Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN BENCANA II

Insert the Subtitle of Your Presentation


http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Perawatan
psikososial dan
spiritual pada
korban
bencana
kelompok 1:
Nurul hendriani
Puput avita sari
Fitria alfira
Nanda ardini
Fira afdila
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis
01
Bencana alam adalah bencana yang
Undang - Undang Nomor
24 Tahun 2007 tersebut juga
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
mendefinisikan mengenai peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
bencana alam, bencana lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
nonalam, dan bencana sosial meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.

02
Bencana nonalam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.

03 Bencana sosial adalah bencana yang


diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
Menurut Barbara Santamaria
(1995), ada 3 fase dalam
terjadinya suatu bencana, yaitu
diantaranya :

1. Fase preimpact
Merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.Informasi didapat dari badan
satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat
2. Fase impact
merupakan fase terjadinya klimaks dari
bencana. Inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan
hidup (survive). Fase impact ini terus
berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.
 
3. Fase postimpact
adalah saat dimulainya perbaikan dan
penyembuhan dari fase darurat, juga tahap
dimana masyarakat mulai berusaha kembali
pada fungsi komunitas normal. Secara
umum dalam fase postimpact ini para
korban akan mengalami tahap respon
psikologis mulai penolakan, marah, tawar-
menawar, depresi hingga penerimaan.
Permasalaahan Dalam Penanggulangan Bencana

Kurangnya pemahaman
Contents A
terhadap karakteristik bahaya

CONTENTS Contents B
Sikap atau prilaku yang
TITLE mengakibatkan menurunnya
kualitas SDA

Contents C
Kurangnya informasi atau
peringatan dini yang
mengakibatkan ketidaksiapan
Pengurangan Resiko Bencana
2. Tanggap darurat, tahapan ini
mencakup pengkajian terhadap loksi,
Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
kerusakan dan sumber daya;
penentuan status keadan darurat;
penyelamatan dan evakuasi korban,
1. Pra bencana, pada tahapan ini pemenuhan kebutuhan dasar; 
dilakukan kegiatan perencanaan pelayanan psikososial dan
penanggulangan bencana, kesehatan.
pengurangan risiko bencana, 3. Paska bencana, tahapan ini
pencegahan, pemaduan dalam mencakup kegiatan rehabilitasi
perencanaan pembangunan, (pemulihan daerah bencana,
persyaratan analisis risiko prasaranan dan saran umum,
bencana, penegakan rencana tata bantuan perbaikan rumah, social,
ruang, pendidikan dan peletahihan psikologis, pelayanan kesehatan,
serta penentuan persyaratan keamanan dan ketertiban) dan
standar teknis penanggulangan rekonstruksi (pembangunan,
bencana (kesiapsiagaan, pembangkitan dan peningkatan
peringatan dini dan mitigasi sarana prasarana termasuk fungsi
bencana). pelayanan kesehatan.
Dampak Bencana pada Aspek Psikososial

1. Extreme peritraumatic stress reactions (reaksi


stres & trauma)

S STRENGTHS
Gejala ini muncul pada masa kurang dari 2 hari.
Gejala ini ditandai dengan simptom-simptom yang
WEAKNESS
muncul setelah bencana, di antaranya:
SWOT T
W THREATS
• Dissosiasi
amnesia).
(depersonalisasi, derelisasi,

• Menghindar (menarik diri dari situasi sosial).


O
OPPORTUNITIES
• Kecemasan (cemas berlebihan, nervous,
gugup, merasa tidak berdaya).
• Intrusive re-experiencing (flashback, mimpi
buruk).
Dampak Bencana pada Aspek Psikososial

2. Acute stress disorder (ASD)Gejala ini muncul


pada masa 2 s.d 30 hari/4 minggu yang ditandai
dengan:
S STRENGTHS
•Individu/korban mengalami peristiwa traumatik
WEAKNESS
yang mengancam jiwa diri sendiri maupun orang
SWOT T lain, atau menimbulkan kengerian luar biasa bagi
W THREATS
dirinya (horor).
•Peningkatan keterbangkitan psikologis, misalnya
kewaspadaan tinggi, mudah kaget, sulit
O
OPPORTUNITIES
konsentrasi, sulit tidur, mudah tersinggung dan
gelisah.
•Gangguan efektifitas diri di area sosial dan
pekerjaan.
Dampak Bencana pada Aspek Psikososial
3. Post traumatic stress disorder (PTSD)Gejala ini
muncul di atas 30 hari/1 bulan yang ditandai dengan:

• Gangguan muncul akibat suatu peristiwa hebat yang

S STRENGTHS
mengejutkan, bahkan sering tidak terduga dan akibatnya
pun tidak tertahankan oleh orang yang mengalaminya.
WEAKNESS • Terulangnya bayangan mental akibat peristiwa
SWOT T traumatik yang pernah dialami.
W THREATS
Ketidakberdayaan/ke-”tumpul”an
“menarik diri”.
emosional dan

• Terlalu siaga/waspada yang disertai


O
OPPORTUNITIES
ketergugahan/keterbangkitan secara kronis.
• Terjadi gangguan yang menyebabkan kegagalan untuk
berfungsi secara efektif dalam kehidupan sosial
(pekerjaan, rumah tangga, pendidikan, dll).
Infographic Style

Contents Contents Contents Contents

Your Text Here Your Text Here Your Text Here Your Text Here

You can simply impress You can simply impress You can simply impress You can simply impress
your audience and add your audience and add your audience and add your audience and add
a unique zing a unique zing a unique zing a unique zing
Penanganan korban stres akibat bencana memang tidak mudah.Pengalaman traumatis karena
bencana telah menggoncangkan dan melemahkan pertahanan individu dalam menghadapi
tantangan dan kesulitan hidup sehari-hari. Apalagi kondisi trauma, kondisi fisik dan mental,
aspek kepribadian masing-masing korban tidak sama.
Masyarakat yang menjadi korban dari suatu bencana cenderung memiliki masalah
penyesuaian perilaku dan emosional. Perubahan mendadak sering membawa dampak psikologis
yang cukup berat. Beban yang dihadapi oleh para korban tersebut dapat mengubah pandangan
mereka tentang kehidupan dan menyebabkan tekanan pada jiwa mereka.
Robert A. Emmons (2000) mengungkapkan bahwa spiritualitas bermanfaat dalam
upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Spiritualitas dapat
memprioritas-ulangkan tujuan-tujuan (reprioritization of goals). Terlebih lagi, pribadi
yang spiritual lebih mudah menyesuaikan diri pada saat menangani kejadian-kejadian
traumatis. Mereka pun lebih bisa menemukan makna dalam krisis traumatis dan
memperoleh panduan untuk memutuskan hal-hal tepat apa saja yang harus dilakukan.
Terapi Terapi psiko-spiritual ini terdiri dari tiga

Psiko-Spiritual tahapan, yaitu tahapan penyadaran diri (self


awareness), tahapan pengenalan jati diri
dan citra diri (self identification), dan tahapan
pengembangan diri (self development).

1. Pada fase penyadaran diri (self


awareness)

para korban akan melalui proses pensucian


diri dari bekasan atau hal-hal yang menutupi
keadaan jiwa melalui cara penyadaran diri,
penginsyafan diri, dan pertaubatan diri. Fase
ini akan menguak hakikat persoalan,
peristiwa, dan kejadian yang dialami oleh
para korban. Pun menjelaskan hikmah atau
rahasia dari setiap peristiwa tersebut.
•Pada fase Pengenalan Diri (self identification),
Para korban akan dibimbing kepada pengenalan hakikat diri secara
praktis dan holistik dengan menanamkan nilai-nilai ketuhanan dan
moral. Melalui fase ini, individu diajak untuk menyadari potensi-potensi
yang ada di dalam dirinya.Setelah diidentifikasi, berbagai potensi itu
perlu segera dimunculkan.Kemudian mengelola potensi diri yang
menonjol tersebut agar terus berkembang dan dicoba untuk
diaktualisasikan.Adalah sebuah riwayat yang menyebutkan,
“Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia pun akan mengenal
Tuhannya.”
•Pada fase pengembangan diri (self development),
Para korban akan didampingi dan difasilitasi untuk tidak hanya sehat
fisikal, namun juga sehat mental dan spiritual. Kesehatan mental terwujud
dalam bentuk keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah yang
terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya.Adapun kesehatan spiritual mencakup penemuan makna dan tujuan
dalam hidup seseorang, mengandalkan Tuhan (The Higher Power),
merasakan kedamaian, dan merasakan hubungan dengan alam semesta.
Harapannya, terapi psiko-spiritual akan memberikan penerimaan yang
tulus atas musibah yang menimpa para korban gempa. Selain itu, terapi ini
dapat pula mengurangi kesedihan dan tekanan psikologis, serta membantu
para korban dalam menemukan makna yang positif.
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai