Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA SESUAI HAMBATAN YANG


ADA PADA LANSIA
Dosen : Umi Setyoningrum, S.Kep., Ns., M.Kep

Nama kelompok :

1. Ni Putu Ayu Savitri A (010117A062)


2. Nila Meisarah Fatmasari (010117A065)
3. Ninda Ainin Istiqomah (010117A066)
4. Ratna Kumala Dewi (010117A081)
5. Sariani Askanah (010117A094)
6. Silvia Jauharotun Nur (010117A098)
7. Tri Utami (010117A109)
8. Yulvia Diah Bekti Utami (010117A118)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul Teknik Komunikasi pada lansia dan hambatannya dapat
diselesaikan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai asuhan
keperawatan jiwa terutama pada teknik komunikasi pada lansia. Dan sekaligus memenuhi tugas
mahasiswa S1 Keperawatan yang mengikuti mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam proses pendalaman Teknik Komunikasi pada Lansia dan Hambatannya ini
tentunya kami mendapat bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang
sedalam- dalamnya kami sampaikan kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik
2. Rekan- rekan mahasiswa yang telah banyak memberi masukan dalam pembuatan
makalah ini

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon untuk
saran dan kritikannya supaya kedepannya akan lebih baik dari sebelumnya.

Ungaran, 2 Oktober 2019

Penyusun

Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
3.2 Saran ...................................................................................................... 31
3.3 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup


diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua,
untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson dalam
Mulyana, 2009:5)
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut mengenai
kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia, atau selanjutnya penulis sebut sebagai lansia tidak hanya bergantung kepada
kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepada kondisi disekitarnya, seperti
perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan
psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun seperti kita ketahui pelayanan kesehatan
dari waktu ke waktu mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada pasien lansia,
namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik dan empati juga
perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari keluarganya sebagai bagian
penting dalam penanganan masalah kesehatan mereka. Purwaningsih dan Karlina (2012)
menyebutkan bahwa hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien
dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi terapeutik sangat penting dan
berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah
laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya
(Utami, 2015, dalam Prasanti, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Apa saja karakteristik lansia ?
4. Apa prinsip komunikasi terapeutik pada lansia ?
5. Apa saja teknik komunikasi terapeutik kepada lansia dan keluarga ?
6. Apa strategi komunikasi terapeutik pada lansia ?
7. Apa saja hambatan komunikasi dengan lansia ?
8. Apa teknik yang digunakan pada reaksi penolakan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik ?
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Untuk mengetahui karakteristik lansia ?
4. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia ?
6. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang
tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang
tepat.

B. MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
samaantara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat.

C. KARAKTERISTIK LANSIA
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual,
perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya
memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di
berikan petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang
mengikut sertakan dirinya
e. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

D. PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN LANSIA DAN


KELUARGA
 Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus. Pengetahuan yang
dianggapnya benar tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru sehingga
kepada orang lansia, tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru.
 Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap
yang khas pada lansia. Gunakan perasaan dan pikiran lansia, bekerja sama untuk
menyelesaikan masalah dan memberikan kesempatan pada lansia untuk
mengungkapkan pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman
tersebut.
 Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat menghormati,
saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
 Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dan dipengaruhi,
komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis, dan selalu dinamis.
 Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh berkurangnya fungsi
organ komunikasi dan perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat
intelegensia, kemampuan belajar, daya memori, dan motivasi klien.
E. TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA DAN KELUARGA
Teknik komunikasi terapeutik yang penting digunakan perawat menurut
Mundakir (2006) adalah asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar, dan ikhlas.
Pada pasien lanjut usia, di samping karakteristik psikologis yang harus dikenali, perawat
juga harus memperhatikan perubahan-perubahan fisik, psikologis atau sosial yang terjadi
sebagai dampak proses menua. Penurunan pendengaran, penglihatan dan daya ingat akan
sangat mempengaruhi komunikasi, dan hal ini harus diperhatikan oleh perawat.
Suasana komunikasi dengan lansia yang dapat menunjang tercapainya tujuan
yang harus anda perhatikan adalah adanya suasana saling menghormati, saling
menghargai, saling percaya, dan terbuka. Komunikasi verbal dan nonverbal adalah
bentuk komunikasi yang harus saling mendukung satu sama lain. Seperti halnya
komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama pentingnya pada orang dewasa dan
juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status
emosional dari orang dewasa dan lansia.
“Lansia memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap, dan ketrampilan yang menetap
dan sukar untuk dirubah dalam waktu singkat.”
“Memberi motivasi dan memberdayakan pengetahuan/pengalaman dan sikap yang
sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi dengan
lansia”

1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi
tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang
sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap
aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi
yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan.
Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-
hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan ,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri
klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila
diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak
di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.

F. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA


Stratetgi komunikasi pada lansia harus menggunakan pendekatan-pendekatan
sebagai berikut:
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan kejadiankejadian
yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi
pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni pasien lanjut usia yang masih
aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri; pasien lanjut
usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia
ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat
penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi
dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
2. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya,
perawat dapat menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun
lanjut usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui
dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat
kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para pasien lanjut usia.
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila pasien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan pendekatan
spiritual bagi pasien lanjut usia yang menghadapi kematian, Dr. Tony Setyabudhi
mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam
ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti tidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit atau penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Adapun 4 (empat) keharusan yang harus dimiliki oleh seorang perawat, yaitu
pengetahuan, ketulusan, semangat dan praktik. Dalam usaha berkomunikasi dengan
baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup, sehingga
memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Untuk ketulusan, jika
seseorang telah memutuskan sebagai perawat harus dapat dipastikan mempunyai
ketulusan yang mendalam bagi para pasiennya siapa pun itu. Semangat serta pantang
menyerah harus selalu dikobarkan setiap harinya agar para pasiennya selalu ikut
bersemangat pada akhirnya terutama bagi para pasien lansia yang terkadang suka
merasa dirinya “terbuang” dan “sakit karena tua”. Sedangkan untuk praktiknya,
seorang perawat harus dapat berbicara komunikatif dengan para pasiennya, sehingga
tidak saja hanya jago dalam teori namun praktiknya pun harus bisa melakukan dengan
baik dan benar.
G. HAMBATAN KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di
bawah ini :
a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
e. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan.
2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring
dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu
adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi
berjalan gengan efektif antara lain :
a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat
melihat mulut anda.
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak
kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang
tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang
tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada
suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa
secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang
ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu
proses komunikasi.
H. TEKNIK PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI PENOLAKAN
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara
sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian
nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan
lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin
komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang
efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, antara lain :
1. Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini
merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain
serta lingkunganya.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap
perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan tepat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia
tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif ,
klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien,
orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau
pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa
hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak
mata dengan pasien dan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Sarfika, Rika dkk. 2018. “Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik dalam
Keperawatan”. Padang : Andalas University Press

Anda mungkin juga menyukai