Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya Profil Inovasi
Puskesmas Bunga Mayang Gemali Gasing .Proposal Ini ini disusun untuk melengkapi Pedoman
tentang gangguan pertumbuhan kronis atau stunting. Stunting atau tubuh pendek adalah
gangguan pertumbuhan yang kronis dan sulit bahkan tidak bisa dipulihkan kembali. Stunting
berakibat pada kualitas sumber daya manusia karena banyak bukti penelitian yang
menyimpulkan stunting berhubungan dengan munculnya penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Meskipun program-program kesehatan untuk menanggulangi stunting sudah dijalankan
bertahun-tahun, namun kenyataannya prevalensi stunting diIndonesia masih tinggi.Untuk
mencegah terjadinya stunting memang tidak mudah karena factor risikonya sangat banyak.
Pengetahuan tentang stunting tidak hanya dibutuhkan oleh ahli gizi namun juga
dibutuhkan oleh semua pihak yang terlibat dalam bidang kesehatan. Bahkan, masyarakat juga
perlu mengetahui tentang stunting supaya dapat melakukan upaya-upaya pencegahan dan
menghindari penularan.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mengancam.Menyikapi masalah tersebut, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mempunyai komitmen penuh dalam
menekan angka stunting di Indonesia.
Di Indonesia masyarakat sering menganggap tubuh pendek sebagai
faktor keturunan. Persepsi yang salah di masyarakat membuat masalah ini
tidak mudah diturunkan dan membutuhkan upaya besar dari pemerintah dan
berbagai sektor terkait.Hasil studi membuktikan bahwa pengaruh faktor
keturunan hanya berkontribusi sebesar 15%, sementara unsur terbesar adalah
terkait masalah asupan zat gizi, hormon pertumbuhan dan terjadinya penyakit
infeksi berulang. Status gizi dibagi menjadi dua yakni status gizi antropometri
dan status gizi besi. Subjek dengan status gizi yang baik cenderung memiliki
status kesehatan yang baik, fungsi dalam tubuh normal sehingga produksi
hemoglobin juga akan lebih meningkat saat konsumsi Fe juga meningkat. Ibu
dengan gizi kurang sejak trimester awal akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) yang kemudian akan tumbuh menjadi balita
stunting. Bayi prematur dengan berat lahir rendah, berat dan panjang
badannya selain dipengaruhi oleh status gizi ibu, juga dipengaruhi oleh usia
kehamilan. Penelitian di Brazil dengan design kohort membuktikan bahwa
kelompok bayi lahir prematur memiliki risiko stunting saat usia 12 bulan
sebesar 2,35 kali dan saat usia 24 bulan sebesar 2,30 kali. Bayi yang lahir
normal juga dapat berisiko stuntingjika asupan gizinya kurang seperti kualitas
dan kualitas MP-ASI yang kurang karena MP-ASI yang baik mengandung
sumber zat gizi makro dan mikro yang berperan dalam pertumbuhan
linear.Antisipasi awal balita stuntingdapat dilakukan denganmelahirkan bayi
dengan berat badan normal atau tidak BBLR. Salah satu faktor penyebab
terjadinya BBLR yaitu ibu yang anemia. Penyebab utama terjadinya anemia
pada ibu hamil adalah akibat kekurangan zat besi. Salah satu usaha
pemerintah untuk mencegah anemia pada ibu hamil yaitu melalui program
pemberian tablet besi (Fe). Kementerian Kesehatanmenganjurkan agar ibu
hamil mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama kehamilan. Namun
tingkat kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe masih rendah.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet besi, frekuensi konsumsi
per hari.
Data tahun 2021, Sebanyak 11.863 Bayi Lima Tahun (Balita) di
Sumsel mengalami stunting atau kondisi gagal tumbuh anak balita. Jumlah
tersebut berdasarkan laporan dari Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yang diukur pada Februari 2020.
“Stunting itu disebabkan malnutrisi kronis serta gizi buruk,” ujar
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Sumsel, dr Lisa Marniyati, Ia menyebutkan, laporan dari e-PPGBM,
sebanyak 10.169 balita mengalami stunting, sisanya 1.694 balita mengalami
gizi buruk.“Sampai dengan saat ini persentasenya masih 1,27 persen untuk
stunting. Sedangkan, gizi buruk hanya 0,21 persen mengingat masih awal
tahun.
Menurut data dari Dinas Kesehatan tahun 2021 sampai saat ini kasus
stunting di Kabupaten OKU Timur sebanyak 411 orang. Desa diharapkan
menjadi ujung tombak pemerintah Indonesia dalam upaya menekan angka
stunting. Dalam upaya perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanganan
stunting perlu diwujudkan Indonesia sehat dengan dukungan prioritas
terhadap kegiatan gizi yang berfokus pada seribu hari pertama kehidupan
(1000 HPK). Pencegahan dan penanganan pada anak stunting dilakukan
melalui program-program gizi terkait stunting seperti pemberian tablet Fe,
promosi ASI eksklusif, promosi makanan pendamping ASI, suplemen
taburia, suplemen gizi makro, tata laksana gizi kurang dan gizi buruk,
suplementasi vitamin A, promosi garam beryodium, air dan sanitasi, bantuan
pangan non tunai, dan pemberian obat cacing.(1)Di samping itu, untuk
menangani masalah stunting diperlukan komitmen dari aparat desa setempat.
Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan wawasan dan pengetahuan
bagi para penyelenggara pemerintahan desa merupakan kegiatan yang
semestinya menjadi prioritas utama. Pengetahuan aparat desa teraktualisasi
3
seiring bergulirnya perubahan yang senantiasa terjadi. Meningkatnya kualitas
kapasitas pemerintahan desa akan memberikan peluang yang besar bagi
terlaksananya suksesnya penanganan masalah stunting secara efektif dan
efisien.
1. Profil Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai penggerak pembangunan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem kesehatan nasional.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
5
Gambar 1
Tampak depan : UPTD Puskesmas Bunga Mayang
Lokasi UPTD Puskesmas Bunga Mayang terletak sekitar ± 13 km dari Kota
Martapura atau ibukota Kabupaten OKU Timur, yang bertempat di Desa Negeri
Ratu Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi
Sumatera Selatan dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jayapura.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lengkiti Kabupaten
OKU
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Martapura.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang
Kabupaten OKU Selatan.
7
Gambar 2. Struktur organisasi
2. Visi, Misi, Nilai-Nilai Organisasi
a. Visi
Visi UPTD Puskesmas Bunga Mayang adalah “ MEWUJUDKAN KABUPATEN OKU
TIMUR MAJU LEBIH MULIA DENGAN MEMBERIKAN PELAYANAN
MASYARAKAT YANG BERMUTU BAGI MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BUNGA MAYANG”
b. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata dengan kemudahan akses
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menumbuhkan profesionalisme
3. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk pola hidup sehat.
c. Motto
Motto UPTD Puskesmas Bunga Mayang adalah “ MELAYANI DENGAN SEPENUH
HATI ʼʼ
d. Tata Nilai
MANDIRI, yang mempunyai makna : Melayani dengan Ikhlas, Ramah dan Sepenuh Hati.
2. STUNTING
Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak
seusianya, Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatandengan jumlah
yang cukup banyak Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak
berusia 2 tahun, Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak
berusia 2 tahun
Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan
otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan
keberhasilan pendidikan, Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan
menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan dan kesenjangan dimasyarakat
Masalah kesehatan ini merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi pada masa
lalu. Berbagai faktor tersebut antara lain asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang
penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi tidak
tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, melainkan
bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan.
Di bawah ini dua poin utama yang menjadi faktor penyebab stunting pada anak
1. Kurang asupan gizi selama hamil
WHO atau badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian stunting
sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas
sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam
kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh karena itu, penting
untuk mencukupi berbagai nutrisi penting selama hamil.
2. Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi
Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di bawah usia
2 tahun yang tidak tercukupi, seperti posisi menyusui yang kurang tepat, tidak diberikan
ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang berkualitas.
Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi
salah satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan makanan yang
mengandung protein serta mineral zinc (seng) dan zat besi ketika anak masih berusia
balita.
Melansir buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai
berkembang saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai
melambat ketika anak berusia 3 tahun.
Setelah itu, grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak
mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah.
Ada sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2 – 3 tahun
dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun.
Pada anak yang berusia di bawah 2 – 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi
badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang
berlangsung. Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut
menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan.
Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal
(setelah melahirkan).
Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Untuk mencegahnya, ibu hamil perlu menghindari faktor di atas.
11
Ciri-ciri stunting pada anak
Perlu dipahami bahwa tidak semua anak balita yang berperawakan pendek mengalami
stunting. Masalah kesehatan ini merupakan keadaan tubuh yang sangat pendek dilihat dari
standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia dari WHO.
Menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada
kisaran di bawah normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari
hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa
pengukuran.
Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:
Pertumbuhan melambat
Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
Pertumbuhan gigi terlambat
Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata
terhadap orang di sekitarnya
Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak
perempuan).
Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Sementara untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Anda harus secara rutin
memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Anda bisa membawa si kecil ke dokter,
bidan, posyandu, atau puskesmas setiap bulannya.
Stunting adalah gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung
lama dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Maka itu, kondisi ini bisa memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Dampak jangka pendek stunting
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya,
serta gangguan metabolisme.Dampak jangka panjangnya, stunting yang tidak ditangani
dengan baik sedini mungkin berdampak:
Meski stunting berdampak hingga dewasa, kondisi ini dapat ditangani. Melansir
Buletin Stunting milik Kemenkes RI, stunting dipengaruhi oleh pola asuh, cakupan dan
kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, serta ketahanan pangan. Salah satu penanganan
pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan tinggi badan di bawah normal yang
didiagnosis stunting, yaitu dengan memberikannya pola asuh yang tepat. Dalam hal ini
meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, serta
pemberian ASI bersama dengan MP-ASI sampai anak berusia 2 tahun.
World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menganjurkan agar bayi usia 6-23 bulan untuk mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-
ASI) yang optimal. Ketentuan pemberian makanan tersebut sebaiknya mengandung minimal
4 atau lebih dari 7 jenis makanan, meliputi serealia atau umbi-umbian, kacang-kacangan,
produk olahan susu, telur atau sumber protein lain, dan asupan kaya vitamin A atau lainnya.
13
Di sisi lain, perhatikan juga batas ketentuan minimum meal frequency (MMF), untuk bayi
usia 6-23 bulan yang diberi dan tidak diberi ASI, dan sudah mendapat MP-ASI.
Untuk bayi yang diberi ASI
Sementara itu untuk bayi yang tidak diberi ASI usia 6 – 23 bulan yaitu 4 kali per hari atau
lebih.
Bukan itu saja, ketersediaan pangan di masing-masing keluarga turut berperan dalam
mengatasi stunting. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan meningkatkan kualitas makanan
harian yang dikonsumsi.
Kejadian anak dengan tinggi badan pendek bukan masalah baru di dunia kesehatan
dunia. Di Indonesia sendiri, stunting adalah masalah gizi pada anak yang masih menjadi
pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan dengan baik. Terbukti menurut data Pemantauan
Status Gizi (PSG) dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah anak pendek terbilang cukup
tinggi. Kasus anak dengan kondisi ini memiliki jumlah tertinggi jika dibandingkan dengan
permasalahan gizi lainnya, seperti anak kurang gizi, kurus, dan gemuk.
Pertanyaan selanjutnya adalah, bisakah stunting pada anak dicegah sejak dini?
Jawabannya, bisa. Stunting pada anak merupakan satu dari beberapa program prioritas yang
dicanangkan oleh pemerintah agar angka kasusnya diturunkan setiap tahun. Ada berbagai
upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016. Cara mencegah stunting menurut Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, yakni:
Beberapa cara mencegah stunting untuk ibu hamil dan bersalin yaitu:
Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pada 1.000 hari pertama
kehidupan bayi.
Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala.
Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti dokter, bidan,
maupun puskesmas.
Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi (TKPM).
Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini.
Memberantas kemungkinan anak terserang cacingan.
Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.
Anak sekolah juga perlu diberi pembekalan sebagai upaya pencegahan stunting, seperti:
Lakukan secara perlahan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.
Untuk remaja
Meski stunting pada remaja tidak bisa diobati, tapi masih bisa dilakukan perawatan, di
antaranya:
Membiasakan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi
seimbang, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba
Mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi
Anda bisa melakukannya pada anak yang sudah masuk usia remaja, yaitu 14-17 tahun.
15
Memahami seputar keluarga berencana (KB)
Melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular
Senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak
merokok, dan tidak memakai narkoba.
Intinya, jika ingin mencegah stunting, asupan serta status gizi seorang calon ibu harus baik.
Hal ini kemudian diiringi dengan memberikan asupan makanan yang berkualitas ketika anak
telah lahir.
Gejala Stunting
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000
hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2
tahun, Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang
ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang Gejala stunting jangka
pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi
kognitif,dan gangguan sistem pembakaran, Sedangkan gejala jangka panjang meliputi
obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia
1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh
ibu hamil, Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik
juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya, , pada saat bayi telah lahir,
penelitian untuk mencegah Stuntingmenunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat
mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan, Anak yang
mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti
memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total
asupan kalori Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak
1,2 g/kg berat badan.Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar
1,05 g/kg berat badan, Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia
pertama kali mencicipi, "Ternyata hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai
01.00 malam. Dia (hormon) bekerja kalau tidur nyenyak.
17
BAB III
INOVASI
GEMALI GASING
(GErakan bersaMA keNALI, ceGAh, dan ataSI stantING)
1. Startegi inovasi
Strategi inovasi Gemali Gasing adalah dengan meningkatkan integritas kesehatan
masyarakat (UKM) dan upayah kesehatan Perorangan (UKP), pemberdayaan masyarakat
serta menerikan apresiasi atas peran serta masyarakat yaitu :
a. Meningkatkan Upaya promotif
b. Pelayanan integritas di puskesmas
Pelayanan integratif berupa pelayanan yang menyeluruh pada sasaran dan rujukan unit
pelayanan bila menemukan masalah. Pelayanan tersebut berupa :
1. pelayanan gizi
a. pelayanan konseling ASI EKSLUSIF pada:
calon pengantin
Ibu hamil
Ibu bersalin yang melahirkan di tenaga kesehatan Puskesmas Bunga Mayang
b. Deteksi dini stunting pada kujungan balita di puskesmas
2. Pelayanan Psikologi
Pelayanan psikologi berupa :
Deteksi dini potensi stress pada ibu hamil yang dapat mempengaruhi ibu hamil
Konseling psikologi pada kasus hyperemesis
Konseling tumbuh kembang pada balita kurang gizi atau stunting
Konseling ibu hamil yang mengalami gangguan psikologi
3. Pelayanan KIA
c. Pemberdayaan Masyarakat
b. Advokasi dana desa dan dana APBD melalui Musrenbang untuk kegiatan mencegah
dan mengatasi stunting.
4. PELAKSANAAN INOVASI
c. Pelayanan koseling gizi pada calon pengantin, ibu hamil dan ibu bersalin
menambahkan materi ASI Eksklusif (Ruangan Pojok ASI RuPOkSI ).
4) Hasil pendataan balita gizi kurang dan Bawah Garis Merah (BGM)
Mulai tahun 2022 bayi yang lulus ASI eksklusif diberikan sertifikat ASI eksklusif oleh
Puskesmas. Penyampaian sertifikat melalui kader
21
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: promkes.kemkes.go.id
Lusy Dwi Syahrani, 2019FAKTOR RESIKO STUNTING PADA BALITA 1-5
TAHUN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/stunting/
23