Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

REMATIK

A. Konsep Dasar Rematik


1. Pengertian Artritis Reumatoid
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 2002).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 2003).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour, 2005).
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

2. Etiologi Artritis Reumatoid


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;

1. Jenis Kelamin. 
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah
2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
3. Riwayat Keluarga. 
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga. 
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

3. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). 
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.  
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996). 
   

4. Manifestasi klinis Artritis Reumatoid


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas


2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

Gejala Extraartikular :

1. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan


katub),Pericarditis, Myocarditis
2. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
3. Pada lympa : Lhymphadenopathy
4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5. Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan


demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar
juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat
juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ
lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh
darah dapat rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001). 

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996). 

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil
di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki
adalah hal yang umum. 

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : 

1. Stadium sinovitis 
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan. 
2. Stadium destruksi 
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 
3. Stadium deformitas 
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. 

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini
sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada
sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah
digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002). 

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut
usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang.

5. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.

Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto
rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang
terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

6. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran cerna
terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari:
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga

menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.


d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi: diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan


dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan


penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan
keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang
baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu
jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti
inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat
menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan
sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal
(Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju
pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.
Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat
dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). 
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi
menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya
penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan
tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,
terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif
untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
B. Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid
1. Pengkajian Artritis Reumatoid
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor (zat kapur), vitamin dan protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

3. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Perencanaan Artritis Reumatoid

DIAGNOSA
KEPERAWA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TAN

Nyeri Setelah dilakukan - Kaji keluhan nyeri, - Membantu dalam


berhubungan tindakan catat lokasi dan menentukan kebutuhan
dengan agen keperawatan intensitas (skala 0- manajemen nyeri dan
pencedera, selama 3x24 jam 10). Catat faktor- keefektifan program
distensi diharapkan tidak faktor yang
jaringan oleh ada Keluhan nyeri, mempercepat dan
akumulasi dengan kriteria : tanda-tanda rasa
cairan/ proses sakit non verbal - Matras yang lembut/
- Menunjukkan
inflamasi, - Berikan matras/ empuk, bantal yang
nyeri hilang/
destruksi kasur keras, bantal besar akan mencegah
terkontrol
sendi. kecil, tinggikan linen pemeliharaan
- Terlihat rileks,
tempat tidur sesuai kesejajaran tubuh yang
dapat
tidur/beristirahat kebutuhan tepat, menempatkan
dan berpartisipasi stress pada sendi yang
dalam aktivitas sakit. Peninggian linen
sesuai tempat tidur
kemampuan menurunkan tekanan
- Mengikuti pada sendi yang
program terinflamasi/nyeri
farmakologis - Mengistirahatkan
yang diresepkan sendi-sendi yang sakit
- Menggabungkan - Tempatkan/ pantau dan mempertahankan
keterampilan penggunaan bantal, posisi netral.
relaksasi dan karung pasir, Penggunaan brace
aktivitas hiburan gulungan trokhanter, dapat menurunkan
ke dalam bebat, brace. nyeri dan dapat
program kontrol mengurangi kerusakan
nyeri. pada sendi
- Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan
- Dorong untuk sering kekakuan sendi.
mengubah posisi, Menstabilkan sendi,
bantu untuk mengurangi gerakan/
bergerak di tempat rasa sakit pada sendi
tidur, sokong sendi
yang sakit di atas
dan bawah, hindari - Panas meningkatkan
gerakan yang relaksasi otot, dan
menyentak. mobilitas, menurunkan
- Anjurkan pasien rasa sakit dan
untuk mandi air melepaskan kekakuan
hangat atau mandi di pagi hari. Sensitivitas
pancuran pada pada panas dapat
waktu bangun dihilangkan dan luka
dan/atau pada waktu dermal dapat
tidur. Sediakan disembuhkan
waslap hangat untuk
mengompres sendi-
sendi yang sakit - Meningkatkan
beberapa kali sehari. relaksasi/ mengurangi
Pantau suhu air nyeri
kompres, air mandi, - Meningkatkan
dan sebagainya. realaksasi, mengurangi
- Berikan masase tegangan otot/ spasme,
yang lembut memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi
- Ajarkan teknik non - Sebagai anti inflamasi
farmakologi dan efek analgesik
(relaksasi, distraksi, ringan dalam
relaksasi progresif) mengurangi kekakuan
dan meningkatkan
- Beri obat sebelum mobilitas.
aktivitas/ latihan
yang direncanakan - Rasa dingin dapat
sesuai petunjuk. menghilangkan nyeri
Kolaborasi: Berikan dan bengkak selama
obat-obatan sesuai periode akut
petunjuk (mis:asetil
salisilat)
- Berikan kompres
dingin jika
dibutuhkan

Gangguan Setelah dilakukan - Evaluasi/ lanjutkan - Tingkat aktivitas/


mobilitas fisik tindakan pemantauan tingkat latihan tergantung dari
berhubungan keperawatan inflamasi/ rasa sakit perkembangan/ resolusi
dengan selama 3x24 jam pada sendi dari peoses inflamasi
deformitas diharapkan - Pertahankan istirahat - Istirahat sistemik
skeletal, nyeri, mobilitas fisik baik tirah baring/ duduk dianjurkan selama
penurunan, dengan kriteria : jika diperlukan eksaserbasi akut dan
kekuatan otot. jadwal aktivitas seluruh fase penyakit
- Mempertahankan
untuk memberikan yang penting untuk
fungsi posisi
periode istirahat mencegah kelelahan
dengan tidak
yang terus menerus mempertahankan
hadirnya/
dan tidur malam hari kekuatan
pembatasan
yang tidak
kontraktur.
terganggu. - Mempertahankan/
- Mempertahankan
- Bantu dengan meningkatkan fungsi
ataupun
rentang gerak sendi, kekuatan otot
meningkatkan
aktif/pasif, demikian dan stamina umum.
kekuatan dan
juga latihan resistif Catatan : latihan tidak
fungsi dari dan/
dan isometris jika adekuat menimbulkan
atau kompensasi
memungkinkan  kekakuan sendi,
bagian tubuh
karenanya aktivitas
- Mendemonstrasi
yang berlebihan dapat
kan tehnik/
merusak sendi
perilaku yang
- Menghilangkan tekanan
memungkinkan
pada jaringan dan
melakukan
meningkatkan sirkulasi.
aktivitas - Ubah posisi dengan
- Mempermudah
sering dengan
perawatan diri dan
jumlah personel
kemandirian pasien.
cukup.
Tehnik pemindahan
- Demonstrasikan/
yang tepat dapat
bantu tehnik
mencegah robekan
pemindahan dan
penggunaan bantuan
mobilitas, mis, abrasi kulit
trapeze  - Meningkatkan stabilitas
(mengurangi resiko
cidera) dan
mempertahankan posisi
- Posisikan dengan sendi yang diperlukan
bantal, kantung dan kesejajaran tubuh,
pasir, gulungan mengurangi kontraktor
trokanter, bebat, - Mencegah fleksi leher
brace

- Memaksimalkan fungsi
sendi dan
- Gunakan bantal mempertahankan
kecil/tipis di bawah mobilitas
leher - Menghindari cidera
- Dorong pasien akibat kecelakaan/ jatuh
mempertahankan
postur tegak dan
duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
- Berikan lingkungan
yang aman, misalnya - Berguna dalam
menaikkan kursi, memformulasikan
menggunakan program latihan/
pegangan tangga aktivitas yang
pada toilet, berdasarkan pada
penggunaan kursi kebutuhan individual
roda. dan dalam
- Kolaborasi: konsul mengidentifikasikan
alat
dengan fisoterapi. - Menurunkan tekanan
pada jaringan yang
mudah pecah untuk
mengurangi risiko
imobilitas
- Mungkin dibutuhkan
untuk menekan sistem
inflamasi akut
- Kolaborasi: Berikan
matras busa/
pengubah tekanan. 

- Kolaborasi: berikan
obat-obatan sesuai
indikasi (steroid). 
Gangguan Setelah dilakukan - Dorong - Berikan kesempatan
Citra Tubuh / tindakan pengungkapan untuk mengidentifikasi
Perubahan keperawatan mengenai masalah rasa takut/ kesalahan
Penampilan selama 3x24 jam tentang proses konsep dan
Peran diharapkan penyakit, harapan menghadapinya secara
berhubungan gangguan citra masa depan.  langsung
dengan tubuh berkurang - Mengidentifikasi
perubahan dengan criteria: - Diskusikan arti dari bagaimana penyakit
kemampuan kehilangan/ mempengaruhi persepsi
- Mengungkapkan
untuk perubahan pada diri dan interaksi
peningkatan rasa
melaksanakan pasien/orang dengan orang lain akan
percaya diri
tugas-tugas terdekat. menentukan kebutuhan
dalam
umum, Memastikan terhadap intervensi/
kemampuan
peningkatan bagaimana konseling lebih lanjut
untuk
penggunaan pandangaqn pribadi
menghadapi
energi, pasien dalam
penyakit,
ketidakseimba memfungsikan gaya - Isyarat verbal/non
perubahan pada
ngan hidup sehari-hari, verbal orang terdekat
gaya hidup, dan
mobilitas. termasuk aspek- dapat mempunyai
kemungkinan
aspek seksual. pengaruh mayor pada
keterbatasan
- Diskusikan persepsi bagaimana pasien
- Menyusun
pasien mengenai memandang dirinya
rencana realistis
bagaimana orang sendiri
untuk masa
terdekat menerima - Nyeri konstan akan
depan.
keterbatasan.  melelahkan, dan
perasaan marah dan
bermusuhan umum
- Akui dan terima terjadi
perasaan berduka, - Dapat menunjukkan
bermusuhan, emosional ataupun
ketergantungan. metode koping
maladaptive,
- Perhatikan perilaku membutuhkan
menarik diri, intervensi lebih lanjut
penggunaan - Membantu pasien untuk
menyangkal atau mempertahankan
terlalu kontrol diri, yang dapat
memperhatikan meningkatkan perasaan
perubahan harga diri
- Susun batasan pada
perilaku mal adaptif. - Meningkatkan perasaan
Bantu pasien untuk harga diri, mendorong
mengidentifikasi kemandirian, dan
perilaku positif yang mendorong
dapat membantu berpartisipasi dalam
koping terapi
- Ikut sertakan pasien - Mempertahankan
dalam merencanakan penampilan yang dapat
perawatan dan meningkatkan citra diri
membuat jadwal - Memungkinkan pasien
aktivitas untuk merasa senang
terhadap dirinya
- Bantu dalam sendiri. Menguatkan
kebutuhan perilaku positif.
perawatan yang Meningkatkan rasa
diperlukan percaya diri
- Berikan bantuan - Pasien/orang terdekat
positif bila perlu. mungkin membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka panjang/
ketidakmampuan
- Mungkin dibutuhkan
- Kolaborasi: Rujuk
pada sat munculnya
pada konseling
depresi hebat sampai
psikiatri, mis:
pasien mengembangkan
perawat spesialis
kemapuan koping yang
psikiatri, psikolog.
lebih efektif

- Kolaborasi: Berikan
obat-obatan sesuai
petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-
obatan peningkat
alam perasaan.

4. Implementasi

Pelaksanaan adalah relaksasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data lanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data
yang baru.

5. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

Anda mungkin juga menyukai