Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU

DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI


KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2021

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

Nama : Nirmayanti
NIM : 194110301
Tingkat 3A

Dosen Pembimbing : Dr. Yuliva,SiT,M.Keb

PRODI D III KEBIDANAN PADANG


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang masih menghadapi berbagai


permasalahan gizi. Kejadian balita stunting merupakan masalah gizi utama yang
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
tahun terakhir, status gizi stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan
masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Stunting merupakan
gambaran terhambatnya pertumbuhan sebagai akibat dari kurangnya asupan zat gizi
dalam jangka waktu yang lama (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).

Berdasakan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health


Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi
tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata
prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Prevalensi
balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6%
pada tahun 2017, dan menjadi 30,8% di tahun 2018 (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data WHO diprediksi akan ada 127 juta anak di bawah 5 tahun
yang stunting pada tahun 2025 nanti jika tren sekarang terus berlanjut. WHO juga
memiliki target global untuk menurunkan angka stunting balita sebesar 40% pada
tahun 2025.UNICEF menyatakan bahwa pada tahun 2011, 1 dari 4 anak balita
mengalami stunting. Menurut de Onis M et al, jumlah anak bawah lima tahun
mengalami stunting sebanyak 171 juta pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut kurang
lebih 167 juta terjadi di negara berkembang, tertinggi di Afrika Bagian Timur,
Tengah, dan Barat serta Asia Selatan menderita stunting pada tingkat yang berat.

Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevelansi stunting pada tahun 2007
yaitu sebesar 36,8% sempat turun menjadi 35,6% pada tahun 2010, namun meningkat
menjadi 37,2% pada tahun 2013. Dari prevelansi tersebut dapat dilihat bahwa
prevelansi stunting di Indonesia justru meningkat sebesar 1.6% dalam kurun waktu
2010-2013 atau 0,4% pertahun. Kemudian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes)
menunjukkan angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting. Angka
stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013
menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018.

Kemenkes RI mengemukakan beberapa provinsi di Indonesia dikategorikan


berat, salah satunya Provinsi Sumatera Barat karena jumlah anak stunting sudah
mencapai angka 30,6%. Prevalensi balita stunting terbanyak adalah Pasaman yaitu
40,6%, Solok 39,9%, Sijunjung 38,7%, Solok Selatan 36,2 %, Padang Pariaman
33,6%, Tanah Datar 33%, Pasaman Barat 32,1% Kota Solok 31,9% dan Agam 31,3%.
Berdasarkan hasil penimbangan massal pada bulan Februari tahun 2018 di Kabupaten
Pasaman, dari 16 Puskesmas yang ada di Pasaman terdapat 9 Puskesmas yang
menjadi lokus stunting oleh pemerintah Indonesia yaitu Puskemas Ladang Panjang,
Puskesmas Kumpulan, Puskesmas Bonjol, Puskesmas Pegang Baru, Puskesmas
Kuamang, Puskesmas Koto Rajo, Puskesmas Cubadak, Puskesmas Simpang Tonang,
Puskesmas Silayang. Prevalensi stunting pada Puskesmas Pegang Baru yaitu 18,07%.

Kabupaten Pasaman menempati urutan kedua dari Kabupaten/Kota di Provinsi


Sumatera Barat dengan pravalensi stunting tertinggi setelah Mentawai. Angka
stunting Pasaman tahun 2014 sebesar 34,0 % balita dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 34,8 %. Stunting mempunyai dampak jangka panjang terhadap
perkembangan kognitif, prestasi belajar, dan produktivitas ekonomi saat dewasa.
Padang Gelugur merupakan kecamatan yang berada di kabupaten Pasaman yang
memiliki jumlah balita terbanyak usia 24–59 bulan sebanyak 1.020 anak. Angka
stunting tertinggi terdapat di Padang Gelugur dengan angka stunting tertinggi di
Pasaman 27 %.

Stunting pada anak-anak merupakan salah satu masalah yang cukup serius,
karena dikaitkan dengan risiko angka kesakitan dan kematian yang lebih besar,
obesitas, dan penyakit tidak menular di masa depan, orang dewasa yang pendek,
buruknya perkembangan kognitif, dan rendahnya produktivitas serta pendapatan.
Setiap tahun sekitar 10,5 juta kematian anak yang terkait dengan masalah kekurangan
gizi. Dimana 98% dari kematian ini dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang .
Stunting seringkali tidak dikenali, dimana perawakan pendek di masyarakat
adalah normal, karena pemeriksaan tinggi badan tidak diukur sehingga sulit untuk
mengenalinya. Gagalnya pertumbuhan, seringkali dimulai sejak anak dalam
kandungan dan berlanjut setidaknya hingga usia 2 tahun, tetapi kondisi stunting baru
nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Program pemerintah dalam penanggulangan
masalah gizi pada balita sudah cukup banyak dan terstruktur. Namun, pada
kenyataannya, kasus kejadian balita stunting masih banyak dijumpai pada masyarakat
dengan karakteristik sosial budaya ekonomi di level manapun. Hal ini bisa dikaitkan
dengan bagaimana masyarakat itu memberi pemaknaan tentang sehat/sakit pada
balita, gizi dan pola asuh balita.

Stunting juga dipengaruhi oleh aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita (Kemenkes, 2019).
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu)
dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya (Kemenkes, 2019). Pola asuh anak
adalah perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek atau orang lain)
dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan dukungan
emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang anak termasuk di dalamnya
kasih sayang dan tanggungjawab orang tua. Dalam tumbuh kembang anak, peran ibu
sangat dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang berkualitas. Selain itu, perilaku ibu dalam menyusui atau memberi
makan, cara makan yang sehat, memberi makanan yang bergizi dan mengontrol besar
porsi yang dihabiskan akan meningkatkan status gizi anak.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Kabupaten Pasaman Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah


penelitian yaitu “ Apa Ada Hubungan Tingkat Pengtahuan Dan Pola Asuh Ibu
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Kabupaten Pasaman Tahun 2021 ”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pola asuh ibu dengan
kejadian stunting pada balita di kabupaten pasaman tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan pola asuh ibu


dengan kejadian balita stunting.

b. Menganalisis hubungan antara umur ibu dengan pola asuh ibu dengan
kejadian balita stunting.

c. Menganalisis hubungan antara sikap ibu dengan pola asuh ibu dengan
kejadian balita stunting

d. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pola asuh


ibu dengan kejadian balita stunting.

e. Menganalisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh ibu


dengan kejadian balita stunting

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menerapkan teori yang didapatkan selama pendidikan


serta dapat membuka wawasan dan menambah pengalaman karena dapat
secara langung memberikan edukasi tentang pola asuh ibu dengan kejadian
balita stunting

b. Bagi Klien
Klien dapat terbantu dalam segi pemahaman tentang kesehatan atau
kebutuhan gizi seimbang dalam masa pertubuhan anak agar mengurangi
angka stunting.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan informasi dan masukkan bagi mahasiswa


Politenik Kesehatan Kemenkes Program D-III Kebidanan Padang dalam
menyusun strategi operasional serta pemasaran sosial dengan menekankan
faktor perilaku dalam pola asuh balita untuk pencegahan stunting.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang hubungan tingkat


pengetahuan dan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita yang
bertujuan untuk mengatasi stunting serta mengetahui dan menganalisis pola asuh
ibu pada balita. Penelitian ini diperlukan karena masih banyak ibu- ibu yang
salah dalam mengatasi pola asuh pada balita sehingga menyebabkan balita
stunting.

Anda mungkin juga menyukai