Anda di halaman 1dari 6

TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA PASANGAN BARU MENIKAH

A. Tahap I : Keluarga Pemula


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru – keluarga
yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung
lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun 1985, 75 persen pria
dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah pada usia 21 tahun, ini
merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dan 36 persen masing-masing
dalam tahun 1970.

B. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, dan keluarga berencana merupakan tiga tugas
perkembangan yang penting dalam masa ini.
1. Membangun Perkawinan yang Saling Memuaskan
Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua orang
digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun diterima. Belajar
hidup bersama sambil memenuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar merupakan
sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri
terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya mereka harus
mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah,
menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan pergi ke tempat-tempat
yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan diri ini,
terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan tersebut,
dengan setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya.
Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan Tugas-
Tugas Perkembangan yang bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga Pemula 1. Membangun perkawinan yang
saling memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai
orangtua)
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling
menyesuaikan diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung kepada
komplementaritas atau kecocokkan bersama dari kebutuhan dan minat pasangan. Sama
pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan individu perlu diketahui. Dalam hubungan
yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk memperkaya hubungan perkawinan.
Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan tergantung pada pengembangan
cara-cara yang memuaskan untuk menangani “perbedaan-perbedaan tersebut” (Satir,
1983) dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan masalah adalah
berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati ; saling mendukung,
dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan (Raush et al, 1969) dan
melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat menghormati (Jackson
dan Lederer, 1969).
Malahan, sejauhmana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan
tergantung pada bagaimana masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari
keluarga asal masing-masing (tugas perkembangan sebelumnya). Orang dewasa harus
pisah dengan orangtuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri dan
hubungan intim yang sehat. McGoldrick (1988) memberikan sebuah deskripsi yang
amat bagus tentang proses ini dan masalah-masalah psikososial selama masa ini.
Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, serikali
disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan
kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan yang
membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi
kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi hubungan seksual
secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).
2. Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah pasangan,
karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru.
Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu : menjadi
anggota keluarga dari keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk. Pasangan
tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan
mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan dengan
ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan
hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini menuntut pembentukan
hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan yang tidak
hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi
yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang mungkin
dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

3. Keluarga Berencana.
Apakah ini memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan
suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Littlefield (1977) menekankan
pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja
di bidang perawatan maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga
sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga
mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kehamilan bayi.
C. Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah-masalah utama adalah penyesuaian seksual dan peran perkawinan,
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling pranatal, dan
komunikasi. Konseling semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya
informasi sering mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa
bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik
sebelum maupun sesudah perkawinan. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan ini
menghambat pasangan tersebut merencanakan kehidupan mereka dan memulai hubungan
dengan dasar yang mantap.
Konsep-konsep perkawinan tradisional sedang ditantang oleh hubungan cinta,
perkawinan berdasarkan hukum adat, dan perkawinan homoseks. Orang yang memasuki
perkawinan tanpa pernikahan memerlukan banyak konseling dari tugas perawatan
kesehatan untuk mendapatkan bantuan. Dalam hal ini, perawat keluarga terperangkap
diantara dua “keluarga”, keluarga orientasi dan keluarga perkawinan. Dalam situasi
semacam itu, para profesional kesehatan keluarga tidak perlu membuat penilaian-penilaian
yang bermanfaat tetapi mencoba membantu setiap kelompok dari kedua kelompok
tersebut agar mereka dapat memahami diri mereka sendiri dan saling memahami satu
sama lain.
D. Keluarga Berencana.
Karena Keluarga Berencana merupakan tanggungjawab utama dari perawat yang
bekerja dengan keluarga, maka bidang ini perlu dibahas lebih mendalam. Keluarga
berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi kesehatan
keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas ibu-anak ; menelatarkan anak ;
sehat sakit orangtua ; masalah-masalah perkembangan anak, termasuk inteligensia
kemampuan belajar dan perselisihan dalam perkawinan. Pembentukan keluarga dengan
sengaja dan terinformasi meliputi membuat keputusan sendiri tentang kapan dan/atau
apakah ingin mempunyai anak, terlepas dari pertimbangan kesehatan keluarga.
Jumlah kelahiran di Amerika Serikat sedang menanjak, dalam tahun 1975 mengalami
penurunan dan terus mengalami kenaikan setelah itu hingga tahun 1990, seperti yang
diproyeksikan dalam tahun 1984 hingga 1990 (Family Service America, 1984).
Meningkatnya kehamilan remaja yang sangat besar, khususnya diantara wanita kulit hitam
yang belum menikah dan terutama dipandang sebagai masalah karena kerentanan dan
kurangnya sumber-sumber pada kelompok remaja yang malang ini (Chilman, 1988).
Kehamilan penyebab utama remaja wanita keluar dari sekolah dan juga penyebab sering
terjadinya perkawinan prematur. Dalam perkawinan, kehamilan awal (sebelum dua tahun)
mengurangi penyesuaian perkawinan. Semua ini merupakan faktor-faktor kesehatan
mental yang penting bagi orangtua dan anak-anak
Kesehatan fisik ibu dan anak merupakan masalah utama yang didokumentasikan
dalam penelitian kebidanan dan perinatal. Jarak kelahiran antara 2 dan 4 tahun dan usia
ibu 20 tahunan merupakan faktor-faktor yang menguntungkan dalam mengurangi
mortalitas dan mobiditas ibu dan bayi. Jumlah keluarga yang optimal, jarak dan waktu
kelahiran mengurangi mortalitas bayi.
Angka kehamilan berencana semakin meningkat, karena banyak wanita dan pasangan
menggunakan alat kontrasepsi. Empat puluh lima negara bagian, dan juga Distrik
Columbia telah membuat undang-undang yang membolehkan gadis-gadis remaja berusia
di bawah 18 tahun mendapatkan kontrasepsi tanpa ijin dari orangtua. Namun sebagian
besar remaja dan wanita dewasa muda yang aktif secara seksual tidak mendapat pelayanan
keluarga berencana.
Perbedaan antara kelompok miskin dan kaya dalam menggunakan alat kontrasepsi
yang efektif berhubungan dengan aksesibilitas pelayanan dan ketidaktahuan tentang
kehamilan dan kontrasepsi dikalangan remaja Faktor-faktor agama dan sosiopolitik
menjadi pengengah untuk mengurangi hak-hak reproduktif wanita dan pasangannya.
Seperti diawal tahun 1990-an, karena menentang hak untuk melakukan aborsi secara legal
maka perjuangan mempertahankan pelayanan saat ini agar tetap tersedia merupakan
masalah yang sedang berkembang. Pendanaan masyarakat dari pemerintah untuk keluarga
berencana, khususnya untuk aborsi telah dipotong, dan pelayanan terbatas pada kaum
miskin dan orang muda.
Selain kebutuhan untuk klinik medis yang banyak dan undang-undang yang
membolehkan remaja menerima perawatan, program pendidikan kesehatan keluarga
berencana dan seks yang efektif perlu direncanakan dilakukan di sekolah-sekolah, gereja
dan lembaga-lembaga kesehatan. Pelayanan-pelayanan seperti itu harus difokuskan tidak
hanya pada premis-premis umum bahwa keluarga berencana merupakan satu tujuan dalam
keluarga itu sendiri, tapi pada keuntungan-keuntungan kesehatan dari keluarga berencana
bagi individu dan bagi pertumbuhan dan perkembangan keluarga.
Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu yang
etis, karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi. Gadis-gadis
remaja yang menginginkan bayi perlu mengkonsultasikan kesiapan fisik dan emosi untuk
menjadi orang tua dan perlindungan yang realistis terhadap kehamilan bersama-sama
dengan supervisi kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit saja dilakukan untuk
mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan perkawinan dengan
pendidikan kontrasepsi yang realistis.

E. Diagnosa yang mungkin pada keluarga pemula:


1. Gangguan komunikasi verbal
2. Perubahan proses keluarga
3. Perubahan penampilan peran
4. Gangguan interaksi sosial
5. Disfungsi seksual

F. Peran perawat
1. Konselor pada penyesuaian seksual & peran marital
2. konselor dalam perencanaan keluarga
3. Koordinator untuk konseling menjadi orang tua
4. Fasilitator dalam hubungan kekerabatan interpersonal

Anda mungkin juga menyukai