
Pendukung
Diagnosis Nyeri akut (0077) Tingkat nyeri  Kontrol nyeri  Manajemen nyeri  Edukasi teknik
Hal 172 ( L.08066) Hal :145 (L.08063) Hal:58 (I.08238) Hal : nafas (I.12452)
 Mobilitas fisik 201 Hal:111
(L.05042) Hal 65  Pemberian  Pemberian obat
 Status analgesic oral (I.03128)
kenyamanan (I.08243) Hal:265
(L.08064) Hal Hal: 251  Teknik relaksasi
Kategori Psikologis 110 (I.09326)
Hal:436
Sub Kategori Nyeri dan Hal: 172
Kenyamanan
Definisi Pengalaman sensorik pengalaman sensorik  Kontrol nyeri Observasi:  Mengajarkan
atau emosional yang atau emosional yang adalah Tindakan 1. Identifikasi teknik
berkaitan dengan berkaitan dengan untuk meredakan lokasi, karakter, pernafasan
kerusakan jaringan kerusakan jaringan pengalaman durasi, frekuensi, untuk
actual atau aktual atau sensorik atau kualitas dan meningkatkan
fungsional, dengan fungsional,dengan emosional yang intensitas nyeri relaksasi,
onset mendadak atau konsep mendadak tidak 2. Identifikasi skala meredakan nyeri
lambat dan atau lambat dan menyenangkan nyeri dan ketidak
berintensitas ringan berintensitas ringan akibat kerusakan 3. Identifikasi nyamanan.
hinga berat yang hingga berat dan jaringan respon nyeri non  Menyiapkan dan
berlangsung kurang konstan.  Mobilitas fisik verbal memberikan
dari 3 bulan adalah 4. Identifikasi agen
Ekspetasi : menurun kemampuan faktor yang farmakologis
Penyebab: dalam gerakan memperberat dan melalui mulut
1. Agen pencedera Kriteria Hasil: fisik dari satu memperingan untuk
fisiologis 1. Keluhan nyeri atau lebih nyeri mendapatkan
(inflamasi, menurun ekstremitas 5. Identifikasi efek local atau
iskemia, 2. Meringis menurun secara mandiri pengetahuan dan sistemik.
neoplasma) 3. Gelisah menurun keyakinan
2. Agen pencedera 4. Sikap protektif tentang nyeri
kimiawi menurun 6. Identifikasi
(terbakar, bahan pengaruh budaya
kimia iritan) terhadap respon
3. Agen pencedera nyeri
fisik (abses, 7. Identifikasi
amputasi, pengaruh nyeri
terbakar, terhadap kualitas
terpotong, hidup
mengangkat 8. Monitor
berat, prosedur keberhasilan
operasi, trauma, terapi
latihan fisik komplementer
berlebihan.) yang sudah
diberikan
Gejala & Tanda 9. Monitor efek
Mayor samping
Subjektif penggunaan
1. Mengeluh nyeri analgetik
Objektif Terapeutik:
1. Tampak meringis 1. Berikan teknik
2. Bersikaf protektif non farmakologis
(mis,waspada,posisi untuk
menghindari nyeri) mengurangi rasa
3. Gelisah nyeri
4. Frekuensi nadi 2. Kontrol
meningkat lingkungan yang
5. Sulit tidur memperberat rasa
nyeri
Gejala & Tanda 3. Fasilitasi istirahat
Minor dan tidur
Subjektif 4. Pertimbangkan
(Tidak tersedia) jenis dan sumber
Objektif nyeri dalam
1. Tekanan darah pemilihan
meningkat strategi
2. Pola napas berubah meredakan nyeri
3. Nafsu makan Edukasi:
berubah 1. Jelaskan
4. Proses berpikir penyebab ,
terganggu periode dan
5. Menarik diri pemicu nyeri
6. Berfokus pada diri 2. Jelaskan strategi
sendiri meredakan nyeri
Diaphoresis 3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
farmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Luar Utama Luar Tambahan Intervensi Utama Intervensi


Pendukung
Diagnosis Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuan  Motivasi L.09080 Edukasi Perawatan Gips
(D.0111) L.12111 ( hal.146 ) (hal 67) I.12422 (hal.91)
Hal.246  Proses informasi
L.10100 (hal 97)
 Tingkat agitasi
L.09092 (hal 132)
Kategori Perilaku

Subkategor Penyuluhan dan


i pembelajaran
Definisi Ketiadaan atau Kecukupan informasi  Motivasi adalah Observasi
kurangnya informasi kognitif yang berkaitan keinginan internal  Identifikasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. individu untuk kesiapan dan
dengan topik tertentu melakukan kemampuan
Ekspetasi : Meningkat, tindakan/perilaku menerirna
 
positif informasi

Penyebab Kriteria hasil :  Proses informasi Terapeutik


1. Kemampuan adalah kemampuan  Sediakan materi
1. Keteratasan mnjelaskan untuk mencari, dan media
kognitif
pengetahuan mengorganisasi dan pendidikan
2. Gangguan
tentang suatu topik menggunakan kesehatan
fungsi
meningkat informasi  Jadwalkan
kognitif
3. Kekeliruan 2. Periklu sesuai  Tingkat agitasi pendidikan
mengikuti dengan adalah manifestasi kesehatan sesuai
anjuran
oengetahuan fisiologis dan kesepakatan
4. Kurang
meningkat perilaku akibat stres  Berikan
terpapar
3. Pertanyaan tentang atau pemicu kesempatan
informasi
5. Kurang minat masalah yang biokimia untuk bertanya
dalam belajar dihadapi menurun Edukasi
6. Kurang  Jelaskan bahwa
mampu
gips akan terasa
mengingat
hangat selama
7. Ketidaktahuan
proses
menemukan
sumber pemasangan
informasi sampai kering
 Jelaskan
 
perlunya
membatasi
Gejala dan Tanda
aktivitas selama
Mayor
masa
Subjektif pengeringan gips
 Jelaskan tanda-
(tidak tersedia) tanda infeksi
(mis. gips berbau
Objektif
busuk, eritme,
demam) dan
1. Menunjukan
perilaku tidak minty segera
sesuai anjuran melaporkan
2. Menunjikan  Anjurkan
presepsi yang menghindari
keliru
meletakan gips
terhadap
pada permukaan
masalah
yang keras/tajam
  selama masa
pengeringan
Gejala dan Tanda
 Anjurkan
Minor
menghindari

1. Menjalani menekan gips


pemeriksaan selama masa
yang tepat pengeringan
2. Menunjikan  Anjurkan
perilaku
menghindari
berlebihan menggaruk kulit
(mis. apatis, di hawah gips
bermusuhan,
dengan benda
agitasi,histeria
apapun
)
 Anjurkan
Kondisi Klinis terkait menggunakan
altematif
1. Kondisi klinis
menggaruk (mis.
yang baru
gunakan udara
dihadapi oleh
klien
dingin)
2. Penyakit akut  Anjurkan
3. Penyakit menghindari gips
kronis terkena air/basah
(mis. gunakan
pelindung yang
sesuai saat
mandi)
 Anjurkan
memposisikan
gips pada bantal
 Anjurkan
meninggikan
ekstremitas yang
terpasang gips di
alas level jantung
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah,teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).Masalah mobilitas pada lansia
dapat disebabkan akibat kelainan metabolik dan endokrin pada tulang, kelemahan
otot, kekakuan pada sendi, dan nyeri sendi adalah penyakit Gout.Gout adalah
penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia
dan serangan sinovit akut berulang-ulang.Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.Klasifikasi gout terbagi menjadi dua,
yaitugout primer dan gout sekunder.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

B. Saran
Makalah ini ada beberapa hal yang disarankan kepada pembaca maupun
penderita fraktur tentang apa saja tanda dan gejala yang dialami, apa saja yang
harus dilakukan selama perawatan dilakukan oleh keluarga penderita.

Anda mungkin juga menyukai