Disusun Oleh :
Nama : Nirmayanti
NIM : 194110301
Tingkat 3A
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data WHO diprediksi akan ada 127 juta anak di bawah 5 tahun
yang stunting pada tahun 2025 nanti jika tren sekarang terus berlanjut. WHO juga
memiliki target global untuk menurunkan angka stunting balita sebesar 40% pada
tahun 2025.UNICEF menyatakan bahwa pada tahun 2011, 1 dari 4 anak balita
mengalami stunting. Menurut de Onis M et al, jumlah anak bawah lima tahun
mengalami stunting sebanyak 171 juta pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut kurang
lebih 167 juta terjadi di negara berkembang, tertinggi di Afrika Bagian Timur,
Tengah, dan Barat serta Asia Selatan menderita stunting pada tingkat yang berat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevelansi stunting pada tahun 2007
yaitu sebesar 36,8% sempat turun menjadi 35,6% pada tahun 2010, namun meningkat
menjadi 37,2% pada tahun 2013. Dari prevelansi tersebut dapat dilihat bahwa
prevelansi stunting di Indonesia justru meningkat sebesar 1.6% dalam kurun waktu
2010-2013 atau 0,4% pertahun. Kemudian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes)
menunjukkan angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting. Angka
stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013
menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018.
Stunting pada anak-anak merupakan salah satu masalah yang cukup serius,
karena dikaitkan dengan risiko angka kesakitan dan kematian yang lebih besar,
obesitas, dan penyakit tidak menular di masa depan, orang dewasa yang pendek,
buruknya perkembangan kognitif, dan rendahnya produktivitas serta pendapatan.
Setiap tahun sekitar 10,5 juta kematian anak yang terkait dengan masalah kekurangan
gizi. Dimana 98% dari kematian ini dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang .
Stunting seringkali tidak dikenali, dimana perawakan pendek di masyarakat
adalah normal, karena pemeriksaan tinggi badan tidak diukur sehingga sulit untuk
mengenalinya. Gagalnya pertumbuhan, seringkali dimulai sejak anak dalam
kandungan dan berlanjut setidaknya hingga usia 2 tahun, tetapi kondisi stunting baru
nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Program pemerintah dalam penanggulangan
masalah gizi pada balita sudah cukup banyak dan terstruktur. Namun, pada
kenyataannya, kasus kejadian balita stunting masih banyak dijumpai pada masyarakat
dengan karakteristik sosial budaya ekonomi di level manapun. Hal ini bisa dikaitkan
dengan bagaimana masyarakat itu memberi pemaknaan tentang sehat/sakit pada
balita, gizi dan pola asuh balita.
Stunting juga dipengaruhi oleh aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita (Kemenkes, 2019).
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu)
dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya (Kemenkes, 2019). Pola asuh anak
adalah perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek atau orang lain)
dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan dukungan
emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang anak termasuk di dalamnya
kasih sayang dan tanggungjawab orang tua. Dalam tumbuh kembang anak, peran ibu
sangat dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang berkualitas. Selain itu, perilaku ibu dalam menyusui atau memberi
makan, cara makan yang sehat, memberi makanan yang bergizi dan mengontrol besar
porsi yang dihabiskan akan meningkatkan status gizi anak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pola asuh ibu dengan
kejadian stunting pada balita di kabupaten pasaman tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
b. Menganalisis hubungan antara umur ibu dengan pola asuh ibu dengan
kejadian balita stunting.
c. Menganalisis hubungan antara sikap ibu dengan pola asuh ibu dengan
kejadian balita stunting
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Klien
Klien dapat terbantu dalam segi pemahaman tentang kesehatan atau
kebutuhan gizi seimbang dalam masa pertubuhan anak agar mengurangi
angka stunting.