Anda di halaman 1dari 54

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Penerapan Pelatihan SBAR Dengan Metode Role-Play Dalam


Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand Over) di Ruangan
Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Achmad Darwis Suliki Tahun 2020

OLEH:
Yessi Novia
Nim. 1814901703

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
TAHUN. 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timbang terima (handover) adalah salah satu bentuk komunikasi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien

dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim

perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan

informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana

perawatan serta menentukan prioritas pelayanan. (Bassie, L, 2013)

Fenomena saat ini yang dijumpai dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit

terkait dengan komunikasi perawat dalam kegiatan timbang terima pasien

(handover) adalah kurang informasi yang disampaikan, sering terjadi salah

persepsi, isi (content) komunikasi yang tidak focus tentang masalah pasien,

sehingga perawat harus menanyakan ulang kepada perawat yang bertugas

sebelumnya). Hal ini akan menyebabkan terjadinya kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan

yang seharusnya diambil (omission). (Sugiharto, 2012)

The Joint Commission USA antara tahun 2007-2018 mencatat dari 25.000-

30.000 adverse events di Australia 11% adalah karena komunikasi yang salah

dalam handover (WHO, 20018). Tahun 2017 Agency for Health care Research

and Quality survey melaporkan hampir setengah dari 176.811 (49 %) staf

rumah sakit yang jadi responden mengatakan bahwa informasi penting tentang
perawatan pasien sering hilang pada saat pertukaran shif. (Sexton A1, Chan C,

Elliott M, Stuart J, Jayasuriya R, 2013).

Fenomena diatas apabila tidak diatasi akan berdampak pada beberapa

masalah, diantaranya keterlambatan dalam diagnosis medis dan peningkatan

kemungkinan efek samping, juga konsekuensi lain termasuk biaya yang lebih

tinggi, perawatan kesehatan dan ketidak puasan pasien. (Kemenkes, 2011). Di

RSUD Dr. Achmad Darwis didapatkan beberapa temuan angka insiden

keselamatan pasien dalam bulan januari s/d Desember 2019, yang disebabkan

karena proses timbang terima pasien yang tidak sesuai prosedur. Sehingga,

untuk mengatasi dampak tersebut perlu pendekatan untuk memudahkan

sistematika operan jaga dengan memperbaiki pola serah terima pasien

termasuk penggunaan protocol atau metode dalam mengkomunikasikan

informasi. (Kemnkes, 2018)

Metode yang digunakan dalam timbang terima dulunya perawat melakukan

dengan cara tradisonal yaitu: dilakukan hanya di meja perawat, menggunakan

satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnyaan pertanyaan

atau diskusi, ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi

secara umum, tidak ada kontirbusi atau feedback dari pasien dan keluarga,

sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya

tidak up todate. Operan tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa

mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini menyebabkan

ketidak puasan dari pasien dan perawat karena tidak ada komunikasi antara

perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang

dilakukan (Kassesan and Jagoo, dalam JCI, 2013).


Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjaga

kualitas layanan melalui kementrian kesehatan dengan mengeluarkan undang-

undang tentang rumah sakit, salah satunya UU no 44 tahun Rumah Sakit,

Pasal 43 ayat (1) mewajibkan Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan

pasien.Standar yang berfokus pasien dalam JCI disebutkan pada Sasaran

Internasional Keselamatan Pasien (SIKP) nomor 2 yaitu meningkatkan

komunikasi yang efektif (Frelita et al., 2013). Sedangkan di Indonesia sendiri

komunikasi efektif ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7

ayat (2) salah satunya menyebutkan bahwa komunikasi merupakan kunci bagi

staf untuk mencapai keselamatan pasien. Upaya yang dilakukan JCI untuk

mengurangi dampak akibat penyampaian dan penerimaan informasi yang

tidak tepat yaitu dengan memperkenalkan metode komunikasi efektif yang

dapat digunakan dalam handover, dengan komunikasi terstruktur disebut

SBAR (Situation Background Assessment and Recommendation).

Penggunaan komunikasi dengan metode SBAR tidak hanya meningkatkan

mutu pelayanan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas handover yang akan

menekan angka medical error (Cynthia D. & Gayle, 2013).

Kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan bermutu dan aman sudah

semakin meningkat. Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan

berkualitas menjadikan fungsi pelayanan secara berkesinambunagan perlu

ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien.Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan membuat dan melaksanakan pelayanan sesuai

standar pelayanan kesehatan (Dharmadi, 2013).


Sehingga untuk menerapkan hal yang baru kepada perawat ada beberapa

metode yang digunakan salah satunya metode role play, bermain peran (role

play) adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan

imajinasi dan penghayatan. Pengembangan dan penghayatan imajinasi

tersebut dilakukan dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati.

Metode pembelajaran ini juga memiliki nilai tambah, yaitu dapat menjamin

partisipasi seluruh dan memberi kesempatan dalam bekerja sama hingga

berhasil,sehingga akan menimbulkan kesan (Andi Prastowo, 2014).

Bermain peran (role play) adalah metode pembelajaran sebagai bagian

simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi

peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada

masa mendatang (Wina Sanjaya, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ira Wahyuni (2014) dengan judul

penelitian Efektifitas Pelatihan Komunikasi S-BAR Dalam Meningkatkan

Mutu Operan Jaga (hand over) di Bangsal Wardah RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II dengan hasil pada penelitian ini adalah pelatihan

komunikasi S-BAR efektif dalam meningkatkan mutu operan jaga di bangsal

Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Perbedaan mutu operan

jaga yang menjadi lebih baik dari sebelumnya dikarenakan telah diberikan

sebuah perlakuan pelatihan komunikasi S-BAR pada perawat.

Seiring dengan penelitian lain yang telah dilakukan oleh Kharisah Diniyah,

Elsye Masia Rosa dengan judul penelitian Pengaruh Pelatihan SBAR Dengan

Metode
Role-play Terhadap Skill Komunikasi Handover Mahasiswa Kebidanan di

Bangsal Nifas RS Aisyiyah Muntilan dengan hasil pada pre test didapatkan

skill

komunikasi efektif responden hanya 3,45% termasuk dalam kategori baik, dan

mengalami peningkatan yang setelah mendapatkan role play komunikasi

efektif metode SBAR menjadi 62,1% dan menjadi 100% setelah melakukan

simulasi dengan menggunakan kasusu nyata. Role play komunikasi efektif

menggunakan metode SBAR datap meningkatkan skill komunikasi secara

signifikan dimana P=0.000 (P<0,05). Kesimpulan pada penelitian ini adalah

role play komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dapat meningkatkan

skill komunikasi efektif pada saat melakukan handover dan akan memberikan

hasil yang lebih baik jika dilakukan dengan menggunakan kasus nyata.

Sehingga penggunaan metode komunikasi SBAR dapat dijadikan salah satu

standar komunikasi efektif yang dapat diterapkan pada saat melakukan

handover.

Berdasarkan fenomena di ruangan nua indah rumah sakit achmat darwis di

dapatkan bahwa di rungan sebelumnya sudah ada di lakukan metode SBAR

tetapi tidak berjalan dengan baik sehingga perawat di ruangan ada

mengunakan metode SBAR dan sebagian tidak menggunakan metode SBAR.

Sehingga berdasarkan latar belakang di atas dan fenomena yang di dapatkan

dilapangan maka penulis tertarik untuk menerapkan pelatihan SBAR dengan

Metode Role-Play dalam meningkatkan mutu operan jaga (Hand Over) di

ruangan nusa indah Rumah Sakit umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki

Tahun 2020.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan rumusan masalahnya

yaitu “ Bagaiman Penerapan Pelatihan SBAR Dengan Metode Role-Play

Dalam Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand Over) di Ruangan Nusa Indah

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki Tahun 2020.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan Pelatihan SBAR Dengan Metode Role-Play Dalam

Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand Over) di Ruangan Nusa Indah

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achamt Darwis Suliki Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami konsep Metode SBAR dan Role-Play di

Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis

Suliki
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian manajemen terkait dalam

penerapan Pelatihan SBAR dengan Role-Play di Ruangan Nusa Indah

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki


3. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa manajemen terkait dalam

penerapan Pelatihan SBAR dengan Role-Play di Ruangan Nusa Indah

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki.


4. Mahasiswa menerapkan role-Play metode SBAR Dalam Meningkatkan

Mutu Pelayanan Operan Jaga (Hand Over) Ruangan Nusa Indah Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki.


5. Mahasiswa merencanakan penerapan SBAR dengan Role-Play dari salah

satu jurnal Metode SBAR terkait di Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki.


6. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi penerapan

Pelatihan SBAR dengan Role-Play di Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Achmad Darwis Suliki.


7. Mahasiswa menganalisis hasil evaluasi dari penerapan Pelatihan SBAR

dengan Role-Play di Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Achmad Darwis Suliki


1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Pasien
Diharapkan pasien puas dengan informasi dan pelayanan yang diberikan

oleh perawat
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan angka kesalah pasien menurun dengan adanya metode baru

SBAR.
1.4.3 Bagi Perawat
Diharapkan dapat mengurangi resiko kesalahan dalam melakukan tindakan

dan menyampaikan kondisi pasien saat melakukab operan jaga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep manajemen


2.1.1 Pengertian
Management adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalani suatu kegiatan diorganisasi sedangkan management keperawatan

adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk

memberikan Asuhan Keperawatan secara professional (Nursalam, 2014).

Menurut Swanburg (2010), manajemen keperawatan adalah koordinasi dan

integrasi sumber daya melalui perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan

institusional yang spesifik dan objektif.


Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan pengobatan dan bantuan terhadap

para pasien (Triwibowo, 2013). Menurut Suyanto (2008), Manajemen

keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien / keluarga /

masyarakat.

Manajemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah yang

utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari manajemen.

Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang sering

dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam perawatan

menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari

perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg,

2012).

Pada hakekatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses

keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara

professional yang akhirnya keduanya saling menopang. Sebagaimana dalam

proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari:

pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi hasil.

Manajemen (Hersey dan Blanchard, 2005) adalah suatu proses melakukan

kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama

dengan orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan (termasuk


perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian, pimpinan, dan

pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi (tenaga kerja,

keuangan, fisik, dan informasi yang bertujuan untuk mencapai sasaran

organisasi dengan cara yang efisien dan efektif

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah

bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan

mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia/kepegawaian, pengarahan dan

kepemimpinan serta pengawasan.

2.1.2 Prinsip Manajemen Keperawatan


Prinsip Manajemen keperawatan menurut Swanburg (2010), adalah sebagai

berikut:
1. Management keperawatan perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan

aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak

hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai

kondisi klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan

anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur

organisasi yang diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau

konsep -konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi

penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,

pemecahan masalah, dan efek-efek dan perubahan. Selama proses

perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah


menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan

menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya

organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik

serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang

pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur yang

dibutuhkan dalam organisasinya.

2. Management keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan

sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang

pemimpin keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang

efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh

kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam kontek ini, seorang

pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara

efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas

yang tinggi dalam tatanan organisasinya.

3. Management keperawatan adalah pembuat keputusan

Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan

berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan

dilakukan. Proses pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi

oleh kemampuan komunikasi dan para manajer.

4. Management keperawatan adalah terorganisasian


Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi

mencapai tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit,

departemen, top atau tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip

pengorganisasian mencakup hal – hal pembagian tugas ( the devision of

work ), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini,

tanggung jawab dan kewengan yang sesuai adanya rentang

pengawasan.

Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara

fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup/ tim

keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama.

5. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.

Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi

kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan

pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.

6. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan

Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan

kegiatan menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan. Selain

itu , pengendalian dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak

banyak terjadi kesalahan yang berakibat negative terhadap klien dan

pihak yang terkait dengan manageman. Pengendalian meliputi penilaian

tentang pelaksanaan trencana yang telah dibuat, pemberian instruksi,

menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan


membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki

kekurangan ( Agus Kuntoro, 2010 ).

2.1.3 Fungsi Management Keperawatan

Fungsi management keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat

didalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan

fungsi-fungsi yang jelas mengenai management (suarli dan Bahtiar, 2009).

Fungsi management ini merujuk pada fungsi sebagai proses management

yang terdiri dari perencanaan, pengorganisian, ketenagaan, pengarahan,

pengawasan (marquis dan Huston, 2010). Sedangkan menurut G.R. Terry

adalah Planing, organizing, actuating, dam kontrolling.

Secara umum peran dan fungsi management keperawatan terdiri dari

planning, organizing, staffing, directing dan controling.

1. Planning

Pada proses perencanaan, menentukan visi, misi, tujuan , kebijakan,

prosedur dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan,

kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek, jangka panjang

serta mengatur menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya

perubahan berencana.

2. Organizing

Meiputi beberapa kegiatan diantaranya menentukan struktur organisasi,

menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien

dan ketenagaan, mengelompokkan aktifitas-aktifitas untuk menentukan


tujuan dari unit bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan

dan memahami serta menggunakn kekuasaan dan otoritas yang sesuai.

3. Staffing

Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya

rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan

mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.

4. Directing

Meliputi pemberian motovasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,

pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi

5. Controlling

Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban,

pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta

pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.

2.2 Konspe Operan Jaga (Hand Over)


2.2.1 Pengertian
Operan merupakan suatu teknik atau cara untuk menyampaikan dan

menerima suatu laporan yangberkaitan dengan pasien (Nursalam, 2011).

Operan jaga merupakan komunikasi yang dilakukan antar perawat dalam

menyampaikan kondisi pasien secara jelas dan lengkap dalam pergantian

shift saat penyerahan tanggung jawab dari perawatan kesatu ahli perawatan

kesehatan kelainnya (JCAHO, 2013).


2.2.2 Tujuan dan Fungsi Operan Jaga
Tujuan dari Operan jaga menurut Nursalam (2011), antara lain:
1. Tujuan Umum
Melakukan komunikasi mengenai keadaan pasien danmenyampaikan

informasi penting.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien.
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam hal asuhan

keperawatan kepada pasien.


c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh

perawat.
d. Menyusun rencana kerja.Operan jaga (handoff) bertujuan

memperbaiki kembali tugas yang diberikan saat perpindahan

informasi dalam keselamatan pasien dan keefektifan bekerja.


2.2.3 Manfaat Operan Jaga
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan tanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi Pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang

belum terungkap.
3. Bagi Rumah SakitMeningkatkan pelayanan keperawatan klien secara

komperhenshif.
2.2.4 Hal -Hal yang Perlu di Perhatikan saat Operan Jaga
Menurut Nursalam (2013) hal-hal yang perlu diperhatikan saat operan jaga

antara lain:
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti olehperawat yang telah melakukan dinas dan yang akan

melakukan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien pada saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.
5. Operan jaga harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat operan yang dilakukan dikamar pasien menggunakan volume

yang cukup sehingga pasien yang berada disebelahnya tidak mendengar

sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatuyang dianggap rahasia menurut

pasientidak dianjurkan dibicarakan secara langsung didekat pasien.


7. Hal yang akan disampaikan apabila dampaknya akan membuat pasien

terkejut sebaiknya tidak dibicarakan didepan pasien namun dibicarakan

di nurse station.
2.2.5 Komunikasi Saat Operan

Operan jaga merupakan suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan

dan menerima suatu laporan yang berhubungan dengan kondisi pasien.

Operan jaga sebaiknya dilakukan secara efektif, dengan cara menjelaskan

secara singkat, jelas dan lengkap mengenai tindakan mandiri yangsudah

dilakukan perawat. Tidak hanya tindakan yang sudah dilakukan namun juga

tindakan yang belum dilakukan dan juga disertakan perkembangan dari

kondisi pasien. Informasi yang diberikan harus disampaikan dengan akurat

sesuai dengan asuhan keperawatan agar dapat berjalan dengan baik. Operan

jaga dilakukan oleh perawat primer (perawat penanggung jawab) dan

disertakan perawat assosiet (perawat pelaksanana) pada dinas sore atau

dinas malam secara tertulis dan lisan. Informasi yang disampaikan saat

pertukarandinas yang dilakukan dua atau tiga kali sesuai dengan shift yang

digunakan dirumah sakit pada setiap ruang (Nursalam,2008).

Laporan tersebut merupakan komunikasi yang bertujuan untuk

memindahkan informasi untuk menunjang keselamatan pasien sesuai

dengan pelaksanaan asuhan keperawatan, laopran tersebut berisi biodata

pasien, jenis penyakit, TTV/tanda-tanda vital, keadaan umum, rencana


tindakam, tindakan yang telakh dan akan dilakukan (Nursalam, 2008).

Penerapan handoff/operan jaga dapat dilakukan dengan penyampaian yang

jelas, tepat, bertatap muka antar perawat saat melakukan komunikasi

merupakan salah satu cara dalam melakukan handover. Namun, maslaah

yang biasanya terjadi berasal dari penyedia jasa perawatan yang terdidik

maupun tidak terdidik, kurangnya peran yang baik, dan sistem perawatan

kesehatan (WHO,2007).

2.2.6 Proses operan jaga menggunakan teknik S-BAR


Operan perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut JCI (2010)

adalah:
1. Pertama dengan mempersiapkan format pendokumentasian

menggunakan teknik SBAR pada masing-masing pasien setiap shift,

buku catatan operan, dan rekam medik pasien.


2. Kedua menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah

dilakukan dan kemajuan keadaan pasien setelah tindakan dilakukan di

nurse stationsesuai dengan metode S-BAR.


3. Ketiga setelah operan nurse station dilanjutkan dengan melihat keadaan

pasien secara langsung dan menanyakan kepada pasien tentang

kemajuan keadaan pasien dan keluhan yang masih dirasakan, dan

pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.

Dengan dilakukannya operagan jaga menggunakan teknik S-BAR

memungkinkan terjalin komunikasi yang efektif baik antara pasien dan

perawat dan sesama perawat antar shift.

2.3 Komunikasi SBAR

2.3.1 Pengertiang
Komunikasi S-BAR menurut NHS (2012) adalah komunikasi yang

dilakukan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien dan untuk

mengatur informasi yang sesuai secara jelas dan lengkap sehingga dapat

diterima oleh perawat lainnya secara akurat dan efisien pada saat operan

jaga/pergantian shift. Komunikasi S-BAR meliputi (Situation, Background,

Assesment, Recomendation)

2.3.2 Tujuan

Tujuan komunikasi S-BAR adalah:


1. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara

anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.


2. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan

setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisifasi apabila

terjadi perubahan.
3. Membantu staf menjadi advokat pasien.

2.3.3 Langkah-langkah Komunikasi SBAR

Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara langsung

berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkah-langkah tersebut

dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health, 2011, Quality Improvement

Tool:
1. Situation/Situasi
a. Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
b. Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan

ini dan menjelaskan bahwa pasien telah mengalami perubahan

kondisi.
2. Background/Latar Belakang
a. Menyatakan tanggal tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya, dan

sejarah medis pasien.


b. Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah

dilakukan selama ini.


3. Assessment/Pengkajian
a. Ringkasan kondisi atau situasi pasien.
b. Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya: “Saya tidak yakin apa

masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk, dan tidak

stabil, sehingga perlu dilakukakn suatu tindakan”.


c. Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya.
4. Recomendation/Rekomendasi
a. Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil

tindakan (misalnya: tes laboratorium, perawatan).


b. Perawat meromendasikandokter untuk melakukan kunjungan

kepada pasien dan keluarga pasien.


c. Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG Perawat

menyampaikan kepada dokter setiap terdapat pengobatan baru

atau apabila ada perubahan dalam perintah segera diinformasikan

oleh doter kepada perawat.


d. Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan kondisi

pada pasien, perawat akan menghubungi dokter kembali,

menanyakan ke dokter tindakan yang harus dilakukan perawat

sampai ditempat (Capital Health, 2011)


2.3.4 Alasan Penggunaan Komunikasi Dengan S-BAR
Komunikasi antar tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan ternyata tidak

memadai seperti komunikasi antara dokter dengan perawat, hal ini

merupakan salah satu penyebab kesalahan medis/insiden keselamatan

pasien. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi perbedaan dalam staf

pelayanan. Hambatan tersebut dapat terjadi termasuk dalam hirarki, jenis

kelamin, latar belakang etnis dan perbedaan dalam gaya komunikasi antara

kedisiplinan dan individu itu sendiri. Komunikasi dapat dikatakan efektif

jika didalam tim terdapat standar komunikasi yang terstruktur (WHO,2013).


Komunikasi menggunakan S-BAR dapat mengurangi insiden komunikasi

yang tidak terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan

atau ketidak jelasan sikap. Menurut American Journal of Nursing(2006)

Komunikasi menggunakan S-BAR merupakan mekanisme yang efektif

terhadap hirarki tradisional antara tenaga kesehatan seperti antara dokter

dengan perawat dalam memberikan tindakan perawatan. KomunikasiS-BAR

dapat membangun bahasa dengan penggunaan bahasa umum pada saat

berkomunikasi, sehingga mengurangi hambatan dalam berkomunikasi antar

tenaga kesehatan.

2.3.5 Fungsi Alat S-BAR dalam proses komunikasi

Alat S-BAR terdiri dari pertanyaan standar yang cepat dalam empat bagian,

yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa perawat dapat

menyampaikan informasi dengan tegas dan efektif, untuk mengurangi

pengulangan. Alat S-BAR digunakan agar perawat agar perawat mampu

merumuskan informasi dengan tepat dan detail. Alat S-BAR juga membantu

perawat dalam mempersiapkan informasi yang dibutuhkan oleh tenaga

kesehatan lain dalam meningkatkan keterampilan (WHO, 2007).

2.3.6 Waktu Penggunaan Komunikasi dengan S-BAR

Perawat menggunakan S-BAR dalam pengaturan klinis dalam membuat

rekomendasi agar komunikasi terjamin kejelasannya. Perawat memiliki

peranan penting, namun terkadang dalam membuat rekomendasi perawat

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena kurangnya pengalaman.


Penggunaan S-BAR dapat mencegah hit dan miss dari suatu keinginan dan

harapan pada saat melakukan operan jaga (Velji, et al, 2012).

Menurut Joint Comission on Accreditation of Healthcare Organization

National Patient Safety Goals(2006) alat S-BAR dapat dapat memebentuk

komunikasi pada tahap perjalanan pasien, dari isi rujukan dokter umum,

konsultan untuk rujukan, konsultan untuk berkomunikasi.

2.3.7 Peran Perawat dalam Pelaksanaan S-BAR

Sesuai dengan kode etik keperawatan tentang tanggung jawab perawat

terhadap tugas Pasal 1 Menyatakan bahwa perawat senantiasa memelihara

mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional

dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat, Pasal 5 Menjelaskan

bahwa perawat sesantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan

kliaen dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam

memepertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan

tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.


2.4 Metode Role- Play
2.1.2 Pengertian
Role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah satu

bentuk drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama,

secara spontan untuk memperagakan peran-perannya dalam berinteraksi.

Peran yang dilakukan berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan

hubungannya dengan manusia (Nursalam Dan Efendi, 2013).


Metode bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran, di mana

subjek diminta untuk berpura-pura menjadi seseorang dengan profesi

tertentu yang digeluti orang tersebut. Selain itu, subjek juga diminta untuk

berpikir seperti orang tersebut agar dia dapat mempelajari tentang

bagaimana menjadi seseorang dengan profesi tersebut (Perdana, 2010).

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role-Play

1. Kelebihan
a. apat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di

samping menjadi pengalaman yang menyenangkan juga

memberipengetahuan yang melekat dalam memori otak,


b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas

menjadi dinamis dan antusias


c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta

menumbuhkan rasa kebersamaan


d. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan

dibahas dalam proses belajar (Syaiful Bahri, 2013)


2. Kelemahan
a. Role playing memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru

maupun siswa dan ini tidak semua guru memilikinya.


c. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerankan suatu adegan tertentu


d. Apabila pelaksanaan role playingatau bermain peran mengalami

kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi

sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.


e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

2.2 Jurnal Pendukung


1. Ira Wahyudi (2014) dalam penelitian Efektifitas Pelatihan Komunikasi S-

BAR Dalam Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand Over) di Bangsal


Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dengan hasil

analisis univariat nilai pre-test mayoritas memperoleh kategori kurang

baik sebesar 57% dan nilai post-test mayoritas memperoleh kategori baik

sebesar 80%, dari hasil tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan

yang signifikan dari kategori kurang baik pada saat pre-test menjadi baik

pada saat post-test. Hasil uji Paired sample t-test juga menunjukkan

adanya peningkatan yang bermakna pada mutu operan jaga setelah

diberikan pelatihan komunikasi S-BAR kepada perawat di bangsal

Wardah dengan nilai signifikansi P = 0,000 (P<0,05). Kesimpulan pada

penelitian ini adalah pelatihan komunikasi S-BAR efektif dalam

meningkatkan mutu operan jaga di bangsal Wardah RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Perbedaan mutu operan jaga yang

menjadi lebih baik dari sebelumnya dikarenakan telah diberikan sebuah

perlakuan pelatihan komunikasi S-BAR pada perawat.


2. Kharisah Diniyah dalam penelitian Pengaruh Pelatihan SBAR Dengan

Metode Role-play Terhadap Skill Komunikasi Handover Hahasiswa

Kebidanan di Bangsal Nifas RS Aisyiyah Muntilan dengan hasil

penelitian ini adalah role play komunikasi efektif menggunakan metode

SBAR dapat meningkatkan skill komunikasi efektif pada saat melakukan

handover dan akan memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan

dengan menggunakan kasus nyata. Sehingga penggunaan metode

komunikasi SBAR dapat dijadikan salah satu standar komunikasi efektif

yang dapat diterapkan pada saat melakukan handover.


3. Faisal Faisal (2019) dalam Penelitian Pendampingan Hand Over Pasien

dengan Metode Komunikasi Situation, background, Assesment,


Recommendation (SBAR) Pada Perawat di RSUD Barru Kabupaten Barru

Sulawesi Selatan dengan hasil apat meningkatkan pengetahuan dan skill

perawat dalam penerapan hand over pasien dengan metode komunikasi

SBAR diruang perawatan interna I hal ini ditunjukkan dari hasil evaluasi

pendampingan bahwa pelaksanaan hand over dengan S-BAR sudah

terlaksana dengan baik dengan pencapaian 83,8% yang sebelumnya hanya

66,2 % Jadi ada peningkatan sekitar 17,6% . Hal ini ditunjang oleh

komitmen bersama seluruh perawat yang ada di ruang perawatan interna I

untuk lebih meningkatkan komunikasi efektif.


4. Hani Tuasikal (2017) dalam penelitian Efektifitas Metode

Handover dalam Meningkatkan Komunikasi Perawat

dengan hasil etode SBAR sangat efektif digunakan dalam handover.

Dengan metode ini, dapat mengoptimalkan komunikasi antar perawat

dalam melakukan handover di setiap pergantian shif


5. Kharisah Daniyah (2017) dalam Penelitian Pengaruh Pelatihan SBAR

Role Play Terhadap Skill Komunikasi Handover Mahasiswa Kebidanan

dengan hasil Penelitian ini menemukan bahwa role play komunikasi

efektif menggunakan metode SBAR dapat meningkatkan skill komunikasi

efektif pada saat melakukan handover.

BAB III
ANALISIS SITUASIONAL

3.1 Pengkajian
3.1.2 Pengkajian Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Darwis Suliki terletak di Kecamatan

Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota yang mudah dijangkau dari berbagai

arah. Rumah sakit ini telah dikenal oleh masyarakat secara luas, tidak hanya

dari wilayah kabupaten setempat tetapi dikunjungi dari wilayah tetangga

seperti pasien dari RSUD Adnaan WD Payakumbuh dan Rumah Sakit Yarsi

Payakumbuh. RSUD Dr. Achmad Darwis saat ini meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat kabupaten Lima Puluh Kota khususnya. Rumah sakit ini

mempunyai beberapa ruang rawat inap diantaranya ruangan rawat inap

penyakit dalam (Asoka dan Nusa Indah, bedah (Anggrek), anak dan

perinatologi (Azalea), kebidanan (Kenanga) dan ICU. Selain sebagai rumah

sakit rujukan di kabupaten Lima Puluh Kota dan juga dijadikan sebagai

lahan praktek bagi institusi pendidikan yang ada di Sumatera Barat

RSUD Achmad Darwis adalah satu rumah sakit milik pemerintah

kabupaten Lima Puluh Kota yang bermodel RSUD, diurus oleh PEMDA

kabupaten dan tercatat dalam tipe C. rumah sakit ini telah teregistrasi sejak

23 februari 2012 dengan no surat izin 003/OPR/BPMPPT-LK/IX/2015. dan

tanggal surat izin 25/09/2015 dari BPMPPT Kab. Lima Puluh Kota. Setelah

melaksanakan metode akreditasi RS seluruh Indonesia dan dinyatakan lulus.

Rumah sakit umum daerah Dr. Achmad Darwis mempunyai tugas

melaksanakan upaya kesehatan berdaya guna yang mengupayakan

penyembuhan melaksanakan rujukan untuk menyelenggarakan tugas Rumah

sakit.

3.1.2 Visi. Mis Dan Moto RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki
1. Visi RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki
Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang cepat, tepat, dan memuaskan

bagi masyarakat.
2. Misi dari RSUD Dr. Achmad Darwis Sulik
a. Menyelenggarakan pelayanan secara profesional, fokus pada kepuasan

pelanggan dengan penuh kasih sayang


b. Mewujudkan kompetensi SDM sesuai standar nasional dengan efektif

dan efisien
c. Meningkatkan mutu dan penggunaan
d. Meningkatkan kualitas manajemen berbasis teknologi informasi
e. Mengembangkan program kemitraan dalam menunjang pelayanan
3. Moto RSUD DR. Achmad Darwis Suliki
“Melayani dengan sepenuh hati”

3.1.3 Kajian Situasi Ruangan Nusa Indah RSUD Achmad Darwis


1. Karakteristik Unit
Ruangan Nusa Indah merupakan bangunan yang sudah lama dipakai sejak

awal rumah sakit didirikan. Cakupan pelayanan diruang Nusa Indah yaitu

menerima rawat inap pasien umum, BPJS dengan diawasi oleh dokter

spesialis saraf, jantung paru serta konsul dengan spesialis lain yang

diperlukan sesuai kondisi pasien. Ruangan ini terdiri dari 5 ruang rawatan

biasa, 1 ruang isolasi,1 nurse station,1 ruang perawat, 1ruang kepala

ruangan.
a. Sikap Kekaryaan Ruangan
1) Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Nusa Indah adalah

pasien dengan gangguan pernapasan, gangguan muskuloskeletal,

gangguan kardiovaskuler dan gangguan organ lainnya mulai dari

dewasa sampai lansia.


2) Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang perawatan adalah

pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk mengatasi gangguan


atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan

meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah atau

gangguan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh yang

dialami oleh pasien yang berupa gangguan muskuloskeletal,

gangguan pernapasan dan gangguan organ lainnya, tujuannya

meliputi :
a) Meningkatkan kesehatan pasien
b) Memberikan pelayanan kepada masyarakat
c) Menekan angka kejadian infeksi nosokomial
Elemen-elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap Nusa

Indah :
a) Pemeliharaan pola-pola normal dari fungsi-fungsi dasar

atau kebutuhan manusia


b) Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan.

Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang

pemeliharaan kesehatan

3) Basis Intervensi
Basis intervensi ruang Nusa Indah merupakan suatu bagian dari

pelayanan khusus yang menangani penyakit seperti : gangguan

pernapasan, gangguan muskuloskeletal, gangguan perfusi

jariangan, gangguan kardiovaskular, dll. Sehingga memerlukan

penanganan intensif agar dapat sembuh dan mempunyai kualitas

hidup yang baik


b. Model Layanan
Ruang rawat inap Nusa Indah menggunakan metode tim, namun

pada pelaksanaannya metode keperawatan tim tidak berjalan dengan

baik, dimana terlihat katim merangkap sebagai perawat pelaksana.

Ini terjadi karena adanya hambatan yaitu kurangnya tenaga kerja.


c. Denah Ruang Nusa Indah

IV
I II V
III

IX VIII VII VI

Keterangan :

I. Ruang Isolasi
II. Kelas II Pria
III. Nurse Station
IV. Ruang Perawat
V. Kelas III Wanita
VI. Kelas I
VII. Kelas II Wanita
VIII. Ruang Kepala Ruangan
IX. Kelas III Pria

d. Kapasitas Unit Ruang


Ruang Nusa Indah memiliki kapasitas tempat tidur 5 tempat tidur

untuk kelas III, ruang kelas II memiliki 3 tempat tidur, ruang kelas I

mempunyai 2 tempat tidur, dan ruang isolasi 2 tempat tidur.


e. Nama-Nama Tenaga Keperawatan Di Ruangan Nusa Indah RSUD Dr.
Achmad Darwia
Tabel 1.1
Nama-Nama Tenaga Keperawatan Di Ruangan Nusa Indah
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achamd
Darwis Suliki
No Nama Jenis Jabatan Pendidikan

Kelamin
1 Yayan Sopyan Laki Laki KaRu Ners
2 Fitraturrahmah Perempuan KaTim DIII
3 Yance Suci Ningsih Perempuan PP DIII
4 Susi Yetri Perempuan PP DIII
5 Deswita Afriyanti Perempuan PP DIII
6 Novera Yensi Perempuan PP DIII
7 Ella Rizki Yana Perempuan PP Ners
8 Debby Amanda Perempuan PP DIII
9 Rina Mutiara Perempuan PP DIII
10 Febby Mahardis Perempuan PP Ners
11 Cut Fitri Perempuan PP DIII
12 Rada Rahmadila Perempuan PP DIII

3.2 Hasil Pengkajian (input)


1. Karakter Responden
a. Jumlah Perawat
Ruangan rawat inap Bedah mempunyai 13 orang tenaga perawat

dimana 1 kepala ruangan, 3 menjadi ketua tim dan 9 orang perawat

pelaksana. Tetapi perawat yang ditemui saat pengkajian diruangan oleh

mahasiswa berjumlah 12 orang tenaga perawat dimana 1 orang perawat

pelaksana masih cuti.


b. Usia
Diagran 3.1
Distribusi Frekunsi Umur Perawat Di Ruangan Nusa
Indah RSUD Dr.Achmad Darwis
Berdasarkan diagram 3.1 tentang distribusi Frekunsi umur Perawat di

Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit Umun Daerah Dr. Ahmad Darwis

Suliki di dapatkab rentang usia terbanyak yaitu berada pada rentang 31-

40 tahun dengan 6 orang perawat dengan persentase 50% dan rentang

usia 21-30 tahun sebnyak 5 orang dengan 41.67% sedangkan untuk

perawat dengan rentang usia 41-50 tahun sebanyak 1 orang dengan

persentase 8,33%
b. Jenis kelamin
Diagram 3.2
Distribusi Frekunsi Jenis Kenlamin Perawat Di Ruangan
Nusa Indah RSUD Dr. Ahmad Darwis Suliki

Berdasarkan diagram 3.2 distribusi frekunsi jenis kelamin perawatan di

ruangan nusa indah rumah sakit umum daerah Dr. Ahmad Darwis Suliki

di dapatkan sebanyak 11 orang perawat dengan persentase 91,6%

berjenis kelamin perempuan dan 1 orang dengan persentse 8,33%

dengan jenis kelamin laki-laki.


c. Pendidikan
Diagram 3.3
Distribusi Frekunsi PendidikanPerawat di Ruangan
Nusa Indah RSUD Dr. Achamd Darwis

Berdasarkan diagram 3.3 distribusi frekunsi pendiidkan peri ruangan

nusa indah rumah sakit umum daerah Dr. Achmad Darwis di dapatkab

bahwa perawat yang tamatan DIII sebanyak 9 orang dengan persentase

75% dan perawat yang tamatan S1 Ners 2 orang dengan persentase

25%.

d. Lama Bekerja

Diagram 3.4
Distribusi Frekunsi Lama Kerja Perawat Di Ruangan
Nusa Indah RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki

Berdasarkan diagram 3.4 distibusi frekunsi lama kerja perawat di ruangan

nusa indah rumah sakit umu daerah Dr. Ahmad darwis Suliki di dapatkan
bahwa lamak kerja rentang dari 0-5 tahun yaitu 9 orang dengan persentase

75% dan yang rentang lama kerja 11-15 tahun 2 orang dengan persentase

16,67% sedangkan yang redang 6-10 tahun 1 orang dengan persentase

8,33%.
2. Metodhe
a. Kuesioner
1) Katim Membuat Daftar Pasien Dengan Karu
Diagram 3.5
Distribus Frekunsi Membuat Daftar Pasien Dengan Karu Di
Ruangan Nusa Indah RSUD Dr. Achmad
Darwis Suliki

Berdasarkan diagram 3.5 distribusi frekunsi membuat daftar pasien

dengan karu di ruangan nusa indah rumah sakit achmad darwis suliki di

dapatkan 100% perawat menjawab katim membuat daftar pasien

dengan karu ruangan.


2) Pelaksanaan Overan di pimpin karu
Diagram 3.6
Distribusi Frekunsi Pelaksanaan Overan Perawat Di Ruangan
Nusa Indah RSUD Achamd Darwis Suliki

66,7%

Berdasarkan diagram 3.6 distribusi frekunsi pelaksanaan overan di

pimpin karu di dapatkan 66,7% overan di pimpin karu sedangkan

33,3% menjawab overan tidak di pimpin karu


3) Penggunaan Metode SBAR
Diagram 3.7
Distribusi Frekuensi Penggunaan Metode SBAR di
Ruangan Nusa Indah RSUD Dr.Achmad Darwis
Suliki

36,4%

63,6%

Berdasarka diagram 3.7 distribusi frekuensi penggunaan metode SBAR di

Ruangan Nusa indah rumah Sakit achamd Darwis Suliki bahwa 63.6%

dengan 8 orang perawat menjawab belum menggunakan metode SBAR

dan 36,4% dengan 4 orang perawat menjawab belum menggunakan

metode SBAR.

4) Operan dilaksanankan tepat waktu

Diagram 3.8
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Operan Tepat Waktu
di Ruangan Nusa Indah RSUD Achmad
Darwis Suliki

72,7%

Berdasarkan diagram 3.8 distribusi frekunsi pelaksanaan operan tepat

waktu di ruangan nusa indah rumah sakit achmad darwis suliki di

dapatkan 72,7% perawat menjawab melakukan operan tepat waktu dan

27,3% mengatakan operan tidak tepat waktu


3. Actuanting

a. Observasi

Didapatkan bahwa kepala ruangan ada memberikan pengarahan kepada

perawat pelaksanan saat melakukan asuhan keperawatan.

b. Kuesioner

Didapatkan 100% perawat mengatakan kepala ruangan ada

memeberikan motivasi saat meningkatkan penegtahuan dan

keterampilan.

c. Wawancara

Berdasarkan hasil awawancara yang dialkukan didapatkan bahwa

kepala ruangan ada memebrikan memeberikan motivasi kepada perawat

pelaksanan yang bertugas di ruangan.

4. Komunikasi

a. Kuesioner

Diagram 3.9
Distribusi Frekunsi Interaksi Dengan Pasien saat Timbang Terima
Di Ruangan Nusa Inda RSUD Dr. Acmad Darwis Suliki
100%

Berdasarkan diagram 3.9 distribusi frekunsi interaksi dengan pasien saat

timbang terima di ruangan nusa indah rumah sakit umum daerah achmad

Darwis Suliki di dapatkan 100% perawat menjawab ada melakukan

interaksi sengan pasien saat timbang terima.

b. Obsevasi
Berdasarkan hasil observasi perawat belum melakukan timbang terima

pasien dengan melihat kondisi pasien secara langsung.


c. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara perawat mengatakan ada melakukan

timbang terima ke pasien tapi tidak selalu.


5. Operan Dengan Metode SBAR
a. kuesioner
Diagram 3.10
Distribusi Frekunsi Operan Dengan Metode SBAR DicRuangan
Nusa Indah RSUD Ahmad Darwis Suliki

36,4%

64,6%

Berdasarkan diagram 3.10 distribusi frekunsi penggunaan metode SBAR

di ruangan nusa indah rumah sakit achmad darwis suliki di dapatkan


36,4% perawat menjawab sudah menggunakan metode SBAR dalam

operan sedangkan 6,4,6% menjawab belum menggunakanmetode SBAR

dalam operan

b. observasi
Dari hasil observasi tidak ada buku overan yang menerapkan penggunaan

SBAR didalamnya dan penyampaian pasien atau tindakan yang dilakukan

belum sepenuhnya mengandung SBAR. Hal yang disampaikan dalam

overan hanya pasien yang dirawat, diagnosa medis dan jenis tindakan yang

diberikan.
c. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan perawat ruangan, mengatakan karena overan

menggunakan SBAR sudah mulai dilakukan namun hanya secara lisan

dan tidak dituliskan.


Diagram 3.11
Distribus Frekunsi Ketepatan Melakukan Operan di Ruangan
Nusa Indah RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki

27,3%

72,7%

Berdasarkan diahram 3.11 distribusi frekunsi ketepatan melakukan operan

di ruangan nusa indah rumah sakit umum daerah Dr. Achmad Darwis

suliki di dapatkan ketepatan dalam melakukan operan yaitu 72,7%

mengatakan tepat dalam melakukan operan sedangkan 27,3% mengatakan

tidak tepat dalam melakukan operan


3.3 Analisa SWOT

Tabel 3.3

No. Masalah Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness) Peluang (opportunity) Ancaman (threatened)
1 Sistem overan atau Petugas tertarik dan mendukung - Tidak ada buku khusus Adanya kerjasama yang Makin tingginya kesadaran
timbang terima pasien adanya pelaksanaan metode untuk pelaporan overan baik antara mahasiswa masyarakat tentang kesehatan
yang belum efektif overan masing-masing perawat dan petugas sehingga
Petugas tertarik dan mendukung - Tidak ada buku khusus overan metode SBAR
adanya pelaksanaan metode untuk pelaporan overan dapat diterapkan
overan dengan menggunakan masing-masing perawat.
SBAR - Perawat kurang
mengetahui prinsip
tentang teknik
penyampaian overan
SBAR
3.4 Perumusan Masalah

Tabel 3.4

No DATA MASALAH
. KUESIONER OBSERVASI WAWANCARA
1 Berdasarkan diagram Hasil observasi tanggal 27-September 2019: Hasil wawancara Sistem overan atau timbang
diatas 100% perawat - Overan tidak diikuti oleh ke dua shift didapatkan: terima pasien yang belum
mengatakan ada yang akan melakukan timbang terima - Bahwa yang harus disiapkan efektif
melakukan interaksi saat - Jumlah perawat yang mengikuti sebelum overan adalah status,
timbang terima. overan 1- 2 orang buku overan, buku injeksi.
Berdasarkan diagram - Perlengkapan overan ada (tidak - Hal yang harus dioperkan
didapatkan bahawa lengkap). adalah obat-obat pasien,
72,7% perawat - Operan tidak berfokus pada masalah tindakan medis yang akan
mengatakan overan keperawatan yang ada pada pasien saat itu dilakukan dan keadaan pasien
dilakukan tepat waktu. (here and now) secara umum.
Sekitar 63,6% perawat - Dari hasil observasi tidak ada buku - Dari hasil wawancara dengan
mengatakan overan di overan yang menerapkan penggunaan perawat ruangan, mengatakan
ruangan belum SBAR didalamnya dan penyampaian karena overan menggunakan
dilakukan secara SBAR pasien atau tindakan yang dilakukan SBAR sudah mulai dilakukan
belum sepenuhnya mengandung SBAR namun hanya secara lisan dan
tidak dituliskan
3.5 Priorotas Masalah

Tabel 3.5

No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skore Prioritas


1 Sistem overan atau timbang terima pasien yang belum 4 4 4 3 3 18 II
efektif

Keterangan :

Mg : magnetude (kemampuan melaksanakan alternatif)

Sv : saverity (besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini)

Mn : manageability (berfokus pada keperawatan sehinnga dapat diatur untuk perubahannya)

Nc : nursing consent (melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat)

Af : affordability (ketersediaan sumber daya)

3.6 Pemecahan Masalah


Tabel 3.6

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

No. Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


I Sistem overan atau timbang - Desiminasi ilmu mengenai pelaksanaan overan dengan menggunakan SBAR.

terima pasien yang belum efektif - Roleplay mengenai pelaksanaan overan dengan menggunakan SBAR

3.7 Planning Of Action (POA)

Tabel 3.7
N Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu
o.
1 Desiminasi ilmu mengenai Untuk menambah Petugas ruang Penyuluhan Lembar balik/PPT Mahasiswa 12 okt 2019
pelaksanaan overan dengan pengetahuan Nusa Indah (Sesuai jam dinas
menggunakan SBAR petugas tentang petugas)
pelaksanaan overan
dengan
menggunakan
Roleplay mengenai SBAR
pelaksanaan overan dengan
2 menggunakan SBAR Memberikan contoh Seluruh petugas Role play
mengenai medis yang
pelaksanaan overan berperan di Nusa
dengan Indah
menggunakan
SBAR
3.8 Impelementasi

Setelah dilakukan LOKMIN I pada tanggal 11 Oktober 2019 masalah yang

disepakati untuk diangkat dan ditindak lanjuti di ruangan Nusa Indah RSUD

dr Achmad Darwis Suliki adalah belum efektifnya proses pendokumentasian

keperawatan, sistem overan atau timbang terima pasien yang belum efektif,

edukasi discharge planning sudah dilakukan tetapi belum optimal, belum

terlaksananya pre dan post conference, dan tidak dilakukan pencatatan

asesmen ulang nyeri di ruang Nusa Indah.

Adapun pemecahan dari masalah sesuai dengan Planning of Action yang telah

dibuat antara lain :

Sistem overan atau timbang terima pasien yang belum efektif di ruang

rawat inap Nusa Indah

Tindak lanjut untuk masalah Sistem overan atau timbang terima pasien yang

belum efektif di ruang rawat inap Nusa Indah yaitu :

1. Desiminasi ilmu

Desiminasi ilmu tentang overan dan pendokumentasian SBAR

dilaksanakan pada tanggal 28 September 2019 diruang rawat RSUD Dr

Achmad Darwis Suliki pukul 13.00 WIB. Pemaparan materi tentang

overan dengan komunikasi SBAR materi yang disampaikan mencakup

pentingnya komunikasi overan SBAR dan contoh dari overan SBAR.


2. Role play

Role play overan SBAR dilaksanakan setiap harinya di ruangan Nusa

Indah yaitu mulai tanggal 28 september – 20 Oktober 2019 dimana

setiap harinya ada mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan,

perawat primer dan perawat pelaksana. Masing-masing mahasiswa

berperan sesuai dengan peran yang dimainkannya termasuk melakukan

pre dan post confrence serta overan secara SBAR.

3.2 Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi dari tanggal 12 - 20 Oktober 2019, hasil

evaluasi yang kami peroleh antara lain:

Sistem overan atau timbang terima pasien yang belum efektif di ruang

rawat inap Nusa Indah

Setelah dilakukan desiminasi ilmu dan Role Play tentang komunikasi dan

dokumentasi SBAR diruang Nusa Indah hasil evaluasi yang diperoleh melalui

observasi yaitu pada saat overan sudah tampak berjalannya overan secara

SBAR diruang Nusa Indah, dokumentasinya sudah secara SBAR. Hasil

wawancara dengan perawat diruang Nusa Indah pelaksanaan overan juga

masih belum dilakukan dengan tepat waktu, hal ini dikarenakan keadaan

pasien yang tidak menentu.

Pre Post Target Pencapaian target


implementasi implementasi
Pelaksanaan overan Pelaksanaan Dilaksanakannya Tercapai
SBAR belum overan secara overan secara
optimal SBAR SBAR dengan
rutin dan
terjadwal
(63,6%) (95%)
(85%)

RTL : Berdasarkan evaluasi diatas, pelaksanaan overan secara SBAR sudah

tercapai (95%), namun ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam

pendokumentasi secara SBAR, yaitu tidak cukupnya waktu untuk

mendokumentasikan secara SBAR karena beban kerja perawat yang

terintegrasi sehingga pendokumentasian secara SBAR masih belum optimal.

Namun alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan memodifikasi

penulisan laporan secara SBAR dengan ringkas tepat dan jelas namun tetap

menggambarkan SBAR secara keseluruhan.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus Terkait


Pengkajian manajemen keperawatan telah dilakukan pada tanggal 2 sampai

dengan 4 oktober 2019 di ruang nusa indah RSUD Dr. Ahmad Darwis Siliki.

Pengkajian dilakukan dengan melakukan survei awal dan pengumpulan data

melalui hasil observasi, wawancara dan kuesioner. Pengkajian dilakukan pada

12 perawat di ruang nusa indah RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki. Pengkajian

yang dilakukan yaitu mengenai data umum dan masalah yang berhubungan

dengan manajemen keperawatan di Ruangan nusa indah yang berkaitan

dengan Metode SBAR dalam Hand Over.

Berdasarkan teori, data hasil pengkajian melalui observasi, wawancara dan

kuesioner harus sinkron ( Kuntoro, 2010). Karena bertujuan untuk

memperkuat data sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun

kenyataan yang di dapati dari hasil observasi menunjukan bahwa belum

optimalnya penerapan prinsip Metode SBAR karena di dapatkan tidak ada

buku overan yang menerapkan penggunaan SBAR didalamnya dan

penyampaian pasien atau tindakan yang dilakukan belum sepenuhnya

mengandung SBAR. Hal yang disampaikan dalam overan hanya pasien yang

dirawat, diagnosa medis dan jenis tindakan yang diberikan sedangkan dari

hasil kuesioner yang di bagikan kepada 12 orang perawat di ruangan nusa

indah rumah sakit umum daerah achmad darwis suliki di dapatkan 36,4%

perawat menjawab sudah menggunakan metode SBAR dalam operan

sedangkan 6,4,6% menjawab belum menggunakanmetode SBAR dalam


operan, sehingga dilakukan wawancara dengan perawat di ruangan tentang

metode SBAR di ruangan nusa indah mengatakan karena overan

menggunakan SBAR sudah mulai dilakukan namun hanya secara lisan dan

tidak dituliskan.

Sehingga dari hasil pengkajian yang di dapatkan di ruangan nusa indah

rumuah sakit umum daerah Dr. Achmad darwis suliki di dapatkan Sistem

overan atau timbang terima pasien yang belum efektif.

4.2 Analisa Salah Satu Intervensi Dengan Jurnal Terkait

Berdasarkan dari hasil pengkajian awal yang dilakukan pada tanggal 2s/d 4

Oktober 2019 di dapatkan masalah manajemen di ruangan nusa indah rumah

sakit umum daerah Dr. Achmad Darwis sistem ovean atau timbang terima

yang belum efektif. Sehingga telah dilakukan logmin pertama pada tanggal 11

Oktober 2019 di susunlah Planning Of action (POA) bersama dengan perawat

di ruangan nusa indah yang di hadiri oleh mahasiswa manjamen stikes

perintis ,perawat ruangan, dosen pembimbing dan orang PPIN sertam

manajemen rumah sakit umum daerah Dr. Achmad Darwis Suliki maka untuk

mengatasi masalah sistem overan atau timbang terima belum efektif akan di

rencanakan Desiminasi ilmu tentang overan dan pendokumentasian SBAR

dilaksanakan pada tanggal 28 September 2019 diruang rawat RSUD Dr

Achmad Darwis Suliki pukul 13.00 WIB. Pemaparan materi tentang overan

dengan komunikasi SBAR materi yang disampaikan mencakup pentingnya

komunikasi overan SBAR dan contoh dari overan SBAR.


Dan akan di rencanakan Role play overan SBAR dilaksanakan setiap harinya

di ruangan Nusa Indah yaitu mulai tanggal 28 september -20 Oktober 2019

dimana setiap harinya ada mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan,

perawat primer dan perawat pelaksana. Masing-masing mahasiswa berperan

sesuai dengan peran yang dimainkannya termasuk melakukan pre dan post

confrence serta overan secara SBAR.

Dimana role play sendiri dapat digunakan karena dalam penerapan metode

role play ini langsung memperankan atau langsung bermain peran dengan

tujuan agar terbiasanya dalam melakukannya. Seiring dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Ira Wahyuni (2014) dalam penelitian Efektifitas

Pelatihan Komunikasi SBAR Dalam Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand

Over) di Bangsal

Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dengan hasil Hasil

analisis univariat nilai pre-test mayoritas memperoleh kategori kurang baik

sebesar 57% dan nilai post-test mayoritas memperoleh kategori baik sebesar

80%, dari hasil tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan yang

signifikan dari kategori kurang baik pada saat pre-test menjadi baik pada saat

post-test. Hasil uji Paired sample t-test juga menunjukkan adanya

peningkatan yang bermakna pada mutu

operan jaga setelah diberikan pelatihan komunikasi S-BAR kepada perawat di

bangsal Wardah dengan nilai signifikansi P = 0,000 (P<0,05). Kesimpulan

pada penelitian ini adalah pelatihan komunikasi S-BAR efektif dalam

meningkatkan mutu operan jaga di bangsal Wardah RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II. Perbedaan mutu operan jaga yang menjadi lebih baik dari
sebelumnya dikarenakan telah diberikan sebuah perlakuan pelatihan

komunikasi S-BAR pada perawat.

Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Khairisah Diniyah dalam

penelitian The Effect Training Of SBAR Using RolePplay On

Communication Skills During Patient Handover Of Midwifery Studens In

Postpartum Ward RS Aisyiyah Muntilan dengan hasil ada pre test didapatkan

skill

komunikasi efektif responden hanya 3,45% termasuk dalam kategori baik,

dan

mengalami peningkatan yang setelah mendapatkan role play komunikasi

efektif metode SBAR menjadi 62,1% dan menjadi 100% setelah melakukan

simulasi dengan menggunakan kasusu nyata. Role play komunikasi efektif

menggunakan metode SBAR datap meningkatkan skill komunikasi secara

signifikan dimana P=0.000 (P<0,05). Kesimpulan pada penelitian ini adalah

role play komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dapat

meningkatkan skill komunikasi efektif pada saat melakukan handover dan

akan memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan dengan menggunakan

kasus nyata. Sehingga penggunaan metode komunikasi SBAR dapat dijadikan

salah satu standar komunikasi efektif yang dapat diterapkan pada saat

melakukan handover.

Setelah dilakukannya implementasi pada tanggal 12 Oktober 2019 di

dapatkan terlaksanyan sistem overan atau timbang terima pasien secara

efektif 95%. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak adanya kesenjangan


antara teori,jurnal terkait dengan kasus di ruangan nusa indah rumah sakit

achmad darwis suliki.

4.1 Alternativ Pemecahan Masalah

Alternatif pemcahan masalah yang dilakukan pada masalah sistem overan

yang belum efektif di ruangan nusa indah rumah sakit Dr achmad darwis

suliki yaitu dilakukannya desiminasi ilmu dengan tujuan menambah dan

memperluas pengetahuan perawat di ruangan tentang operan dengan metode

SBAR dan juga pemecahan masalah yang digunakan yaitu menggunakan

metode Role Play atau berperan main langsung dalam melakukan metode

SBAR dengan harapan dapat melihat secara langsung,merasakan dan akar

terbiasa selanjutnya untuk melakukan operan dengan menggunakan SBAR.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.1.1 Memahami konsep SBAR Dengan Metode Role Play Dalam Hand Over

di Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad

Darwis Suliki

5.1.2 Melakukan pengkajian manajemen terkait dalam penerapan Metode

SBAR Dalam Han Over. Pengkajian manajemen keperawatan di

Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit umum Daerah Dr. Achmad Darwis

Sulikidapat dilakukan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan

dalam mengumpulkan data.

5.1.3 Menegakan diagnosa manajemen terkait dalam penerapan Penerapan

Metode SBAR. Pada kasus ini di dapatkan diagnosa belum sistem

operan belum efektif di ruangan nusa indah rumah sakit achmad darwis

suliki

5.1.4 Menerapkan Pelatihan SBAR dengan Metode Role Play pada perawat di

Ruangan Nusa Indah Rumah Sakit achmad Darwis Suliki

5.1.5 Melakukan rencana tindakan penerapan Palatihan SBAR Dengan

Metode Role Play dari salah satu jurnal Pelatihan SBAR dengan

Metode Role Play pada tenaga kesehatan di Ruangan Nusa Indah

Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Darwis Suliki.

5.1.6 Hasil evaluasi dari penerapan SBAR dengan role play di Ruangan nusa

indah rumah sakit umum daerah achmad darwis suliki adanya


peningkatan dalam penerapan SBAR dalam Hand Over yaitu menjadi

95%.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit
Untuk rumah sakit agar dapat menyediakan program pelatihan, seminar,

workshop dan lain-lain bagi perawat yang berhubungan dengan Metode

SBAR.
5.2.2 Bagi Ruang Rawat Bedah
Pemberian edukasi media audio visual kepada petugas tenaga kesehatan

perlu dilakukan untuk memberikan roleplay tentang Penerapan Metode

SBAR yang benar.


5.2.3 Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa praktek managemen selanjutnya, dapat dijadikan

pedoman sebagai dasar dalam pengkajian selanjutnya, kerena waktu

kami yang terabatas, mungkin hanya ini yang sempat terkaji dan

mungkin kalau ada praktek managemen selanjutnya agar dapat

mengkaji masalah menagemen lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bassie, L, M. (2013). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori dan


Aplikasi (4th ed.). Jakarta: EGC.

Bhabra, G., Mackeith, S., Monteiro, P., & Pothier, D. D. (2007). An Experimental
Comparison of Handover Methods. The Annals of The Royal College of
Surgeons of England, 89(3), 298–300.
http://doi.org/10.1308/003588407X168352

Chaboyer, W., McMurray, A., & Wallis, M. (2010). Bedside nursing handover: A
case study. International Journal of Nursing Practice, 16(1), 27–34.
http://doi.org/10.1111/j.1440-172X.2009.01809.x

Horwitz, L. I., Dombroski, J., Murphy, T. E., Farnan, J. M., Johnson, J. K., &
Arora, V. M. (2013). Validation of a handoff assessment tool: the Handoff
CEX. Journal of Clinical Nursing, 22(9-10), 1477–1486.N
http://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2012.04131.x

IRA WAHYUNI. (2014). Efektifitas Pelatihan Komunikasi S-Bar Dalam


Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand Over) Di Bangsal Wardah Rs Pku
Muhammadiyah Yogyakarta Unit Ii. Magister Manajemen Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.


http://www.depkes.go.id.

Manser, T., Foster, S., Flin, R., & Patey, R. (2013). Team Communication During
Patient Handover From the Operating Room: More Than Facts and Figures.
Human Factors: The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society,
55(1), 138–156. http://doi.org/10.1177/0018720812451594

Novak, K., & Fairchild, R. (2012). Bedside Reporting and SBAR: Improving
Patient Communication and Satisfaction. Journal of Pediatric Nursing,
27(6), 760–762. http://doi.org/10.1016/j.pedn.2012.09.001

Sexton A1, Chan C, Elliott M, Stuart J, Jayasuriya R, C. P. (2004). Nursing


handovers: do we really need them? Jounar of Nursing Management, 12.

Street, M., Eustace, P., Livingston, P. M., Craike, M. J., Kent, B., & Patterson, D.
(2011). Communication at the bedside to enhance patient care: A survey of
nurses’ experience and perspective of handover. International Journal of
Nursing Practice, 17, 133–140. http://doi.org/10.1111/j.1440-
172X.2011.01918.x

Sugiharto, A. S. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi MPKP di Rumah


Sakit.
Van Sluisveld, N., Hesselink, G., van der Hoeven, J. G., Westert, G., Wollersheim

H., & Zegers, M. (2015). Improving clinical handover between intensive care unit
and general ward professionals at intensive care unit discharge. Intensive
Care Medicine, 41(4), 589–604. http://doi.org/10.1007/s00134-015-3666-8

World Health Organization & Joint Comission International. 2017.


Communication during patient hand-overs. Diakses pada tanggal
25 November 2019. Dari:
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS-Solution3.pdf.

Anda mungkin juga menyukai