Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL : RHEUMATHOID
ARTHRITIS

KELOMPOK 2 :
IIS NURLELA (2232325003)
NENG INTAN (2232325004)
SITI SALSA ANTIK MARETNA (2232325022)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia
Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis Mengutip pendapat Sjamsuhidajat (1997), artritis
reumatoid merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya
multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering
di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki
dan lutut.

Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai
kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki Sjamsuhidajat (1997)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi Artritis reumatoid merupakan inflamasi
kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Pada inflamasi kronis, membran
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. sinovial mengalami hipertropi dan menebal
Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, sehingga menyumbat aliran darah dan lebih
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, lanjut menstimulasi nekrosis sel dan
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan respon inflamasi. Sinovium yang menebal
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit menjadi ditutup oleh jaringan granular
autoimun dimana persendian (biasanya sendi inflamasi yang disebut panus. Panus dapat
tangan dan kaki) mengalami peradangan, menyebar ke seluruh sendi sehingga
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan menyebabkan inflamasi dan pembentukan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini
bagian dalam sendi (Gordon, 2002). secara lambat merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
(Corwin, 2009).
Klasifikasi
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus
terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus
terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini
harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus
terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
Buffer (2010)
Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti walaupun banyak hal mengenai patologis
penyakit ini telah terungkap. penyakit ini belum dapat
dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor genetik.
Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik
bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang
berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi,
keturunan dan lingkungan (Noer S, 1996).

Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat


dipastikan, tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan
faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998: Blab et
al, 1999). Namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen – antibodi), factor metabolik
dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah,
2008).
Manifestasi Klinis
Kriteria dm American
Rheumatism Association
(ARA) yang di revisi 1987,
Gejala awal terjadi pada adalah:
beberapa sendi sehingga ● Kaku pada pagi hari Arthritis
disebut poli artritis rheumatoid. pada daerah persendian atau
Persendian yang paling sering lebih Arthritis pada persendian
terkena adalah sendi tangan, tangan
● Arthritis simetris Nodul
pergelangan tangan, sendi lutut,
rheumathoid
sendi siku pergelangan kaki, ● Faktor rheumathoid
sendi bahu serta sendi panggul ● Serum positif
dan biasanya bersifat ● Perubahan gambaran fisiologis
bilateral/simetris. (Mansjoer, 2001).
Patofisiologis Kedua, kartilago akan meneruskan beban atau
tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres
mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling normal tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat
sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan
pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi pada tersebut gagal, atau beban pada sendi secara
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik fisiologis masih banyak tetapi kartilago artikuler atau
inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan tulangnya tidak normal.
degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun
yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses
jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
respon imun. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
Kartilago artikuler memainkan dua peranan sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial,
mekanis yang penting dalam fisiologi sendi. Pertama, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
kartilago artikuler memberikan permukaan penahan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi
sinovial, membuat gesekan (friksi) yang sangat yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
rendah dalam gerakan. terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot.
(muttaqin, 2005)
Komplikasi

1. Osteoporosis.
2. Nekrosis sendi panggul.
3. Deformitaas sendi.
4. Kontraktur jaringan
lunak.
5. Sindrom Sjogren
(Bilotta, 2011).
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari
75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih
aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra,
tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis
infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit
kolagen, dan sarkoidosis.
2. Protein C-reaktif biasanya positif.
3. LED meningkat.
4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya
inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkat.
7. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
(Mansjoer, 2001).
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan reumatoid artritis adalah


mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,
menghentikan kerusakan sendi dan
meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita. Adapun
penatalaksanaan umum pada rheumatoid
arthritis antara lain :
1. Terapi Farmakologi
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
3. Kompres panas dan dingin
4. Diet
5. Banyak minum air
6. Pemenuhan gizi
7. Pembedahan
Nanda (2013)
ASUHAN KEPERAWATAN
Rheumatoid Arthritis

Diagnosa Keperawatan

Step 1 Step 3

Step 2
Pengkajian Intervensi
Keperawatan
Pengkajian Diagnosa
1. Identitas
Keperawata
2. Aktivitas istirahat n
1. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi
3. Kardiovaskular musculoskeletal kronis

4. Integritas ego 2. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar


informasi.
5. Makanan/cairan
3. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
6. Hygiens muskuloskeletal.
7. Neurosensori
4. Gangguan citra tubuh b/d proses
8. Nyeri kenyamanan
penyakit.

9. Kenamanan 5. Defisit perawatan diri b/d gangguan


muskuloskeletal.
10. Interaksi sosial
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
kondisi keperawatan 1x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
muskuloskeletal diharapkan tingkat nyeri frekuensi, intensitas nyeri.
menurun dengan Kriteria Hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
kronis 1. Keluhan nyeri berkurang 3. Berikan Teknik non-farmakologi untuk
2. Tampak meringis menurun mengurangi nyeri (relaksasi)
3. Sikap protektif menurun 4. Kolaborasi pemberian analgetic
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
fisik b/d gangguan perawatan selama 1x 24 jam 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan
didapatkan mobilisasi fisik pergerakan
muskuloskeletal.
meningkat dengan Kriteria 2. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
Hasil: bantu
1. Pergerakan sendi meningkat 3. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Kekuatan otot meningkat 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Gerakan terbatas menurun 5. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
Lanjutan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Proses Penyakit
b/d kurang terpapar keperawatan 1x 24 jam 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
diharapkan tingkat pengetahuan menerima informasi
informasi.
membaik dengan Kriteria Hasil: 2. Sediakan materi dan media penkes
1. Kemampuan menjelaskan 3. Jelaskan penyebab dan factor resiko
pengetahuan suatu topik penyakit
meningkat 4. Jelaskan tanda dan gejala penyakit
2. Bertanya berkurang 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh
tubuh b/d proses perawatan selama 1x 24 jam 1. Identifikasi harapan citra tubuh
diharapkan pemikiran positif berdasarkan tahap perkembangan
penyakit
tentang citra tubuh dengan 2. Identifikasi citra tubuh yang menyebabkan
Kriteria Hasil: isolasi sosial
1. Harga diri meningkat 3. Diskusikan cara mengembangkan harapan
2. Identitas diri positif citra tubuh secara realistis
3. Status koping positif 4. Anjurkan untuk mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
Lanjutan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
diri b/d gangguan keperawatan 1x 24 jam 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
diharapkan kebersihan diri perawatan diri sesuai usia
muskuloskeletal
meningkat dengan Kriteria 2. Monitor tingkat kemandirian
Hasil: 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
1. Kenyamanan meningkat diri sampai mandiri
2. Kebersihan diri meningkat 4. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
5. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai