Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah sistem
reproduksi ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga: Tahap
Perkembangan Keluarga Anak Usia Sekolah” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran
bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiah
Gombong.

Kami sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan
segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dan kami akan sangat bangga
apabila makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang
bersifat membangun. Tidak lupa kami haturkan permohonan maaf apabila
makalah yang kami buat terdapat suatu kesalahan.

Terakhir kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Kebumen, 27 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang
berarti anggota kelompok kerabat (Padila, 2012). Friedman (2010)
menyatakan keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan menurut Depkes (1988 dalam
Sudiharto, 2007) bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Berdasarkan
definisi keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi, yang hidup dalam
satu rumah tangga dan tiap-tiap anggota keluarga berinteraksi satu sama lain
dan berperan sesuai dengan perannya masing-masing serta menciptakan dan
mempertahankan kebudayaan.

Harmoko (2012) menyebutkan bahwa keluarga memiliki delapan tahap


perkembangan. Tahap pertama yaitu keluarga pasangan baru (beginning
family), tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family), tahap ketiga keluarga dengan anak usia prasekolah (families with
preschool ), tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children), tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers), tahap keenam keluarga dengan anak dewasa (launching center
families), tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families) dan
tahap kedelapan keluarga usia lanjut.

Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya masing -


masing. Tahap keempat dari perkembangan keluarga adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga
sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas
dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak (Harmoko, 2012).

Oleh karena itu keluarga dengan tahap perkembangan usia anak sekolah
mempunyai tugas antara lain mensosialisasikan anak-anak, termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual dan menyediakan aktivitas
untuk anak (Padila, 2012). Keluarga dengan usia anak sekolah mempunyai
masalah kesehatan yang sering terjadi. Masalah kesehatan yang sering terjadi
pada tahap perkembangan keluarga ini antara lain kesulitan belajar, gangguan
tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak,
penyalahgunaan zat hingga penyakit menular /infeksi (Edelman & Mandle,
1986 dalam Setiadi 2008).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan
tahap perkembangan anak usia sekolah?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pembaca mampu memahami gambaran konsep asuhan keperawatan
keluarga pada tahap perkembangan keluarga anak usia sekolah.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pemusunan makalah ini adalah pembaca mampu:
a. Memahami konsep dasar keluarga.
b. Memahami konsep keluarga dalam periode anak usia sekolah (families
with children)
c. Memahami asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan
anak usia sekolah (families with children)
d. Menjelaskan definisi konsep dasar keluarga dalam periode anak usia
sekolah (families with children)
e. Mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia sekolah (families with children)

D. Manfaat
Makalah yang ditulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Keluarga dapat menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari sebagai upaya meningkatkan status kesehatan.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia sekolah
3. Penulis
Menambah ilmu mengenai gambaran penerapan asuhan keperawatan
keluarga pada keluarga dengan tahap perkembangan anak usia sekolah.
BAB II. TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada


sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahap mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahap perkembangan keluarga serta tugas-


tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan
sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah merupakan proses


perubahan pola interaksi dan hubungan pada anggota keluarga yang
didalamnya terdapat anak pertama dengan usia sekolah. Tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah dimuali sejak anak pertama telah berumur
6-13 tahun. Pada masa ini, anak-anak memiliki keinginan dan kegiatan
masing-masing baik kegiatan wajib dari sekolah maupun kegiatan-kegiatan
lainya.

B. Tugas Perkembangan Tahap Keluarga Anak Usia Sekolah

Tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah ini dimulai anak pertama
telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada
usia13 tahun. Awal dari masa remaja.keluarga biasanya mencapai jumlah
maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahun ini (Duvall, 1977). Lagi-
lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini,
anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan measing-masing,
disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta
kegiatan-kegiatan orang sendiri.
Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, (Tabel
6-7). Menurut Erikson (1950), orang tua berjuang tuntutan ganda yaitu
berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh genersi berikutnya (tugas
perkembangan generativitas) dan memperhatikan perkembangan mereka
sendiri; Sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk mengembangkan
sense of industry untuk menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau
menangkis perasaan rendah diri.

Tugas orang tua pada tahap ini adalah untuk belajar mengahadapi pisah pisah
dengan, atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama-kelamaan
hubungan dengan teman sebaya, dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan
memaikan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah
tersebut.

Tahun-tahun ini dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga


kekuatan-kekuatan yang secara perlahan-lahan mendorong anak tersebut
pisah dari keluarga sebagai persiapan yang perlahan-lahan. Akan tetapi,
dalam contoh-contoh dimana peran ibu merupakan sentral dan merupakan
satu-satunya peran yang signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses
pisah ini merupakan sesuatu yang menyakitkan dan dipertahankan mati-
matian.

Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas
di luar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga
yang mengharuskan anak-anak meraka menyesuaikan diri dengan standar-
standar komunias bagi anak. Hal ini cenderung mempengaruhi keluarga-
keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan nilai-nilai tradisional
pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah keluarga dari kelas
pekerja dan banyak keluarga miskin mersa tersingkir dari dan konflik dengan
sekolah dan/ nilai-nilai komunitas.

Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selam periode kehidupan anak ini.
Para perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek pengelihatan,
pendengaran, bicara, selain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan
perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat,
dan penyaki-penyakit menular (Adelman & Madle, 1986).

Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor dan pendidik dalam
bidang kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk skrining
lanjutan, membutuh energi yang sangat banyak dari seorang perawat sekolah.
Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan guru
mampu menangani kebutuhan-kebutuhan kesehatan individu atau yang telah
lazim dari siswa-siswa secara lebih efektif.

Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun sekolah,


termasuk epilepsy, serebral palsi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik.
Fungsi utama perawat kesehatan di sini disamping fungsi rujukan, megajar,
dan memberikan konseling kepda orang tua mengenai kondisi tersebut akan
membantu keluarga melakukan kping sehingga pengaruh yang merugikan
dari cacat tersebut pada keluarga dapat diminimalkan.

Bagi Anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah


klinik, kantor dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan
keterlibatan orang tua secara aktif. Memulai rujukan untuk konseling/ terapi
keluarga sering amat bermanfaat dalam membantu keluarga agar sadar akan
masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi anak usia sekolah
secara merugikan. Jika orang tua dapat menata kembali perilaku anak sebagai
sebuah masalah keluarga dan berupaya mencari resolusi dengan focus baru
tersebut, akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku
anak yang sehat (Bradt, 1988).

Tugas Perkembangan keluarga:

1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan


mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuskan.

3. Memenuhi kebutuhan fisik keluarga.


4. Sebagai keluarga muslim, hendaknya memahamkan pada anak sejak dini
tentang Islam.

C. Fungsi Keluarga Tahap Perkembangan Keluarga Anak Usia Sekolah


Fungsi Keluarga tahap perkembangan usia sekolah:
1. Fungsi Agama
Keluarga menjadi tempat dimana nilai agama diberikan, diajarkan, dan
dipraktikkan. Disini, orangtua berperan menanamkan nilai agama
sekaligus memberi identitas agama kepada anak. Keluarga yang berhasil
menerapkan nilai-nilai agama melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari
mampu memberikan fondasi yang kuat bagi setiap anggota keluarganya.

2. Fungsi Kasih Sayang


Sejak bayi dilahirkan, sejak itu pula ia mengenal kasih sayang. Perasaan
disayangi sangat penting bagi seorang anak, karena kelak ia akan tumbuh
menjadi seseorang yang mampu menyayangi pula. Hal ini akan menjadi
modal bagi semua anggota keluarga untuk menumbuhkan rasa kasih
sayang dalam konteks yang lebih luas dan mampu mengurangi munculnya
bibit permusuhan dan anarkisme dalam masyarakat.

3. Fungsi Perlindungan
Idealnya, keluarga mampu menjadi tempat yang membuat anggotanya
merasa aman dan tentram. Karena itu, seburuk apapun konflik yang terjadi
di dalam keluarga, hindari terjadinya tindak kekerasan verbal maupun
fisik, diskriminasi, dan pemaksaan kehendak.

4. Fungsi Sosial Budaya


Keluarga juga punya peran penting dalam memperkenalkan anak kepada
nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat. Terlebih lagi di
Indonesia, sopan santun sangat dijunjung tinggi, dengan berbagai macam
norma, adat istiadat, dan budi pekerti yang berlaku di masyarakat. Dari
anggota keluarga yang lebih tua lah anak bisa belajar bagaimana harus
bersikap terhadap orang yang lebih tua dan mempelajari hal-hal yang
pantas dan tidak pantas dalam budayanya.
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan sebagian besar umat manusia untuk berkeluarga adalah
untuk mendapatkan keturunan. Melalui pernikahan yang sah, keluarga
menjadi entitas yang mampu menghasilkan generasi penerus bangsa.
Pendidikan seks sejak dini dan sikap menghargai lawan jenis perlu
ditanamkan dalam keluarga.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan


Keluarga menjadi tempat pertama seorang anak belajar bersosialisasi
dengan orang lain, yaitu orangtua dan saudara-saudaranya. Di dalam
keluarga pula proses pendidikan untuk pertama kalinya diterima oleh anak.
Semua ini disebabkan oleh interaksi intensif yang terjadi sehingga proses
pendidikan terjadi secara natural dan efektif.

7. Fungsi Ekonomi
Kondisi ekonomi sebuah keluarga biasanya mempengaruhi keharmonisan
keluarga. Karena itu, mengajarkan anak untuk berhemat dan
menumbuhkan jiwa wirausaha akan membuat mereka kelak dapat cerdas
secara finansial.

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan


Gaya hidup ramah lingkungan dapat terwujud jika ditanamkan sejak dini
dalam keluarga. Begitu juga dengan kebiasaan peduli dengan lingkungan
sekitar seperti tetangga dan masyarakat secara umum. Tanamkan sifat cinta
lingkungan, tidak memboroskan listrik, air bersih, makanan, juga
membiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya sedari dini,
karena hanya dari alam lah kita dapat hidup.
D. Permasalahan Kesehatan Yang Muncul Pada Tahap Perkembangan
Keluarga Anak Usia Sekolah

E. Teori Askep Tahap Perkembangan Keluarga Anak Usia Sekolah


1. Pengkajian
a. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi
askep keluarga).
b. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1) Identitas anak.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan.
3) Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4) Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5) Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan
yang telah dicapai).
c. Lengkapi dengan pengkajian fokus
d. Pemeriksaan fisik keluarga

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
a. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai usia anak.
b. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima
tugas keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan
memfasilitasi perkembangan anak.

Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan


yaitu:
a. Masalah aktual/risiko.
1) Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan
tubuh.
2) Menarik diri dari lingkungan social Ketidakberdayaan mengerjakan
tugas sekolah.
3) Mudah dan Sering marah.
4) Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan.
5) Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga.
6) Keengganan melakukan kewajiban agama.
7) Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.
8) Gangguan komunikasi verbal.
9) Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang
digunakan untuk bermain).
10) Nyeri (akut/kronis).
11) Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak.
b. Potensial atau sejahtera
1) Meningkatnya kemandirian anak.
2) Peningkatan daya tahan tubuh.
3) Hubungan dalam keluarga yang harmonis.
4) Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya.
5) Pemeliharaan kesehatan yang optimal.

3. Intervensi Keperawatan

a. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit

Tujuan: Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan


dukungan yang adekuat.

Intervensi:
1) Diskusikan tentang tugas keluarga.
2) Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat
anggota keluarga sakit.
3) Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga.
4) Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan.
5) Ajarkan cara merawat anak dirumah.
6) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga.

b. Risiko/risiko tinggi

Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada
anaknya.

Tujuan: Ketidakharmonisan keluarga menurun.


Intervensi:

1) Diskusikan faktor penyebab ketidakharmonisan keluarga.

2) Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.

3) Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.

4) Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak.

5) Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan


masalah.

6) Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah.

7) Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu


membaut alternative.

c. Potensial atau sejahtera Meningkatnya hubungan yang harmonis antar


anggota keluarga.

Tujuan: Dipertahankanya hubungan yang harmonis.

Intervensi:

1) Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada


keluarga.

2) Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas


kemampuannya.

3) Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia


sekolah).

4) Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa


menimbulkan masalah.
4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada


kriteria hasil yang telah ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan
pada keluarga untuk menilai keberhasilannya kemudian arahkan sesuai
dengan tugas perkembangan keluarga dibidang kesehatann. Asuhan
keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga
dan individu sebagai anggota keluarga.
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TUAN A

A. PENGKAJIAN KELUARGA
1. Data Umum
Tanggal pengkajian : 28 April 2018
a. Nama kepala keluarga : Tn. A
b. Alamat : Kebumen
c. Pekerjaan kepala keluarga : Supir
d. Pendidikan kepala keluarga : SMA
e. Komposisi keluarga :

No Nama Hubunga Umu Pendidika Pekerjaa Jenis


. n r n n kelamin
1 Tn. A Kepala 38 th SMA Supir Laki-laki
keluarga
2 Ny. S Istri 31 th SMA IRT Perempua
n
3 An. S Anak 8 th SD Pelajar Perempua
kandung n
4 An. R Anak 2 th - - Laki-laki
kandung
f. Genogram

Tn. A 38 th Ny. S 31 th

An. S 8 th An. R 2 th
Keterangan :
: laki - laki
: perempuan

: klien
: hubungan dengan keluarga

: pernikahan
: satu tempat tinggal

g. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A termasuk dalam kategori Tradisional Nucklear
karena terdiri dari keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak) tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan
perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

h. Suku keluarga
Keluarga Tn. A mengatakan bersuku Jawa dan berkebangsaan
Indonesia, namun Ny. S bersuku Batak Ny. S berasal dari Medan dan
Tn. A berasal dari Semarang, bahasa yang digunakan oleh keluarga
Tn. A adalah bahasa Jawa dan Indonesia., Keluarga Tn. A dulunya
tinggal di Pedurungan Lor dan mulai menempati rumahnya yang
sekarang ini semenjak delapan tahun yang lalu.

i. Agama
Keluarga Tn. A mengatakan seluruh anggota keluarganya
berkeyakinan islam semua tidak ada perbedaan agama dan aktif
menjalankan ibadah sholat lima waktu.

j. Status sosial ekonomi keluarga

Keluarga mengatakan sehari-hari yang bekerja adalah Tn. A, bekerja


sebagai sopir di salah satu perusahaan konfeksi. Pendapatan Tn. A
tidak menentu tergantung besarannya barang yang akan diantarkan.
Kurang lebih pendapatan Tn. A sebesar Rp. 700.000,00 per bulan.
Sedangkan Ny. S tidak bekerja, perekonomian keluarga hanya
bergantung kepada suaminya untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Sekalian silaturahmi, jika ada waktu luang dirumah digunakan
untuk ngobrol dan nonton televisi.

2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A saat ini memasuki tahap perkembangan keluarga
dengan anak usia sekolah.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum tercapai


1) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik keluarga
Keluarga Tn. A mengatakan masih belum bisa memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik keluarga karena pengetahuan tentang
kesehatan sangat kurang sekali dan terbukti ada anggota
keluarga yang menderita penyakit TB paru.
2) Mensosialisasikan kepada anak-anak dalam peningkatan prestasi
sekolah
Keluarga Tn. A mengatakan An. S kualitas belajarnya kurang
terutama siang hari waktu cenderung digunakan untuk bermain,
An. S menggunakan waktu dimalam hari untuk belajar.

