Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan perkembangan masalah gizi di Indonesia yang

semakin kompleks pada saat ini, selain masih menghadapi masalah kurang

gizi yang menjadi persoalan dimana harus kita tangani dengan serius.

Stunting merupakan ukuran yang sangat tepat untuk mengindikasikan

terjadinya kurang gizi jangka panjang pada anak- anak.stunting merupakan

dampak dari kurang gizi yang terjadi dalam periode waktu yang lama yang

pada akhirnya menyebabkan penghambatan pertumbuhan linear.

Stunting atau disebut juga dengan pendek terjadi karena dampak

kekurangan gizi kronis selama 1000 hari pertama kehidupan anak

(HPK).Dapat dipantau dengan berdasarkan pada indeks panjang badan

dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) yang

rendah digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan

riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama.

Pemahaman umum dalam mengentaskan stunting adalah

memfokuskan pada upaya kesehatan yang merupakan faktor risiko.Sering kali

upaya lainnya yang menjadi factor protective dianggap kurang berperan dan

tidak dilakukan.Padahal faktor risiko (termasuk diantaranya kondisi

kesehatan anak, gizi pada saat hamil) sangat dipengaruhi oleh faktor

pelindungdiantaranya adalah pola asuh orangtua/keluarga.Segala sesuatu

1
2

yang terjadi pada masa 1000 HPK menjadi faktor penentu kualitas kehidupan

anak kelak.

Berdasarkan data WHO diprediksi akan ada 127 juta anak di bawah 5

tahun yang stunting pada tahun 2025 nanti jika tren sekarang terus berlanjut.

WHO juga memiliki target global untuk menurunkan angka stunting balita

sebesar 40% pada tahun 2025. UNICEF menyatakan bahwa pada tahun 2011,

1 dari 4 anak balita mengalami stunting. Menurut de Onis M et al, jumlah

anak bawah lima tahun mengalami stunting sebanyak 171 juta pada tahun

2012. Dari jumlah tersebut kurang lebih 167 juta terjadi di negara

berkembang, tertinggi di Afrika Bagian Timur, Tengah, dan Barat serta Asia

Selatan menderita stunting pada tingkat yang berat.

Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara dengan prevalensi

stunting tertinggi di Asia Tenggara. Penurunan angka kejadian stunting di

Indonesia tidak begitu signifikan jika dibandingkan Myanmar, Kamboja, dan

Vietnam. Prevalensi stunting tahun 2018 dari hasil Riskesdas mengalami

penurununan yaitu 30,8% dari 37,2 % dari tahun 2013. Meskipun prevalensi

stunting mengalami penurunan, stunting di Indonesia tahun 2018 tetap masih

dikatakan suatu masalah karena masihprevalensinya masih diatas 20%.

Hampir seluruh provinsi di Indoensia termasuk daerah dengan prevalensi

stunting pada balita tinggi kecuali hanya lima provinsi dengan stunting pada

balita dikategorikan menengah yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI

Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Menurut tingkat

keparahannya pada tahun 2013 lebih banyak provinsi dengan prevalensi di


3

atas 40%, yaitu sebanyak 15 provinsi dibandingkan dengan Riskesdas 2007

hanya sebanyak 12 provinsi.(8) Menurut Chaparro, Oot & Sethuraman, lebih

dari 9 juta anak di Indonesia mengalami stunting.(9) Hasil penelitian Zilda

dan Trini menunjukkan prevalensi balita stunting 44.1%. Faktor dominan

yang berhubungan dengan kejadian stunting pada penelitian ini adalah jumlah

anggota rumah tangga (OR=1,38). dari 4 desa di wilayah kerja puskesmas

Sentolo I Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta hasilnya terdapat 181 (26,12%)

4 balita laki-laki dan 179 (22,318%) balita perempuan. 11 Selain itu,

keberadaan wilayah Sentolo I merupakan lokasi khusus dalam penanganan

stunting di Indonesia dan prevalensi stunting di Sentolo I tertinggi di

Kulonprogo kemudian menurut pihak UPT Puskesmas Sentolo I di wilayah

kerja puskesmas Sentolo I belum pernah dilakukan penelitian mengenai

hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 25-59

bulan.

Di provinsi Sulawesi Barat termasuk urutan kedua tertinggi setelah

Nisa tenggara Timur yakni 42,8% dan Kabupaten Mamuju Prevalensi

stunting seara nasional sebesar 37,2%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan

yang dilakukan di Puskesmas Anreapi pada tanggal 20 Februari 2021 melalui

data dari bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali

Mandar jumlah balita yang ditimbang seluruhnya di Wilayah Kerja

Puskemas Anreapi sebanyak 978 balita, dengan status gizi normal 1.001

(72,01%) balita dan yang mengalami stunting pada tahun 2020 sebanyak 282

balita atau 20,38% (Program Gizi PKM Anreapi, 2021)


4

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan penelitian

mengenai hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita usia

25-59 bulan di wilayah kerja puskesmas Anreapi tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Kejadian Stunting ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting,

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan penelitian :

a. Mengetahui hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan kejadian

Stunting

b. Mengetahui jenis jenis Pola Asuh ibu dengan kejadian Stunting .

D. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengacu pada ruang lingkup kebidanan terkait dengan

pelayanan Ibu dan anak, melihat dari status segi Gizi (Stunting) pada balita

dengan berfokus pada Pola asuh ibu.


5

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan meningkatkan

kemampuan dalam menganalisis situasi yang terjadi dimasyarakat

khususnya dalam hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting

2. Bagi Ibu

Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan kepada ibu tentang

pola asuh pada balita , dan diharapkan kepada ibu untuk mengaplikasikan

pola asuh yang sesuai kepada balita dan memngontrol pemberian makanan

pada balitanya.
6

F. Table Sintesa

Judul
No. Nama Peneliti Variable Jenis Penelitian Sampel Hasil
Penelitian
1. Khoirun Ni’mah Faktor Yang balita yang tidak Penelitian ini 34 balita untuk Terdapat hubungan antara
Siti Rahayu Berhubungan mendapatkan ASI merupakan masing-masing panjang badan lahir balita,
Nadhiroh Dengan Eksklusif, penelitian kelompok kasus riwayat ASI eksklusif,
Kejadian pendapatan observasional maupun kontrol pendapatan keluarga,
Stunting Pada keluarga, analitik dengan dengan teknik pendidikan ibu dan
Balita pendidikan ibu desain kasus simple random pengetahuan gizi ibu terhadap
dan pengetahuan kontrol sampling kejadian stunting pada balita.
gizi ibu pengetahuan gizi ibu yang
kurang merupakan faktor
yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita

2. Febriani Dwi Bella Hubungan Pola Asuh Penelitian ini Sampel penelitian Terdapat Hubungan antara
Nur Alam Fajar antara Pola (Kebiasaan merupakan sesuai dengan Pola Asuh Anak (Pola Asuh
Misnaniarti Asuh Keluarga Pemberian Makan, penelitian kriteria inklusi yaitu (Kebiasaan Pemberian Makan,
dengan Kejadian Kebiasaan observasional yang ibu balita usia 24 – Kebiasaan Pengasuhan,
Balita Stunting Pengasuhan, dilakukan 59 bulan dari Kebiasaan Kebersihan dan
pada Keluarga Kebiasaan menggunakan keluarga miskin Kebiasaan Mandapatkan
Miskin di Kebersihan dan pendekatan yang tinggal di Layanan Kesehatan) terhadap
Palembang Kebiasaan kuantitatif dengan Kota Palembang. kejadian statunting pada Balita
Mandapatkan desain Studi Cross didapatkan jumlah
Layanan Sectional sampel sebesar 100
Kesehatan) ibu balita

3. Okky Kezia Kainde Hubungan Pola Pola asuh ibu dan Penelitian survey anak usia 13-36 Tidak terdapat hubungan
Nancy S.H Asuh Ibu Dan berat badan lahir analitik dengan bulan di wilayah antara pola asuh ibu dan berat
Malonda Berat Badan pendekatan cross kerja Puskesmas badan lahir dengan kejadian
Paul A.T Kawatu Lahir Dengan sectional Tuminting kota stunting.
7

Judul
No. Nama Peneliti Variable Jenis Penelitian Sampel Hasil
Penelitian
Kejadian Manad, sampel
Stunting Pada dipilih dengan
Anak Usia 13- menggunakan
36 Bulan Di teknik purposive
Wilayah Kerja sampling dengan
Puskesmas jumlah sampel 97
Tuminting Kota anak
Manado

4. Yesi Nurmalasari, Hubungan pemberian ASI, Penelitian ini Sampel anak usia 6 Ada hubungan antara
Devi Fera Pola Asuh Penyiapan dan adalah survey – 59 Bulan, pemberian ASI, Penyiapan
ibu dengan penyajian makanan, analitik dengan menggunakan dan penyajian makanan, waktu
angka waktu pengenalan menggunakan purposive pengenalan MP-ASI dengan
kejadian MP-ASI Desain sampling dengan kejadian stunting
stunting penelitian Cross jumlah sampel 237 padabalitausia 6-59 bulan
Balita usia 6- Sectional orang
59 bulan di
desa
Mataram Ilir,
Kec. Seputih
Surabaya di
Lampung
Tengah
Tahun 2019

5. Yudianti, Rahmat Pola Asuh Pola Asuh (Praktek Penelitian ini Sampel dalam Ada hubungan antara praktek
Haji Saeni Dengan Pemberian Makan, adalah penelitian penelitian ini adalah pemberian makan dan
Kejadian Praktek Kebersihan observasional sebanyak 51 sampel kebersihan diri dengan
Stunting Pada Diri, dengan dengan kejadian stunting pada balita.
Balita Praktek Pencarian menggunakan perbandingan kasus Tidak ada hubungan antara
8

Judul
No. Nama Peneliti Variable Jenis Penelitian Sampel Hasil
Penelitian
Di Kabupaten Pengobatan) rancangan dan kontrol 1:1, praktek pencarian pengobatan
Polewali penelitian case sehingga jumlah dengan kejadian stunting pada
Mandar control yaitu kasus sebanyak 51 balita
mengidentifikasi anak yang stunting
subjek yang dan sebagai kontrol
mengalami stunting berjumlah 51 anak
(kelompok kasus) yang tidak stunting.
dan subjek yang Teknik
tidak mengalami pengambilan
stunting (kelompok sampel secara
kontrol) sistematic random
sampling

Anda mungkin juga menyukai