Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA AWAL

A. PENGERTIAN
Tahap perkembangan keluarga dimulai pada saat anak pertama mulai
meninggalkan rumah. Lama tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak belum berkeluarga dan tinggal bersama orang tua. Tujuan utama
mengorganisasi keluarga untuk tetap berperan melepas anak untuk hudup sendiri.
Keluarga menyiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri (Mubarak ,2006)
Menurut Fiedman (1998) Merupakan tahap perkembangan keluarga yang ke
VI.Permulaan tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir dengan “rumah kosong” atau ketika anak terakhir
meninggalkan rumah.Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung beberapa
banyak anak ada didalam rumah atau beberapa banyak anak yang belum menikah
dan masih tinggal dirumah. Akan tetapi ,trend yang meluas dikalangan dewasa muda
yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup
mereka sendiri.
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum
menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan tinggi.
Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan ini, tahap
ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua, mengingat anak-anak
yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai sekolah dan mulai bekerja.
Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri. Akan
tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda
perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari
sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-
anak yang berkembangan dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan
orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih dini dari pada mereka yang dibesarkan
dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak dipandang karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan orangtua dan
lingkungan keluarga
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk
kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak mereka
pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada pasangan
perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi penting karena
keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke sebuah
rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri. Tujuan utama keluarga
adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan sementara
melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri (Duvall, 1977).
Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek nenek-perubahan
lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.

B. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga
membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau
perempuan yang “dilepas” menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan menerima
nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri

Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Keluarga
Keluarga melepas anak dewasa 1. Memperluas siklus keluarga dengan
muda memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan
anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3. Membantu orangtua lanjut usia dan
sakit-sakitan dari suami maupun istri.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
1. Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk
memasukan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya.
Ketika anak laki-laki atau perempuan yang dilepas atau menikah, tugas keluarga
adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
lewat perkawinan dan menerima nilai -nilai dan gaya kehidupan dari pasangan
tersebut.
2. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.Dengan emptynest (keluarnya anak dari rumah), orang tua memiliki
lebih banyak waktu untuk aktivitas dan hubungan lainnya.Mereka tidak tumbuh
saling berjauhan dari satu sama lain dimana mereka tidak dapat dimana mereka
tidak dapat melembagakan dan membentuk kembali peran suami-istri yang pernah
mereka lakukan.
3. Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit. Perawatan orang
tua yang lanjut usia dan atau tidak mandiri bukanlah fungsi yang diharapkan dari
keluarga. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk mulai dari
menelpon secara rutin hingga bantuan financial, transportasi, dan mengunjungi serta
merawat orang tua mereka dirumah.
Krisis pada usia pertengahan lebih hebat bagi wanita bukan hanya karena anak-
anak meninggalkan rumah dan ketidakhadiran suami mereka, melainkan juga karena
perasaan kehilangan feminitas pada awal manupouse (biasanya antara 45 hingga 55
tahun) dan kehilangan kecantikan ketika tanda-tanda ketuaan mulai tampak. Jika
seorang wanita mempunyai komitmen di luar rumah (mis, bekerja dan kegemaran),
biasanya ia memiliki masalah yang jauh lebih sedikit daripada ia tetap berada di
rumah menjalankan fungsi peran tradisional sebagai ibu rumah tangga dan seorang
ibu secara penuh.
Pria dalam masa usia pertengahan juga menghadapi krisis perkembangan. Salah
satu kemungkinan krisis tersebut adalah dorongan untuk maju dalam karier dan
realisasi bahwa mereka belum berhasil dan belum mencapai aspirasi mereka. Juga
tanda-tanda menurunnya maskulinitas, seperti tenaga menurun, potensi dan gairah
seks berkurangnya, dan juga figur, rambut, tanda-tanda kulit menua dan cemas dalam
hal keuangan ; semuanya merupakan stressor bagi pria dalam tahap siklus kehidupan
keluarga ini, dan menekankan krisis perkembangan usia pertengahan yang terjadi.
Secara singkat dapat dilihat bahwa anak-anak akan memisahkan diri, orangtua
perlu belajar lagi untuk mandiri. Dalam menyesuaikan diri kembali, perkawinan harus
terus berjalan jika kebutuhan-kebutuhan orangtua harus dipenuhi. Orangtua harus
mengatur kembali hubungan mereka untuk berhubungan satu sama lain sebagai
pasangan menikah dari pada hanya sebagai orangtua. Agar tahap ini menjadi lengkap,
anak-anak harus mandiri sementara tetap menjaga ikatan dengan orangtua.

