Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS IMPLEMENTASI KOMUNIKASI SBAR DALAM

INTERPROFESIONAL KOLABORASI DOKTER DAN PERAWAT


TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

DISUSUN OLEH :
NAMA : PRAYOGA MAMONTO
NIRM : 1801059
KELAS : 7 C KEPERAWATAN
VARIABEL INDEPENDEN KESELAMATAN PASIEN

 Definisi Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien didefinisikan sebagai layanan yang tidak mencederai dan
tidak merugikan pasien ataupun sebagai suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan keselamatan pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (IOM dalam Cahyono,
2008; Depkes RI, 2006). Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien adalah
bentuk layanan yang diberikan oleh suatu rumah sakit yang mengacu pada
pencegahan insiden dan keamanan tindakan, guna meningkatkan mutu pelayanan
VARIABEL DEPENDEN KOMUNIKASI SBAR DALAM PROFESIONAL

Definisi
Komunikasi yang berbasis SBAR merupakan strategi komunikasi yang dipakai
oleh team pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun menyampaikan keadaan pasien
kepada teman sejawat. Menurut (KKP-RS Sanglah 2011), komunikasi SBAR dapat dilakukan
pada saat petugas kesehatan melakukan timbang terima, pindah ruang rawat maupun pada
saat petugas kesehatan melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi SBAR merupakan metode
komunikasi yang digunakan oleh anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi
pasien dalam memberikan perawatan di rumah sakit. Instrumen atau tools pada komunikasi
SBAR meliputi informasi pasien tentang : Situation, Background, Assessment dan
Recommendation. Metode ini merupakan teknik komunikasi dengan cara sederhana yang
sangat efekif dalam pelaksanaan komunikasi pada pelayanan kesehatan (Ashcraft dan Owen
2017).
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi SBAR merupakan
salah satu strategi yang dilakukan oleh tenaga medis dalam mengkomunikasikan keadaan
pasien. Metode komunikasi SBAR Komunikasi dengan menggunakan tehnik SBAR memiliki
beberapa langkah. Menurut (JCI 2011) tehnik komunikasi dengan metode SBAR terdiri dari
empat langkah yaitu : 17 1)
Analisa Jurnal Berdasarkan PICOT
PICOT ANALISA JURNAL

P ( POPULASI Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi
experimental menggunakan metode pretest dan posttest satu kelompok (One -
Group Pretest – Posttest with non-control group design). Penelitian ini
dilakukan pada instalansi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Langsa pada bulan Oktober sampai November 2018. Sampel penelitian
berjumlah 37 orang perawat dan 37 orang dokter. Teknik pengambilan
sampel purposive sampling. Kriteria inklusi perawat meliputi; 1) bersedia
menjadi responden dibuktikan dengan mengisi informed consent 2) Masa
kerja lebih dari 1 tahun. Kriteria dokter meliputi; 1) bersedia menjadi
responden dibuktikan dengan mengisi informed consent 2) Dokter spesialis
dan 3) Tidak dalam masa orientasi (pegawai baru).
I ( INTERVENSI ) Intervensi yang dilakukan yaitu sosialisasi komunikasi SBAR terkait
keselamatan pasien. Sosialisasi dilakukan oleh pihak RSUD Kota Langsa.
Sebelum dan setelah dilakukan sosialisasi peneliti melakukan pengukuran
terhadap keselamatan pasien dengan kategori 1 = keselamatan pasien
dikatakan lemah, jika nilai yang di peroleh < 90 dan 2 = keselamatan
pasien dikatakan kuat, jika nilai yang di peroleh >90. Nilai uji validitas
kuesioner keselamatan pasien CVI=0,87 dan nilai uji relibilitas
Cronbach’s Alpha 0,62. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari
Komisi Etik dan Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Nomor: 1551/VIII/SP/2018.
C ( COMPARATION ) hasil pada pengukuran pre test sosialisasi komunikasi SBAR didapatkan
hasil lemah 23 perawat (65,70%) dan hasil dengan intepretasi kuat yaitu
12 perawat (234,30%). Sedangkan, hasil pengukuran sosialisasi SBAR
post test didapatkan hasil kuat pada total responden yaitu 35 perawat
(100%)
Table 4. Menunjukkan hasil pada pengukuran pre test sosialisasi
komunikasi SBAR didapatkan hasil lemah pada 35 dokter spesialis
(100%). Hasil pengukuran sosialisasi SBAR post test didapatkan hasil
kuat 34 dokter spesialis (97,10%) dan hasil dengan kategori lemah yaitu 1
responden (2,90%).
O ( OUT COME ) diperoleh hasil penelitian rata-rata skor keselamatan pasien setelah
dilakukan intervensi sosialisasi komunikasi SBAR pada perawat
menunjukkan nilai pada kelompok intervensi dengan nilai Mean Reank
18,00, Sum of Rank 630,00, Z -5,161, p value 0,00 (< 0,005). Maka dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian sosialisasi
komunikasi SBAR pada perawat terhadap keselamatan pasien.
T ( TIME ) Penelitian ini dilakukan pada instalansi rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Langsa pada bulan Oktober sampai November 2018
 
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai