Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

OLEH

NAMA : ANAK AGUNG ISTRI INGGITA ANGGARI


NIM : 17C10012
KELAS :A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
A. Konsep Teori Kebutuhan
1. Definisi
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang
simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan
ekstraartikular. Perjalanan penyakit RA ada 3 macam yaitu
monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus
perjalananya kronik kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan
Reumatologi Indonesia,2014).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang
berarti sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid
Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi,
kecacatan dan banyak mengenai penduduk pada usia produktif
sehingga memberi dampak sosial dan ekonomi yang besar.
Diagnosis dini sering menghadapai kendala karena pada masa dini
sering belum didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan
berkembang sejalan dengan waktu dimana sering sudah terlambat
untuk memulai pengobatan yang adekuat (Febriana,2015).
2. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4
tipe, yaitu:
a. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
1. Kaku pagi hari
kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya
sekurang- kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal
2. Arthritis pada 3 daerah persendian atau lebih
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian pada sekurang-
kurangnya pada 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi
oleh seorang dokter.
3. Arthritis pada persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan suatu persendian
tangan seperti yang tertera diatas
4. Arthritis simetris
Keterlibatan sendi yang sama (seperti kriteria yang tertera 2
pada kedua belah sisi (keterlibatan PIP, MPC, atau MTP
bilateral.
5. Nodul rematoid
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler yang diobervasi oleh
dokter
6. Faktor rematoid serum positif
Terdapatnya titer abnormal faktor rematoid serum.
7. Perubahan gambaran radiologis
Pada pemeriksaan sinar x tangan posterior atau pergelangan
tangan yang harus menunjukkan erosi.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
e. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada
jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti,
nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
f. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
g. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara
progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Factor predisposisi Reumatoid arthritis adalah mekanisme


imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena
nya artritis reumatoid adalah;
a. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
b. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-
anak (artritis reumatoid juvenil)
c. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko
terjadinya penyakit ini lebih tinggi.
d. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

4. Etiologi

Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi terdapat


hipotesis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya artritis
reumatoid, yaitu:
1. Genetik

Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis reumatoid,


memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak
dari populasi normal.
2. Kompleks imun (autoimun)

Antibodi yang tidak biasa dg tipe IgM dan atau IgG terbentuk di
sinosium dan jaringan konektif lainnya sehingga berakibat inflamasi
lokal dan sistemik

3. Pengaruh hormonal

Lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki

4. Perkembangan virus

Setelah terjangkit virus, misalnya virus Epstein Barr yang


menyebabkan terjadi autoimun.

5. Patofisiologi

Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana


merupakan penyakit autoimun yang dicetuskan faktor luar (infeksi,
cuaca) dan faktor dalam (usia, jenis kelamin, keturunan, dan
psikologis). Diperkirakan infeksi virus dan bakteri sebagai
pencetus awal RA. Sering faktor cuaca yang lembab dan daerah
dingin diperkirakan ikut sebagai faktor pencetus.
Patogenesis terjadinya proses autoimun, yang melalui
reaksi imun komplek dan reaksi imunitas selular. Tidak jelas
antigen apa sebagai pencetus awal, mungkin infeksi virus. Terjadi
pembentukan faktor rematoid, suatu antibodi terhadap antibodi
abnormal, sehingga terjadi reaksi imun komplek (autoimun).
Proses autoimun dalam patogenesis RA masih belum tuntas
diketahui, dan teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadi
berbagai peran yang saling terkait, antara lain peran genetik,
infeksi, autoantibodi serta peran imunitas selular, humoral, peran
sitokin, dan berbagai mediator keradangan. Semua peran ini, satu
sama lainnya saling terkait dan pada akhirmya menyebabkan
keradangan pada sinovium dan kerusakan sendi disekitarnya atau
mungkin organ lainnya. Sitokin merupakan local protein mediator
yang dapat menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi dan aktivitas
sel, dalam proses keradangan. Berbagai sitokin berperan dalam
proses keradangan yaitu TNF α, IL-1, yang terutama dihasilkan
oleh monosit atau makrofag menyebabkan stimulasi dari sel
mesenzim seperti sel fibroblast sinovium, osteoklas, kondrosit serta
merangsang pengeluaran enzim penghancur jaringan, enzim matrix
metalloproteases (MMPs) (Putra dkk,2013).
Proses keradangan karena proses autoimun pada RA,
ditunjukkan dari pemeriksaan laboratorium dengan adanya RF
(Rheumatoid Factor) dan anti-CCP dalam darah. RF adalah
antibodi terhadap komponen Fc dari IgG. Jadi terdapat
pembentukan antibodi terhadap antibodi dirinya sendiri, akibat
paparan antigen luar, kemungkinan virus atau bakteri. RF
didapatkan pada 75 sampai 80% penderita RA, yang dikatakan
sebagai seropositive. Anti-CCP didapatkan pada hampir 2/3 kasus
dengan spesifisitasnya yang tinggi (95%) dan terutama terdapat
pada stadium awal penyakit. Pada saat ini RF dan anti-CCP
merupakan sarana diagnostik penting RA dan mencerminkan
progresifitas penyakit (Putra dkk,2013).
Sel B, sel T, dan sitokin pro inflamasi berperan penting
dalam patofisiologi RA. Hal ini terjadi karena hasil diferensiasi
dari sel T merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin yang
merangsang terjadinya sinovitis. Sinovitis adalah peradangan pada
membran sinovial, jaringan yang melapisi dan melindungi sendi.
Sedangkan sel B berperan melalui pembentukan antibodi, mengikat
patogen, kemudian menghancurkannya. Kerusakan sendi diawali
dengan reaksi inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru
pada membran sinovial.
Kejadian tersebut menyebabkan terbentuknya pannus, yaitu
jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Pannus
tersebut dapat mendestruksi tulang, melalui enzim yang dibentuk
oleh sinoviosit dan kondrosit yang menyerang kartilago. Di
samping proses lokal tersebut, dapat juga terjadi proses sistemik.
Salah satu reaksi sistemik yang terjadi ialah pembentukan protein
fase akut (CRP), anemia akibat penyakit kronis, penyakit jantung,
osteoporosis serta mampu mempengaruhi hypothalamic-pituitary-
adrenalaxis, sehingga menyebabkan kelelahan dan depresi (Choy,
2012).
Pada keadaan awal terjadi kerusakan mikrovaskular, edema
pada jaringan di bawah sinovium, poliferasi ringan dari sinovial,
infiltrasi PMN, dan penyumbatan pembuluh darah oleh sel radang
dan trombus. Pada RA yang secara klinis sudah jelas, secara
makros akan terlihat sinovium sangat edema dan menonjol ke
ruang sendi dengan pembentukan vili. Secara mikros terlihat
hiperplasia dan hipertropi sel sinovia dan terlihat kumpulan
residual bodies. Terlihat perubahan pembuluh darah fokal atau
segmental berupa distensi vena, penyumbatan kapiler, daerah
trombosis dan pendarahan perivaskuler. Pada RA kronis terjadi
kerusakan menyeluruh dari tulang rawan, ligamen, tendon dan
tulang. Kerusakan ini akibat dua efek yaitu kehancuran oleh cairan
sendi yang mengandung zat penghancur dan akibat jaringan
granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus (Putra dkk,2013).
6. Manifestasi Klinis

Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam


beberapa minggu atau bulan. Sering pada keadan awal tidak
menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat
berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan
diluar sendi (Putra dkk,2013).
a. Keluhan umum

Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah,


nafsu makan menurun, peningkatan panas badan yang
ringan atau penurunan berat badan.
b. Kelainan sendi

Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi


pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis).
Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku,
bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki.
Kelainan tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan
sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan
dan nyeri sendi.
c. Kelainan diluar sendi

o Kulit : nodul subkutan (nodul rematoid)

o Jantung : kelainan jantung yang simtomatis


jarang didapatkan, namun 40% pada autopsi RA
didapatkan kelainan perikard
o Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa
paru obstruktif dan kelainan pleura (efusi pleura,
nodul subpleura)
o Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat
vaskulitis yang sering terjadi berupa keluhan
kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan
gejala foot or wrist drop
o Mata:terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis
sika) berupa kekeringan mata, skleritis atau
eriskleritis dan skleromalase perforans

o Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan


spleenomegali, limpadenopati, anemia,
trombositopeni, dan neutropeni

Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium


pada RA yaitu (Nasution, 2011):
a. Stadium sinovitis.
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh
sinovitis, yaitu inflamasi pada membran sinovial yang
membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya
simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris.
Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi
sehingga terjadi deformitas dan kehilangan fungsi
(Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan hampir
selalu terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal
dan metakarpofalangeal (Suarjana, 2009).
b. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi
kerusakan pada jaringan sinovial (Nasution, 2011).
c. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara


progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan
fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).

B. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel
darah akan meningkat.

C. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

 Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan


C-Reactive Protein (CRP) meningkat
 Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki
RF positif namun RF negatif tidak menyingkirkan
diagnosis
 Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) :
Biasanya digunakan dalam diagnosis dini dan
penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti
CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
b. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”,
osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.

D. Penatalaksanaan Medis
a. Pencegahan
Etiologi untuk penyakit RA ini belum diketahui secara
pasti, namun berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya,
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan faktor
risiko:
1) Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi
untuk mengurangi risiko peradangan oleh RA. Oleh
penelitian Nurses Health Study AS yang menggunakan
1.314 wanita penderita RA didapatkan mengalami
perbaikan klinis setelah rutin berjemur di bawah sinar UV-
B.
2) Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot
sendi. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan antara lain,
jongkok-bangun, menarik kaki ke belakang pantat,
ataupun gerakan untuk melatih otot lainnya. Bila mungkin,
aerobik juga dapat dilakukan atau senam taichi.
3) Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut
akan bekerja lebih berat untuk menyangga tubuh.
Mengontrol berat badan dengan diet makanan dan
olahraga dapat mengurang risiko terjadinya radang pada
sendi.
4) Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond,
kacang polong, jeruk, bayam, buncis, sarden, yoghurt, dan
susu skim. Selain itu vitamin A,C, D, E juga sebagai
antioksidan yang mampu mencegah inflamasi akibat
radikal bebas.
5) Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau
cairan pelumas pada sendi juga terdiri dari air. Dengan
demikian diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah
yang cukup dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi
yang melumasi antar sendi, sehingga gesekan bisa
terhindarkan. Konsumsi air yang disrankan adalah 8 gelas
setiap hari. (Candra, 2013)
6) Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, ditemukan
bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya RA.
Sehingga salah satu upaya pencegahan RA yang bisa
dilakukan masyarakat ialah tidak menjadi perokok akif
maupun pasif. (Febriana, 2015).
b. Penanganan
Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi,
rehabilitasi dan pembedahan bila diperlukan, serta edukasi
kepada pasien dan keluarga. Tujuan pengobatan adalah
menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan
lebih lanjut (Kapita Selekta,2014).
1) NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi
akibat inflamasi. NSAID yang dapat diberikan atara lain:
aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi kerusakan
tulang rawan sendi dan tulang dari proses destruksi.
2) DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan
kartilago) dari proses destruksi oleh Rheumatoid Arthritis.
Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin,
metotreksat, sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan
asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal maupun
kombinasi (Putra dkk,2013).
3) Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara
prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge” terapi untuk
mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek
DMARDs yang baru muncul setelah 4-16 minggu.
4) Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien dan untuk mengembalikan tingkat
kemampuan pasien dengan tujuan mengurangi rasa nyeri,
mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak
sendi, mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi ,
serta dengan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan.
5) Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan
hasil yang diharapkan, maka dapat dipertimbangkan
pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya
sinovektomi, arthrodesis, total hip replacement, dan
sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)

Tabel 1. DMARD untuk terapi RA

OBAT ONSET DOSIS Keterangan


Sulfasalazin 1-2 bulan 1x500mg/hari/io Digunakan sebagai lini
ditingkatkan setiap pertama
minggu hingga
4x500mg/hari
Metotreksat 1-2 bulan Dosis awal 7,5-10 Diberikan pada kasus
mg/ minggu/IV lanjut dan berat. Efek
atau peroral 12,5- samping: rentan infeksi,
17,5mg/minggu intoleransi GIT,
dalam 8-12 minggu gangguan fungsi hati dan
hematologik
Hidroksiklorokuin 2-4 bulan 400 mg/hari Efek samping: penurunan
tajam penglihatan, mual,
diare, anemia hemolitik
Asatioprin 2-3 bulan 50-150 mg/hari Efek samping: gangguan
hati, gejala GIT,
peningkatan TFH
D-penisilamin 3-6 bulan 250-750mg/hari Efek samping: stomatitis,

proteinuria, rash
Tinjauan Teori
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
a. Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
a. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
4. Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
a. Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
b. Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
a. Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
a. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan deformitas sendi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
Nyeri Akut a. Tujuan a. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu
Dalam waktu …. kualitas, lokasi, menentukan
setelah diberikan intensitas dan waktu. kebutuhan
tindakan keperawatan Catat faktor yang manajemen nyeri
skala nyeri berkurang mempercepat dan dan keefektifan
b. Kriteria Hasil tanda rasa sakit program.
1) Skala nyeri berkurang nonverbal. 2. Mengetahui kondisi
2) Pasien dapat b. Pantau TTV pasien
beristirahat c. Berikan posisi umum pasien
3) Ekspresi meringis (-) nyaman waktu 3. Penyakit
4) TTV dalam batas tidur/duduk di kursi. berat/eksaserbasi,
normal (TD : 120- Tingkatkan istirahat tirah baring
140/60-80 mmHg, N : di tempat tidur diperlukan untuk
60-100, RR : 16-24 sesuai indikasi. membatasi nyeri atau
x/menit, T : 36,5- d. Anjurkan mandi air cedera sendi
37,5°C) hangat/pancuran 4. Panas meningkatkan
pada waktu bangun. relaksasi otot dan
Sediakan waslap mobilitas,
hangat untuk menurunkan rasa
mengompres sendi sakit dan kekakuan
yang sakit beberapa di pagi hari.
kali sehari. Sensitivitas pada
e. Kalaborasi dalam panas dapat hilang
pemberian obat dan luka dermal
analgetik. dapat sembuh.
5. Obat analgetik
berfungsi untuk
menurunkan rasa
nyeri pasien.
Hambatan 1. Tujuan a. Evaluasi • Tingkat aktivitas
mobilitas Dalam waktu 1 x 24 pemantauan atau latihan
fisik jam setelah diberikan tingkat tergantung dari
tindakan keperawatan inflamasi/rasa perkembangan
kekuatan otot pasien sakit pada sendi. proses inflamasi
meningkat b. Pertahankan tirah • Istirahant sistemik
2. Kriteria Hasil baring/duduk. dianjurkan selama
a. Mempertahankan Jadwal aktivitas eksaserbasi akut
fungsi posisi dengan untuk memberikan dan seluruh fase
pembatasan periode istirahat penyakit untuk
kontraktur. terus-menerus dan mencegah
b. Mempertahankan atau tidur malam hari. kelelahan,
meningkatkan c. Bantu rentang mempertahankan
kekuatan dan fungsi gerak aktif/pasif, kekuatan.
dari dan/atau latihan resistif dan • Meningkatkan
kompensasi bagian isometrik. fungsi sendi,
tubuh. d. Konsul dengan kekuatan otot dan
c. Mendemostrasikan ahli terapi fisik stamina.
teknik/perilaku yang atau okupasi dan • Memformulasi
memungkinkan spesialis program latihan
melakukan aktivitas. vokasional berdasarkan
kebutuhan
individual dan
mengidentifikasi
bantuan mobilitas.

Gangguan 1. Tujuan a. Dorong a. Berikan kesempatan
Citra Tubuh Setelah diberikan pengungkapan mengidentifiaksi
asuhan keperawatan mengenai proses rasa takut/kesalahan
selama …. pasien penyakit dan konsep dan
menerima perubahan harapan masa menhadapi secara
tubuh. depan. langsung
2. Kriteria Hasil b. Bantu dengan b. Mempertahankan
a. Mengungkapkan kebutuhan penampilan yang
peningkatan rasa perawatan yang meningkatkan citra
percaya diri dalam diperlukan. diri
kemampuan untuk c. Rujuk pada c. Pasien/keluarga
menghadapi penyakit, konseling psikiatri membutuhkan
perubahan gaya hidup (misal perawat dukungan selama
dan kemungkinan spesialis psikiatri, berhadapan dnegan
keterbatasan. psikologi, pekerja proses jangka
b. Menerima perubahan sosial) panjang.
tubuh dan c.
mengintegrasikan ke
dalam konsep diri.
c. Mengembangkan
keterampilan
perawatan diri agar
dapat berfungsi dalam
masyarakat.

Defisit 1. Tujuan a. Kaji respons a. Perubahan


perawatan Setelah diberikan asuhan emosional pasien kemampuan
diri keperawatan selama …. terhadap merawat diri dapat
pasien dapat kemampuan membangkitkan
melaksanakan aktivitas merawat diri yang perasaan cemas dan
perawatan diri menurun dan diberi frustasi, dimana
2. Kriteria Hasil dukungan dapat mengganggu
a. Melaksanakan emosional. kemampuan lebih
aktivitas perawatan b. Beri dorongan agar lanjut.
diri pada tingkat yang berpartisipasi dalam b. Partisipasi pasien
konsisten dengan merawat diri. dalam merawat diri
kemampuan Aktivitas yang meningkatkan
individual. terjadwal harga diri dan
b. Mendemonstrasikan memungkinkan menurunkan
perubahan teknik atau waktu untuk perasaan
gaya hidup untuk merawat diri. ketergantungan.
memenuhi kebutuhan c. Pertahankan c. Mendukung
perawatan diri. mobilitas, kontrol kemandirian fisik
c. Mengidentifikasikan terhadap nyeri dan dan emosional.
sumber pribadi atau program latihan. d. Menentukan alat
komunitas yang dapat d. Konsultasi dengan bantu memenuhi
memenuhi kebutuhan ahli terapi okulasi kebutuhan individu.
perawatan diri.

1. Tujuan a. Hindarkan klien a. perubahan posisi


Setelah diberikan dari satu posisi berguna untuk
asuhan keperawatan yang menetap, ubah mencegah
selama …. pasien posisi klien dengan terjadinya
tidak menderita hati-hati. penekanan
cidera b. Bantu klien punggung dan
1. Kriteria Hasil memenuhi memperlancar
a. Pantau faktor resiko kebutuhan sehari- aliran darah serta
perilaku pribadi dan hari selama terjadi mencegah
lingkungan kelemahan fisik. terjadinya
b. Mengembangkan dan c. Ajarkan cara dekubitus.
mengikuti strategi melindungi diri dari b. kelemahan yang
pengendalian resiko trauma fisik seperti dialami oleh pasien
c. Mempersiapkan cara mengubah hiperparatiroid
lingkungan yang posisi tubuh, dan dapat mengganggu
aman cara berjalan serta proses pemenuhan
d. Mengidentifikasikan menghindari ADL pasien.
yang dapat perubahan posisi c. mencegah
meningkatkan reiko yang tiba-tiba. terjadinya cedera
cedera pada pasien
e. Menghindari cedera
fisik
Defisiensi 1. Tujuan a. Tinjau proses a. Memberikan
Pengetahuan Setelah diberikan asuhan penyakit, pengetahuan
keperawatan selama …. prognosis, dan dimana pasien
pasien dan keluarga harapan masa dapat membuat
menunjukkan depan. pilihan berdasarkna
pemahaman tentang b. Diskusikan informasi.
kondisi dan perawatan. kebiasaan pasien b. Tujuan kontrol
1. Kriteria Hasil dalam penyakit adalah
a. Menunjukkan penatalaksanaan untuk menekan
pemahaman tentang proses sakit inflamasi atau
kondisi dan melalui diet, obat, jaringan lain untuk
perawatan. latihan dan mempertahankan
b. Mengembangkan istirahat. fungsi sendi dan
rencana untuk c. Berikan informasi mencegah
perawatan diri, mengenai alat deformitas.
termasuk modifikasi bantu, misal : c. Mengurangi
gaya hidup yang tongkat atau paksaan untuk
konsisten dengan palang keamanan menggunakan sendi
mobilitas atau d. Tekankan dan memungkinkan
pembatasan aktivitas. pentingnya pasien ikut serta
melanjutkan secara lebih
manajemen nyaman dalam
farmakoterapeutik. aktivitas yang
dibutuhkan.
d. Keuntungan dari
terpai obat
tergantung pada
ketepatan dosis,
misal : aspirin
diberikan secara
reguler untuk
mendukung kadar
terapeutik darah 18
- 25 mg.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahapan ke empat dalam
proses pemberian asuhan keperawatan. Pada tahapan ini dilakukan
implementasi berdasarkan rencana keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan ke lima dalam proses
pemberian asuhan keperawatan. Pada tahapan ini dilakukan evaluasi
berdasarkan implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan sehingga
dapat ditentukan perencanaan lanjut terhadap klien..
Daftar Pustaka

Anonymus, Artritis Rematoid. (online). http:// www. naturindonesia. com/ artikel-


berbagai- penyakit- degeneratif/ 449-artritis-reumatoid-.html, diakses
tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.30
Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online). http://profesional-eagle.
blogspot. Com /2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html,
diakses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.40
Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online). http://www.
kapukonline.com/2012/01/askep-asuhan keperawatan rheumatoid
arthri. html, diakses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.50
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba
Medika : Jakarta.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:
Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th
ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-
32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi
7. Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku
Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit bag 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta:
EGC.
Woc Reumatoid Artritis

Reaksi faktor resiko (umur, jenis kelamin, keturunan dan


gaya hidup) dengan antibody, faktor metabolic, infeksi
dengan kecendrungan virus

Reaksi peradangan (inflamasi)

Nyeri dan bengkak Synovial menebal Kurangnya informasi


tentang proses penyakit

MK : Nyeri Akut Pannus


MK : Defisiensi
Pengetahuan

Deformitas sendi Nodul Hambatan nutrisi pada kartilago

MK : Gangguan Citra
Tubuh Adhesi permukaan sendi Kerusakan kartilago dan tulang
Erosi kartilago

Ankilosis fibrosa Tendon dan otot


Keterbatasan gerak

MK: Hambatan
Kekuatan otot
Mobilitas Fisik Kekakuan sendi

MK : Defisit Perawatan
Diri MK : Resiko Cedera
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN REUMATOID ARTHITIS
DI RUANG ………………………………….RSU …………………………
TANGGAL ……………………….S/D……………………….

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal……………pukul…………di Ruang…………
RSU……………….dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
(rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(hubungan dg penanggung)
Nama : Ny. S ……………………
Umur : ………………………..... ……………………
Jenis Kelamin : Perempuan ……………………
Status Perkawinan: ………………………..... ……………………
Suku /Bangsa : ………………………..... ……………………
Agama : ………………………..... ……………………
Pendidikan : ………………………..... ……………………
Pekerjaan : ………………………..... ……………………
Alamat : ………………………..... ……………………
Alamat Terdekat : ………………………..... ……………………
Nomor Telepon : ………………………..... ……………………
Nomor Register : ………………………..... ……………………
Tanggal MRS : ………………………..... ……………………

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit

Pasien mengatakan nyeri pada bagian sendi kakiknya dan jari-jari tangannya

2) Keluhan utama saat pengkajian


Pasien mengatakan nyeri pada persendian yang dirasakan sehabis makan
jerohan, bakso dan makanan berlemak , nyeri seperti ditusuk-tusuk di kaki dan
jari jari tanganya, skala nyeri 6 dirasakan tiba-tiba kadang saat aktivitas pagi
hari, atau malam hari saat tidur.

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Ny.S memiliki riwayat kesehatan sekarang yaitu Klien mengatakan sudah
merasakan nyeri pada sendi kakinya dan jari-jari tangannya,kekakuan sendi
sejak 1 tahun yang lalu,namun klien hanya membeli obat warung saja untuk
mengurangi rasa nyerinya, kadang klien hanya memakai GPU,namun obat
warung itu hanya menyembuhkan sesaat saja, karena tak kunjung sembuh,
keluarga klien membawa klien pergi ke Puskesmas Bangsal,saat dilakukan
pengkajian keadaan klien seperti menahan rasa sakit/nyeri, klien tampak
memegangi kakinya,klien mengatakan nyerinya sudah lama dirasakan, nyeri
kambuh jika klien makan-makanan berlemak dan bakso,klien juga mengatakan
nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk,jika nyerikambuh kaki bengkak dan
seperti kemerahan, klien mengalami gangguan untuk aktivitas dan klien
mengalami gangguan. Ny.S mengatakan selera untuk makan, suka makan
jerohan, bakso, dan makanan berlemak,BB : 80 Kg,Makan 3 x perhari, minum
1500 cc, tidak memeliki alergi makanan, Klien RA mengalami malaise, terjadi
keterbatasan rentang gerak, imobilisasi. Pasien mengatakan nyeri pada
persendian yang dirasakan sehabis makan jerohan, bakso dan makanan
berlemak lainya, nyeri seperti ditusuk-tusuk di kaki dan jari jari tanganya,
skala nyeri 6,nyeri dirasakan tiba-tiba kadang saat aktivitas pagi hari, atau
malam hari saat tidur. Tanda-tanda vital : KU : cukup TD : 130/90 mmHg
BB : 110 Kg, Sistem musculoskeletal : Ada odema pada pergelangan kaki
sebelah kanan dan kiri, kemerahan sendi, nyeri pada pergelangan kaki kanan
dan kiri, keterbatasan rentang gerak, kaki nyeri saat ambulasi.

