HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDAN KLATEN DI RUANG NICU RSUD Dr. MOEWARDI
OLEH : LALU NURHALID (070117B039)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2018 ANALISIS JURNAL
A. Formulasi PICO Dan PertanyaanKlinis
1. PICO
Judul HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDAN KLATEN P Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 2 yaitu populasi kelompok kasus dan Population / populasi kelompok kontrol. Populasi pada kelompok kasus yaitu balita usia 6- problem 24 bulan yang tercatat dalam registrasi Puskesmas Pedan Klaten pada bulan Januari - Juni tahun 2015 sebanyak 62 balita. Populasi pada kelompok kontrol yaitu balita yang tidak memiliki riwayat pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten. Jumlah populasi kontrol sebanyak 4.779 balita. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow (1997), dan diperoleh sampel minimal sebanyak 32. Namun peneliti membulatkan sampel menjadi 40 responden dengan perbandingan 1:1 untuk kelompok kasus dan kelompok control.sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 80 sampel. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode teknik simple random sampling yaitu dimana setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoadmojo, 2012).
I Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
Intervention menggunakan desain case control, dilakukan pada bulan Juni-Juli 2015 di wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten.
C Telah dilakukan perbandingan dengan beberapa jurnal lain yaitu:
Comparison 1. ANALISIS FAKTOR RISIKO PEMBERIAN ASI DAN VENTILASI KAMAR TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang menggunakan rancangan case control. Populasi sasaran yang digunakan adalah semua balita yang pernah dirawat di rawat inap RSUD Sidoarjo. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua balita yang pernah berkunjung dan didiagnosis menderita pneumonia di rawat inap RSUD Sidoarjo pada periode Agustus sampai Desember 2015, sedangkan untuk populasi kontrolnya adalah semua balita yang pernah berkunjung dan didiagnosis menderita penyakit selain pneumonia di rawat inap RSUD Sidoarjo pada periode Agustus sampai Desember 2015. Sampel kasusnya adalah balita yang menderita pneumonia di rawat inap RSUD Sidoarjo periode Agustus sampai Desember 2015 dan sampel kontrolnya adalah balita yang menderita selain pneumonia di rawat inap RSUD Sidoarjo. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel kasus yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 20 balita dan menggunakan perbandingan 1:1 untuk sampel kontrolnya sehingga didapatkan sampel kontrol sebanyak 20. Total sampel dari penelitian ini adalah 40 balita. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2015 sampai bulan Maret 2016 Variabel independen (bebas) yaitu riwayat pemberian ASI eksklusif dengan definisi pemberian ASI tanpa adanya tambahan makanan atau minuman apapun selama 6 bulan dan luas ventilasi ruangan kamar balita dengan standar minimal 20% dari seluruh luas ruangan. Variabel dependen (terikat) pada penelitian ini adalah penumonia balita. 2. Durasi Pemberian ASI Eksklusif, Lingkungan Fisik dan Kondisi Rumah Sebagai Faktor Risiko Pneumonia pada Balita di Puskesmas II Denpasar Selatan Desain penelitian adalah case control yang dilakukan pada 60 kasus dan 60 kontrol (1:1) di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Data dikumpulkan dengan wawancara kepada ibu balita dengan mempergunakan kuesioner dan pedoman observasi. Pengukuran kelembaban ruangan rumah menggunakan digital thermohygrometer dan untuk mengukur pencahayaan alami ruangan dalam rumah dipergunakan luxmeter. Pengukuran luas bangunan rumah dipergunakan rollmeter/ meteran digital, alat hitung dan alat tulis. Kuesioner yang dipakai telah dilakukan uji coba kepada 10 ibu balita. Variabel bebas meliputi pemberian ASI (kolostrum, ASI eksklusif, durasi pemberian ASI eksklusif, lama pemberian ASI, inisiasi menyusui dini (IMD)) dan lingkungan fisik rumah (lantai rumah, kondisi dinding, luas ventilasi, kelembaban, pencahayaan alami dan kepadatan hunian). Semua variabel terkait ASI dikumpulkan dengan metode wawancara, sedangkan untuk variabel lingkungan melalui metode observasi dan pengukuran. Variabel kelembaban dan pencahayaan alami dilakukan pada lima titik, yaitu masingmasing sudut rumah bagian kanan dan kiri dan di bagian tengah. Hasil dari lima titik pengukuran yang telah dicatat dirataratakan untuk mendapatkan kelembaban dan pencahayaan rata-rata ruangan tersebut. Kriteria kelembaban yang memenuhi syarat untuk rumah 40-70% dan pencahayaan alami adalah 60-120 lux. Untuk variabel lantai dan dinding rumah dilihat jenis bahan dan kelembabannya. Ventilasi diukur dengan menggunakan rollmeter, Hasil: Karakteristik ibu pada kasus dan kontrol dijumpai mirip dalam hal umur, pendidikan dan penghasilan; sedangkan untuk balita mirip dalam hal umur dan jenis kelamin. Faktor risiko yang terbukti meningkatkan kejadian pneumonia adalah durasi pemberian ASI eksklusif <dua bulan dengan OR=5,24 (95%CI: 1,96-14,01), pencahayaan alami dengan OR=2,72 (95%CI: 1,05-7,00) dan tingkat kepadatan hunian dengan OR=3,11 (95% CI: 1,18-8,19). Faktor lain yang juga berperan adalah tidak mendapatkan imunisasi Hib dan pneumokokus dengan OR=3,68 (95%CI: 1,11-12,17) dan frekuensi ISPA >1 kali dengan OR=10,14 (95%CI: 3,67-28,02).
3. FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA
BERDASARKAN STATUS IMUNISASI CAMPAK DAN STATUS ASI EKSKLUSIF Penelitian ini juga menggunakan pendekatan retrospektif di mana peneliti melakukan pengamatan terhadap riwayat karakteristik atau paparan yang diduga mengakibatkan terjadinya suatu penyakit (Murti, 2003). Sehingga faktor risiko yang diteliti adalah status imunisasi campak dan status ASI eksklusif yang terjadinya pada masa lampau sebelum mengalami pneumonia. Populasi di dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah semua balita yang berumur 1–< 5 tahun yang berobat di rawat inap anak RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya pada bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2014 dan menderita penyakit pneumonia berdasarkan diagnosis dokter. Sedangkan, kelompok control adalah semua balita yang berumur 1–< 5 tahun yang merupakan tetangga balita pneumonia dan tidak menderita penyakit pneumonia serta penyakit saluran pernapasan. Besar sampel yang diambil di dalam penelitian ini terdiri dari 20 sampel kasus (balita yang menderita penyakit pneumonia berdasarkan diagnosis dokter) yang berobat di rawat inap anak RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya pada bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2014 sedangkan besar sampel kontrol ditentukan dengan perbandingan 1:2 sehingga, didapatkan 40 sampel kontrol (balita yang tidak menderita pneumonia dan penyakit saluran pernapasan) yang merupakan tetangga balita penderita pneumonia Variabel bebas di dalam penelitian ini meliputi status imunisasi campak dan status ASI eksklusif, sedangkan variabel terikat di dalam penelitian ini adalah penyakit pneumonia pada balita. Teknik pengumpulan data primer mengenai status imunisasi campak dan status ASI eksklusif diperoleh melalui wawancara terhadap responden (orang tua balita) dan untuk melihat riwayat pemberian imunisasi campak pada balita dengan melihat riwayat pemberian imunisasi yang tercantum di buku KMS dan buku KIA balita, sedangkan pengumpulan data sekunder mengenai jumlah balita penderita pneumonia dan diagnosis dokter diperoleh melalui data rekam medik RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Instrumen pengumpulan data primer menggunakan alat ukur kuesioner, sedangkan instrumen pengumpulan data sekunder menggunakan data rekam medik RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Setelah proses pengumpulan data, dilakukan editing, coding, data entry, cleaning dan kemudian data dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita penderita pneumonia berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1–< 2 tahun. Balita yang tidak mendapatkan imunisasi campak berisiko 10,23 kali untuk terkena pneumonia dibandingkan dengan balita yang mendapatkan imunisasi campak; 95% CI (1,60– 107,95), dan balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 7,00 kali untuk terkena pneumonia dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI eksklusif; 95% CI (1,82–29,49). Pentingnya meningkatkan kesadaran orang tua mengenai pemberian imunisasi campak dan asi eksklusif dapat mencegah kejadian pneumunia pada balita.
4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia Anak Balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik observasional dengan jenis desain studi kasus kontrol. Kasus adalah anak balita dengan pneumonia yang tercatat di rekam medik rawat inap ruang perawatan anak RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar tahun 2009-2012 dan kontrol adalah anak balita dengan tidak pneumonia yang tercatat di rekam medik rawat inap ruang perawatan anak RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar tahun 2009-2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita dimulai umur ≥ 1 tahun yang tercatat pada data rekam medik rawat inap ruang perawatan anak RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar tahun 2009- 2012 berjumlah 2164 balita. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol. Sampel kasus adalah sebagian anak balita yang menderita pneumonia yang tercatat pada data rekam medik rawat inap ruang perawatan anak di RSUD Bangkinang Kab. Kampar tahun 2009-2012. Sampel kontrol adalah sebagian anak balita yang tercatat pada data rekam medik rawat inap ruang perawatan anakdi RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar yang tidak menderita pneumonia tahun 2009-2012. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data rekam medik rawat inap ruang perawatan anak RSUD Bangkinang. Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan mencatat data pneumonia anak balita dan bukan pneumoniadari status rekam medik rawat inap ruang perawatan anak RSUD Bangkinang Kab. Kampar tahun 2009-2012. Analisa data dilakukan secara bertahap yang meliputi analisis univariat, bivariat dilakukan dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang paling dominan antara pendidikan ibu (C.I 95%:OR=1,981-6,198), jenis kelamin (C.I 95%:OR=1,633-3,989), pekerjaan ibu (C.I 95%:OR=1,335-3,231), pemberian ASI eksklusif (C.I 95%:OR=1,146-2,770) dan status imunisasi (C.I 95%:OR=1,02-2,54) dengan kejadian pneumonia anak balita. Diharapkan Dinas kesehatan bekerja sama dengan pihak RSUD Bangkinang yang berkoordinasi dengan unit penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKM-RS) melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai penyakit pneumonia khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah, ibu yang bekerja terutama yang mempunyai anak balita laki-laki.
O Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square
Outcome menunjukkan bahwa nilai p = 0,014<0,005. Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten. Nilai estimasi faktor risiko diperoleh OR sebesar 3,095 (95% CI=1,243-7,706) sehingga dapat diartikan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mempunyai risiko terkena pneumonia sebesar 3,095 kali dibandingkan balita yang mendapatkan ASI eksklusif.