REMATIK
Adapun faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah
2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Gejala Extraartikular :
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil
di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki
adalah hal yang umum.
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini
sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada
sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah
digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut
usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto
rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang
terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran cerna
terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari:
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga
DIAGNOSA
KEPERAWA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TAN
- Memaksimalkan fungsi
sendi dan
- Gunakan bantal mempertahankan
kecil/tipis di bawah mobilitas
leher - Menghindari cidera
- Dorong pasien akibat kecelakaan/ jatuh
mempertahankan
postur tegak dan
duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
- Berikan lingkungan
yang aman, misalnya - Berguna dalam
menaikkan kursi, memformulasikan
menggunakan program latihan/
pegangan tangga aktivitas yang
pada toilet, berdasarkan pada
penggunaan kursi kebutuhan individual
roda. dan dalam
- Kolaborasi: konsul mengidentifikasikan
alat
dengan fisoterapi. - Menurunkan tekanan
pada jaringan yang
mudah pecah untuk
mengurangi risiko
imobilitas
- Mungkin dibutuhkan
untuk menekan sistem
inflamasi akut
- Kolaborasi: Berikan
matras busa/
pengubah tekanan.
- Kolaborasi: berikan
obat-obatan sesuai
indikasi (steroid).
Gangguan Setelah dilakukan - Dorong - Berikan kesempatan
Citra Tubuh / tindakan pengungkapan untuk mengidentifikasi
Perubahan keperawatan mengenai masalah rasa takut/ kesalahan
Penampilan selama 3x24 jam tentang proses konsep dan
Peran diharapkan penyakit, harapan menghadapinya secara
berhubungan gangguan citra masa depan. langsung
dengan tubuh berkurang - Mengidentifikasi
perubahan dengan criteria: - Diskusikan arti dari bagaimana penyakit
kemampuan kehilangan/ mempengaruhi persepsi
- Mengungkapkan
untuk perubahan pada diri dan interaksi
peningkatan rasa
melaksanakan pasien/orang dengan orang lain akan
percaya diri
tugas-tugas terdekat. menentukan kebutuhan
dalam
umum, Memastikan terhadap intervensi/
kemampuan
peningkatan bagaimana konseling lebih lanjut
untuk
penggunaan pandangaqn pribadi
menghadapi
energi, pasien dalam
penyakit,
ketidakseimba memfungsikan gaya - Isyarat verbal/non
perubahan pada
ngan hidup sehari-hari, verbal orang terdekat
gaya hidup, dan
mobilitas. termasuk aspek- dapat mempunyai
kemungkinan
aspek seksual. pengaruh mayor pada
keterbatasan
- Diskusikan persepsi bagaimana pasien
- Menyusun
pasien mengenai memandang dirinya
rencana realistis
bagaimana orang sendiri
untuk masa
terdekat menerima - Nyeri konstan akan
depan.
keterbatasan. melelahkan, dan
perasaan marah dan
bermusuhan umum
- Akui dan terima terjadi
perasaan berduka, - Dapat menunjukkan
bermusuhan, emosional ataupun
ketergantungan. metode koping
maladaptive,
- Perhatikan perilaku membutuhkan
menarik diri, intervensi lebih lanjut
penggunaan - Membantu pasien untuk
menyangkal atau mempertahankan
terlalu kontrol diri, yang dapat
memperhatikan meningkatkan perasaan
perubahan harga diri
- Susun batasan pada
perilaku mal adaptif. - Meningkatkan perasaan
Bantu pasien untuk harga diri, mendorong
mengidentifikasi kemandirian, dan
perilaku positif yang mendorong
dapat membantu berpartisipasi dalam
koping terapi
- Ikut sertakan pasien - Mempertahankan
dalam merencanakan penampilan yang dapat
perawatan dan meningkatkan citra diri
membuat jadwal - Memungkinkan pasien
aktivitas untuk merasa senang
terhadap dirinya
- Bantu dalam sendiri. Menguatkan
kebutuhan perilaku positif.
perawatan yang Meningkatkan rasa
diperlukan percaya diri
- Berikan bantuan - Pasien/orang terdekat
positif bila perlu. mungkin membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka panjang/
ketidakmampuan
- Mungkin dibutuhkan
- Kolaborasi: Rujuk
pada sat munculnya
pada konseling
depresi hebat sampai
psikiatri, mis:
pasien mengembangkan
perawat spesialis
kemapuan koping yang
psikiatri, psikolog.
lebih efektif
- Kolaborasi: Berikan
obat-obatan sesuai
petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-
obatan peningkat
alam perasaan.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah relaksasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data lanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data
yang baru.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.