Anda di halaman 1dari 9

“THE PARABLE OF THE BOILED FROG PADA KASUS COVID-19 DI INDONESIA ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dan Berpikir Sistem
Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS, M.Kes

Oleh:
Istiqomah
6411418117
4C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Pengertian The Parable of Boiled Frog...................................................................3
2.2. Analogi “The Parable of Boiled Frog” pada Kasus COVID-19 di Indonesia.........3

BAB III PENUTUP...........................................................................................................6

3.1. Kesimpulan..............................................................................................................6
3.2. Saran........................................................................................................................6

Daftar Pustaka...................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyakit
Covid-19 merupakan pandemi. Penetapan pandemi atas suatu penyakit menegaskan
bahwa suatu wabah penyakit menular telah terjadi di wilayah geografis yang luas dan
dengan prevalensi yang tinggi. Dalam keterangan tertulis sehari setelahnya, Direktur
Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan dua alasan WHO
menetapkan wabah Covid-19 sebagai pandemi. Pertama, kecepatan dan skala penularan
wabah Covid-19 sedemikian tinggi. Sejumlah 182.405 kasus dilaporkan oleh WHO
dengan sebaran pada 155 negara dan wilayah di dunia sejak rilis pertama WHO terkait
wabah virus korona jenis baru di China pada 21 Januari 2020. Kedua, WHO melihat
bahwa walaupun sudah selalu memberikan peringatan, beberapa negara tidak
menunjukkan komitmen serius untuk mengontrol penyebaran virus tersebut di level
politik. COVID-19 pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember
2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di negara Cina
dan ke beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Kasus COVID-19 pertama kali di Indonesia diumumkan oleh Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020. Pasien COVID-19 yang pertama di Indonesia
adalah seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun. Indonesia sebenarnya
bukan negara pertama di Asia Tenggara yang terjangkit COVID-19. Thailand telah
mengumumkan kasus corona pertama pada 21 Januari 2020 yang disusul Singapura dan
Vietnam tiga hari kemudian. Sementara Indonesia mengumumkan pada 2 Maret 2020,
yakni 41 hari setelah kasus pertama di Thailand atau 61 hari setelah pandemi Covid-19 di
Wuhan, Tiongkok. Meskipun Indonesia paling terakhir namun pertumbuhan kasus Covid-
19 di Indonesia termasuk yang tercepat. Indonesia hanya butuh 12 hari untuk mencapai
50 kasus pertama. Padahal, Singapura perlu 21 hari dan Malaysia 39 hari. Catatan terlama
ada pada Vietnam yang mampu menahan hingga 52 hari untuk mencapai kasus ke-50.
Bahkan 16 kasus pertamanya berhasil dinyatakan sembuh.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan “The Parable of The Boiled Frog”?
2. Bagaimana analogi “The Parable of The Boiled Frog” pada kasus COVID-19 di
Indonesia ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui maksud dari “The Parable of The Boiled Frog”.
2. Untuk mengetahui bagaimana analogi “The Parable of The Boiled Frog” pada
kasus COVID-19 di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian The Parable of Boiled Frog


Peter M. Senge, seorang dosen senior di MIT Sloan School of Management dalam
bukunya “The Fith Dicipline” –the Art & Practice of the Learning Organization
mengilustrasikan “The Parable of the Boiled Frog” (Perumpamaan katak yang direbus).
Eksperimen ini yaitu pada sebuah panci berisi air dimasukkan katak, kemudian panci
tersebut dipanaskan di atas kompor secara bertahap. Saat air masih dingin katak diam
saja, kemudian ketika air mulai memanas sedikit demi sedikit, tubuh katak pun akan
melakukan penyesuaian suhu. Memang demikianlah salah satu kekhasan binatang katak,
dimana tubuhnya bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar nya. Lama kelamaan saat
suhu terus menaik, katak pun merasa kepanasan, tapi ia bisa terus melakukan penyesuaian
suhu, sampai pada suhu tertentu, tubuhnya tak bisa lagi melakukan penyesuaian, ia
merasa kepanasan dan ingin melompat keluar, tapi karena suhu yg tinggi tersebut, kaki
nya menjadi kepanasan dan tak kuat untuk melompat, ia menjadi lemah. Sehingga
akhirnya saat suhu air dalam panci tersebut sudah sangat tinggi, katak itu pun mati
karenanya. Analogi “The Parable of Boiled Frog ” ini ditujukan kepada mereka
khususnya pemimpin yang tidak menyadari adanya perubahan yang begitu cepat di luar
dirinya. Kecenderungan tidak menanggapi perubahan lingkungan pada akar penyebabnya
yang menghasilkan kelumpuhan organisasi pada saat sebab masalah tersebut telah
terakumulasi dan mengancam eksistensi organisasi. Kegagalan seekor katak dalam
menangkap sinyal perubahan suhu air disekitarnya membuat katak akhirnya mati terebus
merupakan sebuah permisalan yang tepat bagi organisasi yang tidak peka dengan
permasalahan- permasalahan kecil yang terjadi namun tidak dianggap penting.

2.2. Analogi “The Parable of Boiled Frog” pada Kasus COVID-19 di Indonesia
Kasus COVID-19 pertama kali di Indonesia diumumkan oleh Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020. Pasien COVID-19 yang pertama di Indonesia

3
adalah seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun. Sebelumnya,
pemerintah Indonesia telah menyangkal penyebaran COVID-19 selama berminggu-
minggu. Banyak pihak yang menilai bahwa pendeteksian COVID-19 ini kurang cepat
atau kurang persiapan. Pemerintah, dalam hal ini, Kementrian Kesehatan melakukan
pergerakan setelah dua warga terdeteksi tertular virus corona tanggal 2 Maret 2020.
Sebelumnya, WHO (World Health Organization) khawatir Indonesia tidak bisa
mendeteksi virus corona. WHO mendorong Indonesia untuk melakukan persiapan lebih
matang lagi demi menghadapi risiko penyebaran virus corona di Indonesia. Sistem
pengawasan, pemantauan, sistem deteksi, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas
kesehatan yang ditunjuk harus segera ditingkatkan. WHO khawatir Indonesia tidak bisa
mendeteksi virus tersebut karena pada saat itu negara tetangga sudah terpapar COVID-19
sedangkan Indonesia belum ada korban. Padahal seperti yang dinyatakan WHO bahwa
pendeteksian yang lemah pada tahap awal wabah COVID-19 menghasilkan peningkatan
signifikan dalam jumlah kasus dan kematian beberapa negara. Sebelum di Indonesia
terdapat korban yang positif COVID-19, pemerintah kurang ketat dalam penanggulangan
COVID-19 yang dapat dilihat dari masih bebasnya warga negara asing yang keluar
masuk Indonesia, memberikan diskon kepada turis asing untuk berwisata di Indonesia
dan tidak adanya pengecekan atau tes apakah positif COVID-19 bagi warga negara
Indonesia yang pulang dari bepergian ke negara terpapar COVID-19.
Pada hari Jumat , 27 Maret 2020 di Indonesia kasus COVID-19 yaitu 1.046 positif
COVID-19, pasien yang meninggal 87 jiwa dan pasien yang sembuh sebesar 46 jiwa.
Persentase kematian di Indonesia bahkan lebih tinggi daripada rata-rata angka kematian
global. Hal ini cukup menggemparkan bagi warga Indonesia. Selain itu, untuk tenaga
medis yang menangani pasien COVID-19 juga mengalami kekurangan APD (Alat
Pelindung Diri) karena semakin tingginya kasus COVID-19 di Indonesia tidak sebanding
dengan penyediaan atau persiapan APD. APD sangat penting untuk tenaga medis
dikarenakan jika APD tidak memadai maka resiko tertular tinggi untuk tenaga medis.
Karena pada saat ini banyak tenaga medis yang meninggal karena terpapar COVID-19.
Belajar dari The Parable of Boiled Frog, selain pemerintah yang kurang tanggap dalam
mendeteksi kasus COVID-19 masyarakat Indonesia harus mematuhi himbauan
pemerintah. Karena banyak sekali ditemukan masyarakat Indonesia yang masih

4
menyepelekan COVID-19 ini dengan memperlihatkan mereka masih keluar rumah untuk
bertemu temannya di coffe shop, masih berada di kerumunan banyak orang, tidak
melakukan social distancing dan tidak menjaga kesehatan dengan melakukan cuci tangan
atau hand sanitizer. Mereka masih nyaman dengan hal itu, mereka tidak mengetahui dan
menyadari bahwa hal-hal yang mereka anggap sepele itu akan membuat masalah besar
bagi mereka yaitu terjangkitnya virus di tubuh mereka. Tidak hanya mereka saja namun
berdampak kepada banyak orang karena COVID-19 ini memiliki tingkat penyebaran
yang tinggi.

5
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Analogi The Parable of Boiled Frog yaitu kecenderungan tidak menanggapi perubahan
atau tidak peka terhadap perubahan lingkungan pada akar penyebabnya yang
menghasilkan kelumpuhan organisasi pada saat sebab masalah tersebut telah
terakumulasi dan mengancam eksistensi organisasi. Belajar dari The Parable of Boiled
Frog, selain pemerintah yang kurang cepat dalam mendeteksi kasus COVID-19
masyarakat Indonesia harus mematuhi imbauan pemerintah. Karena banyak sekali
ditemukan masyarakat Indonesia yang masih menyepelekan COVID-19 ini dengan
memperlihatkan mereka masih keluar rumah untuk bertemu temannya di coffe shop,
masih berada di kerumunan banyak orang, tidak melakukan social distancing dan tidak
menjaga kesehatan dengan melakukan cuci tangan atau hand sanitizer.
3.2. Saran
Masyarakat Indonesia harus mematuhi himbauan pemerintah terkait penanganan COVID-
19. Himbauan untuk melakukan social distancing, tidak berada pada kerumunan orang
banyak, melakukan PHBS seperti cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer.
Masyarakat tidak boleh menyepelekan COVID-19 dan untuk pemerintah harus lebih
tanggap untuk sesuatu hal yang terjadi di Indonesia sehingga dapat lebih mempersiapkan
untuk menanggulangi hal-hal yang akan terjadi kedepannya.

6
DAFTAR PUSTAKA
Heryana, A. (2019). Kepemimpinan Berfikir Sistem: Aplikasi pada Bidang Kesehatan.
Jakarta: e-book tidak dipublikasikan.
Sutarno. 2016. Sindrom Katak Rebus (The Boiling Frog Syndrome).Jakarta: Majalah
Carta
Alijoyo,Antonius. 2012. Kepemimpinan yang berani mengambil risiko. Jakarta: CRMS
Indonesia
Senge, P. M. 1990. The Fifth Disciplin: The Art & Practice the Learning Organization.
Doubleday, Random House, New York.
Diana,Nana. 2017. Learning Disabilities dalam Layanan Kesehatan Ibu dan Anak:
Studi Kasus di Dinas Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas di Indonesia. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia ,Vol 6(2) , 83-93.
Absah, Yeni. 2008. Pembelajaran Organisasi. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol 1(1), 33-
41.
McGuinness, Wendy. 2006. The Parable of The Boiled Frog.Chartered Accountans
Journal ,71-74
CNN Indonesia. 2020. Update Corona 27 Maret: 1.046 Kasus, 87 Meninggal, 46
Sembuh. (Online) Sumber diakses pada 27 Maret 2020 melalui
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200327125649-20-487460/update-corona-27-
maret-1046-kasus-87-meninggal-46-sembuh
CNN Indonesia. 2020. WHO Khawatir Virus Corona Belum Terdeteksi di Indonesia.
(Online) Sumber diakses pada 27 Maret 2020 melalui
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200210100042-113-473166/who-
khawatir-virus-corona-belum-terdeteksi-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai