Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

DI PUSKESMAS KARANG ANYAR SELAGAI LINGGA KABUPATEN


LAMPUNG TENGAH

Disusun Oleh :

Ikhlas

NIM. 2022207209409

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik. RA
merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum
diketahui secara pasti dan dikarakteristikkan dengan destruksi sinovitis.
Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai
dengan keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit RA ini merupakan
kelainan autoimun yang menyebabkan imflamasi sendi yang berlangsung
kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).

2. Etiologi Rheumatoid Arthritis


Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiaannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara factor genetik dan
lingkungan (Pradana, 20012)
1) Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB 1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
2) Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulus esterogen dan
progesterone pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat
respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan
terhadap perkembangan penyakit ini
3) Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit R
4) Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi
sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian
(sequence) asam amini homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan
molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen
infeksi dan sel Host. Sehingga menyebabkan terjadinya reaksi silang
limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis
5) Faktor lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok

3. Patofisiologi Rheumatoid Arthritis


Pada arthritis rheomatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, poliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus.
Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang,
akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena serabut otot akan mengalami perubahan
generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot (Syah, dkk. 2016)
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun sistemik yang
menyerang sendi.reaksi autoimun terjadi dalam jaringan synovial.
Kerusakan sendi dimulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblast
synovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh
darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau
sel-sel inflamasi (Pradana, 2012).

4. Patway Rheumatoid Arthritis


Sumber: Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi (2013).

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal terjadi beberapa sendi sehingga disebut poli athritis
rhomatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu,
serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral atau simetris. Tetapi
kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut arthritis rheomatoid
mono-artikular. Gejala rheumatoid arthritis tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.
Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat
terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu
terakhir bisa bulan atau tahun, orang-orang pada umumnya merasa sakit
ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) atau pun gejala kembali (Daud,
2016).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan,
kehilangan energi, kekurangan nafsu makan, demam, nyeri otot dan sendi
dan kekakuan. Otot dan kekakuan sendi biasanya paling sering di pagi
hari. Disamping itu juga manifestasi klinis RA sangat bervariasi dan
biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri,
pembengkakan, panas, eritemia dan gangguan fungsi merupakan klinis
yang klasik untuk Reumatoid Arthritis Adapun tanda dan gejala yang
umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia yaitu: sendi
terasa nyeri dan kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada
daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga jari-jari, mulai
terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat,
terjadi kemerahan dan terasa sakit atau nyeri, bila sudah tidak tertahan
dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014)
Rheomatoid Arthritis muncul secara akut sebagai poliarthritis,
yang berkembang cepat dalam beberapa hari. Pada sepertiga pasien, gejala
mula-mula monoarthritis lalu poliarthritis. Terjadi kekakuan paling parah
pada pagi hari, yang berlangsung sekitar 1 jam dan mengenai sendi secara
bilateral. Episode-episode peradangan diselingi oleh remisi. Rentang gerak
berkurang, terbentuk benjolan rematoid ekstra sinovium (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rheumatoid Arthritis (RA) akan menjadi sulit untuk di diagnosis pada
tahap awal karena tanda dan gejala awal mirip dengan penyakit lain. Saat
pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa apakah terdapat pembengkakan,
kemerahan dan rasa hangat pada sendi. Dokter juga akan memeriksa refleks
dan kekuatan otot. Serta melakukan pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan
penunjang, di antaranya adalah :
1) Pemeriksaan Hematologi lengkap yang termasuk didalamnya adalah jenis
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) sebagai tanda umum adanya
peradangan di tubuh apabila terjadi peningkatan pada nilai rujukan.
2) Pemeriksaan Asam Urat tetap dilakukan untuk mengetahui penyebab dari
gejala klinis yang sama.
3) Pemeriksaan C-reactive protein (Kuantitatif) sebagai tanda umum adanya
peradangan di tubuh apabila hasil dari pemeriksaan menunjukkan hasil
positif dengan titer diatas nilai normal.
4) Pemeriksaan Rheumatoid Factor dan anti-CCP (cyclic citrullinated
peptide), penanda khusus untuk penyakit Rheumatoid Arthritis
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)

7. KOMPLIKASI
Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan
beberapa komplikasi berikut (Syah, dkk. 2014):
1) Cervical myelopathy
Cervical myelopathy terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi
tulang leher dan mengganggu saraf tulang belakang. Kondisi ini dapat
menyebabkan dislokasi sendi di bagian atas sumsum tulang belakang, dan
berisiko memengaruhi mobilitas penderitanya.
2) Carpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome dapat terjadi ketika rheumatoid arthritis
menyerang sendi pergelangan tangan sehingga menekan saraf di
sekitarnya. Akibatnya, akan timbul gejala di tangan berupa nyeri, mati
rasa, atau kesemutan di jari-jari tangan
3) Sindrom Sjögren
Sindrom Sjögren terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
kelenjar air mata dan ludah sehingga menimbulkan keluhan mata kering
dan mulut kering. Jika terus dibiarkan, kekeringan pada mata dapat
menyebabkan abrasi kornea.
4) Limfoma
Penderita rheumatoid arthritis berisiko terkena limfoma, yakni jenis
kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening. Contoh limfoma
adalah limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin
5) Penyakit jantung
Penyakit jantung dapat terjadi bila sistem imun tubuh menyebabkan
pembengkakan dan peradangan di lapisan luar jantung (perikarditis) dan
otot jantung (miokarditis). Kondisi tersebut dapat menyebabkan gagal
jantung kongestif.
6) Penyakit paru-paru
Meski jarang terjadi, rheumatoid arthritis juga dapat menimbulkan
peradangan dan jaringan parut pada paru-paru. Penyakit paru-paru tersebut
antara lain pleuritis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit
paru interstisial.
7) Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid
arthritis juga dapat menimbulkan efek samping berupa osteoporosis.
Kondisi ini bisa membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah.

8. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dari program penatalaksanaan arthritis rheomatoid
adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit
kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien.
Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi
penyakit, penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber
bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan
kesehatan ini harus dilakukan secara terus-menerus. Pendidikan dan informasi
kesehatan juga dapat diberikan dari bantuan klub penderita, badan-badan
kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga menderita arthritis
rheomatoid, serta keluarga mereka (Syah, dkk. 2014)
Penyakit ini menyebabkan banyak keluhan yang diderita oleh pasien
diantaranya nyeri yang dapat menyerang lutut, pergelangan tangan, kaki, dan
diberbagai persendian lainnya. Keluhan yang disebabkan penyakit ini sering
menyebabkan kualitas hidup pasien menjadi sangat menurun. Selain
menurunkan kualitas hidup, rematik juga meningkatkan beban sosial ekonomi
bagi para penderitanya (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)
Teknik nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri
pada penderita rematik diantaranya yaitu dengan massage kutenus atau pijat,
kompres panas atau dingin, teknik relaksasi dan istirahat. Tindakan
nonfarmakologi itu dapat dilakukan sendiri dirumah dan caranya sederhana.
Selain itu tindakan nonfarmakologi ini dapat digunakan sebagai pertolongan
pertama ketika nyeri menyerang (wenni, 2002). Sebelum melakukan kompres
panas kering lansia bisa mengatur posisi senyaman mungkin, penggunaan
panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
memungkinkan dapat turut menurunkan nyeri. Panas lembab dapat
menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat Reumatoid arthritis
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)
Penderita arthritis rheomatoid tidak memerlukan diet khusus karena variasi
pemberian diet yang ada belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk
memperoleh diet seimbang sangat penting. Penyakit ini dapat juga menyerang
sendi temporomandibular, sehingga membuat gerakan mengunyah menjadi
sulit. Sejumlah obat-obat tertentu dapat menyebabkan rasa tidak enak pada
lambung dan mengurangi nutrisi yang diperlukan. Pengaturan berat badan dan
aktivitas klien haruslah seimbang karena biasanya klien akan mudah menjadi
terlalu gemuk disebabkan aktivitas klien dengan penyakit ini relatif rendah.
Namun, bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan adalah
pemberian obat. Obat-obat dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
pradangan, dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit. Nyeri hampir
tidak dapat dipisahkan dari rheomatoid arthritis, sehingga ketergantungan
terhadap obat harus diusahakan seminimum mungkin. Obat utama pada
arthritis rheomatoid adalah obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)
Obat antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan menghalangi proses
produksi mediator peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostaglandin
atau siklo-oksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik
endogen, yaitu asam arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin,
tromboksan, radikal-radikal oksigen. Tujuan utama dari program pengobatan
adalah untuk menghilangkan nyeri dari peradangan, mempertahankan fungsi
sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dan atau
memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan itu meliputi pendidikan,
istirahat, latihan fisik, dan termoterapi, gizi, serta obat-obatan (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014)

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Data Demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.

2) Keluhan utama
Sakit dibagian kaki dan lutut, rasa sakit mengakibatkan klien meringis
dan dinyatakan skala nyeri 6-110

3) Riwayat penyakit sekarang


Klien mengatakan sering mengalami sakit dikaki bagian lutut sebelah
kiri sakit terasa seperti ditusuk-tusuk sakit terasa pada subuh hari klien
menanyakan mengapa kakinya sakit dan ketika klien merasakan dingin
skala nyeri dilihat dari wong beker skala 6-10, ketika sakit datang klien
mengatakan hanya membiarkannya saja dan terkadang mengusap-usap
bagian yang sakit, klien tidak mau perawat memegang kakinya atau
menggerakkan kakinya dikarenakan klien merasakan sakit klien
terlihat meringis dan gelisah. Data yang didapatkan dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi
tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,
perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, kekuatan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan
malu

4) Riwayat penyakit dahulu


Klien mengatakan tidak mengingat penyakit apa yang diderita pada
masa anak-anak, klien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak
pernah melakukan operasi.

5) Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan keluarga memiliki penyakit hipertensi (yaitu bapak
dan ibu dari klien)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh arthritis rheumatoid
2) Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
3) Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit, penurunan
produktifitas (status kesehatan dan fungsi peran)
4) Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,
deformitas.
5) Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal (penurunan
kekuatan otot)
3. RENCANA KEPERAWATAN
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 1 x 24 jam Observasi
diharapkan nyeri teratasi. 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui sebesarap besar nyeri yang
Kriteria Hasil : secara komprehensif diraskan klien
1. Mampu mengontrol nyeri termasuk lokasi, 2. Melihat lokasi ketidaknyamanan guna
(tahu penyebab nyeri, mampu karakteristik, durasi, diberikan tindakan
mennggunakan teknik frekuensi,kualitas dan faktor 3. Mengetahui skala nyeri kliern
nonfarmakologi untuk prespitasi.
mengurangi nyeri, mecari 2. Observasi reaksi nonverbal
bantuan) dari ketidaknyamanan 1. Guna menurunkan nyeri klien
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Kaji kultur yang 2. Mengidentifikasi lamanya penyakit
berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri diderita
menggunakan manajemen Teraupetik 3. Mengurangi nyeri secara teknis
nyeri 1. Kurangi faktor prespitasi 4. Mengurangi nyeri selain dengan obat
3. Mampu mengenali nyeri nyeri yaitu relaksasi nafas dalam
(skala, intensitas, frekuensi 2. Pilih dan lakukan 5. Penggunaan obat jika nyeri semakin
dan tanda nyeri) penanganan nyeri meningkat
4. Menyatakan rasa nyaman (farmakologi, non-
setelah nyeri berkurang farmakologi dan inter 1. Menurunkan resiko kelelahan
personal) 2. Mengetahui kinerja pemberian terapi
3. Ajarkan teknik non
farmakologi seperti
relaksasi nafas dalam
4. Berikan analgesic waktu
terutama saat nyeri hebat

Edukasi
1. Tingkatlkan istirahat
2. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 5x24 jam 1. Monitoring vital sign sebelum/ 1. Pantau TTV guna memastikan tidak
diharapkan klien mampu sesudah latihan dan lihat respon ada komplikasi penyerta
melakukan ambulasi dengan pasien saat latihan. 2. Membatu aktivitas klien
kriteria hasil : 2. Bantu klien untuk menggunakan
1. Klien dapat tongkat saat berjalan dan cegah
menggunakan alat bantu terhadap cedera.
jalan (kruk) dengan baik
Teraupetik 1. Membantu aktivitas klien
1. Ajarkan pasien atau tenaga 2. Pantau apakah teknik dapat
kesehatan lain tentang teknik membantu atau tidak
ambulasi.
2. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi.

Edukasi 1. Melatih kemampuan klien


1. Latih pasien dalam pemenuhan 2. Menopang dan membantu klien
kebutuhan ADLs secara mandiri aktivitas
sesuai kemampuan.
2. Berikan alat bantu jika klien
mmerlukan
3 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Jelaskan patofisiologi dari 1. Menambah pemahaman klien
5x24 jam diharapkan tentang penyakit yang diderita
klien dapat penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi 2. Mengetahui tingkat nyeri dan
memahami
penatalaksanaan dan fisiologi dengan cara yang bagaian nyeri klien
nyeri yang sering tepat. 3. Menjelaskan penyebab klien
timbul dengan mengalami nyeri
2. Gambarkan tanda dan gejala
kriteria hasil :
yang biasa muncul pada
1. Klien menyatakan
penyakit, dengan cara yang
pemahaman tentang
penyakit, kondisi dan tepat.
cara mengatasi nyerinya. 3. Gambarkan proses penyakit, 1. Mencari sumber masalah
2. Klien mampu dengan cara yang tepat. penyakit muncul
menjelaskan kembali apa Teraupetik 2. Menjelaskan kembali kondisi
yang dijelaskan perawat 1. Identifikasi kemungkinan pasien
tim kesehatan lainnya. penyebab, dengan cara yang
tepat.
2. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat. 1. Mencegah komplikasi yang
terjadi
Edukasi 2. Penanganan lanjutan jika nyeri
1. Diskusikan perubahan gaya tidak teratasi
hidup yang mungkin diperlukan 3. Menjelaskan kembali
untuk mencegah kemungkinan nyeri akan
komplikasi di masa yang akan berulang
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
2. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
3. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing

Pradana. (2013). Epidemiology of Adult Rheumatoid Arthritis, Autoimmunity


Reviews, 4 (3), 130-136.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia, (2014)., Diagnosis dan Pengelolaan Arthritis


Reumatoid, Perhimpunan Reumatologi Indonesia, Jakarta.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia, (2014). Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non


Steroid, Perhimpunan Reumatologi Indonesia, Jakarta.

Shah, dkk. (2014), Rheumatoid Arthritis, Harrison’s Principle of Internal Medicine


ed.18 Chapter 231, USA. Suarjana I.N., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V, Interna Publishing, Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN RHEUMATOID
ARTHRITIS DI PUSKESMAS KARANG ANYAR SELAGAI
LINGGA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Disusun Oleh :

Ikhlas

NIM. 2022207209409

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022
Puskesmas : Karang Anyar Selagai Lingga
No. Medical Record : 2011
Tgl Pengkajian : 3 Oktober 2022
Pukul : 08.00

A. DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Karang Anyar
Tanggal Masuk : 3 Oktober 2022
Diagnosa : Rheumatoid Arthritis
b. Sumber Informasi
Nama : Ny. M
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Permpuan
Hubungan dengan pasien : Anak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Karang Anyar

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Masuk Puskesmas:
Klien datang ke puskesmas Jam 08.00 dengan keluhan klien tidak
mampu melakukan aktivitas, klien tampak meringis dengan
memegang bagian kaki. Keluhan nyeri sendi di lutut kiri dan kanan
sejak 2 hari. Selain itu, nyeri sendi juga dirasakan di pergelangan
tangan dan jari-jari tangan kanan dan kiri terutama pada ibu jari,
jari telunjuk, dan jari tengah. Klien mengatakan rasa kaku di
pangkal jari-jari tangan dan pergelangan tangan kanan kiri yang
muncul bersamaan pada pagi hari

b. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang:


1) Keluhan utama saat pengkajian :
Klien dibawa ke Puskesmas karena klien tidak mampu
melakukan aktivitas, klien tampak meringis dengan memegang
bagian kaki. Keluhan nyeri sendi di lutut kiri dan kanan sejak 2
hari dan dinyatakan skala nyeri = 7

2) Keluhan penyerta
Klien mengatakan persendian nyeri, rasa kelalahan, lemas, tidak
dapat beraktivitas.

c. Riwayat Kesehatan Lalu:


Klien mengatakan tidak mengingat penyakit apa yang diderita pada
masa anak-anak, klien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak
pernah melakukan operasi.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Klien mengatakan keluarga memiliki penyakit hipertensi (yaitu ibu
dan bapak dari klien).

e. Riwayat Psikososial Spiritual


1) Psikologis
Klien menyatakan mengalami rasa gelisah, khawatir dan cemas
saat ini
2) Sosial
Klien menyatakan ikut cemas dan bertanya kenapa nyeri yang
dialami saat ini tidak berkurang seperti biasanya

3) Spiritual
Klien berdo’a selama proses pelaksanaan tindakan keperawatan

f. Pengetahuan Pasien & Keluarga


Klien dan keluarga bertanya tentang penyakit yang dideritanya karena
selama ini tahu bahwa klien menderita rheumatoid namun kali ini nyeri
tidak berkurang

g. Lingkungan
Klien menyatakan kondisi rumah bersih, ada tidaknya polusi dan yang
membahayakan dari lingkungan rumah yang mengancam kondisi
kesehatannya

h. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:


Jabarkan pola kebiasaan sehari-hari dengan rinci meliputi pola sebelum
dan saat sakit sebagai berikut :
Pola-Pola Sebelum Sakit Saat Sakit

Nutrisi Klien makan 3x sehari Klien mengatakan tidak


dengan jenis makanan nafsu makan.ketika nyeri
nasi,sayur,lauk. sendi
Klien minum 5-7 gelas
perhari dengan 4-5 gelas air putih dan
terkadang minum susu konsumsi air hangat
BAK Normal dan berwara Berkurang karena
bening kurangnya asupan cairan
BAB Normal berwarna Berkurang karena tidak
kuning kecoklatan adanya asupan nutrisi
Istirahat Normal, tidak ada Kurang tidur yang cukup
gangguan tidur karena nyeri sendi
Personal Kemampuan perawatan Kemampuan perawatan
Hygyene diri dari mandi,makan diri dibantu keluarga
minum berpakaian
keramas dll dapat
dilakukan sendiri
Aktivitas Aktifitas normal klien Aktifitas terbatas karena
dapat bermain dengan persendian nyeri
teman dan keluarga
Pola Kebiasaan Klien tidak memiliki Klien tidak memiliki
Yang kebisaan merokok, kebisaan merokok, minum
Mempengaruhi minum minuman keras, minuman keras, dan
Kesehatan dan ketergantungan obat ketergantungan obat

3. Pengkajian Fisik (Pengkajian Fokus)


Pengkajian Fisik meliputi Pemeriksaan Umum & Pemeriksaan
Persistem
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : klien lemah, pucat dan lesu.
Tanda-tanda vital : S : 36,8 0C N : 80 x/ Menit R : 20x/ Menit, TD :
140/80 mmHg, SP02 : 99%

b. Pemeriksaan fisik per sistem


1). Sistem Penglihatan:
Inspeksi : Mata simetris, Lensa terlihat ada selaput, reflex cahaya
langsung +\+ serta ada alat bantu penglihatan yang digunakan yaitu
kacamata

2). Sistem Pendengaran :


Inspeksi : telinga normal,bersih warna seperti warna kulit tidak ada
lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan, fungsi
pendengaran baik dan tidak ada penggunaan alat bantu.

3). Sistem Wicara


Pada mulut
Inspeksi : warna pucet, kering mucosa juga kering
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
pembengkaan. Setelah dilakukan pengkajian tidak adanya
kesulitan/gangguan wicara yang dialami.

4). Sistem Pernafasan


Inspeksi : Tidak ada tampak pembengkakan ataupun lesi pada pada
dada klien, frekuensi pernafasan 20 x/i, klien tampak menggunakan
otot bantu nafas, klien tampak terpasang monitor.
Palpasi : Taktil fremitus kurang bergetar terdapat efusi pleura pada
bagian sinistra.
Perkusi : Pekak, terdapat cairan di rongga pleura.
Auskultasi : Vesikuler

5). Sistem Kardiovaskuler


a. Sirkulasi Perifer
Nadi : 80 x/mnt,
Iramnya : teratur
Denyutnya : kuat,
Distensi vena jugularis : terjadi peningkatan
Temperature kulit : hangat
Warna kulit : pucat
Pengisian kapiler : <2 detik
Edema : Tidak ada

b. Sirkulasi Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, CRT < 2 detik, tidak ada
perubahan warna kulit, nadi 88 x/i Palpasi : Ictus cordis teraba di
ICS ke V, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Batas jantung kanan atas: ICS II linea para sternalis
dextra. Batas jantung kanan bawah: ICS IV linea para sternalis
sinistra dextra. Batas jantung kiri atas: ICS II linea para sternalis
sinistra. Batas jantung kiri bawah: ICS IV linea medio clavicularis
sinistra.
Auskultasi : BJ 1, BJ 2 irama teratur dan tidak ada suara tambahan.

6). Sistem Neurologi


tingkat kesadaran : Sadar (Compos Mentis)
Glaslow Coma Scale (GCS) : E 4 M 5 V 6

7). Sistem Pencernaan


Inspeksi Abdomen : Bentuk tampak datar, simetris kiri dan kanan,
umbilikus bersih, tidak ada tampak luka atau bekas operasi pada
abdomen klien Auskultasi : Bising usus terdengar 12x/i
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan massa.
Perkusi : Timpani

8). Sistem Immunology


Tidak ada pembesaran kelejar getah bening.

9). Sistem Endokrin


Nafas tidak berbau keton,
Tidak ada luka ulkus
Tidakadanya exopthalmus, tremor,
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

10). Sistem Urogenital


Palpasi daerah kandung kemih tidak ada distensi, tidak ada nyeri
tekan,
Perkusi tidakadanya nyeri ketuk, nyeri tekan, tidak adanya masa,
tidak terpasang kateter.
11). Sistem Integumen
Rambut pasien bersih, warna hitam keputihan (uban)
Kuku bersih, Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit
kulit; elastisitas, bersih, warna cokelat, tidak ada infeksi pada kulit,
CRT<2 detik.

12). Sistem Muskuloskeletal


Inspeksi : tidak ada kelainan secara inspeksi, tidak adanya
benjolan/bengkak, tidak ada perubahan warna

Palpasi pada struktur tulang (skelet) normal, ada nyeri tekan, bentuk
lordosis, cara berjalan kurang efektif akibat nyeri pada sendi.
Kekuatan otot 4 (dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang
ringan, edema pada kaki di persendian.

13) Sistem Reproduksi


Tidak ada gangguan

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Hasil Nilai Normal Remarks
WBC 13,31 103 µL 4,10-11,00 Tinggi %
NEUT 81,8 % 47,00-80,00 Tinggi %
LYMPH 9,2 % 13,00-40,00 Rendah %
#NEUT 10,89 103 µL 2,50-7,50 Tinggi
#LYMPH 1,23 103 µL 1,00-4,00
RBC 4,69 106 µL 4,00 – 5,20
Hemoglobin 12,1 g/dL 12,00-16,00
Hematokrit 38,0 % 36,00-46,00
Platelet 426 103 µL 140,00-440,00
MCH 23,6 Pg 26,00-34,00
MCHC 29,2 g/dL 31,00-36,00
RDW 11,4 % 11,60-14,80 Rendah
MPV 5,3 fL 6,80-10,00 Tinggi
5. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis (Therapi obat, Operatif dan lain-lain)
Therapy:
1) IVFD NS 20 tpm
2) Na diclofenac 3x50mg io
3) Metotrexat 1x7,5mg io
4) Diet tinggi kalori tinggi protein
5) Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Keperawatan (Saat pengkajian)
1) Periksa TTV
2) Memonitor nyeri
3) Memberikan Therapy
B. ANALISA DATA

N DATA (S) MASALAH (P) ETIOLOGI (E)


O
1. DS Nyeri akut Perubahan patologis oleh arthritis
1. Klien mengatakan sakit di kaki, seperti rheumatoid
ditusuk-tusuk, lutut sebelah kiri, skala 7
dan hilang timbul
2. Klien mengatakan sakit terasa pada
dipagi hari
3. Klien mengatakan lutut terasa sakit dan
kaku
4. Klien mengatakan mengapa kakinya
sakit ketika merasakan dingin
5. Klien mengatakan tidak tahu harus
berbuat apa ketika nyeri timbul
DO:
1. Klien terlihat meringis
2. Klien terlihat gelisah
3. Klien bersikap protektif
4. Lutut klien terlihat bengkak
5. Lutut klien terlihat kaku
6. Klien terlihat selalu meluruskan
kakinya
7. Kesimpulan resiko jatuh

2 DS: Gangguan mobilisas fisik Kekakuan sendi


1. Klien mengatakan sulit beraktivtas
sejak 2 hari lalu kondisi nyeri yang
dialami
2. Klien mengatakan lutut terasa kaku
3. Klien mengatakan nyeri yang dialami
bisa menjalar ke bagian pinggang

DO:
1. Klien tampak kurang focus
2. Klien tampak meringis diajak bicara
3. Klien tampak meluruskan kaki

3 DS: Defisit pengetahuan Kurangnya informasi tentang penyakit,


1. Klien mengatakan tidak tahu penyebab penurunan produktifitas (status
nyeri yang dialami kesehatan dan fungsi peran)
2. Klien tidak tahu penyebab dari nyeri
yang dialami
3. Klien mengatakan bingung dan cemas

DO:
1. Klien tampak bertanya tentang penyakit
yang dialami
2. Klien tampak cemas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


a. Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh arthritis rheumatoid
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
c. Defisit Pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit, penurunan produktifitas (status kesehatan dan fungsi peran)
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. T
Dx. Medis : Rheumatoid Athritis
Ruang : Puskesmas Karang Anyar Selagai Lingga
No. MR : 2011

No. Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan ( SMART )
dan Data
Penunjang
1 3 Oktober Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
2022 perubahan tindakan Observasi
patologis oleh keperawatan 1 x 24 4. Lakukan pengkajian 4. Mengetahui sebesarap besar
arthritis jam diharapkan nyeri secara nyeri yang diraskan klien
rheumatoid nyeri teratasi. komprehensif 5. Melihat lokasi
Kriteria Hasil : termasuk lokasi, ketidaknyamanan guna
5. Mampu karakteristik, durasi, diberikan tindakan
mengontrol frekuensi,kualitas 6. Mengetahui skala nyeri
nyeri (tahu dan faktor prespitasi. kliern
penyebab nyeri, 5. Observasi reaksi
mampu nonverbal dari
mennggunakan ketidaknyamanan 6. Guna menurunkan nyeri
teknik 6. Kaji kultur yang klien
nonfarmakologi mempengaruhi 7. Mengidentifikasi lamanya
untuk respon nyeri penyakit diderita
mengurangi Teraupetik 8. Mengurangi nyeri secara
nyeri, mecari 5. Kurangi faktor teknis
bantuan) prespitasi nyeri 9. Mengurangi nyeri selain
6. Melaporkan 6. Pilih dan lakukan dengan obat yaitu relaksasi
bahwa nyeri penanganan nyeri nafas dalam
berkurang (farmakologi, non- 10. Penggunaan obat jika nyeri
dengan farmakologi dan semakin meningkat
menggunakan inter personal)
manajemen 7. Ajarkan teknik non 3. Menurunkan resiko
nyeri farmakologi seperti kelelahan
7. Mampu relaksasi nafas 4. Mengetahui kinerja
mengenali nyeri dalam pemberian terapi
(skala, 8. Berikan analgesic
intensitas, waktu terutama saat
frekuensi dan nyeri hebat
tanda nyeri)
8. Menyatakan Edukasi
rasa nyaman 3. Tingkatlkan
setelah nyeri istirahat
berkurang 4. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

2 3 Oktober Gangguan Setelah Observasi


2022 mobilitas fisik b.d 3. Monitoring vital sign 3. Pantau TTV guna
kekakuan sendi dilakukan tindakan sebelum/ sesudah latihan memastikan tidak ada
keperawatan dan lihat respon pasien komplikasi penyerta
selama 5x24 jam saat latihan. 4. Membatu aktivitas klien
diharapkan klien 4. Bantu klien untuk
mampu melakukan menggunakan tongkat
ambulasi dengan saat berjalan dan cegah
kriteria hasil : terhadap cedera.
2. Klien 3. Membantu aktivitas
dapat Teraupetik klien
menggunakan 3. Ajarkan pasien atau 4. Pantau apakah teknik
alat bantu tenaga kesehatan lain dapat membantu atau
jalan (kruk) tentang teknik ambulasi. tidak
dengan baik 4. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi.

Edukasi
3. Latih pasien dalam 3. Melatih kemampuan
pemenuhan kebutuhan klien
ADLs secara mandiri 4. Menopang dan
sesuai kemampuan. membantu klien
4. Berikan alat bantu jika aktivitas
klien mmerlukan
3 3 Oktober Defisit Setelah dilakukan Observasi
2022 Pengetahuan b.d tindakan 4. Jelaskan patofisiologi 4. Menambah pemahaman
kurangnya keperawatan dari penyakit dan klien tentang penyakit
informasi tentang selama bagaimana hal ini yang diderita
penyakit, 5x24 jam berhubungan dengan 5. Mengetahui tingkat
penurunan diharapkan anatomi dan fisiologi nyeri dan bagaian nyeri
produktifitas Klien dapat dengan cara yang tepat. klien
(status kesehatan memahami 5. Gambarkan tanda dan 6. Menjelaskan penyebab
dan fungsi peran) penatalaksanaan gejala yang biasa klien mengalami nyeri
nyeri yangsering muncul pada penyakit,
timbul dengan dengan cara yang tepat.
kriteria hasil : 6. Gambarkan proses
3. Klien penyakit, dengan cara
menyatakan yang tepat. 3. Mencari sumber
pemahaman Teraupetik masalah penyakit
tentang 3. Identifikasi kemungkinan muncul
penyakit, penyebab, dengan cara 4. Menjelaskan
kondisi dan yang tepat. kembali kondisi
cara 4. Sediakan informasi pada pasien
mengatasi pasien tentang kondisi,
nyerinya. dengan cara yang tepat.
4. Klien
Edukasi
mampu 4. Diskusikan perubahan 4. Mencegah
menjelaskan gaya hidup yang komplikasi yang
kembali apa mungkin diperlukan terjadi
yang untuk mencegah 5. Penanganan lanjutan
dijelaskan komplikasi di masa jika nyeri tidak
perawat tim yang akan datang dan teratasi
kesehatan atau proses 6. Menjelaskan
lainnya. pengontrolan penyakit. kembali
5. Diskusikan pilihan kemungkinan nyeri
terapi atau penanganan. akan berulang
6. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.

E. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Senin, 3 Oktober Nyeri akut b.d 1. Melakukan pengkajian nyeri secara Jam. 08.40
2022 perubahan patologis komprehensif termasuk lokasi, Subjektif (S) :
Jam. 08.00 oleh arthritis karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas Klien mengatakan sakit di kaki,
rheumatoid dan faktor prespitasi. seperti ditusuk-tusuk mulai berkurang
2. Melakukan Observasi reaksi nonverbal setelah diberikan obat
dari ketidaknyamanan
3. Mengkaji kultur yang mempengaruhi Klien mengatakan sakit yang alami
respon nyeri berkurang
4. Memilihh dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non-farmakologi Klien mengatakan belajar
dan inter personal) menggerakan kaki terutama bagian
5. Mengajarkan teknik non farmakologi lutut
seperti relaksasi nafas dalam
Objektif (O):
Klien tampak meringis ketika belajar
menggerakan kaki

Lutut klien terlihat bengkak


Gerakan klien mulai terbebas
Lutut klien terlihat tidak kaku

TTV : TD 140/80 mmHg, N: 80x/m,


R: 20x/m, S: 36,50C

Assasemnt (A): Masalah teratasi

Planning (P): Intervensi Dihentikan

Senin, 3 Oktober Gangguan mobilitas 1. Melakukan monitoring vital sign Jam. 09.35
2022 fisik b.d kekakuan sendi sebelum/ sesudah latihan dan lihat Subjektif (S) :
Jam. 09.00 respon pasien saat latihan. Klien mengatakan nyeri lutut
2. Membantu klien untuk berkurang
menggunakan tongkat saat berjalan
dan cegah terhadap cedera Klien mengatakan dapat menggerakan
3. Mengajarkan pasien atau tenaga lutut
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi. Objektif (O):
4. Mengkaji kemampuan pasien dalam Klien mulai interaktif
mobilisasi. Klien tampak menggunakan alat
bantu untuk berjalan
Klien tampak tenang

Assasemnt (A): Masalah teratasi

Planning (P): Intervensi Dihentikan

Senin, 3 Oktober Defisit Pengetahuan b.d 1. Menjelaskan patofisiologi dari Jam. 010.30
2022 kurangnya informasi penyakit dan bagaimana hal ini
Jam. 10.00 tentang penyakit, berhubungan dengan anatomi dan Subjektif (S) :
penurunan produktifitas fisiologi dengan cara yang tepat. Klien tampak paham dengan
(status kesehatan dan 2. menggambarkan tanda dan gejala penyebab nyeri yang dialami
fungsi peran) yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat. Klien tampak menerima informasi
3. Mengidentifikasi kemungkinan dan berusaha untuk mengikuti
prosedur perawatan
penyebab, dengan cara yang tepat.
4. Menyediakan informasi pada
Objektif (O):
pasien tentang kondisi, dengan cara Klien tampak tidak bertanya tentang
yang tepat. penyakitnya
Klien tampak paham hasil penjelasan
Klien akan bertanya jika ada hal yang
ingin dia mengerti

Assasemnt (A): Masalah teratasi

Planning (P): Intervensi Dihentikan

Anda mungkin juga menyukai