Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PERAN PERAWAT LANSIA

DISUSUN OLEH :

M. ROIS ILHAM (P1337240617039)


DEVI LAILIN NAJAH (P1337420617068)

PRODI DVI KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk lansia Indonesia mengalami


pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%,
India 242% dan China 220% (WHO, 2015). Jumlah lansia Indonesia
menurut BPS pada tahun 2010 sebesar 14.587.381 (6,19% dari
total penduduk sebesar 237,641,326). WHO memprediksikan pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia Indonesia sekitar
80.000.000 jiwa (WHO, 2017).

Angka tersebut merupakan jumlah yang cukup besar jika


tidak dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan dan kesehatan
lansia sejak sekarang, karena lansia memiliki beberapa masalah
kesehatan berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi
dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat.

Di lain sisi, peningkatan jumlah lansia menunjukkan adanya


peningkatan usia harapan hidup. Semakin meningkatnya populasi
lansia mencerminkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan.

Peran dari seorang perawat dalam keperawatan gerontik


pun masih kurang diketahui. Bagaimana cara seorang perawat
untuk melakukan intervensi dengan sasaran lansia masih kurang
diketahui karena peminat ilmu gerontik belum sebanyak bidang
keperawatan yang lain. Maka dari itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai Peran Perawat Gerontik yang akan dijelaskan
mengenai peran perawat dalam ilmu keperawatan yang berfokus
pada sasaran lansia.
B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain :


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan geronti

2. Mahasiswa mampu memahami peran perawat gerontik dalam


asuhan perawatan
BAB II

ISI

A. Peran Perawat Lansia (Ranah Eperawatan Gerontik)

1. Peran sebagai Direct Care Giver

Peran perawat dalam hal ini memberikan perawatan


langsung kepada lansia diberbagai situasi kondisi. Umumnya,
lansia sering menunjukkan gejala khas namun terasa sulit
dimengerti ucapannya yang menjadi tantangan bagi perawat
dalam menentukan diagnosis dan penangan yang tepat. Oleh
karenanya, perawat sebagai penyedia perawatan harus
mengatahui segala proses penyakit dan gejala yang biasa
terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang faktor
risiko, tanda dan gejala, penangan medis yang biasa dilakukan,
rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan pada akhir usia
(Hindle & Coates, 2011).

2. Perawat sebagai Advocator

Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan


lansia untuk mendapatkan haknya, pelayanan yang layak,
memperkuat otonomi klien dalam pengambilan keputusan, dan
mendidik orang lain mengenai stereotip negative dari penuaan
(Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti menjelaskan prosedur
medis atau perawatan kepada anggota keluarga pada tingkat
unit. Selain itu, perawat juga dapat membantu anggota keluarga
untuk memilih panti werdha terbaik bagi anggota keluarga yang
dicintainya atau mendukung anggota keluarga yang berada
dalam peran pengasuhan. Hal yang perlu diingat, apapun
situasinya peran advokator tidak berarti membuat keputusan
untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap
independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit
sekalipun (Stanley & Beare, 2006).
3. Perawat sebagai Educator

Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki


kewajiban untuk memberi informasi mengenai status kesehatan
klien kepada klien serta keluarga klien dan membantu klien
mencapai perawatan diri sesuai kemampuannya (Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan prinsip, prosedur, dan teknik dalam pemeliharaan
kesehatan kepada lansia. Menurut Tabloski (2014), perawat
dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada lansia
seperti deteksi penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan
yang sehat, pengobatan terhadap penyakit, dan rehabilitasi
kepada lansia serta keluarganya. Selain itu, perawat edukator
dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga
memberikan pelatihan untuk perawat.

Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan


tersendiri bagi perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami
cognitive aging yang mempengaruhi proses belajar (Miller,
2012). Sehingga, perawat perlu menyesuaikan metode dan
bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat dimengerti
dengan baik oleh lansia. Apabila lansia tidak dapat di berikan
edukasi, maka edukasi diberikan kepada keluarganya. Namun,
jika lansia masih memiliki kognitif yang baik, terdapat lima hal
yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan dapat
dipahami dengan baik menurut Miller (2012), antara lain:

a) Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap


informasi, artinya pemberian informasi dilakukan dengan
tidak terburu-buru
b) Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi,
artinya tidak diberikan banyak informasi pada satu
pertemuan
c) Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan
perawatan di rumah dengan salah satunya follow up
pengajaran yang diberikan
d) Membuat lingkungan pembelajaran nyaman dengan
menghilangkan berbagai hal yang dapat menjadi distraksi.
e) (Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman
masa lalu klien agar mudah diserap klien.

