Anda di halaman 1dari 10

Program Inovasi

Judul Jurnal :
Peningkatan Patientsafety Dengan Komunikasi Sbar
Peneliti :

Sukesih dan Yuni Permatasari Istanti

Latar belakang Peneliti :

Program Pascasarjana ,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Latar belakang penelitian :

Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah sakit. alah satu metode komunikasi yang
efektif adalah komunikasi ISBARdan SBAR suatu komunikasi yang menggunakan alat
terstruktur ISBARdan SBAR (Introduction, Situation, Backgroud,Assesment,
Recomendation). komunikasi SBARdapat meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat
hal ini dapat mempengaruhi kinerja perawat dan dapat meningkatkatkan budaya kerja
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pasien. Komunikasi SBARdapat dilakukan pada saat serah terima pasien ataupun
komunikasi melalui telepon saat melaporkan kondisi pasien

Metode
Metode penelitian menggunakan metode penelusuran jurnal dengan sistem literature review
dengan menggunakan kata kunci patient safety,comunication sbar, RCT. Penelusuran
dilakukan pada website Proquest, PMC, PubMed, maupun website lain yang menggunakan
bantuan google Scholar. Review jurnal dilakukan pada empat buah artikel hasil penelitian
dengan rentang tahun tertua adalah tahun 2011 dan tahun termuda adalah tahun 2013.

Hasil
Jurnal 1.
Jurnal pertama Randomized Trial of a Warfarin Communication Protocol for Nursing
Homes: an SBAR-based Approach. Peneliti : Terry S. Field et al 2011. Hasil penelitian
Penggunaan protokol komunikasi dengan pendekatan SBARdapat meningkatkan kualitas
manajemen warfarin dan meningkatkan keamanan obat lain yang dikaitkan dengan
tingginya risiko kesalahan penggunaan obat untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Jurnal 2.
Jurnal kedua Patient safety in elderly hip fracture patients:design of a randomised
controlled trial. Peneliti Hanneke Merten, et al (2011). Metode penelitian Randomised
controlledtrial yang terdiri dari tiga intervensi.Hasil penelitian Menggunakan alat
komunikasi SBAR dapat meningkatkan kualitas dan kelengkapan transfer informasi dan
kepuasan pasien yang mengalami patah tulang pinggul, sehingga dapat meningkatkan
keselamatan pasien.

Jurnal 3.
Jurnal ketiga Telephone referrals by junior doctors: a randomizedcontrolled trial assessing
the impact of SBAR in a simulated setting. Peneliti Neil James Cunningham et al.
(2012).Metode Randomised controlled trial. Hasil penelitian Komunikasi SBAR dapat
meningkatkan dampak panggilan dari telepon sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pasien akibat tindakan yang dilakukan oleh dokter junior

Jurnal 4.
Jurnal keempat Evaluation of a Problem-Specific SBAR Tool to Improve AfteHoursNurse-
Physician Phone Communication: A Randomized Trial. Peneliti Erel Joffe et al (2013).
MetodeRandomised controlled trial. Hasil penelitian Komunikasi SBAR meningkatkan
komunikasi lewat telepon antara perawat dan dokter sehingga dapat dikomunikasikan
dengan jelas dan baik dan dapat meningkatkan keselamatan pasien.

Jurnal 5.
Jurnal kelima Using SBAR to improve communication in interprofessional rehabilitation
teams:Peneliti Nancy Boaro, Carol Fancott, Ross Baker,Karima Velji, & Angie Andreoli.
Metode penelitian Quasi Experimental. Hasil penelitian Menggunakan SBAR dapat
meningkatkan komunikasi dalam tim rehabilitasi interprofessional.

Jurnal 6.
Jurnal keenam Enhancing Patient Safety During Hand-Offs Standardized communication
and teamwork using theSBAR method. Peneliti Susan Hohenhaus, MA, RN, FAEN,
Stephen Powell, BA, and Jay T. Hohenhaus, MNA, CRNA. Metode penelitian Quasi
Experimental. Hasil penelitian SBAR merupakan Teknik komunikasi yang menjanjikan
untuk mentransfer informasike pada pasien, komponen yang me ningkatkan pengiriman
informasi subjektif,meningkatkan komunikasi informasi kritis dan
menciptakaredundansi,yang menetapkan pola yang diharapkan pada komunikasi

Jurnal 7.
Jurnal ketujuh SBAR improves nursephysician communication and reduces unexpected
death:A Pre and post intervension study.Peneliti K. De Meester, M. Verspuy b, K.G.
Monsieurs,P. Van Bogaert.Metode penelitian A Pre and post intervension study. Hasil
penelitian Pengenalan komunikasi SBAR dirumah sakit sebagai rujukan meningkatkan
persepsi komunikasi yang efektif dan kolaborasi dengan perawat. Perawat yang lebih
baikdan lebihsiap untuk memanggil dokter setelah pengenalan SBAR,dengan menggunakan
Item SBAR dalam catatan pasien. Jumlah kematian tidak terduga menurun.

Jurnal 8.
Jurnal kedelapan Examining the feasibility and utility of an SBAR protocol in longterm
care :Peneliti Susan M. Renz et al . Metode : Quasi Experimental. Hasil penelitian
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dengan dokter di rumah jompo dapat
merugikan dan Mempengaruhi perawatan serta lingkungan kerja yang tidak baik antara
perawat dan dokter.