C. MASALAH KESEHATAN YANG SERING MUNCUL


Masalah utama kesehatan meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda
dengan orangtua mereka ; masalah-masalah transisi peran bagi suami istri, masalah
orang yang memberikan perawatan (bagi orangtua lanjut usia) dan munculnya kondisi
kesehatan tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan tekanan darah tinggi. Keluarga
berencana bagi remaja dan dewasa muda tetap penting. Masalah-masalah manupouse
dikalangan wanita umum terjadi. Efek-efek yang dikaitkan dengan kebiasaan minum,
merokok yang lama dan praktek diet semakin lebih jelas. Terakhir, perlunya strategi
promosi kesehatan dan “gaya hidup sehat” menjadi lebih penting bagi anggota keluarga
yang dewasa.
1. Masalah-masalah kesehatan munurut Friedman (2010) pada tahap perkembangan
keluarga dewasa awal adalah :
2. Komunikasi isu antar orang tua dan anak dewasa muda.
3. Masalah transisi peran bagi suami dan istri.
4. Kedaruratan masalah kesehatan kronik.
5. Perencanaan keluarga bagi anak dewasa muda.
6. Perhatian terhadap menopause.
7. Efek yang berkaitan dengan mimum alcohol, merokok, dan praktek diet
8. yang buruk yang telah berlangsung dalam jangka panjang.

D. PERAN PERAWAT KELUARGA


Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan-kesehatan keluarga, yaitu
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada agar :Keluarga dapat
melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri.
Bertanggungjawab terhadap kesehatan
2. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif tercapai dan diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dan berbagai disiplin ilmu.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun
rumah sakit. bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
4. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melaksanakan home visit secara teratur untuk melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan (Penasehat)
Perawat harus terbuka dan dapat dipercaya sebagai narasumber bagi keluarga di
dalam mengatasi masalah kesehatan.
6. Fasilitator
Perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan
dan dana’ kesehatan agar dapat membantu keluarga di dalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
7. Kolaborasi
Perawat harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal.
8. Penemu Kasus
Perawat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini sehingga tak terjadi
ledakan atau wabah.
9. Modifikasi Lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi, baik lingkungan rumah maupun lingkungan
masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan keluarga
dengan masalah Diabetes Mellitus menurut Friedman (1998) meliputi data dasar
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga dan fungsi perawatan kesehatan.
a. Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama keluarga, amanat dan
nomor telepon, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis),
identifikasi religi, status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu senggang
keluarga.
b. Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: karakteristik rumah,
karakteristik dan lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar, mobilitas
geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta
sistem-sistem pendukung keluarga.
c. Struktur keluarga yang terdiri dai: pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji
adalah observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain,
apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi atau tidak, seberapa balk setiap
anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap
komunikasi dan interaksi, apakah keluarga melibatkan emosi atau tidak dalam
penyampaian pesan. Struktur kekuatan keluarga: yang perlu dekaji antara lain: siapa
yang mengambil keputusan dalam keluarga, ,siapa yang mengambil keputusan
penting seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin
dan aktivitas anak serta proses dalam pengambilan keputusan dengan concerisus
tawar-menawar dan sebagainya.
Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah peran
dan posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel. Jika
ada masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang
memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan
tekhnik komunikasi. Peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas apa
yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya,
apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya, apabila
peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya melaksanakan peran tersebut
sebelumnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan nilai dan budaya, data yang dapat
dikaji adalah nilai-nilai yang dominan yang dianut oleh keluarga, nilai mu keluarga
seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemauan dan penguasaan
lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada
kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang lebih luas, apakah ada
kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, bagaimana
pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga menganut nilai-nilai
keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
d. Fungsi keluarga terdiri dan: fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola
kebutuhan keluarga dan respon, apakah anggota keluarga merasakan keutuhan
individu lain dalam keluarga, apakah orang tua / pasangan mampu menggambarkan
kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain, bagaimana sensitifnya anggota
keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan perasaan dan
kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga mempunyai orang yang dapat
dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana anggota keluarga memberikan
perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sating mendukung, apakah terdapat
perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa
hubungan anggota keluarga dengan anggota yang lain, apakah ada kedekatan khusus
anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan,
bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga,
apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga dengan tahap
perkembangan di keluarga.
Fungsi sosial, data yang perlu dikaji adalah: bagaimana keluarga membesarkan
anak dan keluarga dalam area orang: kontrol perilaku, disiplin, penghargaan,
hukuman, otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta serta latihan
perilaku sesuai dengan usia, siapa yang menerima tanggung jawab dan peran
membesarkan anak/fungsi anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi tersebut
dipikul bersama, bagaimana cara pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh
keluarga kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak, apakah keluarga
merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam membesarkan anak, factor resiko
apa yang memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan dalam
perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar tidur sendiri).
Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam
pengendalian jumlah anak.
e. Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor jangka pendek dan jangka
panjang, kemampuan keluarga berespon dalam masalah, strategi koping yang
digunakan, strategi adaptasi difungsional dan pemeriksaan fisik dilakukan secara
head to head.
f. Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang di dapatkan dari
pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah, etiologi
atau penyebab, dan sign atau tanda yang selajutnya dikenal dengan PES ( Problem,
Etiologi, Sign)
Tipologi dari diagnosa keperawatan :
a) Aktual (deficit atau gangguan kesehatan), bila didapatkan data tanda dan gejala
gangguan kesehatan, contoh: ketidakseimbangan antara makanan dan insulin. Pada
keluarga Bapak D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
b) Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan, misalnya : kebiasaan tidak mengontrol makanan yang banyak
mengandung glukosa atau dengan makanan yang berlebihan. Contoh : Resiko
peningkatan kadar glukosa dalam darah pada keluarga Bapak berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
c) Potensial (keadaan sejahtera atau wellness), kejadian dimana keluarga dalam
keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh :
potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil atau keluarga. Pada
pembuatan diagnosa keluarga ini, etiologi berdasarkan lima fungsi keperawatan
keluarga, dimana apabila ditentukan lebih dari satu fungsi kesehatan yang
terganggu maka yang menjadi etiologi adalah ketidakmampuan keluarga merawat.
Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi perlu
dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut :

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah
 Tidak / kurang 3 1
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis atau keadaan 1

2. Kemungkinan masalah 2

untuk diubah
 Dengan mudah 2
1
 Hanya sebagian
0
 Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk


1
dicegah
3
 Tinggi
2
 Cukup
1
 Rendah

1
4. Menonjolnya masalah
 Masalah berat harus
2
segera ditangani
 Ada masalah tetapi
ttidak perlu segera di
1
tangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
Pertama kita menentukan skor untuk setiap kriteria, kemudian skor yang diperoleh
dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai bobot. Setelah mendapatkan
basil jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan jumlah
seluruh bobot dan skor tertinggi menjadi prioritas.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Setelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah menyusun
rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan keperawatan keluarga
merupakan sekumpulan rencana tindakan yang direncanakan perawat untuk
dilaksanakan, Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana
keperawatan adalah:
a) Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh tentang
masalah situasi keluarga.
b) Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan.
c) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan,
misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak memungkinkan
pemberian pelayanan secara cuma-cuma, maka perawat harus mempertimbangkan
hal tersebut dalam membuat rencana keperawatan dan tindakan.
d) Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip
bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk keluarga.
e) Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi perawat maupun
tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam mengawasi perkembangan
masalah keluarga.
Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi
penyebab masalah keperawatan :
a) Untuk membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan
adalah: perluas dasar sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang ada.
Hubungkan sasaran yang telah ditentukan. menghadapi masalah.
b) Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam
rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah: diskusikan
dengan keluarga konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan.
Perkenalkan pada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil
serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternative tersebut.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing-masing alternative
tindakan.
c) Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan
antara lain: demonstrasikan tindakan yang diperlukan. Manfaatkan fasilitas
atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari hal-hal yang merintangi
keberhasilan keluarga merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim
kesehatan yang ada.
d) Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan
yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain:
Bantu keluarga dalam rangka menghindari adanya ancaman dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga dalam rangka
memperbaiki fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman psikologis dalam
keluarga dengan cara memperbaiki pola, komunikasi keluarga, memperjelas
peran masing-masing keluarga. Kembangkan kesanggupan keluarga dalam
rangka pemenuhan kebutuhan psikososial.
e) Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat tentang
sumber daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya, seperti
instansi kesehatan, program peningkatan kesehatan, dan organisasi-organisasi
masyarakat.

4. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana
perawatan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan
perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan
dan kesulitan keluarga dapat menghadapi masalah kesehatannya. Diharapkan perawat
dapat memperhatikan beberapa prinsip motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat yaitu: tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap
dirinya keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah.
Dorongan yang berhubungan dengan kesehatan tidak selalu menimbulkan tingkah laku
sehat dan sebaliknya.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat baik
dan keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan keluarga adalah
keluarga kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat informasi yang tidak lengkap
sehingga melihat masalah hanya sebagian, keluarga tidak dapat mengaitkan informasi
dengan situasi yang dihadapinya, keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial atau dan
keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal
mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, keluarga tidak percaya dengan tindakan
yang diusulkan oleh perawat. Sedangkan faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah
petugas atau perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku),
petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor sosial
budaya. petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan menggunakan berbagai
macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

5. EVALUASI
Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan
dalam menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh
mana tujuan sudah tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan a1aannya apakah tujuan
realistis, mungkin tindakan tidak tepat karena mungkin ada faktor 1inkungan yang tidak
dapat teratasi. Tahap pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau
kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang
difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu
berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi
proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil
merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati tindakan
keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
a) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk
menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat
dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah
ditetapkan mengenai proses atau hasil.
b) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan
perubahan dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita.
c) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,
wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.
d) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk
mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan
menganalisa masalah.
DAFTAR ISI

Efendi, ferry makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta : salemba medika
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC
Mubarak. Wahit Ikbal. Chayatin Nurul. Santoso Bambang Adi .2009. Ilmu Keperawatan
Komunitas buku 2 Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai