Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL RHEUMATOID

ARTHRITIS

A. PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit (1)autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid
arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari (2)membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun
(penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan
tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama
pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai
banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra–
artikuler.
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit (3)rheumatoid arthritis belum diketahui secara
pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas
(antigen – antibodi), faktor (4)metabolik dan infeksi virus (Suratun,
Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat
dipastikan, tetapi jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor
lingkungan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan,
kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri
otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan sendi biasanya paling
sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid
arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk
rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari
rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat
badan menurun, anemia (Long, 1996).

D. PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke
struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan
kapsul fibrosa sendi. (5)Ligamentum dan tendon meradang.
Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.
Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi
dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan (6)nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut.
(7)Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular
yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga
semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat
serta deformitas.

E. KOMPLIKASI
1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru

F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami
manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu
episode artritis reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi
sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah terkena artritis
reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan hanya
diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik).
Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang progresif
yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap
pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini
bersifat sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-
paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik
kecil yang berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di
badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis,
pada jantung dapat menimbulkan pericarditis, myocarditis dan
seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih
besar dan terdapat pada daerah (8)insersio dan otot-otot atau pada
daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka
kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan
sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang berjajar seperti
jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di sekitarnya
dikelilingi oleh deposit-deposit (9)fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi
dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-
penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di atas
gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena
kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul
akibat pengaruh (10)imunologi, yang menyebabkan zat-zat besi
terkumpul pada jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial,
sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang. Kelainan sistem
pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease
modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab (11)morbiditas dan (12)mortalitas utama pada artritis
reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif
bermakna pada sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 –
100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala
meningkat; anemia; albumin serum rendah dan fosfatase alkali
meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan,
kaki dan pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi
pada penyakit yang berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.

H. PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari
– hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari.
Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak.
Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat
badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang
mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat
efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang
patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen
penatalaksanaan regimen obat yang kompleks. Pendidikan tentang
penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan
dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat
yang cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur
malam, kurangi aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan
beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya
2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi
peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup,
lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan
urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan cairan yang
dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih
banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


REMATOID ARTRITIS
1. Pengkajian
Sistem Muskuloskeletal
a. Inspeksi :
- Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina
torakal, lumbai, bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan,
pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan panggul
- Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
b. Palpasi :
- Adanya nyeri sendi padadaerah yang disertai kemerahan /
bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan :0 – 3
Sedang :3 – 7
Berat : 7 – 10
- Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien
rumatoid arthritis (doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat
akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan
kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak,
atau depresi.
e. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
berhubungan dengan proses penyakit degenerative jangka panjang,
system pendukung tidak adekuat.
f. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit,
prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

Anda mungkin juga menyukai