BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kurang Energi Protein merupakan salah satu masalah gizi yang belum
dapat dituntaskan oleh Indonesia sampai dengan sekarang. Pada tahun 80-an
pencegahan gizi buruk dan gizi kurang sebagai indikasi masalah gizi akut
merupakannegaraurutanketigadenganangkakejadianstuntingtertinggi di
AngkaKejadianstuntingdapatdikatakantinggijikapersentasidarikasusstuntingm
menyeluruh melibatkan lintas sektor dan lintas program yang dikenal dengan
yang
mengaturmengenaiPelaksanaanGerakanNasionalPercepatanPerbaikanGizi.
PetaJalanPercepatanPerbaikanGiziterdiridariempatkomponenutama yang
perludilakukansecarabersama-
samaolehkementerian/lembagasertapemangkukepentinganlainnya.Penangana
nstuntingtidakbisadilakukansendiri-sendiri (scattered)
Upayapencegahanstuntingharusdilakukansecaraterintegrasidankonvergendeng
pemerintahharusmemastikanbahwaseluruhkementerian/lembagasertamitrape
3
membahudalamupayapercepatanpencegahanstunting di Indonesia.Tidakhanya
di tingkatpusat,
integrasidankonvergensiupayapencegahanstuntingjugaharusterjadi di
tingkatdaerahsampaidengantingkatdesa.
mengolah data Riskesdas2007 didapatkan defisit energi pada bayi 6-11 bulan
sebesar 210 kkal sedangkananak baduta 12-23 bulan sebesar 300 kkal,
sementara defisit protein pada bayi 6-11 bulan sebesar 5 gr dan pada anak 12-
infeksi. Masalah gizi tidak terjadi secara tiba-tiba, asupan gizi selama dalam
Kondisikesehatandan status
giziibuselamahamildapatmempengaruhipertumbuhandanperkembanganjanin.I
4
selamakehamilanakanmelahirkanbayidenganberatlahirrendah (BBLR).
Beratbadanlahirrendahbanyakdihubungkandengantinggibadan yang
kurangataustuntingpadabalita.Tinggibadanorang
tuajugaberkaitandengankejadianstunting.Ibu yang
tinggibadan< 150 cm
memilikirisikolebihtinggiuntuktumbuhmenjadistunting.Faktorlain yang
berhubungandenganstuntingadalahkejadianinfeksisepertidiaredaninfeksisalura
membuktikanbahwakejadiandiaredapatmenyebabkanefekjangkapanjangberup
trimester ketiga ibu hamil membutuhkan tablet besi atau tablet tambah darah
(TTD). Tablet ini diberikan kepada setiap ibu hamil sebagai upaya
pencegahan anemia ibu hamil yang berisiko perdarahan dan bayi baru lahir
rendah. Setelah bayi dilahirkan asupan gizi lainnya yang sangat menentukan
Eksklusif. Tidak ada makanan lain sebaik ASI yang dapat diberikan kepada
bayi baru lahir dan kepada bayi usia 0-6 bulan. Untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita usia 6-12 bulan adalah pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) sehingga balita akan tetap terpenuhi kebutuhan gizinya karena gizi ASI
5
tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi balita karena faktor pertambahan usia
karbohidrat, protein dan kehilangan darah. Cacingan pada anak usia sekolah
menyebabkan kondisi fisik yang lemah dan memiliki resiko yang tinggi untuk
usia diatas 6 bulan upaya pencegahan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sikap dan perilaku ibu Balita dan orang-orang dekat dengan balita sangat
Faktorsosialekonomimeliputipendapatanperkapita, pendidikanorangtua,
pengetahuanibutentanggizidanjumlahanggotadalamrumahtanggasecaratidakla
ngsungjugaberhubungandengankejadianstunting.
Rendahnyapendidikandisertairendahnyapengetahuangiziseringdihubungkande
secara tiba-tiba, maka balita mengalami stunting dapat dimulai dari status gizi
normal. Dengan demikian pada program pemberian TTD, IMD, ASI ekslusif,
Lampung
Tengahtapiadabeberapalokusmasihmemilikipersentasejumlahbalitastuntingcu
kuptinggi,
yaituPuskesmasPayungRejoKecamatanPubianmemilikitigawilayahkerjayaitu
poin hanya 50% yang telah terlaksana, dan program yang sudah terlaksana
cacing, pendistribusian tablet Fe, kegiatan operasi timbang balita dan ibu
hamil, dan pemberian garam beryodium, selain itu, tidak terlaksananya semua
masih tinggi.
Dari uraiandiatas,
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangtersebut di atas,
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
1.3.2 TujuanKhusus
2020.
1.4 ManfaatPenelitian
1.4.1 ManfaatTeoritis
1.4.2 ManfaatAplikatif
program intervensi spesifik yaitu Pemberian Tablet Besi ibu Hamil. Inisiasi
faktor dominan yang dapat dipejari sebagai faktor penyebab balita stunting,