Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RISET KEPERAWATAN

“GAMBARAN PENATALAKSANAAN OPTIMALISASI KESELAMATAN PASIEN


MELALUI KOMUNIKASI SBAR DALAM HANDOVER”

DOSEN PEMBIMBING:
NS. NURLINAWATI, S.KEP., M.KEP

DISUSUN OLEH:
NAMA : TUTI YUNIARTI
NIM : G1B116017

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
T.A. 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan pasien merupakan dasar dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan
pasien di indonesia diatur dalam pasal 43 UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Insiden keselamatan pasien merupakan kejadian yang memberikan dampak buruk bagi
pasien baik langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung dari insiden
keselamatan pasien adalah dapat menimbulkan kecacatan, cidera, bahkan kematian.
Sedangkan dampak tidak langsung dari inside keselamatan pasien adalah lama hari di
rawat memanjang diikuti dengan biaya perawatan yang meningkat. Salah satu strategi
dalam mengoptimalkan keselamatan pasien adalah dengan mengembangkan
komunikasi efektif.
Komunikasi efektif merupakan komponen penting untuk meningkatkan
keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengan pelaporan kasus oleh JCI dan WHO
sebanyak 25.000-30.000 kecacatan yang permanen pada pasien di Australia 11%
disebabkan karena kegagalan komunikasi. Laporan IKP di Indonesia tahun 2007
berdasarkan provinsi menemukan 145 insiden yang dilaporkan, kasus tersebut terjadi
diwilayah Jakarta 37,9%, Jawa Tengah 15,9%, Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%,
Sumatra Selatan 6,5%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh
0,68%. Laporan IKP adalah laporan insiden keselamatan pasien yang memiliki manfaat
agar mengetahui angka kejadian keselamatan pasien di Rumah Sakit. Insiden ini
disebabkan beberapa faktor yang salah satu faktor adalah kesalahan dalam pelaporan
akibat kurangnya komunikasi.
Komunikasi efektif yang dapat digunakan sesama tenaga medis kesehatan
adalah dengan komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR (Situation, Background,
Assassement, Recomendation) adalah metode komunikasi yang digunakan untuk
anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR adalah metode
komunikasi yang terstruktur untuk melaporkan kondisi pasien yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Menurut penelitian yang telah dilakukan
menyebutkan bahwa dengan penerapan komunikasi SBAR antar tenaga medis dapat
meningkatkan pasien safety.
Situation, Background, Assesment, dan Recomendation (SBAR) merupakan
komunikasi efektif yang banyak diadopsi didunia internasional. Adopsi ini muncul
sejak adanya himbauan dari IoM (2001) untuk melakukan reformasi dalam komunikasi
dan kerja tim dalam pelayanan kesehatan. SBAR dapat digunakan dalam
berkomunikasi praprosedure yang akan dilakukan ke pasien, selama handover ataupun
setiap saat ada perubahan yang tak terduga dalam perawatan pasien. Hingga saat ini,
hampir semua RS di indonesia mengimplementasikan komunikasi SBAR.
Dalam satu penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang Komunikasi SBAR yang diterapkan terjadi peningkatan
angka keselamatan pasien dari tahun 2014 adalah 95,5% dan tahun 2015 adalah 96,7%.
Transfer pasien di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dilakukan dengan komunikasi
SBAR menurut SOP yang terkadang masing-masing perawat memiliki perbedaan
pendapat terkait komponen SBAR yaitu Assessment. Perawat terkadang memahami
komponen assessment menjadi analisa sehingga perawat banyak yang berbeda
pendapat dan terkadang menuliskan komponen SBAR secara kurang tepat sehingga
upaya pengoptimalisasian penyelamatan pasien menjadi sedikit terhambat.
Berdasarkan keseluruhan pemaparan latar belakang di atas dan beberapa
referensi serta jurnal-jurnal penelitian dari luar negeri dan dalam negeri yang telah
membahas mengenai komunikasi efektif : SBAR, membuat peneliti tertarik untuk
meneliti RSD yang ada di jambi terkait “gambaran penatalaksanaan optimalisasi
keselamatan pasien melalui komunikasi SBAR dalam Handover di IGD RS Raden
mattaher”.
1.2. Rumusan Masalah
Dari studi penelitian sebelumnya didapatkan Hasil wawancara bahwa
komunikasi efektif seperti komunikasi SBAR sudah diterapkan oleh perawat saat
transfer pasien dengan menggunakan form SBAR. Namun Komunikasi SBAR tersebut
belum dijalankan secara optimal. Hal ini dikarenakan masih ada perbedaan persepsi
antar perawat terhadap komponen SBAR. Sehingga, dari fenomena tersebut peneliti
tertarik untuk melihat “gambaran penatalaksanaan optimalisasi keselamatan pasien
melalui komunikasi SBAR dalam Handover di IGD RS Raden mattaher”.
1.3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran penatalaksanaan optimalisasi
keselamatan pasien melalui komunikasi SBAR dalam Handover di IGD RS Raden
mattaher.
b. Tujuan Khusus
 Mengetahui kelengkapan komponen komunikasi Situation saat handover pasien
 Mengetahui kelengkapan komponen komunikasi Background saat handover pasien
 Mengetahui kelengkapan komponen komunikasi Assesment saat handover pasien
 Mengetahui kelengkapan komponen komunikasi Recommendation saat handover
pasien
1.4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan adanya penelitian ini pihak Rumah Sakit dapat memperbaiki
sistem komunikasi saat handover pasien
b. Manfaat bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat membantu untuk memahami gambaran pelaksanaan komunikasi
SBAR saat handover pasien
c. Manfaat bagi Profesi Perawat
Penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi perawat dalam menggunakan komunikasi
yang efektif saat handover pasien dan dengan komunikasi yang efektif dapat
mencegah kesalahan informasi yang dilakukan perawat sehingga dapat menimalisir
upaya penyelamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Emergency Nurses Association. Patient Handoff/Transfer. ENA Board of Directors:

January 2013.

2. JCI. Joint Commission International Acreditation of Health Care Organization. Joint

Commission Resources. Inc. 2007.

3. Rachmah. 2018. Optimalisasi keselamatan pasien melalui komunikasi SBAR dalam

handover. Idea nursing journal. ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580-2445. Vol.IX No.1.

Anda mungkin juga menyukai