Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK ( ARTRITIS REUMATOID )

OLEH: KELOMPOK 3

1. LUH SUCIANI (17089014083)


2. NI KADEK RANIASIH (17089014071)
3. NI LUH WIDIANINGSIH (17089014094)
4. TRI KARTINI DEWI MAU RESI (17089014089)
5. NI KADEK YESINTA ARISANTI (17089014098)
6. TRI BUANA (17089014088)
7. I GEDE UMIPA (17089014091)
8. KOMANG RAHAYU WIDIA PANGASTUTI (17089014068)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit reumatid artritis (RA) adalah penyakit autoimmune dan
sistem imun yang menyebabkan peradangan kronis pada sendi. RA akibat
reaksi autoimun dalam jaringan synovial melibatkan proses fagositosis.
Penyebab RA belum jelas sampai sekarang, namun faktor keturunan
berpengaruh atas timbulnya keluhan sendi ini. Nyeri RA umum nya sering
di tangan, sendi siku, kaki, pergelangan kaki, dan lutut. Nyeri dan bengkak
pada sendi dapat belangsung terus-menerus dan semakin lama keluhan nya
akan semakin berat.
Reumatoid Artritis merupakan penyakit autoimun yang banyak
diderita oleh kaum lanjut usia. Gangguan akitivitas ini bisa berlangsung
jangka panjang karena penyakit RA bersifat kronis. Untuk memonitor
penyakit RA para klinis memerlukan pemeriksa laboratorium. Pemeriksa
LED adalah pemeriksaan darah yang menggambarkan kecepatan
pengendapan eritrosit dalam plasma darah. Peningkatan LED pada keadaan
patologis menujukan adanya suatu proses inflamasi atau infeksi dalam
tubuh, baik inflamasi atau infeksi akut maupun kronis, serta menujukan
adanya proses kerusakan jaringan yang luas misalnya pada penderita
autoimun atau proses keganasan.
Leukosit atau sel darah putih adalah sel yang berperan dalam sistem
imun dalam tubuh ketika sistem imun turun leukosit menjalankan fungsi
defesit dan fungsi reparative, apabila kedua fungsi ini terus berjalan maka
mengakibatkan kenaika jumlah leukosit.
Pada pasien RA akan terjadi proses inflamasi sehingga mengakibat
peningkatan LED dan sedikit peningkatan leukosit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis


2.1.1 Definisi

Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun


sistemik. RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum
diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis. Penyakit ini
merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan
sendi yang simetris. Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari
lima sendi (poliartritis).

2.1.2 Etiologi Artitis Reumatoid


Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan
dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Genetik,
berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka kepekaan
dan ekspresi penyakit sebesar 60%. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa
stimulasi dari Placental CorticotraoninReleasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis
estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun
humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1
lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini . Faktor Infeksi, beberapa agen
infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas
atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA. Heat Shock Protein
(HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon terhadap stres. Protein
ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena
kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen
infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit
dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis. Faktor Lingkungan,
salah satu contohnya adalah merokok.
2.1.3 Patofisiologi Artritis Reumatoid
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi
autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari
proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah
perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi
neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh
bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya
pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi.
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon
imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor
pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik.
2.1.4 WOC
Faktor Genetika, Hormon, Infeksi, HSP, Lingkungan

ARTRITIS
REUMATOID
Terbentuk pannus
Erosi tulang sendi
Menginvasi & merusak
rawan sendi dan tulang kerusakan pada sendi Sinovial
respon imunologi
Deformitas Inflamasi
Destruksi sendi dan otot Spasme Nyeri dan
bengkak
Gangguan
komplikasi sistemik citra tubuh Resiko cedera Nyeri

Gangguan Kurang
mobilitas fisik pengetahuan
2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis arthritis rheumatoid sangat bervariasi dan biasanya
mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa Nyeri, pembengkakan, panas,
eriterma dan gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk arthritis rheumatoid. Palpasi sendi akan mengungkapkan jaringan yang lunak
seperti spons atau busa. Cairan dapat diaspirasi dari sendi yang mengalami
inflamasi. Pola yang khas pada kelainan sendi ini dimulai dengan sendi-sendi kecil
pada tangan, pergelangan tangan dan kaki dan setelah itu menyebar ke sendi lutut,
bahu pinggul dan lain-lain. Tanda klasik lain dari arthritis rheumatoid adalah
kekakuan sendi, khususnya pada pgi hari yang berlangsung selama 30 menit.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun dalam stadium dini sebelum
terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-
sendi tersebut. Persendian teraba panas, bengkak serta nyeri tidak mudah
digerakkan dan pasien cenderung melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi.
Deformitas tangan dan kaki sering dijumpai pada arthritis rheumatoid. Deformitas
bias terjadi karena ketidaksejajaran sendi (misalignment) yang terjadi akibat
pembengkakan, destruksi progresif atau dislokasi parsial.
2.1.6 Komplikasi
1. Nodulus rheumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jnatung atau
pada apru, mata atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung akan terganggu.

2. Vaskulitis (inflamasi system vascular) dapat menyebabkan thrombosis dan


infark.

3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari,


depresi dan stress keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
2.1.7 Kriteria Diasnostik

Kriteria diagnostik Rheumatoid artritis adalah terdapat poli – arthritis yang


simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang- kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-arti kuler pada fotorontgen. Kriteria artritis rematoid menurut
American reumatism Association (ARA) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
3. pada satu sendi.
4. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
5. cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya
6. selama 6 minggu.
7. Pembengkakan pada sekurang-kurangny a salah satu sendi lain.
8. Pembengkakan sendi yanmg bersifat s imetris.
9. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
10. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
11. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
12. Pengendapan cairan musin yang jelek
13. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
14. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

1. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung


2. sekurang-kuran gnya selama 6 minggu
3. Definitif : bilaterdapat 5 kriteria dan berlangsung
4. sekurang-kurang nya selama 6 minggu.
5. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan
6. berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

2.1.8 Penatalaksaan Medis


1. Sendi yang mengalami inflamasi diistirahatkan selama eksaserbasi.

2. Periode istirahat setiap hari.

3. Kompres panas dan dingin bergantian.

4. Aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya.

5. Pembedahan untuk mengangkat membrane synovial atau untuk memperbaiki


deformitas.
6. Pengobatan simtomatok: Analgesik sederhana atau anti inflamasi (OAINS).
Obat-obat ini tidak memiliki dampak terhadap hasil jangak.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Astristis Rheumatoid


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Anamnesa
1. Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin. Pada kasus RA biasanya
terjadi pada usia 25-50 tahun, insiden puncak pada usia 40-60 tahun
2. Keluhan utama : terdapat kekakuan yang biasanya terjadi pada pagi hari.
3. Riwayat penyakit sekarang: gampang lelah, anoreksia, BB menurun.
4. Riwayat penyakit keluarga
1. 5. Pola aktivitas dan istirahat : ditemukan nyeri sendi karena gerakan, nyeri
tekan, dan kekakuan pada pagi hari.
5. Pola nutrisi : penurunan nafsu makan dan berat badan
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma
3. Tanda-Tanda Vital :
4. Kepala : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
5. Mata, Telinga, Hidung: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
6. Leher : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
7. Dada & Punggung : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
8. Abdomen & Pinggang: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
9. 6.Ekstremitas Atas & Bawah : kerusakan dari struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran
sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher
angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerakan ekstensi.
10. Sistem Immune : biasanya terjadi penurunan.
7. Genetalia : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
8. Sistem Reproduksi : Pada umumnya tidak akan tampak Perubahan
1. 10.Sistem Persyarafan : Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan. Pembengkakan sendi simetris.
2. 11.Sistem Pengecapan : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
3. 12.Sistem Penciuman : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
4. 13.Tactil Respon : biasanya terjadi penurunan

2.2.1.3 Status Kognitif/Afektif/Sosial


1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
3. Inventaris Depresi Beck
4. APGAR Keluarga
2.2.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri Akut atau Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan
otot.
3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
4. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas.
5. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan
Pengobatan. b.d Kurangnya pemajanan atau mengingat. Kesalahan
interpretasi informasi.
2.2.3 Interpensi keperawatan

Diagnosa keperawatan 1 : Nyeri Akut/ Kronis b.d agen pencedera; distensi


jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi. tujuan
:Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang. Kriteria hasil : Menyebutkan
nyeri mereda, Skala nyeri rendah ,Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah
sendi ekstremitas.

INTERPENSI RASIONAL
a. Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor kebutuhan manajemen nyeri dan
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa keefektifan program
sakit nonverbal
b. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Matras yang lembut atau empuk,
Tinggikan linen tempat tidur sesuai bantal yang besar akan mencegah
kebutuhan pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi atau nyeri.

c. Tempatkan / pantau penggunaan bantal, Mengistirahatkan sendi-sendi


karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, yang sakit dan mempertahankan
brace. posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
pada sendi
d. Motivasi klien untuk sering mengubah Mencegah terjadinya kelelahan
posisi bantu untuk bergerak di tempat tidur, umum dan kekakuan sendi.
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, Menstabilkan sendi, mengurangi
hindari gerakan yang menyentak. gerakan/ rasa sakit pada sendi

e. Anjurkan pasien untu k mandi air hangat Panas meningkatkan relaksasi


atau mandi pancu ran pada waktu bangun dan otot, dan mobilitas, menurunkan
atau pada waktu tidur. Sediakan waslap rasa sakit dan melepaskan
hangat untuk mengompres sendi-sendi yang kekakuan di pagi hari.
sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air Sensitivitas pada panas dapat
kompres, air mandi, dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan

f. Berikan masase yang lembut meningkatkan relaksasi atau


mengurangi nyeri

g. motivasi klien dalam penggunaan teknik Meningkatkan relaksasi,


manajemen stres, misalnya relaksasi memberikan rasa kontrol dan
progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, mungkin meningkatkan
visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis kemampuan koping
diri, dan pengendalian napas.

h. : Libatkan dalam aktivitas hiburan yang Memfokuskan kembali


sesuai untuk situasi individu. perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya
diri dan perasaan sehat
i. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk sebagai anti inflamasi dan efek
(mis:asetil salisilat) analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
k. berikan kompres dingin jika dibutuhkan rasa dingin dapat menghilangkan
nyeri dan bengkak selama
periode akut

Diagnosa keperawatan 2 Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang


;hilangnya kekuatan otot.Tujuan : Klien me nyatakan cidera lebih sedikit dan rasa
takut cidera berkurang. Kriteria hasil : Mengidentifikasi faktor-faktor yang
meningkatkan resiko cidera, Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah cidera, Meningkatkan aktivitas harian bila
memungkinkan.

INTERPENSI RASIONAL
a. Observasi keadaan klien setiap 30 Memberikan informasi kepada perawat
menit untuk mengetahui keadaan klien

b. Berikan nasehat kepada keluarga Dampingan keluarga lebih memberikan


klien untuk mendampingi klien rasa aman kepada klien daripada perawat
karena keluarga lebih lama berada disisi
klien
c. Modifikasi lingkungan klien dari Penataan atau modifikasi lingkungan
bahaya yang memicu klien untuk yang aman dapat menghindarkan klien
cidera. dari resiko cidera

d. Berikan posisi yang nyaman pada Pemberian posisi yang nyaman pada
klien klien dapat mnurangi pasien gelisah dan
sering bergerak.

e. Ajarkan klien untuk mnggerakkan Latihan menggerakkan otot dapat


persendian atau latihan otot ringan melemaskan otot dan menguatkan otot
sehingga otot tidak kaku dan klien dapat
terhindar dari cidera sdikit demi sedikit.

f. Dekatkan barang-barang klien Meletakkan barang-barang klien dekat


dengan klien dengan klien memudahkan klien
menjangkau barang tersebut sehingga
klien terhindar dari resiko cidera.
Diagnosa keperawatan 3: Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot. Tujuan :
Individu melaporkan dapat menggerakkan ekstremitasnya. Kriteria hasil :
Memperlihatkan penggunaan alat-alat untuk meningkatkan mobilitas dan
Menunjukkan tindakan yang memperlihatkan peningkatam mobilitas

INTERPENSI RASIONAL
a. Evaluasi atau lanjutkan Tingkat aktivitas atau latihan tergantung
pemantauan tingkat inflamasi atau dari perkembangan atau resolusi dari
rasa sakit pada sendi peoses inflamasi

b. Pertahankan istirahat tirah baring Istirahat sistemik dianjurkan selama


atau duduk jika diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan seluruh fase
aktivitas untuk memberikan periode penyakit yang penting untuk mencegah
istirahat yang terus menerus dan tidur kelelahan mempertahankan
malam hari yang tidak terganggu. kekuatan

c. Bantu dengan rentang gerak aktif Mempertahankan atau meningkat kan


atau pasif, demikian juga latihan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
resistif dan isometris jika umum. Catatan : latihan tidak adekuat
memungkinkan menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak sendi

d. Ubah posisi dengan sering dengan Menghilangkan tekanan pada jaringan


jumlah personel cukup. dan meningkatkan sirkulasi. Meme
Demonstrasikan atau bantu tehnik permudah perawatan diri dan kema
pemindahan dan penggunaan ndirian pasien. Tehnik pemindahan yang
bantuan mobilitas, mis, trapeze tepat dapat mencegah robekan abrasi
kulit

e. Posisikan dengan bantal, kantung Meningkatkan stabilitas ( mengurangi


pasir, gulungan trokanter, bebat, resiko cidera ) dan mempertahankan
brace posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi
kontraktor

f. Gunakan bantal kecil atau tipis di Mencegah fleksi leher


bawah leher
g. Dorong pasien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi dan
postur tegak dan duduk tinggi, mempertahankan mobilitas
berdiri, dan berjalan

h. Berikan lingkungan yang aman, Menghindari cidera akibat kecelakaan


misalnya menaikkan kursi, atau jatuh
menggunakan pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi roda.

I, Kolaborasi: konsul dengan Berguna dalam memformulasikan


fisoterapi tentang program latihan program latihan atau aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan individual
dan dalam mengidentifikasikan alat

j. Berikan matras busa atau pengubah Menurunkan tekanan pada jaringan yang
tekanan mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilitas

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan Mungkin dibutuhkan untuk menekan


sesuai indikasi (steroid). sistem inflamasi akut

Diagnosa keperawatan ke 4: Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan


Peran b.d Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. Tujuan : Individu
dapat mendemonstrasikan penerimaan penampilan. Kriteria hasil : Klien
mengatakan puas akan penampilan dirinya yang Sekarang, Klien terlihat percaya
diri dengan kondisi atau penampilannya.

INTERPENSI RASIONAL
a. Motivasi klien untuk Berikan kesempatan untuk
pengungkapan mengenai masalah mengidentifikasi rasa takut atau
tentang proses penyakit, harapan kesalahan konsep dan menghadapinya
masa depan. secara langsung.

b. Diskusikan arti dari kehilangan Mengidentifikasi bagaimana penyakit


atau perubahan pada pasien atau mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
orang terdekat. Memastikan dengan orang lain akan menentukan
bagaimana pandangaqn pribadi kebutuhan
pasien dalam memfungsikan gaya terhadap intervensi atau konseling lebih
hidup sehari-hari, termasuk aspek- lanjut
aspek seksual.
c. Diskusikan persepsi pasien Isyarat verbal atau non verbal orang
mengenai bagaimana orang terdekat terdekat dapat mempunyai pengaruh
menerima keterbatasan mayor pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri

d. terima perasaan berduka, Nyeri konstan akan melelahkan, dan


bermusuhan, ketergantungan. perasa an marah dan bermusuhan umum
terjadi
e. Perhatikan perilaku menarik diri, Dapat menunjukkan emosional ataupun
penggunaan menyangkal atau terlalu metode koping maladaptive,
memperhatikan perubahan. membutuhkan intervensi lebih lanjut

f. Susun batasan pada perilaku mal Membantu pasien untuk


adaptif. Bantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
mengidentifikasi perilaku positif meningkatkan perasaan harga diri
yang dapat membantu koping
g. Ikut sertakan pasien dalam Meningkatkan perasaan harga diri,
merencanakan perawatan dan mendorong kemandirian, dan mendorong
membuat jadwal aktivitas berpartisipasi dalam terapi
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan Mempertahankan penampilan yang dapat
yang diperlukan meningkatkan citra diri

i. Berikan bantuan positif bila perlu Memungkinkan pasien untuk merasa


senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif.
Meningkatkan rasa percaya diri

j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling Pasien atau orang terdekat mungkin


psikiatri, mis: perawat spesialis membutu hkan dukungan selama
psikiatri, psikolog. berhadapan dengan proses jangka
panjang atau ketidakmampuan

k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya


sesuai petunjuk, mis; anti ansietas depresi hebat sampai pasien
dan obat-obatan peningkat alam mengembangkan kemapuan koping yang
perasaan. lebih efektif)

Diagnosa keperawatan 5: Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis,


Dan Kebutuhan Pengobatan. b.d Kurangnya pemajanan / mengingat kesalahan
interpretasi informasi. Tujuan : Klien mengetahui mengenai penyakit yang
dideritanya. Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan atau menjelaskan jenis
penyakitnya, Klien mengerti mengenai penyakitnya, dan Klien mngetahui
pengobatan penyakitnya

INTERPENSI RASIONAL
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, Memberikan pengetahuan dimana pasien
dan harapan masa depan dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi
b. Diskusikan kebiasaan pasien Tujuan kontrol penyakit adalah untuk
dalam penatalaksanaan proses sakit menekan inflamasi sendiri atau jaringan
melalui diet, obat-obatan, dan lain untuk mempertahankan fungsi sendi
program diet seimbang, dan mencegah deformitas
latihan dan istirahat.

c. Bantu dalam merencanakan jadwal Memberikan struktur dan mengurangi


aktivitas terintegrasi yang realistis, ansietas pada waktu menangani proses
istirahat, perawatan pribadi, penyakit kronis kompleks
pemberian obat-obatan, terapi fisik,
dan manajemen stres.

d. Tekankan pentingnya melanjutkan Keuntungan dari terapi obat-obatan


manajemen farmakoterapeutik tergantung pada ketepatan dosis

e. Anjurkan mencerna obat-obatan Membatasi irigasi gaster, pengurangan


dengan makanan, atau antasida pada nyeri akan meningkatkan tidur dan
waktu tidur mengurangi kekakuan di pagi hari

f. Identifikasi efek samping obat-


Memperpanjang dan memaksimalkan
obatan yang merugikan, mis: tinitus,
dosis aspirin dapat mengakibatkan over
perdarahan gastrointestinal, dan dosis. Tinitus umumnya
ruam purpuruik mengindikasikan kadar terapeutik darah
yang tinggi
g. Tekankan pentingnya membaca Banyak produk mengandung salisilat
label produk dan mengurangi tersembunyi yang dapat meningkatkan
penggunaan obat-obat yang dijual risiko efek samping yang berbahaya
bebas tanpa persetujuan
dokter.

h. Tinjau pentingnya diet yang Meningkatkan perasaan sehat umum dan


seimbang dengan makanan yang perbaikan jaringan
banyak mengandung vitamin, protein
dan zat besi.
i. Dorong pasien obesitas untuk Pengurangan berat badan akan
menurunkan berat badan dan berikan mengurangi tekanan pada sendi, terutama
informasi penurunan berat badan pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak
sesuai kebutuhan kaki

j. Berikan informasi mengenai alat Mengurangi paksaan untuk


bantu menggunakan sendi danmemungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
k. Diskusikan teknik menghemat Mencegah kepenatan, memberikan
energi, mis: duduk dari pada berdiri kemudahan perawatan diri, dan
untuk mempersiapkan makanan dan kemandirian
mandi

l. Dorong mempertahankan posisi mekanika tubuh yang baik harus menjadi


tubuh yang benar baik pada saat bagian dari gaya hidup pasien untuk
istirahat maupun pada waktu mengurangi tekanan sendi dan nyeri
melakukan aktivitas,
misalnya menjaga agar sendi tetap
meregang , tidak fleksi,
menggunakan bebat untuk periode
yang ditentukan,
menempatkan tangan dekat pada
pusat tubuh selama menggunakan,
dan bergeser daripada mengangkat
benda jika
memungkinkan.

m. Tinjau perlunya inspeksi sering mengurangi resiko iritasi atau kerusakan


pada kulit dan perawatan kulit kulit
lainnya dibawah bebat, gips, alat
penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang tepat.

n. Diskusikan pentingnya obat Terapi obat obatan membutuhkan


obatan lanjutan atau pemeriksaan pengkajian atau perbaikan yang terus
laboratorium, mis: LED, Kadar menerus untuk menjamin efek optimal
salisilat. dan mencegah over dosis, efek samping
yang berbahaya.

o. Berikan konseling seksual sesuai Informasi mengenai posisi-posisi yang


kebutuhan berbeda dan tehnik atau pilihan lain
untuk pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan
perasaan harga diri atau
percaya diri.
p. Identifikasi sumber-sumber bantuan atau dukungan dari oranmg lain
komunitas, mis: yayasan arthritis untuk meningkatkan pemulihan
( bila ada). maksimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Reumathoid Artritis adalah kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Penyebab pasti reumatod
arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikoplasma dan virus. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi –sendi tangan dan sendi besar
yang menanggung beban. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OA INS ) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Penatalaksanaan umum
pada rheumatoid arthritis antara lain : pemberian terapi , pengaturan aktivitas dan
istirahat , kompres panas dan dingin, diet, dan pembedahan. Asuhan keperawatan
yang diberikan, sesuai dengan askep pada lansia.

3.2 Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai


bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :1. Dalam melakukan asuhan
keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada
pasien dengan rheumatoid artritis. 2 Masyarakat umum ataupun penderita
rheumatoid arthritis hendaknya juga mampu memahami tentang proses penyakit,
gejala, dan pencegahanny, agar mereka mampu mendeteksi secara dini bila terdapat
gejala penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

NM, widiastuti.2017.bab I pendahuluan penyakit rheumatoid


artritis.http://repository.unimus.ac.id.pdf.com. Diaskes tanggal 13 September
2018

Tinjauan pustaka bab 2.http://digilib.unila.ac.id.pdf.com. Diaskes tanggal 7


september 2018

Ps, resti.2013.makalah Artritis Reumatoid.http://edoc.site.pdf.com. Diaskes


tanggal 7 september 2018

2015.Lp rheumatoid artritis.http://edoc.site.pdf.com. Diaskes tanggal 7 september


2018
FORMAT PENILAIAN MAKALAH ILMIAH MAHASISWA

A. IDENTITAS
1. Kelompok : III (TIGA)
2. Jumlah Anggota kelompok : 8 ORANG
B. PENILAIAN

Aspek yang dinilai Skor Ket


Tata Tulisan 4 >80 % sesuai keadaan penulisan
3 69-79% sesuai keadaan penulisan
2 50-59% sesuai keadaan penulisan
1 <50% sesuai keadaan penulisan

Daftar Pustaka 4 Minimal 4 sumber


3 Minimal 3 sumber
2 Minimal 3 sumber
1 Minimal 1 sumber
Isi Tulisan 4 >80% sesuai topik
3 60-79% sesuai topic
2 50-59% sesuai topic
1 <50% sesuai topik
Etika penulisan 4 Tidak ada kemiripan dengan kelompok lain
(Plagiarism) (original)
3 10-30% ada kemiripan dengan kelompok
lain
2 31-60% ada kemiripan dengan kelompok
lain
1 61-100% ada kemiripan dengan kelompok
lain.
Total nilai

Catatan :
Nilai batas lulus adalah 3,00
1. Bila nilai makalah dibawah 3,00 maka tugas akan dikembalikan untuk
diperbaiki sampai mendapat nilai minimal 3,00.
2. Bila nilai etika penulisan 0 maka makalah harus diulang (termasuk
kelompok yang sama)
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK

A. IDENTITAS
1. Nama kelompok : III (Tiga)
2. Jumlah Anggota Kelompok : 8 Orang

Aspek yang dinilai Skor Ket


Kejelasan 4 >80%
Mengemukakakn 3 60-79%
Intisari dan tulisan 2 50-59%
1 <50%

Kelancaran dalam Penyajian, 4 >80%


media penyajian 3 60-79 %
2 50-59 %
1 <50 %
Kemampuan dalam 4 >80 %
mengemukakan argumentasi 3 60-79 %
2 50-59 %
1 <50 %
Total nilai

Catatan:
Nilai batas kelulusan adalah 3,00
Bila nilai presentasi dibawah 3,00 maka harus mengulang presentasi sampai
mendapatkan nilai minimal 3,00.
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI PERORANGAN MAHASISWA

Kelompok : III (Tiga)


Anggota Kelompok : 8 Orang

No Nama mahasiswa Kehadiran Keaktifan Partisipasi Sikap


1 Luh Suciani
2 Ni Kadek Raniasih
3 NI Luh Widianingsih
4 Tri Buana
5 I Gede Umipa
6 Komang Rahayu W.P
7 Tri Kartini D. Mau Resi
8 Ni Kadek Yesinta A

Keterangan :
1. Kehadiran diisi dengan tanda tangan
2. Keaktifan mahasiswa dalam bertanya
3. Partisipasi mahasiswa mengikuti presentasi sampai selesai
4. Sikap selama presentasi
5. Rentang nilai 1,0-4,0 ( kecuali kehadiran )

Anda mungkin juga menyukai