Nama kelompok :
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul Teknik Komunikasi pada lansia dan hambatannya dapat
diselesaikan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai asuhan
keperawatan jiwa terutama pada teknik komunikasi pada lansia. Dan sekaligus memenuhi tugas
mahasiswa S1 Keperawatan yang mengikuti mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam proses pendalaman Teknik Komunikasi pada Lansia dan Hambatannya ini
tentunya kami mendapat bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang
sedalam- dalamnya kami sampaikan kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik
2. Rekan- rekan mahasiswa yang telah banyak memberi masukan dalam pembuatan
makalah ini
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon untuk
saran dan kritikannya supaya kedepannya akan lebih baik dari sebelumnya.
Penyusun
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
3.2 Saran ...................................................................................................... 31
3.3 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik ?
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Untuk mengetahui karakteristik lansia ?
4. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia ?
6. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang
tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang
tepat.
C. KARAKTERISTIK LANSIA
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual,
perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya
memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di
berikan petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang
mengikut sertakan dirinya
e. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi
tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang
sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap
aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi
yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan.
Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-
hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan ,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri
klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila
diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak
di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.