Anda di halaman 1dari 26

PENYAKIT REMATIK

Disusun oleh :
Istiqomah
6411418117
3c
CONTOH PENYAKIT REMATIK
1. RHEUMATOID ARTHRITIS
Rheumatoid arthritis adalah peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang
jaringannya sendiri. Radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri sendi, serta sendi
terasa kaku. Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama yang berusia antara 40
hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh.
EPIDEMIOLOGI RHEUMATOID ARTHRITIS
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan lainnya di Amerika Serikat dan beberapa
daerah di Eropa prevalensi RA sekitar 1% pada usia dewasa, Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan Finlandia sekitar
0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di
Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000. Di Indonesia dari hasil
survei epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah didapatkan prevalensi RA 0,3% sedang di Malang pada penduduk
berusia diatas 40 tahun didapatkan prevalensi RA 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten. Di
Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2000 kasus baru RA merupakan 4,1%
dari seluruh kasus baru. Di poliklinik reumatologi RS Hasan Sadikin didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik
baru pada tahun 2000-2002. Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA masih terbatas. Data terakhir dari
Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah kunjungan penderita RA selama periode
Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Provinsi Bali
memiliki prevalensi penyakit rematik di atas angka nasional yaitu 32,6%, namun tidak diperinci jenis rematik
secara detail. Sedangkan pada penelitian Suyasa et al (2013) memaparkan bahwa RA adalah peringkat tiga teratas
diagnosa medis utama para lansia yang berkunjung ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di
salah satu wilayah
pedesaan di Bali.
FAKTOR RISIKO RHEUMATOID ARTHRITIS

Faktor Resiko Rheumatoid Arthritis


Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus RA dibedakan menjadi dua
yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi:
1. Faktor risiko yang tidak dimodifikasi , yaitu faktor genetik, usia dan jenis kelamin.
2. Faktor risiko yang dapat dimofifikasi yaitu status sosial ekonomi, merokok, diet,
infeksi, pekerjaan dan bentuk tubuh.
DIAGNOSIS RHEUMATOID ARTHRITIS
Mendiagnosis RA membutuhkan banyak waktu dan mungkin memerlukan beberapa tes laboratorium untuk
mengonfirmasi temuan pemeriksaan klinis. Dokter juga akan menggunakan beberapa alat untuk mendiagnosis
RA.
Pertama yang dilakukan adalah dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan. Dokter juga akan
melakukan pemeriksaan fisik pada sendi. Ini termasuk mencari sumber pembengkakan dan kemerahan pada
sendi, dan menguji refleks dan kekuatan otot. Dokter juga akan meraba dan menyentuh sendi yang terkena
penyakit ini guna memeriksa kehangatan dan kelembutan. Jika dokter menduga RA, kemungkinan besar
dokter akan merujuk ke spesialis yang disebut rheumatologist. Dokter juga dapat menyarankan tes pencitraan
tertentu. Tes seperti ultrasonografi, pemeriksaan x-ray, dan magnetic resonance imaging (MRI) tidak hanya
menunjukkan apakah kerusakan dari RA telah terjadi pada persendian, tetapi juga seberapa parah kerusakan
itu.
TANDA DAN GEJALA RHEUMATOID ARTHRITIS
Berikut ini beberapa gejala yang timbul saat mengalami penyakit rheumatoid arthritis,
diantaranya:
1. Flare
Ketika penderita rheumatoid arthritis memiliki gejala termasuk peradangan dan nyeri
sendi ini disebut flare, yang dapat berlangsung seminggu atau sebulan.
2. Nyeri sendi
Rheumatoid arthritis hampir selalu memengaruhi sendi tangan. Namun, RA dapat
memengaruhi setiap sendi di tubuh, termasuk pergelangan tangan, siku, lutut, kaki,
pinggul, dan bahkan rahang.
3. Peradangan di organ
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit sistemik yang artinya dapat memengaruhi
seluruh tubuh.
PENGOBATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

Cara terbaik untuk mengobati rheumatoid arthritis adalah dengan menggunakan obat-
obatan, terapi, olahraga, serta edukasi guna menghindari aktivitas fisik yang dapat
memicu nyeri sendi. Obat NSAID, seperti naproxen dan ibuprofen dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri dan bengkak jika rheumatoid arthritis kambuh. Dokter juga dapat
memberikan obat disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs). Obat ini dapat
memperlambat perkembangan RA dan menyelamatkan sendi dan jaringan lain dari
kerusakan permanen. DMARD yang sering diberikan oleh dokter yaitu methotrexate
(trexall), leflunomide (Arava), hydroxychloroquine (plaquenil) dan sulfasalazine
(Azulfidine). Dalam kasus yang parah, dokter bisa menganjurkan pasien untuk melakukan
prosedur operasi.
DAMPAK KOMPLIKASI RHEUMATOID ARTHRITIS
Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya:
1. Cervical myelopathy

Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan mengganggu saraf tulang belakang.
2. Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3. Sindrom Sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata
kering dan mulut kering.
4. Limfoma

Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening.
5. Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di pembuluh darah jantung.
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis juga dapat menimbulkan efek samping berupa
osteoporosis, yang membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah.
PENCEGAHAN RHEUMATOID ARTHRITIS
Karena risiko rematik mudah dialami setiap orang, Anda bisa melakukan pencegahan dengan cara berikut ini
1. Melakukan olahraga teratur.
Tidak hanya baik untuk kondisi jantung, olahraga juga baik untuk tulang, otot, dan terutama sendi.
2. Peregangan
Peregangan akan menambah kinerja otot dan meningkatkan jangkauan gerak sendi. Pastikan melakukan pemanasan
pada otot dan sendi sebelum melakukan peregangan. Peregangan sebelum pemanasan akan memperburuk nyeri sendi
dan bahkan menegangkan otot.
3. Makan yang Tepat
Tulang membutuhkan sejumlah nutrisi untuk tetap kuat dan sehat. Dengan menyantap makanan kaya Vitamin C, E,
dan kalsium akan membantu membangun sistem otot dan tulang.
4. Minum Cukup Air
Air memberi 70 persen pasokan bagi tulang rawan di bagian sendi dan membantu tulang rawan tetap terlumasi
sehingga tulang tidak bergesekan. Pastikan minum setidaknya delapan gelas per hari.
CONTOH PENYAKIT REMATIK
2. Osteoarthritis
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada
tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian
dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi.
Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul
gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. Osteoarthritis (OA) merupakan
penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago
sendi. Penyakit ini disebut juga degenerative arthritis, hypertrophic arthritis, dan degenerative
joint disease. Osteoartritis biasanya menyerang di usia 40- 50an.
EPIDEMIOLOGI OSTEOARTHRITIS
Epidemiologi osteoarthritis (OA) diketahui lebih tinggi pada usia tua, dimana dilaporkan bahwa laki-laki
berusia di atas usia 60 tahun lebih banyak terkena dibandingkan wanita dalam kelompok usia yang sama.
Osteoarthritis (OA) adalah salah satu dari 10 penyebab utama kelumpuhan dan gangguan pergerakan
sendi. Menurut data dari WHO, terdapat 9,6% laki-laki dan 18,0% wanita di atas usia 60 tahun memiliki
OA simtomatik. Terdapat lebih dari 30 juta orang di Amerika Serikat memiliki OA.12 Sedangkan, di
Inggris terdapat sekitar 8 juta orang mengalami OA. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi osteoarthritis tertinggi yaitu
sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa
Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27%.
FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA yaitu faktor predisposisi
dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan
seseorang untuk terserang OA. Sedangkan faktor biomekanik lebih cenderung kepada
faktor mekanis/ gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut
sebagai alat gerak tubuh sehingga meningkatkan risiko terjadinya OA.
• Faktor predisposisi yaitu usia,jenis kelamin, ras/etnis, faktor genetik, kebiasaan
merokok, obesitas, dan osteoporosis.
• Faktor biomekanis yaitu riwayat trauma lutut, kelainan anatomis, pekerjaan, dan
aktivitas fisik.
DIAGNOSIS OSTEOARTHRITIS
Penentuan diagnosis osteoartritis dilakukan melalui pengumpulan informasi mengenai gejala-gejala yang
dirasakan oleh penderitanya. Selain itu juga perlu dilakukan gambaran klinis dan radiografi. Selain itu
terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendukung proses penentuan diagnosis
osteoartritis, antara lain:
1.Pemeriksaan laboratorium osteoartritis
2.Foto polos sendi (rontgen)
3.Pemeriksaan cairan sendi
4.Pemeriksaan Artroskopi
Artroskopi adalah sebuah prosedur bedah keyhole atau pembedahan dengan membuat lubang sayatan
sebesar lubang kunci untuk memasukkan artroskop. Prosedur ini bertujuan untuk melihat, mendiagnosis,
dan menangani sejumlah gangguan sendi.
TANDA DAN GEJALA OSTEOARTHRITIS
Gejala osteoarthritis umumnya berkembang secara perlahan-lahan dan semakin parah
seiring waktu. Tingkat keparahan gejala dan lokasi yang diserang bisa berbeda-beda
pada tiap penderita. Tanda dan gejala osteoartritis meliputi:
a. Sendi terasa nyeri ketika digerakkan.
b. Sendi terasa bengkak dan gembur ketika mencoba menekannya.
c. Terdapat kekakuan sendi ketika bangun di pagi hari atau setelah sendi tidak
digerakkan dalam beberapa waktu.
d. Terasa patah-patah atau tidak lentur ketika menggunakan sendi.
e. Adanya taji pada tulang. Merupakan pertumbuhan tulang tambahan di ujung, terasa
keras ketika ditekan, dan dapat memengaruhi sendi yang terkena.
PENGOBATAN OSTEOARTHRITIS
Pengobatan untuk penyakit osteoarthritis atau pengapuran sendi biasanya dimulai dengan
mengonsumsi obat-obatan dosis rendah dengan sedikit efek samping. Berikut obat-obatan
yang termasuk dalam kategori ini yaitu
• Analgesik (pereda nyeri)
Ini adalah obat antinyeri yang bisa mengurangi rasa sakit, tapi tidak bekerja untuk
mengobati peradangan yang terjadi pada sendi. Obat ini bekerja dengan menghalangi
sinyal di tubuh yang menghasilkan rasa sakit. Contoh obat analgesik meliputi:
Acetaminophen (paracetamol) dan Duloxetine (cymbalta).
DAMPAK KOMPLIKASI OSTEOARTHRITIS
PENCEGAHAN OSTEOARTHRITIS
Meskipun osteoarthritis tidak dapat dicegah, penderita dapat meminimalisir
potensi mengalami kondisi yang lebih parah atau komplikasi yang dapat
menyebabkan kelumpuhan dengan melakukan beberapa hal, seperti:
a.Melakukan olahraga secara rutin untuk menguatkan otot dan sendi.
b.Menjaga postur tubuh saat duduk atau berdiri. Pastikan meregangkan otot
tubuh sesering mungkin.
c.Menjaga berat badan agar tidak mengalami obesitas.
CONTOH PENYAKIT REMATIK
3. GOUT ARTHRITIS
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit metabolic (metabolic syndrom) yang
terkait dengan pola makan tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal
monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama
terjadinya peradangan atau inflamasi pada gout artritis. Peningkatan kadar asam urat
dalam darah (hiperurisemia) merupakan faktor utama terjadinya gout. Penyakit gout
ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian. Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat
monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti
jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan
nyeri hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan
menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak.
EPIDEMIOLOGI GOUT ARTHRITIS
• Gout arthritis menyebar secara merata di seluruh dunia. Prevalensi bervariasi antar negara yang
kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan, diet, dan genetik. Di Inggris dari tahun
2000 sampai 2007 kejadian artritis gout 2,68 per 1000 penduduk, dengan perbandingan 4,42 penderita
pria dan 1,32 penderita wanita dan meningkat seiring bertambahnya usia. Di Italia kejadian artritis gout
meningkat dari 6,7 per 1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 9,1 per 1000 penduduk pada tahun 2009.
Sedangkan jumlah kejadian artritis gout di Indonesia masih belum jelas karena data yang masih sedikit.
Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki berbagai macam jenis etnis dan kebudayaan, jadi sangat
memungkinkan jika Indonesia memiliki lebih banyak variasi jumlah kejadian artritis gout. Pada tahun
2009 di Maluku Tengah ditemukan 132 kasus, dan terbanyak ada di Kota Masohi berjumlah 54 kasus.
Prevalensi artritis gout di Desa Sembiran, Bali sekitar 18,9%, sedangkan di Kota Denpasar sekitar 18,2%.
Tingginya prevalensi artritis gout di masyarakat Bali berkaitan dengan kebiasaan makan makanan tinggi
purin seperti lawar babi yang diolah dari daging babi, betutu ayam/itik, pepes ayam/babi, sate babi,dan
babi guling .
FAKTOR RISIKO GOUT ARTHRITIS
Berikut sejumlah faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan hiperurisemia,
pemicu artritis gout:
• Umur dan jenis kelamin
• Gaya hidup
• Paparan timbal
• Obat
• Berat badan
DIAGNOSIS GOUT ARTHRITIS
Dengan wawancara dan pemeriksaan untuk menggali riwayat keluhan dan juga menemukan tanda
dan gejala yang khas, dokter juga dapat melakukan beberapa tes penunjang. Tes ini membantu
dokter mengetahui apakah seseorang memiliki gout atau sesuatu yang lain dengan gejala serupa:
a. Tes cairan sendi
Cairan diambil dari sendi yang sakit dengan jarum, lalu dipelajari di bawah mikroskop yang
bertujuan untuk memeriksa apakah kristal ada di sana.
b. Tes darah.
Tes darah dapat memeriksa kadar asam urat. Tingkat asam urat yang tinggi tidak selalu berarti
gout, tetapi berarti terdapat risiko untuk mendapat gout.
c. X-ray.
Gambar dari sendi akan membantu mengesampingkan masalah lain.
d. USG.
Tes tanpa rasa sakit ini menggunakan gelombang suara untuk melihat area asam urat.
TANDA DAN GEJALA GOUT ARTHRITIS
Gejala artritis gout meliputi:
a.Nyeri yang tiba-tiba dan parah pada sendi, biasanya di tengah malam atau dini
hari.
b.Nyeri di sendi. Rasa nyeri bisa terasa hangat pada saat disentuh dan terlihat
merah atau ungu.
c.Kekakuan pada sendi menyebabkan terbatasnya pergerakan.
d.Sendi yang paling sering terkena adalah sendi jempol kaki, pergelangan kaki,
lutut, siku, pergelangan tangan, dan jari-jari tangan.
PENGOBATAN GOUT ARTHRITIS
DAMPAK KOMPLIKASI GOUT ARTHRITIS
PENCEGAHAN GOUT ARTHRITIS

Anda mungkin juga menyukai