Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Kurang Energi Protein merupakan salah satu masalah gizi yang belum

dapat dituntaskan oleh Indonesia sampai dengan sekarang. Pada tahun 80-an

sampai dengan 2000-an masalah gizi difokuskan pada penanggulangan dan

pencegahan gizi buruk dan gizi kurang sebagai indikasi masalah gizi akut

pada Balita. Namun pada agenda pembangunan Nasional III kebijakan

nasional perbaikan gizi difokuskan terhadap masalah gizi kronis Stunting

(pendek+sangat pendek) bahkan ditargetkan pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 prevalensi Nasional balita

Stunting turun menjadi 14 persen.

Menurut data WHO, Indonesia

merupakannegaraurutanketigadenganangkakejadianstuntingtertinggi di

wilayah Asia Tenggara. Rata-rata angkakejadianstunting di Indonesia

daritahun 2005 hingga 2017 adalah 36,4% (Kemenkes, 2018).

Untuk wilayah provinsi di pulau Sumatra angkastuntingtertinggiterjadi

di empatProvinsiyaitu Sumatera Utara (42.3%), Sumatera Selatan (40.4%),

Provinsi Aceh (39.0%), dan Lampung (36.2%).

AngkaKejadianstuntingdapatdikatakantinggijikapersentasidarikasusstuntingm

elebihi rata-rata nasional di Indonesia yang berjumlah 35,6%. Berdasarkan

data tersebut, padatahun 2018 kabupaten Lampung Tengah 25.32% karena


2

merupakan salah satu dari 12 Kabupaten/Kota dengan prevalensi Stunting

terbanyak dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan

Kabupaten Lampung Tengah sebagai salah satu dari 500 kabupaten di

Indonesia menjadi lokus penanganan dan pencegahan Stunting(Kemenkes,

2018). Kebijakan tersebut berkonsekuensi segala kebutuhan sumber daya dan

asumber dana manusia mejnjadi perhatian pemerintah Pusat, provinsi,

Kabupaten serta penanganan dan pencegahannya dilakukan secara

menyeluruh melibatkan lintas sektor dan lintas program yang dikenal dengan

tim Konvergensi Stunting.

PemerintahtelahmenetapkanPeraturanPresidenNomor 42 Tahun 2013

yang

mengaturmengenaiPelaksanaanGerakanNasionalPercepatanPerbaikanGizi.

PetaJalanPercepatanPerbaikanGiziterdiridariempatkomponenutama yang

meliputiadvokasi, penguatanlintassektor, pengembangan program

spesifikdansensitif, sertapengembanganpangkalan data.Intervensigizibaik

yang bersifatlangsung (spesifik) dantidaklangsung(sensitif)

perludilakukansecarabersama-

samaolehkementerian/lembagasertapemangkukepentinganlainnya.Penangana

nstuntingtidakbisadilakukansendiri-sendiri (scattered)

karenatidakakanmemilikidampak yang signifikan.

Upayapencegahanstuntingharusdilakukansecaraterintegrasidankonvergendeng

anpendekatan multi sektor.Untukitu,

pemerintahharusmemastikanbahwaseluruhkementerian/lembagasertamitrape
3

mbangunan, akademisi, organisasiprofesi, organisasimasyarakatmadani,

perusahaanswasta, dan media dapatbekerjasamabahu-

membahudalamupayapercepatanpencegahanstunting di Indonesia.Tidakhanya

di tingkatpusat,

integrasidankonvergensiupayapencegahanstuntingjugaharusterjadi di

tingkatdaerahsampaidengantingkatdesa.

Asupan gizi rendah pada bayi yang lahir normal berkontribusiterhadap

stunting.10 Stuntingsangat erat kaitannya dengan pola pemberianmakanan

terutama pada 2 tahun pertama kehidupan, yaitu ASI dan MP-ASI.

Polapemberian makanan dapat mempengaruhi kualitas konsumsi makanan

balita,sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita.Pemberian ASI yang

kurangdari 6 bulan dan MP-ASI terlalu dini dapat meningkatkan risiko

stuntingkarenasaluran pencernaan bayi belum sempurna sehingga lebih

mudah terkena penyakitinfeksi seperti diare dan ISPA.Hasil penelitian dari

mengolah data Riskesdas2007 didapatkan defisit energi pada bayi 6-11 bulan

sebesar 210 kkal sedangkananak baduta 12-23 bulan sebesar 300 kkal,

sementara defisit protein pada bayi 6-11 bulan sebesar 5 gr dan pada anak 12-

23 bulan sebesar 7,5 gr (Friska, 2016).

Penyebab langsung masalah gizi adalah Asupan gizi dan penyakit

infeksi. Masalah gizi tidak terjadi secara tiba-tiba, asupan gizi selama dalam

masa kehamilan sangat menentukan keadaan gizi ketika bayi dilahirkan.

Kondisikesehatandan status

giziibuselamahamildapatmempengaruhipertumbuhandanperkembanganjanin.I
4

bu yang mengalamikekuranganenergikronisatau anemia

selamakehamilanakanmelahirkanbayidenganberatlahirrendah (BBLR).

Beratbadanlahirrendahbanyakdihubungkandengantinggibadan yang

kurangataustuntingpadabalita.Tinggibadanorang

tuajugaberkaitandengankejadianstunting.Ibu yang

pendekmemilikikemungkinanmelahirkanbayi yang pendek

pula.Hasilpenelitian di Egypt menunjukkanbahwaanak yang lahirdariibu yang

tinggibadan< 150 cm

memilikirisikolebihtinggiuntuktumbuhmenjadistunting.Faktorlain yang

berhubungandenganstuntingadalahkejadianinfeksisepertidiaredaninfeksisalura

npernafasan. Penelitian di Peru

membuktikanbahwakejadiandiaredapatmenyebabkanefekjangkapanjangberup

adefisitpertumbuhantinggibadan (Margawati, 2012).

Pada masa kehamilan dimulai trimester pertama sampai dengan

trimester ketiga ibu hamil membutuhkan tablet besi atau tablet tambah darah

(TTD). Tablet ini diberikan kepada setiap ibu hamil sebagai upaya

pencegahan anemia ibu hamil yang berisiko perdarahan dan bayi baru lahir

rendah. Setelah bayi dilahirkan asupan gizi lainnya yang sangat menentukan

adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sampai dengan pemberian ASI

Eksklusif. Tidak ada makanan lain sebaik ASI yang dapat diberikan kepada

bayi baru lahir dan kepada bayi usia 0-6 bulan. Untuk memenuhi kebutuhan

gizi balita usia 6-12 bulan adalah pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI) sehingga balita akan tetap terpenuhi kebutuhan gizinya karena gizi ASI
5

tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi balita karena faktor pertambahan usia

dan aktifitas balita.

Cacingan berdampak pada penurunan asupan zat gizi antara lain

karbohidrat, protein dan kehilangan darah. Cacingan pada anak usia sekolah

menyebabkan kondisi fisik yang lemah dan memiliki resiko yang tinggi untuk

terinfeksi penyakit.. Global DALYs (Disability Adjusted Life Years) akibat

cacingan mencapai angka 39 juta. Hal ini berpotensi menurunkan

produktivitas SDM jangka panjang. (Kementerian Kesehatan, 2017). Pada

usia diatas 6 bulan upaya pencegahan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

parasit cacing menjadi program yang harus dilaksanakan. Kementerian

Kesehatan bekerjasama dengan sektor pendidikan menjalankan program ini

melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), dan Bina Keluarga Balita (BKB).

Penyebab tidak langung adalah pengetahuan, perilaku dan sikap dan

ketersediaan sarana prasarana seperti ketersediaan air bersih. Pengetahuan,

sikap dan perilaku ibu Balita dan orang-orang dekat dengan balita sangat

menentukan pola asuh balita dalam upaya memenuhin kebutuhan gizi.

Faktorsosialekonomimeliputipendapatanperkapita, pendidikanorangtua,

pengetahuanibutentanggizidanjumlahanggotadalamrumahtanggasecaratidakla

ngsungjugaberhubungandengankejadianstunting.

Rendahnyapendidikandisertairendahnyapengetahuangiziseringdihubungkande

ngankejadianmalnutrisi (Margawati, 2012).


6

Sumber air tidak memenuhi syarat akan berisiko terhadap masuknya

bakteri melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi balita kedalam

saluran pencernaan balita yang berisiko balita mengalami diare.

Stunting merupakan penilaian status gizi secara langsung menggunakan

pengukuran antropometri Panjang/Tinggi Badan dan umur. Termasuk

kategori stunting adalah sangat pendek sebagai kategori lebih parah

dibandingkan dengan kategori pendek. Bahwa masalah gizi tidak terjadi

secara tiba-tiba, maka balita mengalami stunting dapat dimulai dari status gizi

normal. Dengan demikian pada program pemberian TTD, IMD, ASI ekslusif,

MP-ASI, pemberian obat cacing, sumber air bersih dan penyuluhan

diefektifkan pelaksanaannya agar upaya program intervensi spesifik yang

dijalankan oleh sektor kesehatan dapat mencegah terjadinya balita pendek

dan/atau kemudian mengupayakan kembali menjadi balita gizi normal.

Selama ini pencegahan dan penanganan Stunting sudah

terjadipenurunanangkakejadianstunting di berbagaikecamatan di Kabupaten

Lampung

Tengahtapiadabeberapalokusmasihmemilikipersentasejumlahbalitastuntingcu

kuptinggi,

yaituPuskesmasPayungRejoKecamatanPubianmemilikitigawilayahkerjayaitu

KampungPayung Rejo Tawang Negeri dari 119 balita terdapat 67 balita

dengan stuntingdengan persentase 56,3%, KampungPayung Dadi dari 283

balita terdapat 63 balita dengan stuntingdengan persentase


7

22,26%,KampungPayung Rejo Padang Rejo dari 108 balita terdapat 22 balita

dengan stuntingdengan persentase 20,37%, (e-PPGBM, 2019).

Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri

Kabupaten Lampung Tengah, program pencegahan stunting terdiri dari 12

poin hanya 50% yang telah terlaksana, dan program yang sudah terlaksana

adalah dukungan ASI eksklusif, pendistribusian MP-ASI, pemberian obat

cacing, pendistribusian tablet Fe, kegiatan operasi timbang balita dan ibu

hamil, dan pemberian garam beryodium, selain itu, tidak terlaksananya semua

program, dan tidak meratanya kegiatan yang dilakukan berdampak pada

terjadinya fenomena stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo

masih tinggi.

Dari uraiandiatas,

makapenelititertarikmelakukanpenelitiandenganjudul “analisis faktor

penyebab pendek dan sangat pendek ditinjau dari program penanganan

stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa

Tawang Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020”

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkanlatarbelakangtersebut di atas,

makapenulismembuatrumusanmasalahsebagaiberikut “analisis faktor

penyebab pendek dan sangat pendek ditinjau dari program penanganan

stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa

Tawang Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020?”


8

1.3 TujuanPenelitian

1.3.1 TujuanUmum

Mempelajari faktor penyebab pendek dan sangat pendek ditinjau

dari program penanganan stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Payung

Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2020

1.3.2 TujuanKhusus

1. Mempelajari distribusi frekuensi kejadianpendek dan sangat

pendekdi Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan

Pubian Desa Tawang Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2020.

2. Mempelajari program pemberian makanan tambahan dan TTD bagi

ibu hamil terhadap kejadian pendek dan sangat pendek di Wilayah

Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang

Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020.

3. Mempelajari program pemberian ASI eksklusif pada bayi terhadap

kejadian pendek dan sangat pendek di Wilayah Kerja Puskesmas

Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2020.

4. Mempelajari program pemberian makanan tambahan pada bayi 2

tahun terhadap kejadian pendek dan sangat pendek di Wilayah

Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang

Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020.


9

5. Mempelajari program penyediaan obat cacing bagi anak usia 2

tahun terhadap kejadian pendek dan sangat pendek di Wilayah

Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang

Negeri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020.

6. Mempelajari program penyediaan sumber air bersih terhadap

kejadian pendek dan sangat pendek di Wilayah Kerja Puskesmas

Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2020.

7. Mempelajari program pemberian penyuluhan tentang stunting

terhadap kejadian pendek dan sangat pendek di Wilayah Kerja

Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020.

8. Mempelajari program penanganan stunting yang paling dominan

dalam mencegah pendek dan sangat pendek di Wilayah Kerja

Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020.

1.4 ManfaatPenelitian

1.4.1 ManfaatTeoritis

Sebagai bahan masukan dan kebijakan dalam mengefektifkan

upaya penanganan stunting khususnya upaya penanganan dan

pencegahan balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo

Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri Kabupaten Lampung Tengah.


10

1.4.2 ManfaatAplikatif

Meningkatkan peran, tugas dan fungsi petugas puskesmas Payung

Rejo Kecamatan Pubian Desa Tawang Negeri Kabupaten Lampung

Tengah dalam meningkatkan kinerja melalui kolaborasi program dalam

upaya penanggulangan program stunting.

1.5 Ruang LingkupPenelitian

Metodepengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini pada 6

program intervensi spesifik yaitu Pemberian Tablet Besi ibu Hamil. Inisiasi

Menyusui Dini, ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI, Pemberian Obat

Cacing, Ketersediaan Air Bersih, dan Penyuluhan serata untuk mempelajari

faktor dominan yang dapat dipejari sebagai faktor penyebab balita stunting,

serta melibatkan karakteristik ibu responden yang meliputi, usia, tingkat

pendidikan dan pekerjaan di wilayah Payung Rejo Kecamatan Pubian Desa

Tawang Negeri Kabupaten Lampung Tengah.

Anda mungkin juga menyukai