4. Perawat sebagai manager

Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam


memberikan lingkungan yang positif serta profesional di rumah
sakit atau komunitas agar terwujudnya pelayanan yang
berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus
mampu memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk.
Mauk (2014), mengemukakan bahwa perawat manajer dalam
keperawatan gerontik perlu memiliki kemampuan dalam
beberapa hal antara lain:

a) Membangun dan meningkatkan kemampuan serta


keterampilan anggota tim keperawatan gerontik. Dalam hal
ini, seorang perawat gerontik harus memiliki standar dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Standar
tersebut antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk
menjaga kesehatan lansia, mencegah penyakit, mengelola
penyakit kronis yang kompleks, penurunan fungsi fisik dan
mental, hingga perawatan paliatif (ANA, 2010 dalam Touhy
& Jett, 2014). Sehingga, manajer perlu memfasilitasi
pelatihan atau workshop agar kemamuan anggota tim dapat
meningkat
b) Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur
serta memiliki batasan waktu.
c) Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik
masalah internal antar anggota tim dan masalah klien.
d) Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap
dapat menjalankan tugas dengan baik.
e) Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan
harapan terhadap stafnya

5. Perawat sebagai Praktisi Independen

Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik


keperawatan secara mandiri. Menurut Tabloski (2014),
parameter praktik keperawatan dapat berbeda di setiap negara
namun perawat harus memiliki kode etik profesi dan standar
praktik keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan
kompetensi perawat. Menurut Undang-Undang No. 38 tahun
2014, untuk membuka praktik keperawatan mandiri, perawat
harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku
selama STR masih berlaku. Contoh praktik mandiri dalam
keperawatan gerontik ialah membuka praktik perawatan luka,
menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain.

6. Perawat sebagai Konselor

Perawat gerontik sebagai konselor bertugas membantu


pasien mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan
dan memilik tindakan-tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh
peran ini, yaitu perawat membantu mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui konsultasi
kesehatan berkelanjutan, membantu keluarga pasien
memutuskan apakah perlu lansia dimasukkan ke panti,
memberikan arahan terkait biaya perawatan lansia yang sesuai
dengan kebutuhan dan lain-lain. Seperti halnya pada peran
sebagai advokator, seorang perawat konselor tidak membuat
keputusan untuk klien namun membiarkan klien memilih
keputusan terbaiknya.
7. Perawat sebagai Kolaborator

Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan


semua pihak yang terlibat dalam perawatan perlu
mengembangkan rencana yang dapat diterima bersama demi
tercapainya tujuan bersama (Potter, Perry, Stockert, & Hall,
2013). Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada
tim perawatan berbasis rumah yang berkolaborasi dengan
dokter untuk memberikan layanan perawatan primer kepada
pasien lansia yang berisiko tinggi (Touhy & Jett, 2014).

8. Perawat sebagai Peneliti

Perawat peneliti adalah pemimpin dalam memperluas


pengetahuan dalam bidang keperawatan dan disiplin perawatan
kesehatan lainnya. Tugas mereka adalah memberikan bukti
praktik untuk memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk
mendukung praktik mereka. Selain itu perawat peneliti juga
menyelidiki masalah untuk memperluas asuhan keperawatan,
mengurangi atau memperluas cakupan praktik keperawatan
(Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu
perawat mengembangkan penelitian mengenai metode
perawatan yang cocok untuk pasien lansia dengan penyakit
kronik tertentu membantu mengembangkan teori keperawatan
modern yang sesuai dengan kondisi saat ini dan lain – lain

B. Peran Perawat Gerontik pada Setting Acute Care

Setting perawatan akut memaparkan bahwa perawat


gerontik berfokus pada treatment (terapi fisik, patologi berbicara
bahasa dan terapi okupasi) dan asuhan keperawatan untuk
masalah-masalah akut seperti trauma, kecelakaan, permasalahan
ortopedi, penyakit respiratori yang ringan, atau masalah sirkulasi
yang cukup serius. Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah
untuk membantu meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
komplikasi. Seorang perawat gerontik perawatan akut merupakan
perawat praktik lanjutan dengan sertifikasi khusus dalam perawatan
akut.

Perawat gerontik perawatan akut memiliki keahlian untuk


merawat pasien lansia di lingkungan kesehatan akut seperti di
ruang gawat darurat, unit perawatan intensif, pusat trauma atau
daerah diagnostik canggih seperti kateterisasi jantung. Perawat
dipersiapkan untuk berbagai kesempatan kerja di Rawat Inap akut
pengaturan (ICU, CCU, Departemen Darurat) atau daerah khusus
(kardiovaskular, pernapasan, neurologi). Perawat perawatan akut
juga merupakan pusat layanan perencanaan untuk lansia pada saat
pulang.

Perbedaan dengan perawatan sub-akut yaitu perawat sub-


akut memberikan perawatan berkelanjutan untuk pasien yang tidak
lagi memerlukan rawat inap, namun masih perlu perawatan medis
terampil di fasilitas rehabilitasi.

C. Peran Perawat pada Nursing Home Setting

Nursing homes dikategorikan kedalam keterampilan


keperawatan atau rehabilitasi skil (jangka pendek) yang ditujukan
untuk pasien pasca perawatan di rumah sakit selama 6 bulan atau
kurang, dan perawatan jangka panjang untuk klien yang menderita
penyakit kronis. Rata-rata perawat terdaftar menyediakan 6 jam
sehari perawatan langsung untuk setiap lansia nursing home care,
tetapi mereka bertanggung jawab untuk semua komponen
pelayanan perawatan (Burger et al., 2009). Seorang pimpinan
perawat dari seluruh negara bagian berinisiatif untuk meningkatkan
perawatan di fasilitas keperawatan agar menghasilkan peningkatan
dalam semua indikator kualitas berikut: jatuh, penurunan berat
badan, tekanan ulkus, dan status bed fast (Rantz et al, 2009.).

Peran perawat dalam mempersiapkan lansia menghadapi


kematian di nursing home care adalah membantu dan memenuhi
kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Peran perawat dalam
memenuhi kebutuhan psikis lansia adalah memberikan dukungan
emosional, peduli dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam
pemenuhan kebutuhan sosial lansia, perawat mempunyai peran
untuk peduli, memberikan hiburan serta membina sosialisasi dan
komunikasi yang baik dengan orang lain.

D. Peran Perawat pada Newers Model Of Nursing Home Care

Peran perawat pada Newers Model of Nursing Home care


(Eliopoulous, 2005) adalah:
1. Memenuhi kenyamanan lansia.
2. Mempertahankan fungsi tubuh.
3. Membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan
damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
4. Peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dalam pelayanan keperawatan.
5. Peran perawat juga sebagai konselor, fokus membantu
perkembangan sikap baru klien, perasaan klien, dan juga
kebiasaan dimana tetap mempromosikan pertumbuhan yang
intelek.
6. Peran perawat sebagai edukator, mengajarkan dan
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan optimal.
7. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua
yang sehat.
8. Menghilangkan perasaan takut tua.
9. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan.
10. Memerhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan
dan kesejahteraan.
11. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan.
12. Mendengarkan serta memberikan dukungan, semangat dan
harapan.
13. Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi
dalam penelitian.
14. Melakukan perawatan restoratif dan rehabilitative.
15. Mengoordinasi dan mengatur perawatan.
16. Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh.
17. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.
18. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
di bidangnya.
19. Saling memahami keunikan aspek fisik, emosi, sosial, dan
spiritual.
20. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempat.
21. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi
proses kematian.

E. Peran Perawat pada Community Based Service pada Lansia

Secara umum, peran perawat gerontik terdiri dari healers,


visionary, clinician, pendidik, advokat, ahli anggaran dan spesialis
hal yang berkenaan dengan peraturan (Tyson, 1999). Perawat
gerontik sebagai healers atau penyembuh, menggunakan “hands-
on” care, sentuhan terapeutik dan holistik untuk memperbaiki
keseimbangan fisik, emosi, sosial, kultural dan spiritual dalam
melakukan asuhan keperawatannya. Perawat gerontik sebagai
visionaries membutuhkan kemampuan untuk membuat pendekatan-
pendekatan dan tren dalam bidang kesehatan kekinian pada lansia.

Perawat gerontik sebagai clinician, harus mampu menjadi


ahli dalam pengetahuan klinis yang berkaitan dengan keterampilan
yang dibutuhkan oleh lansia. Sedangkan sebagai pendidik, peran
perawat gerontik mengambil peran pendidik informal dalam
pengajaran kesehatan pasien dan keluarga. Perawat juga
merupakan sumber informasi terdepan yang selalu berkontak
dengan klien dan keluarga. Harus diperhatikan oleh perawat ketika
memberikan edukasi bagi klien lansia adalah bahwa hal tersebut
bersifat tidak sama dengan edukasi kesehatan pada umumnya.
Dengan kemungkinan lansia yang sudah demensia, perawat
edukator harus intensif dan memastikan bahwa lansia memahami
apa yang diajarkan oleh perawat.

Perawat sebagai pendidik pada seting komunitas memiliki


peranan utama dalam mengedukasi kolega dalam pendekatan
kesehatan medis lansia, seperti misalnya para pekerja sosial yang
minim informasi mengenai keadaan dan kesehatan klien lansia.

F. Peran Perawat dalam Pelayanan Home Care

Menurut Rice (2006) peran perawat yang dibutuhkan


terutama dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah
adalah peran sebagai edukator, advokat, manajer kasus, dan
spiritual-aesthetic communer:

1. Educator

2. Advocator

3. Manajer kasus

4. Spiritual-aesthetic communer

5. Pelaksana atau pemberi asuhan

6. Kolaborator

7. Penata lingkungan rumah

8. Peneliti
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai perawat dalam ranah geriatrik, maka kita perlu


memahami beberapa peran – peran perawat yang telah ada
diantaranya :

1. Peran sebagai Direct Care Giver

2. Perawat sebagai advocator

3. Perawat sebagai educator

4. Perawat sebagai manager

5. Perawat sebagai praktisi independen

6. Perawat sebagai konselor

7. Perawat sebagai kolaborator

8. Perawat sebagai peneliti

B. Saran

Perawat perlu memahami makna dari gerontik. Perawat


harus memberikan pelayanan secara holistik sesuai kebutuhan
lansia dan mempersiapkannya menghadapi kematian dengan baik.

Walaupun peran perawat sangat banyak, perawat


merupakan profesi yang ideal untuk menjalankan semua peran
tersebut karena perawat memandang klien secara holistik. Namun,
hal yang paling penting ialah perawat harus menyadari tujuan
utama sebagai perawat gerontik adalah untuk membuat klien
mencapai tingkat optimal secara fisik, mental, dan psikososial.
DAFTAR PUSTAKA

Anggun & Kartika. 2018. Konsep Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik serta
Peran Perawat Gerontik. Fakultas Ilmu Keperawatn Universitas
Indonesi : Depok

Purwita Riris. 2018. Peran Perawat Gerontik. Diakses pada : 27 Januari


2020. Pada : https://id.scribd.com/document/368248235/Peran-
Perawat-Gerontik

Wahyudi mazhar. 2016. Peran dan Fungsi Perawat Gerontik. Diakses pada
: 26 Januari 2020. Pada : https://dokumen.tips/documents/peran-
fungsi-perawat-gerontik.html

Kurniawan Heri. 2017. Perawat Sebagai Care Giver Lansia. Diakses pada :
27 Januari 2020. Pada :
https://www.kompasiana.com/mhkheri/5921c58b21afbd0866386273/pe
rawat-sebagai-care-giver-lansia?page=all

Setiawan & Dewi. 2017. Lansia Caring Nursing Center : Persiapan


Mahasiswa Profesi Keperawatan. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara : Medan

Anda mungkin juga menyukai