3. Riwayat Keluarga Inti


Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun dan menahun.
Riwayat kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Tn. A menyatakan tidak pernah mengalami sakit yang mengharuskan
untuk dirawat di rumah sakit.
2) Ny. S menyatakan saat ini menderita penyakit Tubercolosis (TBC)
semenjak kurang lebih dua bulan yang lalu, saat ini sedang menjalani
proses pengobatan di puskesmas Trogosari wetan. Ny. S sudah
menjalani pengobatan TBC tahap pertama selama dua bulan dan
sekarang sedang menjalani pengobatan lanjutan empat bulan.
3) An. S keluarga menyatakan bahwa An. S tidak pernah mengalami
sakit yang mengharuskan untuk dirawat di rumah sakit
4) An. R keluarga menyatakan bahwa An. R kurang lebih satu tahun
yang lalu pernah batuk, disertai demam melihat tanda tersebut
keluarga membawa ke rumah sakit dan dirawat selama tiga hari.
Dokter menyatakan kepada keluarga hanya sakit biasa tidak perlu
dikhawatirkan namun semenjak dari rumah sakit keluarga
mengatakan bahwa An. R memperlihatkan tanda-tanda mengalami
gangguan pernafasan, tiba-tiba sesak nafas batuk lebih dari empat
minggu, berkeringat dimalam hari, nafsu makan turun, akhirnya
diperiksakan di puskesmas, dikarenakan umurnya yang belum cukup
untuk dilakukan pemeriksaan oleh petugas puskesmas menyarankan
agar An. R di periksakan di BP 4 agar dilakukan pemeriksaan
Rontgen, akhirnya keluarga memeriksakan An. R ke BP 4 dari hasil
pemeriksaan didapatkan hasil bahwa An. R positif mengindap TBC
kemudian An. R menjalani pengobatan dan sekarang sudah sembuh.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Keluarga mengatakan dari pihak kedua orang tua Ny. S tidak mempunyai
riwayat penyakit darah tinggi dan penyakit gula atau penyakit keturunan
lainnya namun dalam anggota keluarga Tn. A ada yang menderita
penyakit TBC yaitu An. R namun sekarang sudah sembuh.

B. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Keluarga mengatakan rumah yang didiami saat ini adalah rumah milik
pribadi, luas tanah 7x5 meter, jenis bangunan permanen atap terbuat dari
asbes, lantai dari ubin, terdiri dari datu kamar tidur, ruang televisi, dapur,
dan kamar mandi dan di belakang rumah terdapat sedikit pekarangan,
bagian rumah terdapat teras yang dimanfaatkan sebagai ruang tamu,
sedangkan ruang televisi dijadikan tempat tidur Tn. A. sumber air berasal
dari PAM, sampah dibuang di tempat sampah yang ada di depan rumah.

2. Denah Rumah
Keterangan:
U a. teras + ruang tamu
E F b. ruang TV + tempat
tidur Tn. A
D c. kamar tidur Ny. S
B
dan anaknya
S d. kamar mandi
C
e. pekarangan
f. dapur

A
3. Keterangan Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal
Keluarga Tn. A bertempat tinggal di kawasan perumahan sehingga jarak
Jalan
satu rumah dengan yang lainnya saling berdekatan, warga memiliki
kebiasaan dan tradisi mengadakan pengajian da arisan. Pengajian dan
arisan ini berlangsung dirumah masing-masing warga secara bergantian.
Pelayanan kesehatan terdekat adalah bidan, namun Keluarga Tn. A
memilih menggunakan pelayanan kesehatan dari puskesmas yang
jaraknya lumayan jauh dengan alasan ekonomi.
4. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga mengatakan rumahnya yang sekarang ini berada di perumahan
yang sudah ditempati selama delapan tahun. Keluarga mengatakan kalau
berpergian menggunakan sepeda motor sementara anaknya menggunakan
sepeda saat berangkat ke sekolah.

5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Tn. A jarang mengikuti perkumpulan warga dikarenakan kesibukan kerja,
Ny. S aktif dalam mengikuti pengajian yang ada di lingkungan
rumahnya, An. S sering berkumpul dengan teman sebayanya untuk
bermain, dan An. R juga bermain dengan teman-teman di sekitar
rumahnya dengan pengawasan Ny. S. hubungan Tn. A dengan warga
masyarakat disekitar rumahnya baik.

6. Sistem Pendukung Keluarga


Dalam Keluarga Tn. A apabila terdapat permasalahan selalu dibicarakan
dengan Ny. S dalam mendukung kesehatan, keluarga memiliki fasilitas
untuk menunjang kesehatan yaitu berupa Jamkesmas, namun fasilitas
kesehatan yang ada di rumah sangat kurang misalnya: tidak tersedianya
P3K, tempat tidur yang kurang nyaman, sedangkan untuk dukungan
psikologi dan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik.

C. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn. A mengatakan biasa berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan
Indonesia, dapat berkomunikasi dengan baik tanpa hambatan.

2. Striktur Kekuatan Keluarga


Keluarga Tn. A mengatakan dalam mengontrol perilaku anak-anaknya saat
ini adalah Ny. S dengan memberikan nasihat apabila anaknya berperilaku
kurang baik. Karena Tn. A sibuk dengan pekerjaannya yang berperan
mengambil keputusan dalam setiap masalah.

3. Struktur Peran Keluarga


a. Tn. A
Peran Formal : Tidak aktif secara formal
Peran Non-formal: Sebagai kepala keluarga, suami dan pencari nafkah
bagi keluarga

b. Ny. S
Peran Formal : Aktif sebagai sekretaris perkumpulan PKK ibu-ibu
di lingkungan tempat tinggalnya dan anggota perkumpulan pengajian
ibu-ibu
Peran Non-formal: Sebagai ibu rumah tangga dan istri

c. An. S
Peran Formal : Aktif sebagai siswa kelas dua sekolah dasar.
Peran Non-formal: Sebagai anak dan kakak

d. An. R
Peran Formal : tidak aktif secara formal
Peran Non-formal:Sebagai anak dan adik

4. Nilai dan Norma Keluarga


Tn A selaku kepala keluarga mengatakan telah memenuhi perannya
sebagai kepala keluarga begitu juga Ny. S mengatakan telah memenuhi
perannya sebagai istri. Ny. S mengatakan bahwa dirinya yang paling
berperan dalam proses perkembangan baik fisik maupun perilaku anak-
anaknya karena dirinyalah yang paling sering berada dirumah sedangkan
Tn. A jarang dirumah.

D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. A saling menyayangi dan menghormati, memberikan
perhatian kepada sesama anggota keluarga. Walaupun Tn. A sibuk
dengan pekerjaannya sebagai supir, namun Tn. A sering menyempatkan
pulang kerumah pada saat jam istirahat kantor

2. Fungsi Sosialisasi
Tn A dan Ny S mengatakan sebagai penanggung jawab dalam
mengontrol peruilaku dan perkembangan anak sesuai dengan usia.
Misalkan An S yang saat ini sedang duduk dibangku sekolah dasar oleh
keluarganya dilarang untuk membeli jajanan disembarang tempat.
Lingkungan sekitar sejauh ini masih cocok untuk perkembangan anak.
Mereka dapat belajar dan bermain dengan anak-anak yang berada
disekitar rumah.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga Tn. A mengatakan pengetahuannya tentang kesehatan sangat
kurang. Keluarga belum mampu mengidentifikasi masalah kesehatan
yang terjadi bila ada anggota keluarga uang sakit. Keluarga belum
mampu mengambil keputusan yang tepat bila ada anggota keluarga yang
sakit. Keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk
menunjang kesehatan keluarga. Namun keluarga sudah mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu dengan memetiksakan
anffota keluarganya yang sakit ke puskesmas setempat.

4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn A memiliki dua orang anak perempuan dan laki-laki. Saat
ini keluarga belum mempunyai rencana untuk menambah jumlah anak,
sehingga Ny S memutuskan menggunakan KB suntik tiga bulan sejak 2
tahun lalu.

5. Fungsi Ekonomi
Keluarga mengatakan penghasilan dari Tn A masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
E. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA
1. Sterssor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Keluarga Tn. T jarang mengalami stress yang sifatnya berkepanjangan,
untuk stress jangka pendek karena terkadang dibuat stress oleh perilaku
anak-anaknya dan itupun jarang.

2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi


Keluarga Tn. T mengatakan bisa beradaptasi dengan penyakit yang
diderita oleh Ny. S dan keluarga selalu berdo’a kepada yang maha kuasa
supaya penyakitnya dpat sembuh dan tetap tabah dalam menghadapi
semua itu.

3. Strategi Koping yang Digunakan


Keluarga mengatakan jika ada masalah dalam mengahadapinya dengan
cara bermusyawarah terlebih dahulu untuk pengambilan suatu keputusan.

F. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Tn. T Ny. S An. S An. R


TD 130/80 110/80 130/90 -
mmHg mmHg mmHg
Nadi 80x/m 88x/m 90x/m 110x/m
RR 24x/m 26x/m 24x/m 20x/m
TB 160 cm 153 cm 110 cm 98 cm
BB 54 kg 47 kg 30 kg 20 kg
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
mesochepal, mesochepal mesochepal mesochepal
tidak ada luka
Rambut Warna hitam Warna hitam Warna Rambut
bersih kemerahan, rambut hitam hitam,
pendek, bersih lurus pendek,
lurus, bersih lurus, dan
bersih.
Mata Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gangguan gangguan gangguan gangguan
penglihatan, penglihatan, penlihatan, penglihatan,
tidak ikterik tidak ikterik konjugtiva konjungtiva
dan tidak tidak anemis, tidak anemis,
anemis tidak ada sklera an
ikterik ikteri
Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih tidak Bersih, tidak
ada secret, ada secret ada polip dan ada secret
ada ada polip dan tidak tidak sekret serta tidak
polip polip
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Tidak ada
ada serumen, ada serumen, ada luka, luka, bersih,
tidak ada luka tidak ada serumen ada dan ada
luka sedikit sedikit
serumen
Mulut dan Bibir lembab, Bibir kering, Bibir lembab, Tidak ada
Tenggorokan tidak ada tidak ada tidak ada stomatitis,
stoatitis stomatitis, stomatitis, bersih, bibir
tidak nyeri tidak nyeri lembab
telan telan
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesara
kelenjar tiroid kelenjar tiroi kelenjar kelenjar
dan tidak dan tidak tiroid tiroid
kaku kuduk kaku kuduk
Dada Simetris Simetris Simetris, Simetris,
tidak ada vesikuler vesikuler dan
bunyi gallop tidak ada
bunyi gallop
Abdomen Datar, tidak Datar, bisisng Datar, bisisng Datar, bisisng
ada luka usus usus usus
terdengar terdengar terdengar
normal, tidak normal, tidak normal, tidak
ada luka ada luka ada luka
Ekstremitas Berfungsi Berfungsi Berfungsi Tidak ada
dengan baik dengan baik dengan baik kelainan dan
dan tidak ada berfungsi
kelainan dengan baik
Kulit Sawo matang, Bersih, warna Tidak ada Warna sawo
tidak sawo matang, alergi, bersih, matang,
memiliki tidak ada warna sawo bersih, tidak
alergi, bersih alergi matang ada alergi
Genital

G. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap agar permasalahan kesehatan yang ada di dalam keluarga
dapat teratasi, keluarga juga berharap mampu menyekolahkan kedua anaknya
sampai perguruan tinggi.

H. ANALISA DATA

Anda mungkin juga menyukai