MACAM-MACAM MUTASI
Mutasi diam adalah mutasi netral khusus yang terjadi pergantian pasangan basa
pasangan gen yang menimbulkan perubahan kode genetika, tetapi tidak mengakibatkan
perubahan asam amino yang dikode, contoh AAG menjadi AGA yang sama-sama
mengkode arginin.
Mutasi perubahan rangka terjadi karena adisi atau delesi satu atau lebih dari
pasangan basa dalam satu gen. Adisi dan delesi tersebut mengubah kerangka seluruh
fungsi triplet pasangan basa dalam arah distal dari tapak mutasi. Akibatnya, terjadi
perubahan kerangka RNA-d, sehingga terjadi perubahan urutan asam amino dari distal
dari tapak mutasi dan polipeptida yang dihasilkan tidak fungsional.
Mutasi titik dibagi menjadi 2 yaitu mutasi depan dan mutasi balik. Mutasi depan
adalah mutasi untuk mengubah wild type, namun demikian terkadang wild type dan tipe
mutan bersifat arbitrer. Sedangkan mutasi balik dapat memulihkan polipeptida yang
sebelumnya bersifat fungsional sebagian atau tidak fungsional akibat mutasi gen, menjadi
polipeptida yang berfungsi penuh atau sebagian. Pemilihan fungsi protein sepenuhnya
(true reversion) terjadi jika asam amino mula-mula dapat dikode kembali, sedangkan
pemulihan fungsi protein sebagian (partial reversion) terjadi jika asam amino mula-mula
tidak dikode kembali tetapi sebagai gantinya dikode asam amino lain.
Reverse mutation dapat juga dikatakan sebagai mutasi penekan (suppressor mutation)
dimana mutasi itu dapat terjadi pada gen yang sama atau berbeda, dikenal intragenic
suppressor mutation dan intergenic suppressor mutation. Dalam hal ini keduanya
berakibat diproduksinya protein fungsional sepenuhnya ataupun yang fungsional
sebagian.
Mekanisme intragenic suppressor mutation dan intergenic suppressor mutation
berbeda. Pada intragenic suppressor mutation terdapat dua pola mekanisme. Pada
pertama terjadi perubahan basa nukleotida lain dalam triplet yang mentranskripsi kode
genetika yang sama (Tabel 2.4). Dan pada pola kedua terjadi perubahan basa nukleotida
lain dalam triplet yang transkripsi kode genetika lain.
Pada tabel di atas terlihat bahwa mula-mula terjadi transversi SG AT dan kode
genetika hasil transkripsi adalah AU yang mengkode asam amino serin. Berikutnya
terjadi transversi TA AT dan kode genetika hasil transkripsi adalah AA yang juga
mengkode asam amino arginin. Jadi, dapat disimpulkan bahwa intragenic suppressor
mutation berhasil memulihkan protein sepenuhnya, sekalipun mutasi itutidka berlangsung
pada tapak tempat mutasi mula-mula.
Mutasi intergenic suppressor terjadi pada gen lain dengan menekan efek mutasi mula-
mula sekalipun kejadiannya berlangsung pada gen lain. Yang terjadi adalah penekanan
suatu cacat akibat mutasi oleh satu mutasi pada gen lain.
Gen yang menyebabkan supresi mutasi pada gen lain disebut gen supresor (suppresor
genes) yang kerjanya tidak dengan cara mengubah urutan nukleotida sutu gen mutan,
melainkan mengubah pembacaan RNA-d. Gen supresor telah ditemukan pada berbagai
sistem, terutama pada E. coli dan Khamir.
Tiap gen supresor dapat menekan efek hanya dari satu mutasi nonsen, misens, atau
mutasi pergantian kerangka. Di antara mutasi nonsen, misens, dan mutasi pergantian
kerangka, yang paling banyak dikenal adalah supresor mutasi nonsen. Supresor semacam
itu sering berakibat bilamana gen-gen RNA-t tertentu mutasi sedemikian sehingga
antikodonnya mengenali suatu kode genetika dan akan menempatkan suatu asam amino
ke dalam rantai polipeptida. Oleh karena itu, sintesis polipeptida tidak terhenti sebelum
waktunya karena RNA-t yang telah berubah itu akan menempatkan asam amino pada
posisi kode genetika terminasi itu. Melalui cara ini fungsi polipeptida dapat pulih
sepenuhnya atau sebagian. Supresor mutasi nonsen dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
UAG, UAA dan UGA.
Berkenaan dengan perubahan RNA-t, jika kelompok khusus RNA-t ini berubah
sehingga antikodonnya mampu membaca suatu kode genetika nonsen, maka RNA-t
tersebut tidak dapat lagi membaca kode genetika mula-mula yang mengkode asam amino
yang diangkutnya. Oleh karena itu RNA-t jelas merupakan gen redundan pada genom dan
jika salah satu mengalami mutasi, maka RNA-t hasil transkripsinya akan membaca kode
genetika terminasi UA, gen lain yang mentranskripsi RNA-t yang sama tetap
menghasilkan satu molekul RNA-t akan tetap membaca kode genetika yang normal untuk
asam amino tirosin.
3. Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom dipilah menjadi dua macam yaitu berupa perubahan struktur
kromosom dan perubahan jumlah kromosom (Ayala, dkk., 1984). Perubahan struktur
kromosom yang merupakan mutasi kromosom dapat berupa perubahan jumlah gen dan
perubahan lokasi gen. Perubahan jumlah gen terjadi karena delesi dan duplikasi,
sedangkan perubahan lokasi gen terjadi karena inversi dan translokasi. Delesi disebut juga
defisiensi, yang terjadi adalah hilangnya suatu segmen kromosom dari satu kromosom.
Pada duplikasi keberadaan satu segmen kromosom lebih dari satu kali, pada inversi letak
suatu segmen kromosom menjadi terbalik, dan pada translokasi letak suatu segmen
kromosom berubah karena berpindah.
Macam mutasi kromosom yang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah
kromosom adalah fusi sentrik, fisi sentrik, aneuploidi, serta monoploidi maupun
poliploidi. Pada fusi sentrik dua kromosom nonhomolog bergabung menjadi satu,
sedangkan pada fisi sentrik satu kromosom terpisah menjadi dua kromosom. Pada
aneuploidi, satu atau lebih dari satu kromosom pada suatu pasangan kromosom hilang
atau bertambah, sedangkan pada monoploidi jumlah perangkat kromosom hanya satu,
tetapi pada poliploidi jumlah perangkat kromosom lebih dari dua. Monoploidi dan
poliploidi disebut juga sebagai mutasi genom (genom mutation) (Russel, 1992).