Anda di halaman 1dari 6

Volume XI No.

2 Juli 2018

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ARTRITIS


RHEUMATOID DI RSU MITRA SEJATI MEDAN

Ninda Wahyuni
(D3 Keperawatan STIKes Flora Medan)

Abstrak
Artritis rheumatoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang.
Artritis rheumatoid dapat menyerang semua golongan usia. Namun, penyakit ini lebih
banyak menyerang kaum wanita, hampir tiga kali lipat dari pria, terutama usia 30-50
tahun. Artritis rheumatoid merupakan pembengkakan pada jaringan ikat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Faktor-Faktor yang
mempengaruhi terjadinya Artritis Rheumatoid Pada Lansia di RSU MIitra Sejati Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang dicatat
direkam medik Faktor-Faktor Terjadi Artritis Rheumatoid Pada Lansia di RSU MItra
Sejati Medan Tahun 2018.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total
sampling sebanyak 35 orang di Faktor-Faktor Terjadi Artritis Rheumatoid Pada Lansia
di RSU Mitra Sejati Medan.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 orang mayoritas terjadi atritis
rheumatoid possible sebanyak 10 orang. Berdasarkan umur 60-74 tahun mayoritas
terjadi artritis rheumatoid klasik sebanyak 8 orang, berdasarkan gaya hidup buruk
mayoritas terjadi dengan arthritis rheumatoid possible sebanyak 5 orang.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa yang mengalami artritis rheumatoid pada
lansia disebabkan oleh umur dan jenis kelamin. Diharapkan kepada RSU Mitra Sejati
Medan agar dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai artritis rheumatoid
pada lansia dan semakin meningkatkan promosi kesehatan tentang pentingnya
pencegahan artritis rheumatoid.
Kata Kunci : Faktor-faktor, Artritis Rheumatoid, Lansia

PENDAHULUAN
Penderita artritis rheumatoid mencapai 15 % yang berusia 60 tahun keatas, banyak
dijumpai bahwa artritis rheumatoid dapat menyerang semua usia, dari anak sampai usia lanjut,
dan perbandingan wanita dan pria adalah 3 : 1 (Enny Sophie, 2009).
Penyakit ini dapat menyerang semua golongan usia. Namun, penyakit ini lebih banyak
menyerang kamu wanita, hamper tiga kali lipat dari pria, terutama usia 30-50 tahun. Artritis
rheumatoid merupakan pembengkakan pada jaringan ikat.Gangguan jenis ini kebanyakan
menyerang persendian tangan dan kaki.Artritis rheumatoid bersifat kambuhan.Penyebab artritis
rheumatoid tidak diketahui secara pasti.Diduga penyebab utamanya karena gangguan
automunitas dan berhubungan dengan faktor genetis dan infeksi yang tidak dikenal.Saat ini
arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik yang ditandai oleh poliatritis kronik yang
menyerang sendi bilateral simetris, perubahan erosi pada rontgen dan dengan gejala sistemik
(David Avedoff, 1995).
Penyakit peradangan sendi, hampir selalu terdapat gejala nyeri dan kaku terutama pada
persendian.Nyeri merupakan sensasi subjektif dengan intensitas atau lokasi yang kadang kala
sulit digambarkan.Arthritis kronis menimbulkan rasa nyeri jika persendiannya digerakkan,
berbeda dengan rasa nyeri tajam pada penyakit saraf, yang tidak bergantung pada gerakan. Pada
penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam.Kadang-kadang kaku

Jurnal Keperawatan Flora 54


Volume XI No. 2 Juli 2018

merupakan tanda awal penyakit ini. Perandangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan
yang semakin berat (Agoes, 2011).
Artritis rheumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
sendi tangan dan kaki. Secara secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Hollman.DB, 2005).
Artritis rheumatoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh tubuh.Penyakit
ini terjadi pada sekitar 1 % dari jumlah penduduk dan wanita 2-3 kali lebih sering dibandingkan
pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia
berapapun. Artritis rheumatoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama
banyak sendi mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi
pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di sisi kanan tubuh juga akan meradang.
Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki,
pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki (Anjarwati, 2010).
Penyakit artritis rheumatoid menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi,
yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot
dan penipisan tulang.Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari,
pergelangan tangan, bahu, lutut dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si
penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun (Hollman,
2005).
Artritis dapat mempengaruhi persendian di dalam tubuh, tetapi biasanya mempengaruhi
sendi-sendi besar khususnya lutut dan paha.Jika artritis mempengaruhi tangan, maka
mengerjakan hal-hal sederhana seperti memutar keran, mencuci pakaian atau memasak terasa
sakit. Pada usia 70 tahun, 1 dalam 2 wanita mengeluhkan artritis atau rematik yang relative
tidak sakit, kecuali pada saat-saat tertentu (Jones, 2005).
Artritis rheumatoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang.
Sendi yang terjangkit biasanya sendi kecil seperti tangan dan kaki secara simetris (kiri dan
kanan) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi
mengalami kerusakan. Kerusakan sendi sudah mulai terjadi pada 6 bulan pertama terserang
penyakit ini, dan cacat bisa terjadi setelah 2-3 tahun bila penyakit tidak diobati. Penyakit
autoimun terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun yang
menyebabkan sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri atau dikarenakan adanya
kegagalan antibodi dan sel T untuk mengenali sel tubuhnya sendiri sehingga merusak sel tubuh
sendiri karena menganggap sel tubuh merupakan benda asing.Artritis rheumatoid menyerang
lapisan dalam bungkus sendi (sinovium) yang mengakibatkan radang pada pembungkus sendi.
Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang
rawan sendi, tulang, tendon dan ligamen dalam sendi (Sophia, 2009).

Jurnal Keperawatan Flora 55


Volume XI No. 2 Juli 2018

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan mengambarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid pada lansia di RSU Mitra Sejati
Medan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakanAccidental
Sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel yaitu pada lansia. Data yang dikumpulkan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang di
ambil dari data medical record. Data yang dikumpulkan di analisa secara deskriptif dengan
melihat persentase data yang dikumpulkan dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi,kemudian dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden dari
sini diambil satu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBASAHAN


Artritis rheumatoid pada awalnya menghasilkan gejala yang tidak khusus seperti merasa
tidak enak badan, kelelahan, adanya rasa dingin pada kaki dan tangan, demam ringan terus
menerus, tidak nafsu makan, berat badan turun, serta kekakuan umumdan nyeri pada
persendian. Secara khusus, kondisi artritis rheumatoid ditandai dengan peradangan pada
jaringan di sekitar sendi yang disebut dengan sinovium sehingga timbul gejala nyeri yang
berkepanjangan, bengkak, sendi berwarna merah dan terasa panas jika disentuh.Sendi yang
terkena menjadi kaku terutama saat penderita bengun di pagi hari (Wijayakusuma, 2008).
Menurut Anjarwati (2010), ada beberapa gejala artritis rheumatoid yaitu sebagai
berikut:
1) Kekakuan di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam (selama minimal 6 minggu)
2) Peradangan (artritis) pada 3 atau lebih sendi (selama minimal 6 minggu)
3) Artritis pada persendian tangan, pergelangan tangan atau jari tanan (selama minimal 6
minggu)
4) Faktor rematoid di dalam darah
5) Perubahan yang khas pada foto rontgen.
Menurut Wijayakusuma (2008), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya artritis rheumatoid yaitu sebagai berikut :
1) Infeksi, rematik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau
bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak.
2) Pekerjaan, sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan
timbulnya rematik nonartikular.
3) Gangguan imunitas, pada artritis rheumatoid penyebab utamanya diduga karena
automunitas (reaksi kekebalan karena proses dalam tubuh sendiri).
4) Faktor usia, jenis rematik yang diduga dipengaruhi oleh proses degenerative atau
ketuaan.

Jurnal Keperawatan Flora 56


Volume XI No. 2 Juli 2018

5) Faktor jenis kelamin, faktor jenis kelamin atau keturunan hanya berpengaruh pada
beberapa jenis rematik tertentu.
6) Lingkungan, kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mempengaruhi rematik.
Pencemaran lingkungan yang mengandung radikal bebas seperti logam berat dan zat
aditif/bahan kimia dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh sebagai racun dalam
darah. Jika darah dibebani oleh sisa buangan atau racun maka kandungan oksigen dan
unsure nutrisi menjadi kecil. Akibatnya, perbaikan jaringan tidak efisien. Racun dalam
darah tersebut dapat memperburuk kerusakan jaringan tubuh dan memunculkan gejala
artritis.
Pada artritis rheumatoid, peradangan berlangsung terus menerus dan menyebarke
struktur-struktur sendi di sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi,
akhirnya ligamentum dan tendon ikut meradang.Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah
putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.Pada
peradangan, membran sinovial mengalami hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respon peradangan berlanjut.Sinovial yang
menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang pandangan dan pembentukan jaringan parut. Proses
ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (Yono, 2011).
Pengobatan diarahkan pada upaya untuk meredakan gejala yaitu dengan kortikosteroid
dan imunosupresan. Pada prinsipnya, upaya penatalaksanaan bersifat simtomatik yaitu
mencegah terjadinya flares, mengurangi keparahan dan mempersingkat waktu timbulnya flares.
Pengobatan berdasarkan sistem alat tubuh yang terkena dan intensitasnya harus diukur agar
tujuan pengobatan berhasil.Penyakit dengan gejala yang ringan dan berulang tidak memerlukan
pengobatan.Jika diperlukan, pasien dapat diberikan antiinflamasi dan anti malaria.
Pengobatan farmakologis penyakit radang sendi dapat dibagi atas pemberian analgetik,
anti inflamasi non-steroid, kortikosteroid dan obat anti reumatik. Untuk mengatasi nyeri, obat
analgetik seperti asetaminofen dan anti inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen, sering dianjurkan
(Agoes, 2011)
Menurut Hollman (2005), ada beberapa penatalaksanaan artritis rheumatoid yaitu
sebagai berikut :
1) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis
penyakit ini.
2) Istirahat : karena pada artritis rheumatoid ini disertai rasa lelah yang hebat.
3) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan
untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.
4) Termoterapi dengan radiasi sinar-X
5) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.

Jurnal Keperawatan Flora 57


Volume XI No. 2 Juli 2018

6) Pemberian Obat-obatan : Anti Inflamasi non steroid (NSAID) seperti : aspirin yang
diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
Menurut Indrisari (2011), pengobatan hanya ditujukan untuk mengurangi gejala nyeri,
meredakan peradangan dan menekan sistem imun, misalnya aspirin, ibuprofen, prednison,
cyclophosphamide. Semakin kuat obat yang digunakan, maka semakin hebat potensi efek
sampingnya, sehingga diperlukan pemantauan ketat.
Banyak cara untuk mengatasi artritis rheumatoid. Tetapi yang cukup tepat adalah
mengatasi penyakit ini dengan olah raga. Tak perlu olah raga yang berat-berat, olah raga ringan
selama 15 menit hingga 1 jam rutin setiap minggu, dampaknya akan terasa hingga 3 tahun
mendatang. Olah raga yang disarankan untuk para lansia antara lain berjalan kaki, berenang,
yoga, tai chi dan olah raga ringan lainnya. Selain itu, jangan lupa untuk mengkonsumsi ikan
yang baik untuk kesehatan persendian, terutama ikan laut dalam seperti tuna atau salmon
(Muhammad. 2010).
Menurut Indrisari (2011), cara mengatasi penyakit artritis rheumatoid adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena, karena pemakaian sendi yang sakit akan memperburuk
peradangan. Dengan mengistirahatkan sendi secara rutin, hal ini dapat membantu mengurangi
nyeri.Namun untuk mencegah kekakuan, perlu dilakukan beberapa pergerakan ringan dan
sistematis.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden berdasarkan umur mayoritas
pada umur 60-74 tahun dengan artritis rheumatoid klasik sebanyak 8 orang (42.1%), dan
minoritas umur 75-90 tahun dengan artritis rheumatoid klasik sebanyak 1 orang (6.3%).
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Hendra (2008), bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang umur usia lanjut kemampuan penerimaan mengingat
suatu pengetahuan akan berkurang.
Semakin bertambahnya umur, semakin tinggi resiko terkena artritis rheumatoid. Setelah
berusia 60 tahun keatas, resiko terjadi artritis rheumatoid sangat mudah terkena. Artritis
rheumatoid yang diduga dipengaruhi oleh proses degeneratif atau ketuaan (Feby, 2010).
Menurut asumsi peneliti bahwa semakin bertambahnya umur seseorang maka tingkat
resiko mengalami artritis rheumatoid pada lansia akan semakin tinggi dimana umur sangat
mempengaruhi proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. Berdasarkan hasil
penelitian diatas bahwa umur 60-74 tahun sebagian besar mengalami artritis rheumatoid dan hal
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan responden sebanyak 35 orang.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden berdasarkan jenis kelamin
mayoritas jenis kelamin perempuan dengan artritis rheumatoid possible sebanyak 7 orang
(31,8%) dan minoritas jenis kelamin laki-laki dengan minoritas artritis rheumatoid probable
sebanyak 2 orang (15,4%).

Jurnal Keperawatan Flora 58


Volume XI No. 2 Juli 2018

Menurut David Ovedoff (1995) penyakit sistemik yang di tandai oleh poliatritis kronik
yang menyerang sendi bilateral simetris. Perubahan erosi pada rontgen dan sering dengan gejala
sistemik di mana penyebab tidak diketahui, tetapi terdapat bukti adanya riwayat keluarga, jenis
kelamin petanda jenis kelamin tertentu (dari system HLA). Sering di temukan dan mekanisme
autonium tersangkut mungkin berhubungan dengan infeksi yang tidak dikenal.
Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa jenis kelamin perempuan sebagian besar
mengalami artritis rheumatoid dan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti
dengan responden sebanyak 35 orang.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
artritis rheumatoid pada lansia di RSU Mitra Sejati Medanyang berjumlah 35 responden maka
diambil kesimpulan, maka Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid
pada lansia berdasarkan umur mayoritas pada umur 60-74 tahun terjadi artritis rheumatoid
klasik dan minoritas pada umur 75-90 tahun artritis rheumatoid klasik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid pada lansia berdasarkan jenis kelamin mayoritas
jenis kelamin perempuan terjadi artritis rheumatoid possible dan minoritas jenis kelamin laki-
laki terjadi artritis rheumatoid definit.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A, dkk, 2011. Penyakit di Usia Tua. EGC, Jakarta.

Anjarwati, W, 2010. Tulang dan Tubuh Kita. Getar Hati, Yogyakarta

David, Ovedoff, 1995. Kapita Selekta Kedokteran. FK Universitas Trisakti.

Indriasari, D, 2010. 100% Sembuh Tanpa Dokter, A-Z Deteksi, Obat dan Cegah Penyakit.
Pustaka Grahatama, Yogyakarta.

Jones, D, L, 2005. Setiap Wanita. Delapratasa Publishing.

Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika, Jakarta.

Muhammad, N, 2010. Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Lansia, Tunas Publishing,
Jogjakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.

, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Wijayakusuma, H, M,H, 2008. Atasi Asam Urat dan Rematik, Ala Hembing. Puspa Swara,
Jakarta.

Jurnal Keperawatan Flora 59

Anda mungkin juga menyukai