Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A.

P DENGAN
CA SERVIKS DI RUANGAN D ROSE RSUP
PROF Dr. R.D KANDOU MANADO

DISUSUN OLEH :

WITA CAHYA ANGGUN KAWULUSAN


22040156

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2022
Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
(Arisusilo, 2016).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia
35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju kedalam rahim. (Fitri Fauziah & Julianty Widuri, 2015).

B. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel
serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang
sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi
oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka
kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun). 3.
Berganti - ganti pasangan seksual.
4. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
6. Pemakaian Pil KB. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes
pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah.

C. Manifestasi Klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf

D. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkat kriteria
a. Tahap O :Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti
invasi.
b. Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada
serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
c. Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh
limfa atau pembuluh darah.
d. Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi serviks uteri.
e. Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina
(bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau
kedua sisi.
f. Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrate tumor.
g. Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada
dinding panggul.
h. Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas
kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak
merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter
tersumbat oleh tumor.
i. Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.
j. Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses
pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
k. Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi
metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
l. Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
m. Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.

E. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan
syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma
dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis
yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang
berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola
seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala
dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis,
sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi
eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko
tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan
dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan
dengan kematian.
F. Pathway
G. Pemeriksaan diagnostic
a. Pap Smear
Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun
laboratorium. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa menit) dan
tidak menimbulkan rasa sakit. Test Pap smear dapat dilakukan bila tidak dalam
keadaan haid ataupun hamil. Untuk hasil terbaik, sebaiknya tidak berhubungan intim
minimal 3 hari sebelum pemeriksaan. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi
dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher
rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Pap
smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar
berupa kolposkopi
b. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap Smear, metoda lain yang dapat
menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA digunakan
untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah mengoleskan larutan asam asetat
(asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra-
kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Hasilnya dapat
diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit.
c. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50
mm. Servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal,
lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi
servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
d. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat
digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan
kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan
pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan
negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
e. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif
dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah
> 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan
normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia
kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan
urine.
f. Biopsy Kerucut
Biopsy Kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
g. MRI /CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari
tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
h. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang
sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya
menjadi putih atau kuning.
i. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang
terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin,
hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-
sel tubuh.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi
sedangkan stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun.
Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa
peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan
menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini
juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi. Penggolongan obat sitostatika antara
lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum
pengobatan terapi radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan
yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan
kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda -
tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari
sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre
insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama
beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan
rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi
radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi
semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan
memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ),
monitor intake dan output cairan.

I. Komplikasi
a. Langsung
Yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa :
1) Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
2) Vesikovaginal fistel (lubang di antara saluran kencing dan vagina)
3) Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
5) Infertil
6) Gagal ginjal
7) Pembentukan fistula
8) Anemia
9) Infeksi sistemik
10) Trombositopenia
b.Tidak Langsung
Yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan:
1) Operasi : perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung kemih maupun
usus
2) Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi (infeksi saluran
kencing karena efek radiasi)
3) Kemoterapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun, borok pada
daerah bekas suntikan.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Pasien mengatakan pusing dikepala - Pasien tampak pucat
bagian belakang - TTV :
- Pasien mengatakan lemah TD : 97/62
N : 102 x/ menit
R : 20 x/ menit
SB : 37,2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

ANALIA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Kehilangan cairan aktif Hipovolemia
- Pasien mengatakan pusing
dikepala bagian belakang
- Pasien mengatakan lemah
DO :
- Pasien tampak pucat
- TTV :
TD : 97/62
N : 102 x/ menit
R : 20 x/ menit
SB : 37,2

DS :
- pasien mengatakan sudah
berhenti dari Perubahan struktur/bentuk Gangguan citra tubuh
tubuh (rambut botak)
pekerjaannya

DO :
- pasien tampak tidak
memiliki rambut karena
reaksi dari kemo

DS :
- Pasien mengatakan sudah
tidak tinggal serumah
dengan suaminya.
Kehilangan orang berarti Berduka
- Pasien mengatakan ini
suami di pernikahan ke
duanya.
DO :
- Pasien tampak sedih
- Yang menjaga pasien
hanya adik kandungnya
saja.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

Anda mungkin juga menyukai