Anda di halaman 1dari 7

Jurnal stunting

Penulis Jurnal Eko setiawan, Rizanda machmud, Masrul


Judul Jurnal Faktor –faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018
Halaman Jurnal 276-283
Teori Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang
saling ketergantungan. Stunting pada anak merupakan dampak dari
defisiensi nutrien selama seribu hari pertama. Hal ini menimbulkan
gangguan perkembangan fisik anak yang irreversible, sehingga
menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan motorik serta
penurunan performa kerja. Anak stunting memiliki rerata skor
intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibanding rerata
skor anak normal.
Stunting juga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, dan
perkembangan mental dan status kesehatan pada anak. Stunting
berkaitan dengan prestasi disekolah yang buruk, tingkat pendidikan
yang rendah. Stunting pada anak juga meningkatkan kerentanan
anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit
tidak menular serta peningkatan resiko overweight dan obesitas.
Metode Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain
cross-sectional sebanyak 74 sampel dipilih secara simple random
sampling dari seluruh anak usia 24-59 bulan dengan mempehatikan
kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat asupan energi,
rerata durasi sakit, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu, tingkat
pendapatan keluarga dan kejadian stunting pada anak usia 24-59
bulan.
Tingkat asupan protein rerata frekuensi sakit, status pemberian asi
eksklusif, status kelengkapan imunisasi dasar, tingkat pengetahuan
ibu tentang gizi, dan jumlah anggota rumh tangga tidak
menunjukkan hasil yang signifikan dengan kejadian stunting.
Penulis jurnal Darwin Nasuttion, Detty Siti Nurdiaty, Emy Huriyanti
Judul Jurnal Berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting pada anak
usia 6-24 bulan
Halaman jurnal 31-36
Teori Salah satu faktor resiko yang mempengaruhi stunting pada balita
yaitu berat badan lahir rendah . akibatnya pertumbuhan bayi
BBLR akan terganggu dengan pemberian makanan tidak
mencukupi sering mengalami infeksi dan perawatan kesehatan
yang tidak baik dapat menyebabkan anak stunting
Metode Jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan kasus
kontrol (case control study) menggunakan metode kuantitatif.
Populasi dan subjek penelitian ini adalah semua anak usia 6-24
bulan.
Hasil Penelitian Hasil analisis menunjukkan nilai OR=5,60 (95% CI: 2,27-15,70),
artinya pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa
anak yang lahir dengan BBLR mempunyai resiko 5,6 kali lebih
besar untuk menjadi stunting dibanding dengan anak yang lahir
dengan BB normal.
Kriteria Sampel Kriteria inklusi : anak yang mengalami stunting, anak kundung
responden, sedangkan inklusi kontrol : anak yang tidak stuntiing
Kesamaan dengan
peneliti
Penulis jurnal Rudi Pangarsaning Utami, Suhartono, Nurjazuli, Apoina Kartini,
Rasipin
Judul Jurnal Faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada siswa sd diwilayah pertanian
Halaman jurnal 31-36
Teori Pertumbuhan fisik berhubungan dengan genetik dan dan faktor
lingkungan. Mengingat banyaknya penggunaan pestisida , maka
penyebab lain yang sangat memungkinkan menyebabkan
kejadian stunting adalah bahan kimia dilingkungan. Pengaruh
pestisida meningkatkan insiden bayi lahir dengan BBLR,
prematur, serta keterlambatan pertumbuhan didalam
kandungan.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan
metode case control yaitu dengan membandingkan antara
kelompok orang yang menderita penyakit (kasus) dan yang tidak
menderita (kontrol) kemudian dinyari penyebab timbunya
penyakit tersebut.
Populasi siwa kelas 4-6 SDN Bulakparen . penelitian sebanyak
100 sampel.
Hasil Penelitian
Kriteria Sampel
Kesamaan dengan
peneliti
Penulis jurnal Zairiyanti, Rio Purnama
Judul Jurnal Hubungan Hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
stunting pada balita
Halaman jurnal 78-89
Teori Stunting ini merupakan keadaan tidak normal tubuh disebabkan
lebih dari satu faktor. Anak yang stunting akan mengalami
gangguan pertumbuhan tinggi badan dan panjang badan. Selain
faktor lingkungan resiko lain penyebab stunting yaitu BBLR,
riwayat penyakit infeksi dan praktik hygiene. Keadaan lingkungan
fisik dan sanitasi disekitar lingkungan rumah sangat
mempengaruhi kesehatan penghuni rumah dan stayus gizi anak
balita.
Metode Rancangan penelitian ini yaitu kasus kontrol dengan metode
retrospective study, yaitu penelitian analitik yang bersifat
observasional, dengan memmbandingkan antara kelompok
orang yang menderita penyakit (kasus) dan yang tidak menderita
(kontrol) kemudian dinyari penyebab timbunya penyakit
tersebut.
Besar sampel penelitian 30 kasus 30 kontrol.
Hasil Penelitian Balita yang mengalami stunting yang menggunakan wc duduk
leher angsa sebesar 40% sedangkan yang menggunakan wc
cemplung sebesar 60%. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan
antara kejadian stunting balita dengan jenis jamban.
Balita yang menggunakan air bersihny dari PAM sebesar 23%
sedangkan yang menggunakan sumur sebesar 70%. Hasil analisa
data dapat disimpulkan ada hubungan kejadian stuntin balita
dengan sumber air bersih.
Kriteria Sampel Kriteria inklusi : balita yang berumur 0-59 bulan dengan
kelengkapan data umur, jenis kelamin, BB saat dilakukan
pengukuran, kejadian penyakit infeksi diare dan kecacingan,
bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas
Kesamaan dengan
peneliti
Penulis jurnal Wulandari, Fitri Rahau, Darmawansyah
Judul Jurnal Hubungan sanitasi lingkungan dengan riwayat penyakit infeksi
dengan kejadian stunting diwilayah kerja puskesmas kerkap
kabupaten bengkulu utara
6-12
Halaman jurnal
Teori Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi
dibawah 5 tahun akibab kekurangan gizi kronik sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Pemanfaatan sanitasi belum
maksimal, sebanyak 40% masyarakat tidak memiliki akses
sanitasi yang baik terkait kepemilikan jamban dan saluran
pembuangan air limbah. Terdapat masyarakat yang melakukan
BABs (buang air besar sembarangan) tinja masyarakat yang BABs
memicu berbagai sumber penyakit lainnya. Seperti diare,
hepatitis, B serta penyakit lainnya. Serta riwayat penyakit infeksi
seperti diare ataupun ISPA dapat memperburuk kondisi balita
jika tidak ditangani dengan cepat.
Metode Metode penelitian ini menggunakan metoe penelitian deskriptif
kuantitatif, penelitian ini dilaksanakan dengan pendektan analiik
cross sectional yaitu data yang menunjukkan titik waktu tertentu
atau pengumpulannya dilakukan pada waktu yang bersamaan. .
jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 91 responden
Hasil Penelitian Balita yang mengalami stunting yang menggunakan wc duduk
leher angsa sebesar 40% sedangkan yang menggunakan wc
cemplung sebesar 60%. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan
antara kejadian stunting balita dengan jenis jamban.
Balita yang menggunakan air bersihny dari PAM sebesar 23%
sedangkan yang menggunakan sumur sebesar 70%. Hasil analisa
data dapat disimpulkan ada hubungan kejadian stuntin balita
dengan sumber air bersih.
Kriteria Sampel Kriteria inklusi : balita yang berumur 0-59 bulan dengan
kelengkapan data umur, jenis kelamin, BB saat dilakukan
pengukuran, kejadian penyakit infeksi diare dan kecacingan,
bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas
Kesamaan dengan
peneliti
Penulis jurnal Khoirun Ni’mah, Siti Rahayu Nadhiroh
Judul Jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita
13-18
Halaman jurnal
Teori Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik
pada masa pertumbuhandan perkembangan sejak awal
kehidupan. Status gizi ibu hamil angat mempengaruhi keadaan
kesehatan dan perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan
dalam kandungan dapat menyebabkan berat badan lahir rendah
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadi stunting. Faktor
lain adalah asi ekslusif, status sosial ekonomi keluarga seperti
pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan ibu
tentang gizi dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung
berhubungan dengan kejadian stunting.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan desain studi kasus kontrol. Sampel kasus adalah balita
usia 12-59 bulan. Sampel penelitian sebanyak 34 orang dengan
perbandingan sampel antara kasus dan kontrol adalah 1 : 1.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan
tehnik sample random sampling berdasarkan kriteria inklusi.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan
95% didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara BBL
dengan kejadian stunting pada balita.
Panjang badan lalhir, riwayat asi ekslusif pendapatan keluarga,
pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.
Faktor penyebab stunting

Faktor lingkungan

- Kebersihan = personal hygiene


- Sanitasi
- Akses air bersih
- Pemukiman yang kumuh
- Paparan bahan kimia

Faktor dari ibu sendiri

- Ketidakpatuhan mengkonsumsi vitamin selama masa kehamilan


- Bb rendah (kurang gizi ibu pada saat hamil)
- Kehamilan remaja

Anda mungkin juga menyukai