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Ny.S sudah menderita RA 1 tahun yang lalu dan melakukan pengobatan rutin
di Puskesmas Bangsal.
5) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada data terkait hal tersebut

6) Genogram

c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : t.a.k (tidak ada keluhan), □ sesak saat menarik nafas,

□ sesak saat mengeluarkan nafas, □ nyeri waktu


bernafas,
□ batuk, □ dada berdebar
Data lain:-
Masalah Keperawatan: -

2) Makan dan minum


Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : klien memiliki selera makan yang bagus, frekuensi
makan (3x/hari), jenis makanan (suka makan jerohan,
bakso, dan makanan berlemak), makanan pantangan (-),
alergi makanan (-), porsi makan sehari (1 porsi),
minuman yg biasa diminum (air), alcohol (-), merokok
(-), jumlah minum sehari (1500 cc/hari),
Data lain :
Masalah Keperawatan: -

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -
4) Gerak dan aktivitas
Sebelum Pengkajian: Tidak ada keluhan
Saat Pengkajian :klien mengatakan mengalami keterbatasan dalam
bergerak dan beraktivitas dan kakinya terasa nyeri saat
berpindah- pindah.
Masalah Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik

5) Istirahat dan tidur


Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain:-
Masalah Keperawatan: -

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian : Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -

8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan nyeri pada persendian sejak 1 tahun
yang lalu hingga saat ini
Saat Pengkajian : Merasa tidak nyaman nyeri, skala nyeri( 6 ), intensitas
nyeri (kadang-kadang), kualitas nyeri( nyeri seperti
ditusuk-tusuk di kaki dan jari jari tanganya),
Lokasi nyeri (sendi kaki dan jari- jari tangan), waktu
(saat aktivitas pagi hari, atau malam hari saat tidur),
penyebab nyeri( makan- makanan berlemak dan bakso)
Data lain: -
Masalah Keperawatan: Nyeri Kronis

9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -

10) Data sosial


Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan: -

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -

12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -

13) Belajar
Sebelum Pengkajian: Pasien belum memahami penyakitnya terlihat dari pasien
sudah mengidap menyakit RA sejak 1 tahun yang lalu
serta pasien yang masih tetap mengkonsumsi makanan
seperti jeroan dan lemak
Saat Pengkajian :Pasien belum memahami penyakitnya terlihat dari pasien
sudah mengidap menyakit RA sejak 1 tahun yang lalu
serta pasien yang masih tetap mengkonsumsi makanan
seperti jeroan dan lemak
Data lain: -
Masalah Keperawatan: Defisiensi Pengetahuan

14) Ibadah
Sebelum Pengkajian: Tidak terkaji
Saat Pengkajian : Tidak terkaji
Data lain: -
Masalah Keperawatan: -

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : composmentis/sadar penuh, □ somnolen, □ koma
Data lainnya: -
b) Bangun Tubuh : □ kurus, □ sedang, gemuk
Data lainnya:
c) Postur Tubuh : □ tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ skoliosis,
Data lainnya: tidak terkaji
d) Cara Berjalan : □ lancar terkoordinir, terganggu,
Data lainnya: -
e) Gerak Motorik : □ normal, tergangu,
Data lainnya: khususnya pada kaki akibat adanya
edema
f) Keadaan Kulit
Warna : □ normal, □ ikterus, □ sianosis, □ pucat/anemis

Turgor : □ elastis, □ kurang elastis, □ jelek

Kebersihan: □ bersih, □ kurang bersih, □ kotor

Luka : □ tidak ada,

□ ada : □ terbuka, □ tertutup


Lokasi…………………………………………………
Luas luka………………………………………………
Warna…………………………………………………
Pus………………………………………………………
Hiperemi ………………………………………………
Jaringan…………………………………………………
Gambar :
Depan Belakang

g) Gejala Kardinal : TD : 130/90 mmHg


N :…………x/mnt
S :………….oC
RR :………… x/mnt
h) Ukuran lain : BB : 80 kg
TB : 110 cm
LL : -

2) Kepala (Tidak terkaji)


a) Kulit kepala □ bersih, □ kotor : □ ketombe, □ kutu

b) Rambut : □ rontok, □ jagung, □ merah


c) Nyeri tekan, lokasi………………………………………………………
d) Luka : Lokasi……………………………………………………………
Luas luka…………………………………………………………
Warna……………………………………………………………..
Gambar

Data lainnya: -

3) Mata (Tidak terkaji)


a) Konjungtiva : □ merah muda, □ anemis/pucat, □ ikterus/kuning

b) Sklera : □ putih, □ ikterus

c) Kelopak mata : □ oedema, □ benjolan, □ lingkaran hitam

d) Pupil : □ reflek pupil baik, □ pupil isokor, □ pupil midriasis

□ Bola mata menonjol


Data lainnya: -

4) Hidung (Tidak terkaji)


a) Keadaan : □ Bersih, □ Secret, □ Darah, □ Polip

b) Penciuman : □ Baik, □ Terganggu

c) Nyeri : □ nyeri tekan, □ Sinusitis, Lokasi………………………………...

d) Luka, □ Tidak ada,


□ Ada : Lokasi………………………………………………………
Luas luka……………………………………………………
Warna……………………………………………………….
Data lainnya: -

5) Telinga (Tidak terkaji)


a) Keadaan : □ Bersih, □ Secret, □ Darah
b) Nyeri : □ tidak nyeri, □ nyeri tekan

c) Pendengaran, □ baik/normal, □ terganggu…………………………………

d) Pemeriksaan □ test rinne……………………………………………………

□ test webber………………………………………………….
□ test swabach…………………………………………………
Data lainnya:

6) Mulut (Tidak terkaji)


a) Mukosa bibir : □ mukosa lembab, □ bibir sianosis, □ pucat, □ kering

b) Gusi : □ tidak berdarah, □ berdarah

c) Gigi : □ gigi lengkap, □ gigi bersih, □ caries/karang gigi, □ berlubang

d) Lidah : □ bersih, □ kotor,

e) Tonsil : □ normal, □ hyperemia pada tonsil, □tonsil membesar, □faring


radang
Data lainnya:

7) Leher (Tidak terkaji)


a) Inspeksi
Keadaan : □ baik/normal, □ Pembengkakan kelenjar tiroid, □ distensi

vena jugularis, □ kaku kuduk

b) Palpasi : □ kelenjar limfe membesar, □kelenjar parotis membesar,

□Pembengkakan kelenjar tiroid, □deviasi trakea, □teraba massa/tumor……


Data lainnya:

8) Thorax (Tidak terkaji)


a) Inspeksi
- Bentuk : □ simetris, □ asimetris

- Gerakan dada: □ bebas, □ terbatas, □ retraksi dada, □ palpitasi

- Payudara : □ simetris, □ asimetris

□ Nyeri…………………………………………………………
□ Bengkak………………………………………………………
□ Luka, Lokasi…………………………………………………
Luas……………………………………………………
Warna………………………………………………….
Pus ……………………………………………………
Lain-lain………………………………………………
b) Palpasi
- Pengembangan dada : □ simetris, □ asimetris

- Vibrasi tactile premitus : □ simetris, □ asimetris


- Nyeri tekan: ………………………………………………………….
c) Perkusi
- Suara paru : □ Sonor/resonan, □ dullnes, □ hypersonor
d) Auskultasi
- Suara paru : □ vesikuler/normal, □ ronchi, □ wheezing □ rales

- Suara jantung: □ Regular, □S1-S2 tunggal, □ Murmur, □ Gallop

Data lainnya………………………………………………………………

9) Abdomen (Tidak terkaji)


a) Inspeksi
- Pemeriksaan : □ distensi abdomen, □ ascites

- Luka, □ tidak ada, □ ada, Lokasi…………………………….………


Luas……………………………………………………
Warna………………………………………………….
Pus …………………………………………………….
Lain-lain……………………………………………….
b) Auskultasi
- Peristaltic usus:………x/mnt

c) Palpasi : □ hepatomegali, □ apendiksitis, □ distensi abdomen, □ ascites,

□massa, □ nyeri tekan, lokasi……………………………………………….


d) Perkusi : □ tympani, □ dullnes, □ hipertympani
Data lainnya……………………………………………………………….

10) Genetalia (Tidak terkaji)


a) Keadaan : □ Bersih, □ Keputihan, □ Darah

b) Letak Uretra : □ Normal, □ Epispadia, □ Hipospadia

c) Prosedur invasife : □ Tidak

□ Ya, Terpasang dower catheter,……………………….


Data lainnya………………………………………………………………….

11) Anus (Tidak terkaji)


Keadaan : □ Bersih, □ Hemoroid
Data lainnya………………………………………………………………….

12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
pergerakan tidak bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada

ujung kuku, □Clubbing finger, □ CRT ……..detik

□ Luka, Lokasi
Luas luka
Warna
Pus
Hiperemi
Jaringan
□ Terpasang infuse,
Data lainnya: nyeri pada persendian jari-jari tangan
b) Ektremitas Bawah
pergerakan tidak bebas, □ deformitas, Oedema, □ Sianosis pada ujung

kuku, □Clubbing finger, □ CRT ……..detik

□ Luka, Lokasi
Luas luka
Warna
Pus
Hiperemi
Jaringan
□ Terpasang infuse,
Data lainnya: nyeri pada persendian kaki serta adanya kemerahan
c) Kekuatan Otot

Data lainnya: -

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk membantu dalam menegakan diagnosa
keperawatan, yaitu:
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital (suhu, TD, RR, N)
Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Pemeriksaan kekuatan otot
Untuk mengetahui seberapa kemampuan otot dalam melakukan tahanan.
3. Pemeriksaan laboratorium
- Leukosit : untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
sebagai tanda adanya infeksi
- LED : untuk mengetahui adanya inflamasi
- RF : untuk memastikan apakah pasien memiliki RF positif
atau negatif (80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif
tidak menyingkirkan diagnosa)
4. Radiologis (rontgen)
Untuk melihat luas area pembengkakan yang terjadi pada daerah kaki serta
penyempitan ruang sendi.
DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengatakan nyeri sejak 1 tahun - Klien seperti menahan rasa sakit/nyeri
lalu, dengan kriteria - Klien tampak memegangi kakinya
P: Nyeri RA - Pasien tampak terjadi keterbatasan
Q: tertusuk-tusuk rentang gerak
R: persendian kaki dan jari jari tangan - Gerakan pasien terbatas
S:6 - Pasien tampak tidak mengetahui
T : pagi dan malam penyakitnya terlihat dari pasien masih
- Pasien mengatakan nyeri kambuh jika gemar mengkonsumsi jeroan, dan
klien makan-makanan berlemak dan hanya membeli obat di warung
bakso - Adanya edema pada kaki
- Pasien mengatakan selera untuk - Adanya kemerahan pada kaki
makan, suka makan jerohan, bakso,
dan makanan berlemak
- Pasien mengeluh kesulitan saat
bergerak dan beraktivitas
- Pasien mengatakan suka
mengkonsumsi jeroan dan makanan
berlemak walaupun setelahnya nyeri
kambuh kembali
5. ANALISA DATA

Analisa Data Pasien NY. S dengan Reumatoid Arthitis


di Ruang……………..RSU……………
Tanggal…………………………

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


- Pasien mengatakan - Pasien seperti menahan
nyeri sejak 1 tahun lalu, rasa sakit/nyeri Nyeri Kronis
dengan kriteria - Pasien tampak
P: Nyeri RA memegangi kakinya
Q: tertusuk-tusuk
R: persendian kaki dan
jari jari tangan
S:6
T : pagi dan malam
- Pasien mengatakan
nyeri kambuh jika klien
makan-makanan
berlemak dan bakso

- Pasien mengeluh - Pasien tampak terjadi Hambatan Mobilitas


kesulitan saat bergerak keterbatasan rentang Fisik
dan beraktivitas gerak
- Gerakan pasien terbatas

- Pasien mengatakan suka - Pasien tampak tidak Defisiensi


mengkonsumsi jeroan mengetahui penyakitnya Pengetahuan
dan makanan berlemak terlihat dari pasien masih
walaupun setelahnya gemar mengkonsumsi
nyeri kambuh kembali jeroan
- Pasien menjalani
pengobatan yang tidak
tepat dengan membeli
obat di warung

- Terdapat odema pada Risiko Infeksi


pergelangan kaki kanan
dan kiri pasien

- Terdapat kemerahan pada


sendi pasien

- Klien mengatakan
selera untuk makan, Ketidakefektifan
suka makan jerohan, koping
bakso, dan makanan
berlemak. Dan setelah
makan jeroan dan bakso
nyerinya kambuh.

6. Rumusan Masalah Keperawatan


a. Nyeri Kronis
b. Hambatan Mobilitas Fisik
c. Risiko Infeksi
e. Defisiensi Pengetahuan
f. Ketidakefektifan koping

7. Analisa Masalah
P : Nyeri kronis
E : Gangguan muskuloskeletal kronis
S : Pasien mengatakan nyeri, dengan kriteria
P: Nyeri sejak 1 tahun lalu
Q: tertusuk-tusuk
R: persendian kaki dan jari jari tangan
S:6
T : pagi dan malam
Pasien mengatakan nyeri kambuh jika klien makan-makanan berlemak dan bakso,
Pasien seperti menahan rasa sakit/nyeri, Pasien tampak memegangi kakinya
Proses Terjadinya :
Pasien menderita RA sejak 1 tahun yang lalu, pasien masih tetap mengkonsumsi
makanan berlemak dan jeroan walaupun pasien sudah mengidap RA, akibatnya
terjadinya pelepasan mediator kimia bradikidin selanjutnya merangsang stimulus
ujung saraf nyeri dan menyentuh serabut C akibatnya pasien akan mengalami nyeri
kronis, dengan kualitas nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk, skala 6, dan terjadi pada
pagi dan malam hari.
Akibat jika tidak ditanggulangi :
Akibatnya pasien akan mengalami ketidaknyaman pada daerah ekstermitas dan
apabila tidak ditanggulangi akan mengakibatkan hambatan mobilitas fisik yang akan
berujung pada kekakuan persendian

P : Hambatan mobilitas fisik


E : Kekakuan sendi
S : Pasien mengeluh kesulitan saat bergerak dan beraktivitas, tampak terjadi
keterbatasan rentang gerak, Gerakan pasien terbatas
Proses Terjadinya :
RA akan mengakibatkan inflamasi membran sinovial sehingga memicu penebalan
membran, kemudian terbentuklah Pannus yang akan menghambat nutrisi pada
kartilago, akibatnya kartilago menjadi erosi dan memunculkan adhesi permukaan
sendi yang akan menghasilkan kekakuan pada sendi, sehingga pasien akan mengalami
hambatan dalam melakukan aktivitas fisik dan muncul diagnosa keperawatan
hambatan mobilitas fisik.
Akibat jika tidak ditanggulangi :
Hambatan mobilitas fisik apabila tidak ditanggulangi akan mengakibatkan
kelumpuhan pada bagian ekstermitas pasien akibat kekakuan pada sendi yang dialami
pasien.

P : Risiko Infeksi
E : Penyakit kronis
S : Adanya edema pada kaki, kemerahan pada kaki
Proses Terjadinya :
Akibat kartilago menjadi erosi dan memunculkan adhesi permukaan sendi yang akan
menghasilkan kekakuan pada sendi. Kekakuan sendi pada ekstermitas bawah pasien
menjadikan pasien sulit untuk bergerak sehingga proses pertukaran air dan nutrisi
menjadi terhambat sehingga pasien mengalami edema pada pergelangan kaki dan
munculnya kemerahan sebagai tanda inflamasi
Akibat jika tidak ditanggulangi
Jika tidak ditanggulangi pasien akan mengalami infeksi

P : Defisiensi pengetahuan
E : kurang terpapar informasi
S : Pasien mengatakan suka mengkonsumsi jeroan dan makanan berlemak walaupun
setelah itu nyeri kambuh kembali, Pasien tampak tidak mengetahui penyakitnya,
Pasien menjalani pengobatan yang tidak tepat dengan membeli obat di warung
Proses Terjadinya :
Akibat kurangnya paparan informasi mengenai RA, pasien menjadi tidak memiliki
informasi yang tepat dan jelas mengenai penyakitnya seperti, definisi, tanda gejala,
pengobatan, makanan pantangan. Terlihat dari pasien sudah mengidap RA selama 1
tahun namun pasien tetap mengkonsumsi makanan berlemak yang seharusnya
dihindari dan pasien menjalani pengobatan yang tidak tepat. Hal inilah yang
memunculkan diagnosa kurang pengetahuan pada pasien.
Akibat jika tidak ditanggulangi :
Akibatnya pasien tidak mengetahui mengenai penyakitnya, apabila pasien melakukan
pengobatan dengan baik namun pemahaman pasien mengenai penyakitnya tidak tepat
akan mengakibatkan pengobatan yang diberikan tidak maksimal.

P : Ketidakefektifan Koping
E : Ketidakmampuan memperhatikan informasi
S : Klien mengatakan mengatakan selera untuk makan, suka makan jerohan, bakso,
dan makanan berlemak
Proses Terjadinya :
Terjadi karena ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor,
ketidakadekuatan pilihan respon yang dilakukan, dan/atau ketidakmampuan untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia.

Akibat Jika Tidak Ditanggulangi :


Maka akan menjadi kebiasaan buruk bagi klien dan klien akan mengulangi hal
tersebut dan dapat memperburuk kondisinya.

8. Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Ny. S No. RM :
Umur : Ruang Rawat :
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis: RA
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Paraf/Nama
Ditemukan Teratasi
1 Nyeri Kronis 12 Agustus 2020

2 Hambatan Mobilitas 12 Agustus 2020


Fisik

3 Defisiensi Pengetahuan 12 Agustus 2020

4 Risiko Infeksi 12 Agustus 2020

5 Ketidakefektifan 12 Agustus 2020


Koping
B. PERENCANAAN
1. Prioritas Masalah Keperawatan (berdasarkan ……………………………..)
a. Nyeri Kronis
b. Hambatan Mobilitas Fisik
c. Risiko Infeksi
d. Defisiensi Pengetahuan
e. Ketidakefektifan koping

2. Rencana Keperawatan / Nursing Care Plan

Rencana Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Reumaatoid Arthitis


Di Ruang………..RSU…………………Tanggal……s/d………

No Hari / tgl Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional Paraf
/ jam
1 Nyeri kronis Setelah diberikan asuhan Mandiri a. Mengkaji ulang nyeri pasien
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam, Observasi akan mampu memberikan hasil
gangguan nyeri kronis dapat a. Lakukan pengkajian nyeri secara yang lebih akurat dan mampu
muskuloskeletal kronis terkontrol dengan kriteria komprehensif termasuk lokasi, menambah informasi yang
yang ditandai dengan: hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, terlewatkan mengenai
DS : 1. Nyeri berkurang kualitas dan faktor presipitasi karakteristik, lokasi, durasi,
- Pasien mengatakan P : nyeri RA frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri dengan kriteria: Q : tumpul presipitasi dari nyeri pasien
P: Nyeri sejak 1 tahun R :persendian kaki
lalu dan jari jari b. Observasi reaksi nonverbal dari b. Reaksi nonverbal dapat
Q: tertusuk-tusuk tangan ketidaknyamanan memberikan gambaran kualitas
R: persendian kaki dan S:2 nyeri yang dirasakan pasien
jari jari tangan T: jarang
Nursing Treatment
S:6 2. Pasien tidak meringis
T : pagi dan malam 3. Pasien tidak c. Kontrol aktivitas pasien yang c. Aktivitas berlebih akan mampu
- Pasien mengatakan memegangi kakinya menyebabkan timbulnya nyeri meningkatkan kualitas nyeri
nyeri kambuh jika 4. Nyeri tidak kambuh
klien makan- Edukasi
makanan berlemak d. relaksasi teratur dapat
d. Ajarkan tentang teknik non
dan bakso mengurangi nyeri akibat pikiran
farmakologi: relaksasi
DO : pasien teralihkan dari nyeri
- Pasien seperti yang dirasakan
menahan rasa Kolaborasi
sakit/nyeri e. Analgesik mampu mengurangi
Kolaborasi dengan dokter dalam
- Pasien tampak nyeri
pemberian analgetik
memegangi kakinya

Hambatan mobilitas Setelah diberikan asuhan


Mandiri
2 fisik berhubungan keperawatan 3 x 24 jam, - untuk mengetahui batasan
dengan kekakuan sendi terjadi peningkatan Observasi kemampuan aktivitas pasien
ditandai dengan: mobilitas fisik dengan - kaji kemampuan dalam mobilisasi
DS: kriteria hasil :
- Pasien mengeluh 1. Pasien tidak mengeluh Nursing treatment - Pasien dapat melakukan ADL
kesulitan saat bergerak kesulitan saat - latih pasien dalam pemenuhan secara mandiri sesuai
dan beraktivitas bergerak kebutuhan ADL secara mandiri kemampuan
DO: 2. Tidak tampak sesuai kemampuan
- Pasien tampak keterbatasan rentang
mengalami gerak - Dengan memberikan ROM
keterbatasan rentang 3. Gerakan pasien tidak - latih ROM pada pasien akan membantu
gerak terbatas pergerakan kembali sendi yang
- Gerakan pasien kaku
terbatas
- untuk mempermudah klien
- berikan alat bantu jika klien mobilisasi
meminta bantuan

Edukasi - untuk mencegah agar tidak


- ajarkan pasien bagaimana merubah terjadi lesi
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Kolaborasi untuk mencegah kerugian yang
kolaborasi dengan fisioterapi terkait mungkin akan terjadi
terapi dan pengobatan yang diberikan
3 Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan Mandiri - peningkatan suhu terjadi karena
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam, Obervasi berbagai faktor misal .proses
penyakit kronis risiko infeksi teratasi - Pantau TTV terutama suhu penyakit atau infeksi
ditandai dengan: dengan kriteria hasil :
DS: - 1. Tidak ada tanda-tanda - Pantau leukosit - peningkatan leukosit terjadi
DO: infeksi edema dan karena respon tubuh terhadap
- Adanya edema pada kemerahan inflamasi
kaki 2. Leukosit normal
- Adanya kemerahan Suhu tubuh normal - Pantau tanda-tanda infeksi - untuk memantau perkembangan
pada kaki (36,5-37,5ºC) infeksi yang terjadi
Nursing treatment
- Personal hygiene saat melakukan - mengurangi resiko sumber
tindakan infeksi

- Lakukan perawatan pada edema - mengurangi proses inflamasi


dan kemerahan kaki semakin berat
Edukasi
- Anjurkan pembatasan pengujung - untuk mengurangi kontak
silang dari pengunjung ke
pasien

- Ajarkan tanda-tanda infeksi dan - agar pasien dan keluarga


cara pencegahannya memahami tanda-tanda
munculnya infeksi
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian antibiotik - antibiotic mampu melawan
faktor penyebab infeksi seperti
bakteri
4 Defisiensi pengetahuan Setelah diberikan asuhan Mandiri
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam, Observasi
kurang terpapar kurang pengetahuan - Kaji tingkat pengetahuan pasien - Untuk mengetahui tingkat
informasi ditandai teratasi dengan kriteria dan keluarga pemahaman pasien dan
dengan: hasil : keluarga terhadap penyakitnya
DS: 1. Pasien dan keluarga
Pasien mengatakan memahami Nursing treatment - Komunikasi terapeutik akan
suka mengkonsumsi penyakitnya - Gunakan komunikasi terapeutik membantu pemahaman pasien
jeroan dan makanan 2. Pasien dapat dengan lebih mudah dan
berlemak walaupun menjelaskan kembali memberikan rasa nyaman
setelahnya nyeri tentang penyakitnya kepada pasien
kambuh kembali (terutama makanan
DO: pantangan dan Edukasi
- Pasien tampak tidak pengobatan). - Jelaskan tentang penyakit yang - Pasien mengetahui dan

mengetahui 3. Mampu melaksanakan dialami pasien (penyebab, tanda memahami (penyebab, tanda

penyakitnya prosedur pelaksanaan gejala, makanan pantangan, gejala, makanan pantangan,

- Pasien menjalani yang telah dijelaskan pengobatan) pengobatan)

pengobatan yang secara benar


tidak tepat dengan - Jelaskan gaya hidup sehat - Pasien dapat menerapkan gaya

membeli obat di hidup sehat

warung Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi terkait - Memastikan nutrisi yang

nutrisi pasien diajarkan tepat

- Kolaborasi dengan dokter terkait - Memastikan terapi yang

terapi yang diberikan diberikan tepat

5 Ketidakefektifan Dalam waktu 3 x 24 jam Mandiri


koping berhubungan setelah diberikan tindakan Observasi
dengan dengan tingkat keperawatan diharapkan
- Kaji status koping yang digunakan
persepsi control yang koping individu menjadi - Mengetahui mekanisme adaptif
tidak adekuat yang efektif dengan kriteria klien untuk menentukan intervensi
ditandai dengan: hasil : untuk mengubah koping
DS : Klien a. Mengidentifikasi pola
mengatakan selera koping yang efektif
untuk makan, suka b. Mengungkapkan secara .
makan jerohan, bakso, verbal tentang koping - Kaji apakah klien dapat menerima - Dengan mengkaji sikap klien
dan makanan berlemak yang efektif keadaannya terhadap penyakitnya dapat
DO : - c. Klien mampu diketahui apakah pasien
menerima tentang mampu menerima penyakit
keadaannya yang diderita
d.Mampu
mengidentifikasi Nursing treatment
strategi tentang
koping - Berikan dukungan pada klien - Dengan mengungkapkan
untuk mengungkapkan perasaannya beban klien dapat
perasaannya. berkurang
- Pengenalan terhadap stressor
- Bantu klien untuk
adalah langkah utama dalam
mengidentifikasi stressor yang
mengubah respon klien
spesifik dan strategi untuk
terhadap stressor
mengatasinya.

Edukasi
- Berikan informasi actual terkait - Agar klien lebih paham dengan
dengan diagnosis, terapi, dan sakit yang diderita dan terapi
prognosis. yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai