Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya Profil Inovasi
Puskesmas Bunga Mayang Gemali Gasing .Proposal Ini ini disusun untuk melengkapi Pedoman
tentang gangguan pertumbuhan kronis atau stunting. Stunting atau tubuh pendek adalah
gangguan pertumbuhan yang kronis dan sulit bahkan tidak bisa dipulihkan kembali. Stunting
berakibat pada kualitas sumber daya manusia karena banyak bukti penelitian yang
menyimpulkan stunting berhubungan dengan munculnya penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Meskipun program-program kesehatan untuk menanggulangi stunting sudah dijalankan
bertahun-tahun, namun kenyataannya prevalensi stunting diIndonesia masih tinggi.Untuk
mencegah terjadinya stunting memang tidak mudah karena factor risikonya sangat banyak.

Pengetahuan tentang stunting tidak hanya dibutuhkan oleh ahli gizi namun juga
dibutuhkan oleh semua pihak yang terlibat dalam bidang kesehatan. Bahkan, masyarakat juga
perlu mengetahui tentang stunting supaya dapat melakukan upaya-upaya pencegahan dan
menghindari penularan.

Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah mencanangkan program intervensi


pencegahanstunting terintegrasi yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga. Pada
tahun 2018,ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi prioritas penurunan
stunting. Jumlah ini akan bertambah sebanyak 60 kabupaten pada tahun berikutnya.
Dengan adanya kerjasama lintas sector ini diharapkan dapat menekan angka stunting
diIndonesia sehingga dapat tercapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada
tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40%.
Inovasi Puskesmas Gemali Gasing ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan informasi kepada masyarakat luas tentang situasi, kondisi, penyebab, dan dampak
stunting bagi bangsa ini. Semoga informasi yang kami sajikan dapat bermanfaat dan tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan Profil Inovasi Puskesmas Gemali Gasing.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Bunga Mayang ,3 Oktober 2021

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek
dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia) yang
disebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/ bayi.
Kekurangan gizi ini terjadi sejak dalam kandungan dan pada masa awal anak
lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Hal ini
berdampak pada perkembangan otak anak di masa golden period (0-3 tahun)
yang disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk sejak masa dalam
kandungan sampai usia 2 tahun.
Secara global pada 2016, prevalensi stunting di seluruh dunia
diperkirakan sebanyak 22,9% atau 154,8 juta anak balita di dunia. Di Asia,
pada tahun 2016 terdapat 87 juta anak balita stunting (56%) dan 59 juta di
Afrika (38,1%). Lebih spesifiknya lagi, wilayah Afrika Timur (36,7%),
Afrika Tengah (32,5%), Afrika Barat (31,4%), dan Asia Selatan
(34,1%).Sedangkan prevalensi anak balita stunting di Asia Tenggara,
Indonesia berada di peringkat ketiga (36,4%) di atas Timor Leste (57,7%) dan
Laos (43,8%). Indonesia saat ini masih bermasalah dengan stunting. Angka
stunting turun dari 37,2% (Risdesdas 2013) menjadi 30,8% (Riskesdas 2018).
Meskipun terjadi penurunan pada tren stunting, angka tersebut masih berada
di bawah rekomendasi WHO yaitu <20%.(3)Nawa Cita Presiden tahun 2015
kelima dan ketiga dalam kerangka negara kesatuan merupakan jabaran untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa. Namun, upaya menghadirkan generasi
emas Indonesia dibayangi kehadiran stunting yang masih

1
mengancam.Menyikapi masalah tersebut, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mempunyai komitmen penuh dalam
menekan angka stunting di Indonesia.
Di Indonesia masyarakat sering menganggap tubuh pendek sebagai
faktor keturunan. Persepsi yang salah di masyarakat membuat masalah ini
tidak mudah diturunkan dan membutuhkan upaya besar dari pemerintah dan
berbagai sektor terkait.Hasil studi membuktikan bahwa pengaruh faktor
keturunan hanya berkontribusi sebesar 15%, sementara unsur terbesar adalah
terkait masalah asupan zat gizi, hormon pertumbuhan dan terjadinya penyakit
infeksi berulang. Status gizi dibagi menjadi dua yakni status gizi antropometri
dan status gizi besi. Subjek dengan status gizi yang baik cenderung memiliki
status kesehatan yang baik, fungsi dalam tubuh normal sehingga produksi
hemoglobin juga akan lebih meningkat saat konsumsi Fe juga meningkat. Ibu
dengan gizi kurang sejak trimester awal akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) yang kemudian akan tumbuh menjadi balita
stunting. Bayi prematur dengan berat lahir rendah, berat dan panjang
badannya selain dipengaruhi oleh status gizi ibu, juga dipengaruhi oleh usia
kehamilan. Penelitian di Brazil dengan design kohort membuktikan bahwa
kelompok bayi lahir prematur memiliki risiko stunting saat usia 12 bulan
sebesar 2,35 kali dan saat usia 24 bulan sebesar 2,30 kali. Bayi yang lahir
normal juga dapat berisiko stuntingjika asupan gizinya kurang seperti kualitas
dan kualitas MP-ASI yang kurang karena MP-ASI yang baik mengandung
sumber zat gizi makro dan mikro yang berperan dalam pertumbuhan
linear.Antisipasi awal balita stuntingdapat dilakukan denganmelahirkan bayi
dengan berat badan normal atau tidak BBLR. Salah satu faktor penyebab
terjadinya BBLR yaitu ibu yang anemia. Penyebab utama terjadinya anemia
pada ibu hamil adalah akibat kekurangan zat besi. Salah satu usaha
pemerintah untuk mencegah anemia pada ibu hamil yaitu melalui program
pemberian tablet besi (Fe). Kementerian Kesehatanmenganjurkan agar ibu
hamil mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama kehamilan. Namun
tingkat kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe masih rendah.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet besi, frekuensi konsumsi
per hari.
Data tahun 2021, Sebanyak 11.863 Bayi Lima Tahun (Balita) di
Sumsel mengalami stunting atau kondisi gagal tumbuh anak balita. Jumlah
tersebut berdasarkan laporan dari Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yang diukur pada Februari 2020.
“Stunting itu disebabkan malnutrisi kronis serta gizi buruk,” ujar
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Sumsel, dr Lisa Marniyati, Ia menyebutkan, laporan dari e-PPGBM,
sebanyak 10.169 balita mengalami stunting, sisanya 1.694 balita mengalami
gizi buruk.“Sampai dengan saat ini persentasenya masih 1,27 persen untuk
stunting. Sedangkan, gizi buruk hanya 0,21 persen mengingat masih awal
tahun.

Menurut data dari Dinas Kesehatan tahun 2021 sampai saat ini kasus
stunting di Kabupaten OKU Timur sebanyak 411 orang. Desa diharapkan
menjadi ujung tombak pemerintah Indonesia dalam upaya menekan angka
stunting. Dalam upaya perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanganan
stunting perlu diwujudkan Indonesia sehat dengan dukungan prioritas
terhadap kegiatan gizi yang berfokus pada seribu hari pertama kehidupan
(1000 HPK). Pencegahan dan penanganan pada anak stunting dilakukan
melalui program-program gizi terkait stunting seperti pemberian tablet Fe,
promosi ASI eksklusif, promosi makanan pendamping ASI, suplemen
taburia, suplemen gizi makro, tata laksana gizi kurang dan gizi buruk,
suplementasi vitamin A, promosi garam beryodium, air dan sanitasi, bantuan
pangan non tunai, dan pemberian obat cacing.(1)Di samping itu, untuk
menangani masalah stunting diperlukan komitmen dari aparat desa setempat.
Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan wawasan dan pengetahuan
bagi para penyelenggara pemerintahan desa merupakan kegiatan yang
semestinya menjadi prioritas utama. Pengetahuan aparat desa teraktualisasi

3
seiring bergulirnya perubahan yang senantiasa terjadi. Meningkatnya kualitas
kapasitas pemerintahan desa akan memberikan peluang yang besar bagi
terlaksananya suksesnya penanganan masalah stunting secara efektif dan
efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkanlatar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian
adalah sebagai berikut : “Bagaimana cara mengatasi stanting sedini mungkin
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bunga Mayang ?”.

1.3 Tujuan Inovasi


Untuk menurunkan Faktor Resiko Stunting pada Balita 1-5 Tahun
di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur khususnya di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Bunga Mayang

1.4 Manfaat Inovasi

Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian stanting


di wilayah kerja UPTD Puseksmas Bunga Mayang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Profil Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai penggerak pembangunan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem kesehatan nasional.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif.

5
Gambar 1
Tampak depan : UPTD Puskesmas Bunga Mayang
Lokasi UPTD Puskesmas Bunga Mayang terletak sekitar ± 13 km dari Kota
Martapura atau ibukota Kabupaten OKU Timur, yang bertempat di Desa Negeri
Ratu Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi
Sumatera Selatan dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jayapura.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lengkiti Kabupaten
OKU
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Martapura.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang
Kabupaten OKU Selatan.

Luas wilayah kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Ogan Komering Ulu


Timur yaitu 113,54 Km2 yang terbagi dalam 8 desa. Desa yang termasuk wilayah
kerja UPTD Puskesmas Bunga Mayang antara lain:
1. Desa Peracak
2. Desa Tunas Peracak
3. Desa Negeri Ratu Baru
4. Desa Negeri Ratu
5. Desa Sabalioh
6. Desa Sukabaru
7. Desa Tulang Bawang
8. Desa Baturaja Bungin
Kecamatan Bunga Mayang memiliki Topografi yang bervariasi dengan
wilayah datar dan bergelombang, di daerah ini pula terdapat Objek Militer
Baturaja yang dikenal dengan OMIBA atau Pusat Latihan Tempur Angkatan
Darat yang Terbesar di Asia Tenggara. Perkebunan kelapa sawit PT. WMK dan
lain sebagainya, sehingga mempunyai resiko terjadinya kecelakaan baik lalu lintas
maupun kecelakaan akibat kerja, KLB atau penyakit yang diakibatkan dari faktor
migrasi penduduk serta juga disebabkan vektor serangan dan nyamuk.

7
Gambar 2. Struktur organisasi
2. Visi, Misi, Nilai-Nilai Organisasi
a. Visi
Visi UPTD Puskesmas Bunga Mayang adalah “ MEWUJUDKAN KABUPATEN OKU
TIMUR MAJU LEBIH MULIA DENGAN MEMBERIKAN PELAYANAN
MASYARAKAT YANG BERMUTU BAGI MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BUNGA MAYANG”

b. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata dengan kemudahan akses
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menumbuhkan profesionalisme
3. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk pola hidup sehat.

c. Motto
Motto UPTD Puskesmas Bunga Mayang adalah “ MELAYANI DENGAN SEPENUH
HATI ʼʼ
d. Tata Nilai
MANDIRI, yang mempunyai makna : Melayani dengan Ikhlas, Ramah dan Sepenuh Hati.

3.Tugas Pokok dan Fungsi


Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional, mempunyai tugas
pokok sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh (kuratif, preventif, promotif,
dan rehabilitatif) dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
Adapun fungsi Puskesmas adalah :
a. Sebagai Pusat Pengembangunan Kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat wilayah kerjanya.
Kegiatan pokok Puskesmas sesuai dengan paradigma baru menjadi Puskesmas Reformasi
dengan 6 Program/Kegiatan Pokok (Basic Six) dan Program Pengembangan.

Adapun 6 Kegiatan Pokok tersebut meliputi :


9
1. Pengobatan dan rujukan
2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)
3. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
4. Kesehatan Lingkungan (HS)
5. Peningkatan Gizi Keluarga
6. Promosi Kesehatan

2. STUNTING
Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak
seusianya, Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatandengan jumlah
yang cukup banyak Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak
berusia 2 tahun, Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak
berusia 2 tahun
Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan
otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan
keberhasilan pendidikan, Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan
menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan dan kesenjangan dimasyarakat
Masalah kesehatan ini merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi pada masa
lalu. Berbagai faktor tersebut antara lain asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang
penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi tidak
tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, melainkan
bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan.
Di bawah ini dua poin utama yang menjadi faktor penyebab stunting pada anak
1. Kurang asupan gizi selama hamil
WHO atau badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian stunting
sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas
sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam
kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh karena itu, penting
untuk mencukupi berbagai nutrisi penting selama hamil.
2. Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi
Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di bawah usia
2 tahun yang tidak tercukupi, seperti posisi menyusui yang kurang tepat, tidak diberikan
ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang berkualitas.
Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi
salah satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan makanan yang
mengandung protein serta mineral zinc (seng) dan zat besi ketika anak masih berusia
balita.
Melansir buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai
berkembang saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai
melambat ketika anak berusia 3 tahun.
Setelah itu, grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak
mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah.

Ada sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2 – 3 tahun
dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun.
Pada anak yang berusia di bawah 2 – 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi
badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang
berlangsung. Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut
menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).

3. Faktor penyebab lainnya


Selain itu yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
stunting pada anak, yaitu:

 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan.
 Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal
(setelah melahirkan).
 Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
 Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Untuk mencegahnya, ibu hamil perlu menghindari faktor di atas.

11
Ciri-ciri stunting pada anak
Perlu dipahami bahwa tidak semua anak balita yang berperawakan pendek mengalami
stunting. Masalah kesehatan ini merupakan keadaan tubuh yang sangat pendek dilihat dari
standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia dari WHO.
Menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada
kisaran di bawah normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari
hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa
pengukuran.

Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:

 Pertumbuhan melambat
 Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
 Pertumbuhan gigi terlambat
 Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
 Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata
terhadap orang di sekitarnya
 Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
 Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak
perempuan).
 Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Sementara untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Anda harus secara rutin
memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Anda bisa membawa si kecil ke dokter,
bidan, posyandu, atau puskesmas setiap bulannya.

Apa dampak masalah kesehatan ini pada anak?

Stunting adalah gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung
lama dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Maka itu, kondisi ini bisa memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Dampak jangka pendek stunting
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya,
serta gangguan metabolisme.Dampak jangka panjangnya, stunting yang tidak ditangani
dengan baik sedini mungkin berdampak:

 Menurunkan kemampuan perkembangan kognitif otak anak


 Kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit
 Risiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan
 Penyakit jantung
 Penyakit pembuluh darah
 Kesulitan belajar
Bahkan, ketika sudah dewasa nanti, anak dengan tubuh pendek akan memiliki tingkat
produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. Bagi anak perempuan yang
mengalami stunting, ia berisiko untuk mengalami masalah kesehatan dan perkembangan pada
keturunannya saat sudah dewasa. Hal tersebut biasanya terjadi pada wanita dewasa dengan
tinggi badan kurang dari 145 cm karena mengalami stunting sejak kecil.
Ibu hamil yang bertubuh pendek di bawah rata-rata (maternal stunting) akan
mengalami perlambatan aliran darah ke janin serta pertumbuhan rahim dan plasenta. Bukan
tidak mungkin, kondisi tersebut berdampak pada kondisi bayi yang dilahirkan. Bayi yang
lahir dari ibu dengan tinggi badan di bawah rata-rata berisiko mengalami komplikasi medis
yang serius, bahkan pertumbuhan yang terhambat. Perkembangan saraf dan kemampuan
intelektual bayi tersebut bisa terhambat disertai dengan tinggi badan anak tidak sesuai usia.
Selayaknya stunting yang berlangsung sejak kecil, bayi dengan kondisi tersebut juga akan
terus mengalami hal yang sama sampai ia beranjak dewasa.

Bagaimana penanganan stunting pada bayi anak?

Meski stunting berdampak hingga dewasa, kondisi ini dapat ditangani. Melansir
Buletin Stunting milik Kemenkes RI, stunting dipengaruhi oleh pola asuh, cakupan dan
kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, serta ketahanan pangan. Salah satu penanganan
pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan tinggi badan di bawah normal yang
didiagnosis stunting, yaitu dengan memberikannya pola asuh yang tepat. Dalam hal ini
meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, serta
pemberian ASI bersama dengan MP-ASI sampai anak berusia 2 tahun.
World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menganjurkan agar bayi usia 6-23 bulan untuk mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-
ASI) yang optimal. Ketentuan pemberian makanan tersebut sebaiknya mengandung minimal
4 atau lebih dari 7 jenis makanan, meliputi serealia atau umbi-umbian, kacang-kacangan,
produk olahan susu, telur atau sumber protein lain, dan asupan kaya vitamin A atau lainnya.

13
Di sisi lain, perhatikan juga batas ketentuan minimum meal frequency (MMF), untuk bayi
usia 6-23 bulan yang diberi dan tidak diberi ASI, dan sudah mendapat MP-ASI.
Untuk bayi yang diberi ASI

 Umur 6 – 8 bulan: 2 kali per hari atau lebih


 Umur 9 – 23 bulan: 3 kali per hari atau lebih

Sementara itu untuk bayi yang tidak diberi ASI usia 6 – 23 bulan yaitu 4 kali per hari atau
lebih.
Bukan itu saja, ketersediaan pangan di masing-masing keluarga turut berperan dalam
mengatasi stunting. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan meningkatkan kualitas makanan
harian yang dikonsumsi.

Bagaimana cara mencegah stunting?

Kejadian anak dengan tinggi badan pendek bukan masalah baru di dunia kesehatan
dunia. Di Indonesia sendiri, stunting adalah masalah gizi pada anak yang masih menjadi
pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan dengan baik. Terbukti menurut data Pemantauan
Status Gizi (PSG) dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah anak pendek terbilang cukup
tinggi. Kasus anak dengan kondisi ini memiliki jumlah tertinggi jika dibandingkan dengan
permasalahan gizi lainnya, seperti anak kurang gizi, kurus, dan gemuk.
Pertanyaan selanjutnya adalah, bisakah stunting pada anak dicegah sejak dini?
Jawabannya, bisa. Stunting pada anak merupakan satu dari beberapa program prioritas yang
dicanangkan oleh pemerintah agar angka kasusnya diturunkan setiap tahun. Ada berbagai
upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016. Cara mencegah stunting menurut Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, yakni:

Cara mencegah stunting untuk ibu hamil dan bersalin

Beberapa cara mencegah stunting untuk ibu hamil dan bersalin yaitu:

 Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pada 1.000 hari pertama
kehidupan bayi.
 Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala.
 Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti dokter, bidan,
maupun puskesmas.
 Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi (TKPM).
 Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini.
 Memberantas kemungkinan anak terserang cacingan.
 Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.

Cara mencegah stunting untuk anak balita

Sementara itu cara mencegah stunting pada balita, yaitu:

 Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.


 Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
 Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
 Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.

Cara mencegah stunting untuk anak usia sekolah

Anak sekolah juga perlu diberi pembekalan sebagai upaya pencegahan stunting, seperti:

 Memberikan asupan gizi sesuai kebutuhan harian anak.


 Mengajarkan anak pengetahuan terkait gizi dan kesehatan.

Lakukan secara perlahan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.

Untuk remaja

Meski stunting pada remaja tidak bisa diobati, tapi masih bisa dilakukan perawatan, di
antaranya:

 Membiasakan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi
seimbang, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba
 Mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi

Anda bisa melakukannya pada anak yang sudah masuk usia remaja, yaitu 14-17 tahun.

Untuk dewasa muda

Berikut cara mencegah kondisi ini pada usia dewasa muda:

15
 Memahami seputar keluarga berencana (KB)
 Melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular
 Senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak
merokok, dan tidak memakai narkoba.

Intinya, jika ingin mencegah stunting, asupan serta status gizi seorang calon ibu harus baik.
Hal ini kemudian diiringi dengan memberikan asupan makanan yang berkualitas ketika anak
telah lahir.

Gejala Stunting
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda

Mencegah StuntingMencegah Stuntingakibat asupan gizi yang kurang dapat dilakukan


dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai, Namun, yang menjadi pertanyaan adalah,
bagaimana jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik.
Pencegahan Stuntingbisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
 Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggidan untuk
perkembangan otak anak.
 Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari.
 Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang cukup.

Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000
hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2
tahun, Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang
ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang Gejala stunting jangka
pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi
kognitif,dan gangguan sistem pembakaran, Sedangkan gejala jangka panjang meliputi
obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia
1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh
ibu hamil, Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik
juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya, , pada saat bayi telah lahir,
penelitian untuk mencegah Stuntingmenunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat
mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan, Anak yang
mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti
memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total
asupan kalori Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak
1,2 g/kg berat badan.Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar
1,05 g/kg berat badan, Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia
pertama kali mencicipi, "Ternyata hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai
01.00 malam. Dia (hormon) bekerja kalau tidur nyenyak.

17
BAB III
INOVASI

GEMALI GASING
(GErakan bersaMA keNALI, ceGAh, dan ataSI stantING)

1. Startegi inovasi
Strategi inovasi Gemali Gasing adalah dengan meningkatkan integritas kesehatan
masyarakat (UKM) dan upayah kesehatan Perorangan (UKP), pemberdayaan masyarakat
serta menerikan apresiasi atas peran serta masyarakat yaitu :
a. Meningkatkan Upaya promotif
b. Pelayanan integritas di puskesmas
Pelayanan integratif berupa pelayanan yang menyeluruh pada sasaran dan rujukan unit
pelayanan bila menemukan masalah. Pelayanan tersebut berupa :
1. pelayanan gizi
a. pelayanan konseling ASI EKSLUSIF pada:
 calon pengantin
 Ibu hamil
 Ibu bersalin yang melahirkan di tenaga kesehatan Puskesmas Bunga Mayang
b. Deteksi dini stunting pada kujungan balita di puskesmas
2. Pelayanan Psikologi
Pelayanan psikologi berupa :
 Deteksi dini potensi stress pada ibu hamil yang dapat mempengaruhi ibu hamil
 Konseling psikologi pada kasus hyperemesis
 Konseling tumbuh kembang pada balita kurang gizi atau stunting
 Konseling ibu hamil yang mengalami gangguan psikologi

3. Pelayanan KIA

Pelayanan KIA berupa:


 Konseling ibu hamil dan balita yang mengalami gangguan kesehatan

 Kelas ibu hamil

 Kelas ibu balita


a. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan kesling berupa konseling sanitasi pada kasus balita dengan kecacingan,
diare, scabies dan lain-lain
b. Pelayanan Fisioterapi
Pelayanan fisioterapi pada balita dengan gangguan tumbuh kembang atau penyakit
tertentu seperti batuk

c. Pemberdayaan Masyarakat

a. Meningkatkan peran kader untuk membantu upaya promotif mencegah dan


mengatasi stunting
b. Mendorong kader untuk melaporkan kasus stunting
c. Identifikasi atau deteksi gangguan fisik atau psikis pada keluarga balita oleh kader
terlatih

d. Meningkatkan peran lintas sektor

a. Penyampaian materi stunting dalam pertemuan lintas sektor

b. Advokasi dana desa dan dana APBD melalui Musrenbang untuk kegiatan mencegah
dan mengatasi stunting.

e. Pemberian apresiasi pada bayi lulus ASI Eksklusif

Pemberian sertifikat bayi lulus ASI eksklusif diharapkan dapat memberikan


motivasi kepada ibu meyusui untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Usulan
untuk memperoleh sertikat lulus ASI eksklusif dilakukan oleh kader posyandu untuk
19
memastikan bayi tersebut benar-benar lulus ASI eksklusif 6 bulan.
Kader bertugas memantau setiap bulan dengan kohort ASI eksklusif di
Posyandu. Selain itu bayi yang lulus ASI Eksklusif di bulan November 2021,
penyerahan sertifikat dilaksanakan saat gebyar HKN di UPTD Puskesmas Bunga
Mayang sebagai media promosi ASI eksklusif.

4. PELAKSANAAN INOVASI

Kegiatan yang telah dilakukan pada Inovasi Gemali Gasing adalah:

a. Kegiatan dalam gedung

a. Cetak leaflet tentang pencegahan stunting

b. Pemberian sertifikat bayi lulus ASI eksklusif Serasif Elan)

c. Pelayanan koseling gizi pada calon pengantin, ibu hamil dan ibu bersalin
menambahkan materi ASI Eksklusif (Ruangan Pojok ASI RuPOkSI ).

d. Deteksi dini bayi dan balita stunting.


Semua bayi dan balita yang berkunjung ke UPTD Puskesmas Bunga Mayang untuk
imunisasi maupun periksa karena sakit ditimbang dan diukur tinggi dan berat
badannya di unit Gizi. Hal ini bertujuan agar pengukuran lebih fokus (alat lebih
lengkap dan petugas lebih terlatih untuk pengukuran pada bayi and balita) serta
tersedia data deteksi dini bayi atau balita stunting.
e. Koseling Psikologi pada kasus psikologis atau penyerta yang dapat berpengaruh pada
penanganan kasus stunting

b. Kegiatan luar gedung

 Meningkatkan promosi dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan

1. Pembagian leaflet stunting ke posyandu-posyandu

2. Penyuluhan pentingnya menimbang di Posyandu

3. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri (JUaDAH TARAH


JUmat InDAH dengan TAblet taMbah daRAh)

4. Meningkatkan peran kader dalam pengiriman laporan tentang:

1) Kunjungan Balita di Posyandu (D/S)

2) Kohor ASI Ekslusif


3) Pengiriman data penerima sertifikat ASI Eksklusif

4) Hasil pendataan balita gizi kurang dan Bawah Garis Merah (BGM)

 Meningkatkan peran Lintas Sektor

1. UPTD Puskesmas Bunga Mayang menyampaikan informasi tentang stunting di


pertemuan lintas sektor agar lintas sektor ikut berperan dalam mengatasi masalah
stunting. Lokakarya mini lintas sektor tribulan ke tahun 2021 membahas lebih
mendalam tentang stunting.
2. Membangun komunikasi dan koordinasi dengan Desa dalam penyusunan anggaran
dana desa sehingga kegiatan untuk mencegah dan mengatasi stunting dapat masuk
dalam anggaran dana desa.

 Memberikan apresiasi atas peran serta masyarakat

Mulai tahun 2022 bayi yang lulus ASI eksklusif diberikan sertifikat ASI eksklusif oleh
Puskesmas. Penyampaian sertifikat melalui kader

21
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: promkes.kemkes.go.id
Lusy Dwi Syahrani, 2019FAKTOR RESIKO STUNTING PADA BALITA 1-5
TAHUN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/stunting/
23

Anda mungkin juga menyukai