Jurnal 9.
Jurnal kesembilan Comparison the Effect of Teaching of SBAR Technique with Role Play
and Lecturing on Communication Skill of Nurses. Peneliti Narges Toghian Chaharsoughi,
Shahnaz Ahrari, Shahnaz Alikhah. Metode penelitian Quasi Experimental. Hasil penelitian
Teknik SBAR merupakan metode pendidikan yang efektif Untuk bermain peran perawat
dan dapat digunakan sebagai alat untuk Membangun komunikasi yang efektif antara
profesional kesehatan.
Jurnal 10.
Jurnal kesepuluh Situation-Background-Assessment-Recommendation (SBAR) and
Emergency Medicine Residents Learning of Case Presentation Skills. Peneliti Matthew C.
Tews, DO J. Marc Liu Robert Treat Metode penelitian A educational study. Hasil
penelitian Pelatihan komunikasi SBAR diterima untuktahun pertama, dengan Perbaikan di
kedua kemampuan untuk menerapkan SBAR untuk presentasi kasus simulasi dan retensi
pada sesi tindak lanjut . Format ini adalah layak digunakan sebagai pelatihan metode Dan
diterima dengan baik oleh dokter. Penelitian di masa depan akan berguna dalam
memeriksa penerapan umum model SBAR untuk komunikasi dilingkungan klinis dan
pelatihan program residensi.

Kesimpulan
Berdasarkan review dari beberapa jurnal yang telah dikumpulkan, seluruh hasil penelitian
menunjukkan bahwa komunikasi SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien.
Kesepuluh jurnal tersebut dapat meningkatkan keselamatan pasien seperti : meningkatkan
kualitas manajemen warfarin dan meningkatkan keamanan obat,dapat meningkatkan
keselamatan pasien khususnya pada pasien yang mengalami patah tulang pinggul, dapat
meningkatkan dampak panggilan dari telepon sehingga dapat meningkatkan keselamatan
pasien akibat ti dan dapat meningkatkan keselamatan pasien. Penelitian dengan uji klinis
atau eksperimen baik menggunakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menunjukkan bahwa kelompok intervensi dengan pendekatan komunikasi SBAR dapat
meningkatkan keselamatan pasien secara signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara evidance komunikasi SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien ndakan
yang dilakukan oleh dokter junior, meningkatkan komunikasi lewat telepon antara perawat
dan dokter sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas dan baik.

Program Inovasi
KOMUNIKASI EFEKTIF SAAT TIMBANG TERIMA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SBAR
DI RUANG AYODYA
RUMAH SAKIT UDAYANA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Timbang terima pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien dirancang sebagai
salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap
pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini
pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan
(Rushton, 2010). Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat
serah terima tugas (handover) dan komunikasi lewat telepon. Bentuk komunikasi efeltif
yang diterapka dalam rumah sakit adalah dengan menggunakan metode SBAR. Metode ini
diyakini meningkatan kualitas asuhan kepada pasien sehingga pelayanan pasien yang safety
dapat terjamin.
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation) adalah
komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat
ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien (Muhamad, 2013). Komunikasi
dengan menggunakan alat terstruktur SBAR akan dapat menyebabkan pelayanan kepada
pasien menjadi baik dan keamanan pasien terjaga dengan baik yang biasanya kesalahan
terjadi berawal dari komunikasi, serta untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis bagi
perawat, dan menghemat waktu perawat dalam melaksanakan timbang terima. Berdasarkan
latar belakang diatas maka sangat diperlukan aplikasi komunikasi efektif dengan
menggunakan SBAR di ruangan rawat inap

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan perawat dapat menerapkan implementasi komunikasi secara efektif
dengan menggunakan SBAR dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Meningktakan kualitas dalam pemberian asuhan kepada pasien
b. Diharapkan dapat menghindarkan kejadian kesalahan pemberian obat atau
tindakan.
c. Diharapkan dapat menghindarkan kesalahan yang diakibatkan oleh komunikasi.
C. Manfaat
Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian dengan teman
sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi memiliki manfaat,
antara lain adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai
dengan yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari
salah persepsi.
3. Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar pihak yang
diberi informasi dapat memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini digunakan
pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi
pasien. SBAR adalah metode tersetruktur untuk menyampaikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan yang berkontribusi terhadapeskalasi yang
efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara
efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang
sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan
ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan
kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Komunikasi SBAR


Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment,Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua
tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah
sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan
baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien. Adapun
langkah-langkah komunikasi SBAR sebagai berikut:

Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?


- Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
- Diagnosa medis
- Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?
- Obat saat ini dan alergi
- Tanda-tanda vital terbaru
- Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya
untuk perbandingan
- Riwayat medis
- Temuan klinis terbaru
Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
- Apa temuan klinis?
- Apa analisis dan pertimbangan perawat
- Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
- Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?
- Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
- Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
- Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
-
Persiapan Pelaksanaan Komunikasi SBAR
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat
shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena
komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety).
Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh
penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Maka dalam
komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik
bahasa dan informasi, alur yang sistematis, dan budaya.
Kerangka komunikasi yang efektif yang digunakan adalah komunikasi model SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode ini digunakan secara
efektif saat serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. SBAR juga digunakan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya.

G. Saran
Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan
ke pasien. Komunikasi efektif dengan metode SBAR akan terbentuk catatan
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Sehingga disarankan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik, sehingga tenaga kesehatan lain dapat
mengetahui perkembangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI No 1691 (2010). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta : Menteri


Kesehatan RI.
Materi komunikasi efektif. Diakseshttp://galericampuran.blogspot.com/2013/03/materi-
komunikasi-efektif.html
Joint Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National patient safety
goals.
Rofii, Muhamad. (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam
pelatihan di RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai