Anda di halaman 1dari 26

EFEKTIVITAS TERAPI MUROTAL DAN TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA


OPERASI PADA PASIEN TN.A DENGAN ABSES
Di Instalasi Bedah Sentral (IBU) RSUD Keraton Pekalongan

Di Susun Oleh :
Moh Al Anbiya Hidayatullah
G3A017047

PEMBIMBING

TANGGAL PENGUMPULAN

SARAN PEMBIMBING

PROGRAM PROFESI NURSE


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

Kecelakaan lalulintas sering kali terjadi di negara-negara berkembang


seperti di Indonesia. Menurut data kepolisian Republik Indonesia tahun 2003,
jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kasus. Kasus itu menyebabkan
kematian pada 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat dan 8.694
luka ringan dan diperkirakan tiap tahunya akan mengalami peningkatan.
Adapun trauma yang sering terjadi pada kasus ini adalah trauma kepala,
fraktur (patah tulang), dan trauma dada (Sujudi, 2008). Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau ruda paksa. Pada pasien fraktur akan timbul
nyeri dimana hal ini dapat menyebabkan kecemasan pada pasien. Nyeri yang
timbul diakibatkan oleh terputusnya kontinuitas jaringan, spasme otot,
gerakan fragmen tulang, dan cidera pada jaringan lunak (Doengoes,1999).

Penanganan fraktur bisa berupa konservatif ataupun operasi.


Tindakan operasi terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi interna dan reposisi
tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna, dimana didalamnya
terdapat banyak prosedur yang harus dilaksanakan (Mansjoer, 2007).
Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan bisa
membahayakan bagi pasien. Maka tidak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan
yang mereka alami.

Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang


dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Hal ini akan berakibat
buruk, karena apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan darah
dan pernafasan yang dapat menyebabkan pendarahan baik pada saat
pembedahan ataupun pasca operasi. Intervensi keperawatan yang tepat
diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis
sebelum dilakukan operasi (Efendy, 2005).

Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk


menangani kecemasan ataupun nyeri, salah satunya adalah terapi musik yang
dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi musik ini terbukti
berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan
dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002). Hal ini telah
dibuktikan dalam penelitian di tahun 1996, Journal of the American Medical
Association melaporkan

tentang hasil-hasil suatu studi terapi musik di Austin, Texas yang


menemukan bahwa setengah dari ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik
selama kelahiran anaknya tidak membutuhkan anestesi. Rangsangan musik
meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan
obatobatan. Pelepasan tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian
dari rasa sakit dan daTerapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini
telah dibukikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al
Khadi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research
di Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan
Dokter Amerika, wilayah missuori AS, Ahmad AlQadhi melakukan
presentasi tentang hasil penelitianya dengan tema pengaruh Al-Quran pada
manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut
menunjukan hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki
pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif
dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah
alat berbasis komputer ( Remolda, 2009).

Terapi murotal dan terapi musik dapat menurunkan kecemasan, tetapi


apakah terapi murotal itu lebih cepat menurunkan kecemasan dibandingkan
terapi musik belum diketahui, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
tentang keefektivan antara pemberian terapi pembacaan Al-Qur’an dengan
terapi musik pat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001). terhadap
penurunan kecemasan pada pasien pre-operasi. Rencana penelitian akan
dilakukan di RSI Muhammadiyah Pekajangan. Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah Pekajangan adalah rumah sakit umum yang juga menangani
bedah tulang. Peneliti memilih RSI Muhammadiyah PKJ karena terdapat
kasus yang sesuai dengan kriteria penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan
pengkajian yang meliputi gejala-gejala fisiologis ataupun psikologis dimana
beberapa item penilaian kecemasan membutuhkan pengkajian yang tidak
segera, akan tetapi pasien harus menginap di Rumah Sakit sehingga dapat
dikaji apakah terjadi perubahan setelah diberikan terapi. Item-item yang
dimaksud diantaranya adalah item gangguan tidur.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Kecemasan menurut Suliswati (2005) adalah respons emosi tanpa
objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan
secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran
pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.(1)

Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang


spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat
diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas berbeda dengan rasa
takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang
spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu
sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan,
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau
objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu
dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi
operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi
kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusan (misalnya takut
terjadi kegagalan anestesi/ meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-
lain.(1)

Sebelum dilakukan operasi terdapat masalah kecemasan yang


merupakan reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini sebagai
respon antisipasi pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap
sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan pasien,
integritas tubuh dan bahkan kehidupannya. Ditingkatkannya pemberian
mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan
tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit. Dalam menghadapi
ketakutan dan kecemasan pasien, kepercayaan spiritual memiliki peranan
penting.(4)

Islam sebagai agama yang bermuatan nilai-nilai spiritual yang tinggi,


Memberikan jalan penyelesaian atas masalah masalah psikologis
manusia. Kandungan ajaran Islam, sepetti keimanan, peribadatan, akan
mengenal dirinya untuk mengenal tuhannya. Zikir berimplementasi
positif terhadap psikologis individu. Melalui dzikir seorang individu
menjadi bersih hatinya dari belenggu dosa dan maksiat. Mempererat
hubungan kemanusiaan dengan tuhannya, mengikat tali cinta
kebersamaan dengan tuhan dalam pengawasan dan penjagaan, dan
menimbulkan sinaran dan cahaya ilahi dalam hati sehingga terbebas dari
perilaku buruk yang dapat menyebabkan kerisauan, kegundahan, dan
kegalauan hati.(5)

B. ETIOLOGI
Menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 11) adalah sebagai beriku:
Ada beberapa faktor penyebab gangguan cemas yaitu faktor
oerganibiologi, faktor psikoedukatif. Faktor organobiologo adalah
terdapat ketidakseimbangan zat kimia dalam otak yang disebut
neurotransmitter disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor
psikoedukatif adalah faktor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menyenangkan,
menentramkan, menyedihkan”.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan
sebagainya.

C. MANIFESTASI KLINIK
Timbul secara mendadak, dalam bentuk berdebar-debar misalnya
jantung dan nadimenjadi lebih cepat berdetaknya, nyeri pada dada,
pusing, keringat yang
berlebihan, pernafasan menjadi lebih cepat dan pendek, rasa seperti terce
kik. Gejala lainnya takutkehilangan kendali dan takut pada kematian
(Sylvia D. Elvira 2008 : 7)

D. PENATALAKSANAAN
Melihat berbagai macam jenis kecemasan dan penyebabnya
menimbulkan perasaancemas tersendiri, cemas dapat diatasi, yakni:
1. Mengembangkan Kepercayaan Diri. Tuhan di waktu menciptakan
manusia,Ia berfirman bahwa kita diciptakan mempunyai kemampuan
ilahi yang diberikan-Nyakepada kita. Itulah yang boleh kita sebut
sebagai potensi diri manusia.
2. Meninggalkan Hal yang Duniawi, kecemasan karena kebutuhan yang
biasanyamenyita hidup.
3. Mempercayakan Diri kepada Allah. Hal terpenting dalam
menghadapi kecemasanadalah mempercayakan diri kepada Allah.
Memang, seseorang dapat percaya kepada Allah setelah ia
mengalami bagaimana Allah bekerja dalam hidupnya. Oleh
karenaitu, kepercayaan merupakan proses yang mungkin
membutuhkan waktu yang tidak pendek. Tapi,satu hal yang mutlak
adalah mengenal Allah dengan benar.

E. TINGKATAN ANSIETAS
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas
yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang

2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada


sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut :
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- - Ketegangan otot berat
- - Hiperventilasi
- - Kontak mata buruk
- - Pengeluaran keringat meningkat
- - Bicara cepat, nada suara tinggi
- - Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- - Rahang menegang, mengertakan gigi
- - Mondar-mandir, berteriak
- - Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- - Proses berpikir terpecah-pecah
- - Sulit berpikir
- - Penyelesaian masalah buruk
- - Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- - Hanya memerhatikan ancaman
- - Preokupasi dengan pikiran sendiri
- - Egosentris
c. Respons emosional
- - Sangat cemas
- - Agitasi
- - Takut
- - Bingung
- - Merasa tidak adekuat
- - Menarik diri
- - Penyangkalan
- - Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah
sebagai berikut :
a. Respons fisik
- - Flight, fight, atau freeze
- - Ketegangan otot sangat berat
- - Agitasi motorik kasar
- - Pupil dilatasi
- - Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- - Tidak dapat tidur
- - Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- - Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- - Persepsi sangat sempit
- - Pikiran tidak logis, terganggu
- - Kepribadian kacau
- - Tidak dapat menyelesaikan masalah
- - Fokus pada pikiran sendiri
- - Tidak rasional
- - Sulit memahami stimulus eksternal
- - Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
- - Merasa terbebani
- - Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- - Lepas kendali
- - Mengamuk, putus asa
- - Marah, sangat takut
- - Mengharapkan hasil yang buruk
- - Kaget, takut
- - Lel
BAB III

RESUME ASKEP

A. PENGKAJIAN
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), data fokus yang perlu
dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut :
1. Perilaku
2. Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
ansietas.
3. Faktor predisposisi
4. Faktor presipitasi
5. Sumber koping
6. Mekanisme koping

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Primary Survey
1) Airway

- Potency jalan nafas, à meletakan tangan di atas mulut atau


hidung.
- Auscultasi paru à keadekuatan expansi paru, kesimetrisan.
2) Breathing
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman).
RR < 10 X / menit depresi narcotic, respirasi cepat,
dangkal à gangguan cardiovasculair atau rata-rata
metabolisme yang meningkat.
- Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu
pernafasan diafragma, retraksi sternal à efek anathesi yang
berlebihan, obstruksi.
3) Circulating:

- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban,


turgor kulit
4) Disability : berfokus pada status neurologi

- Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata,


respon motorik dan tanda-tanda vital.
- Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara,
kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas,
perubahan visual dan gelisah.
5) Exposure

b. Secondary Survey : Pemeriksaan fisik


1) Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah
iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi redup, bising
usus 14 X/menit.
Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang
harus dilakukan pada gastrointestinal.
2) Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot
ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral dingin
dan pucat.
3) Integumen.
Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
4) Pemeriksaan neurologis
Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan
terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
a) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan,
perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi/tingkah laku dan memori).
b) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya,
diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia.
c) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi
pada mata.
d) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
e) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada
nervus vagus menyebabkan kompresi spasmodik
diafragma.
f) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah
jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan
menelan.
c. Tersiery Survey
1. Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral
hangat. Tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 120x/menit,
kapiler refill 2 detik. Pemeriksaan laboratorium: HB = 9,9
gr%, HCT= 32 dan PLT = 235.
2. Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien
nampak lemah, refleks dalam batas normal.
3. Blader
Klien terpasang doewer chateter urine meliputi jumlah dan
warna

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Ansietas b/d perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)

3. INTERVENSI

No. Diagnosa NOC NIC

1. Ansietas v Anxiety self control Anxiety reduction


Definisi: perasaan
v Anxiety level · Gunakan pendekatan yang
tidak nyaman atau
v Coping menenangkan
kekhawatiran yang Kriteria hasil: · Nyatakan dengan jelas
samar disertai
· Klien mampu mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
respon autonom dan mengungkapkan gejala cemas pasien
(sumber sering kali
· Mengidentifikasi, · Jelaskan semua prosedur
tidak spesifik atau mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
tidak dikeahui oleh menunjukkan teknik untuk selama prosedur
individu) perasaan mengontrol cemas · Pahami prespektif pasien
takut yang
· Vital sign dalam batas normal terhadap situasi stress
disebabkan oleh
· Postur tubuh, ekspresi wajah,
· Temani pasien untuk
antisipasi terhadao bahasa tubuh dan tingkat aktivitas memberikan keamanan dan
bahaya. menunjukkan berkurangnya mengurangi rasa takut
kecemasan · Dengarkan dengan penuh
perhatian
· Identifikasi tingkat
kecemasan
· Bantu pasien mengenal
situasi yang enimbulkan
kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
· Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
BAB IV

APLIKASI JURNAL EFEKTIVITAS TERAPI MUROTAL KLASIK


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA
OPERASI

A. Identitas Pasien :
1. Nama : Tn. A
2. Jenis kelamin : Laki-Laki
3. Tanggal lahir : 07/06/1997 Umur : 21 thn
4. Alamat :-
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Status Perkawinan : Belum menikah

B. Data Fokus
Tn.A (21)Thn datang ke IBS RSUD Keraton Pekalongan
dengan diagnose ABSES dan dan akan melakukan oprasi insisi.
Pasien mengatakan bisul sudah 2 minggu, pasein tampak cemas,
tampak menoleh kiri kanan (waspada), pasien selalu bertanya
kondisinya, tampak pasien memukul mukul paha. Klien pucat, TTV
: TD : 130/85 mmHg, N : 130 x/m, RR : 24 x/m, SpO2 : 98 %, S :
370C, GCS : M: 4 E: 5 V: 6, TB : 165 cm, BB : 61 kg. skor HARS
38

C. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b/d perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)
D. Aplikasi Jurnal Efektivitas Terapi Murotal Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi

E. Analisa Sintesa
Tn.A (21 Thn)
Abases
Dibawa ke RSUD Keraton Pekalongan
terdiagnosa Abses
Dilakukan Operasi Insisi
dibawa ke IBS ruang serah terima pasien
Monitor Hemodinamika : TTV : TD : TD : 130/85 mmHg, N : 130 x/m, RR : 24
x/m, SpO2 : 98 %, S : 370C, GCS : M: 4 E: 5 V: 6, TB : 165 cm, BB : 61 kg.

Ansietas

Aplikasi Jurnal Efektivitas Terapi Murotal Klasik Terhadap


Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi
S:-
O:
 Sebelum : pasien banyak tanya tentang kondisinya, waspada, gelisah

 Sesudah : pasien tmpak lebih tenang, TD : 115/80 mmHg, MAP 103, N


: 102 x/m, RR : 18 x/m, SpO2 : 100 %, S : 370C, compos mentis

Adanya perubahan Hemodinamika sebelum dan sesudah dilakukan


F. Mekanisme Penerapan EBN Pada Tn.A Abse
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperiment, tipe
pre test and post test design, karena sebelum diberikan perlakuan atau
terapi, pasien dikaji terlebih dahulu tingkat kecemasanya kemudian
setelah diberi perlakuan atau terapi maka dikaji kembali tingkat
kecemasanya, apakah mengalami penurunan tingkat kecemasan atau
tidak. Alat ukur tingkat kecemasan HRS-A berisi rentang intensitas
kecemasan yang dirasakan klien., pada penelitian ini merujuk pada
kuisioner kecemasan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety)
dengan skala 0 sampai 4 untuk setiap item dan dari score 27 untuk
penentuan tingkat kecemasan akhir. Pada tahun 1961 Hamilton
melakukan penelitian dengan instrument HRS-A (1960).
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang dicapai Setelah diterapkan EBN Pada Pasien Tn.A Dengan Abses

Ansietas b/d perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,


pola interaksi, fungsi peran, status peran)
Ada perbedaan status kondisi pasien sebelum dan sesudah perlakuan pemberian
murotal qur’an pada Ta.a,
G. Pembahasan
1. Tekanan Darah
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan pada Tn.A menunjukan
bahwa adanya perubahan yang terjadi pada tingkat kecemasan Tn.A
,penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Firman Faradisi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program
komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai thitung sebesar 2,946 (p =
0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak, artinya tingkat kecemasan antara sesudah
mendapatkan terapi musik dan murotal terdapat perbedaan yang signifikan,
sehingga pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat
kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik.

Kelebihan dan kekurangan Aplikasi EBN pada Tn.A Dengan Cedera


Kepala Berat Post Op-Craniotomy
1. Kelebihan aplikasi EBN pada Tn. A antara lain :
a. Penerapan Aplikasi EBN ke pasien dapan dilakukan dengan baik
b. Klien berespon positif saat diminta izin untuk melakukan Aplikasi EBN ke
pasien
c. Dapat memonitoring hemodinamika dengan mudah
2. Kekurangan aplikasi EBN pada Tn.A antara lain :
a. Waktu penerapan dilakukan tidak sesuai dengan waktu pemberian di jurnal
b. Tidak bisa memantau akan cemas lagi atua tidak setlah post op
c. Perubahan hemodinamika berubah ubah.
BAB VII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian nilai tingkat kecemasan berpengaruh
terhadap terapi murotal hal ini sesuai dengan teori spritual,
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan tingkat efektivitas
antara pemberian terapi musik dengan terapi pembacaan Al-Qur’an
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre-operasi di Rumah Sakit
Islam Pekajangan dapat ditarik simpulan: tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah terapi musik terdapat perbedaan yang signifikan,
sehingga pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan
pasien, tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah terapi murotal
terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi murotal
efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien, tingkat kecemasan antara
sesudah mendapatkan terapi musik dan murotal terdapat perbedaan yang
signifikan, sehingga pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan
tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Perlu
dipertimbangkan berbagai hal untuk pasien pra operasi sebagai berikut:
bagi profesi keperawatan diharapkan untuk senantiasa melaksanakan dan
meningkatkan peran mandirinya dalam upaya mengatasi masalah
kecemasan pada pasien sebelum pembedahan melalui pemberian terapi
musik atau terapi Al-Quran; bagi institusi pendidikan kesehatan
diharapkan terus mengkaji berbagai terapi yang lebih efektif dalam
penanganan cemas dan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang keperawatan; bagi Rumah Sakit terkait, diharapkan setelah
diperoleh hasil yang signifikan maka dapat diterapkan sebagai terapi tetap
dalam proses penyiapan pasien sebelum operasi; dalam pemberian terapi,
sebaiknya musik yang diberikan sesuai dengan jenis musik yang disukai
oleh pasien.
B. SARAN
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Pelaksanaan terapi murotal dapat dijadikan salah satu intervensi
keperawatan mandiri pada pasien dengan ansietas. Namun demikian
untuk dapat melaksanakan terapi ini, perawat pelaksana harus dapat
melaksanakannya dengan benar sehingga diperlukan peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan atau seminar terkait
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Pelaksanaan terapi murotal dapat dijadikan sebagai evidence based
nursing practice untuk dijadikan materi yang diajarkan kepada para
mahasiswa dalam mengurangi cemas pada pasien pre operasi. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sumber ilmu atau referensi baru para
pendidik dan mahasiswa sehingga dapat menambah wawasan yang
lebih luas dalam hal intervensi keperawatan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.


Rinika Cipta.

Brunner dan Suddart, 2002. Keperawatan Medikal Bedah penerjemah


Panggabean. Jakarta: EGC.

Butterton, Mary, 2008. Listening to Music in Psychotherapy. Oxford: Radcliffe


Publishing.

Campbell, D, (2001a). Efek Mozart bagi Anak, Meningkatkan Daya Pikir,


Kesehatan dan Kreativitas Anak Melalui Musik penerjemah Widodo.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ________,
D(2001b).Efek Mozart: Memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam
pikiran, mengaktifkan kreativitas dan menyehatkan tubuh penerjemah
Hermaya. Jakarta: Gramedia.
Crish, Y. 2008, Konsep Dasar Operasi. http:www.yenibeth.com, tanggal akses : 7-
01-2008..
Doengoes, Marlyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Efendy, 2005. Kiat Sukses Menghadapi Operasi. Yogyakarta: Sahabat
Setia. Emmoto, 2005. The True of Water, Berbagai Keajaiban Pada Air.
Jakarta: Serambi.

Anda mungkin juga menyukai