Anda di halaman 1dari 12

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi yang dibimbing oleh
Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si. dan Kennis Rozana, S.Pd., M.Si.

Oleh:
Kelompok 6 / Offering B 2018
Alivia Salsabila Agustin 180341617583
Farah Fatimatuzzahro’ 180341617530
Mirdal Wahyu Khurul Aini 180341617555
Shinta Amrul Khoirina 180341617517

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2020
A. TOPIK
Pengamatan morfologi koloni bakteri
B. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu : Rabu, 29 Januari 2020
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi O5.305
C. TUJUAN
Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri
D. DASAR TEORI
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran
sangat kecil (Kusnadi, dkk., 2003). Bakteri dapat diperoleh hampir di
setiap tempat, misalnya: di udara, di antara helaian rambut, di sela-sela
gigi, di dalam tanah dan sebagainya. Untuk mempelajari morfologi koloni
bakteri, kita perlu menangkap dan menumbuhkan pada medium lempeng
terlebih dahulu. Pada umumnya koloni bakteri yang tertangkap pada
medium lempeng ini akan tumbuh setelah ± 1 x 24 jam. Bakteri yang akan
kita pelajari lebih lanjut sebaiknya juga dibuat biakan murni (Hastuti,
2013).
Menurut Waluyo (2007), pada umumnya ada tiga bentuk bakteri
yang berbeda yaitu, bentuk kokus atau bulat, basil atau silinder, dan spiral
atau melengkung melingkar. Bakteri merupakan organisme prokariotik
yang umumnya berukuran sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x atau
lebih. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat
pewarna kimia agar dapat diamati dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk,
susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel bakteri dapat
berbentuk seperti kokus, basil dan spiral (Pelczar & Chan, 2009).
Sel individu bakteri yang dapat berbentuk seperti elips, bola, batang
atau spiral. Masing-masing ciri ini dapat digunakan untuk mencirikan
morfologi suatu spesies. Sel bakteri yang berbentuk seperti bola
dinamakan kokus dan yang berbentuk silindris dinamakan basilus (Funke,
dkk., 2004).
Suatu koloni bakteri dapat dilihat langsung dengan mata telanjang.
Koloni dalam medium agar juga memperlihatkan bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Morfologi koloni dapat diiketahui dari warna koloni, bentuk
koloni, tepi koloni, elevasi (kenaikan permukaan koloni), kepekatan
koloni, mengkilat atau suram dan diameter koloni (Hastuti, 2012).
Pada medium miring penampakan koloni bakteri ada yang serupa
pedang, berduri, serupa tasbih, serupa titi-titik, serupa batang, dan serupa
akar. Penampakan suatu koloni bakteri dapat diketahui seperti gambar
berikut (Hastuti, 2012):
E. ALAT DAN BAHAN
- Alat: 1. Inkubator
2. Loupe
- Bahan: 2 buah medium lempeng NA

F. PROSEDUR KERJA

1. Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri


Membawa 2 cawan petri berisi medium lempeng ke tempat yang banyak dilalui
oranh, lalu membuka tutup cawan petri itu selama 10-15 menit, kemudian
menutup kembali.

Menginkubasikan kedua biakan pada mediumlempeng tersebut pada suhu


37°C.

Setelah biakan berumur 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam, mengamati terhadap koloni


bakteri yang tumbuh pada medium lempeng tersebut.

Menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri ditandai


dengan bentuk seperti lendir, tetesan mentega, tetesan sari buah.

Memilih dua macam koloni bakteri yang tumbuh.

Melakukan pengamatan morfologi koloni dari dua macam koloni bakteri yang meliputi
warna koloni, bentuk koloni, tepi koloni, elevasi (kenaikan permukaan koloni),
kepekatan koloni, mengkilat atau suram dan diameter koloni.

Melakukan hal seperti diatas pada masing-masing kolini bakteri dan menulis hasil
pengamatan dalam tabel pengamatan.
2. Pembuatan Biakan Murni Bakteri

Menyediakan 2 buah medium lempeng dan 2 buah medium miring.

Memilih 2 macam koloni bakteri yang berasal dari biakan campuran (sama
dengan koloni yang diamati pada pengamatan morfologi koloni bakteri).
Menulis nomor koloni yang dipilih pada medium lempeng dan medium miring
yang telah tersedia.

Secara aseptik menginokulasikan bakteri itu ke medium lempeng, dengan arah


zig-zag, dengan memakai jarum inokulasi ujung lurus dan medium miring,
dengan arah lurus mulai dari permukaan mediummiring bagian bawah menuju
ke atas (tiap medium hanya diinokulasi dengan 1 macam koloni bakteri). Hati-
hati jangan sampai jarum inokulasi menusuk medium.

Menginkubasikan baiakan tersebut pada suhu 37°C dan melakukan pengamatan


setelah biakan berumur 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam.

Mencatat bentuk koloni bakteri yang tumbuh pada medium miring.

G. DATA
Tabel pengamatan morfologi koloni bakteri.
Ciri Koloni no. 1 Koloni no. 2
a. Warna koloni Putih kekuningan Putih kekuningan
b. Bentuk koloni Bundar Bundar dengan
tepian timbul
c. Tepi koloni Licin Berombak
d. Elevasi koloni Seperti kawah Seperti tombol
e. Mengkilat/suram Mengkilat Suram
f. Diameter koloni 0,2 cm 0,6 cm
g. Kepekatan koloni Tidak pekat Pekat
h. Jumlah koloni 40 30
Asal bakteri Bentuk berduri Bentuk berduri
Tipe pertumbuhan pada Tempat Tempat
medium miring pembuangan pembuangan
sampah FMIPA sampah FMIPA

H. ANALISIS DATA
Pada praktikum pengamatan morfologi koloni bakteri, kami
mengambil sampel di sekitar tempat pembuangan akhir Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan media
lempeng dari Nutrient Agar (NA) dan media miring. Saat menggunakan
media lempeng, kami menggunakan dua cawan petri yang diletakkan
ditempat terpisah dengan menunggu 15 menit agar terdapat bakteri yang
masuk atau menempel pada media. Setelah itu, 2 cawan petri tersebut kami
beri label dengan tulisan koloni 1 dan koloni 2 dimana setelahnya inkubasi
diinkubator dengan suhu 37oC selama 1 x 24 jam.Sedangkan pada
pengamatan koloni bakteri menggunakan media miring, kami
menginokulasikan biakan dengan arah lurus yang kemudian di
inkubasikan selama 1x24 jam.
Berdasarkan pengamatan morfologi koloni bakteri 1, kami
mendapatkan hasil bahwa koloni berwarna putih kekuningan, bentuk
koloni bundar, tepi koloni licin, elevasi koloni seperti kawah, permukaan
mengkilat, diameter koloni 0,2 cm, kepekatan koloni tidak pekat, jumlah
koloni 40.
Pada pengamatan morfologi koloni bakteri 2, kami mendapatkan
hasil bahwa koloni berwarna putih kekuningan, bentuk koloni bundar
dengan tepi timbul, tepi koloni berombak, elevasi koloni seperti tombol,
permukaan suram, diameter koloni 0,6cm, kepekatan koloni pekat, jumlah
koloni 30. Sedangkan untuk pengamatan morfologi koloni bakteri 1 dan 2
pada medium miring kami mendapatkan hasil bahwa bentukdari kedua
koloni bakteri tersebut adalah berduri.

I. PEMBAHASAN
Pada pengamatan morfologi koloni bakteri ini, kami mengamati
morfologi koloni dan juga ciri yang dimiliki oleh tiap koloninya. Ciri
koloni yang diamati antara lain warna, bentuk, tepi, elevasi,
mengkilat/suram, diameter koloni, kepekatan koloni dan jumlah koloni.
Pengamatan dari beberapa ciri ini dapat dilihat dengan menggunakan mata
biasa tanpa menggunakan mikroskop setelah diinkubasi menggunakan
inkubator dengan suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam. Namun menurut
Dwijoseputro (2005), agar sifat-sifat tersebut jelas teramati, maka ada
baiknya bakteri ditumbuhkan dalam media padat.
Dari pengamatan morfologi koloni bakteri pada medium lempeng,
kami mendapatkan hasil diantaranya warna pada koloni 1 dan 2 yaitu putih
kekuningan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dwijoseputro (2005)
yakni warna dari kebanyakan koloni adalah berwarna keputih-putihan dan
kekuningan. Bentuk yang dimiliki oleh koloni 1 bundar, sedangkan pada
koloni 2 berbentuk bundar dengan tepian timbul. Untuk mengamati bentuk
koloni dapat dilihat langsung dengan menghadapkan cawan petri yang
telah berisi medium dan ditumbuhi koloni bakteri kearah cahaya. Bentuk
tersebut dapat menunjukkan karakteristik spesies bakteri, tetapi
bergantung pada kondisi pertumbuhannya. Hal ini dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan, medium, dan bakteri (Ernawati, 2008). Demikian
untuk mengamati tepi, elevasi, mengkilat/ suram suatu koloni bakteri. Tepi
pada koloni bakteri 1 berbentuk licin, tampak rata. Sedangkan tepi pada
koloni bakteri 2 berombak, sehingga tepinya tampak tidak rata. Elevasi
koloni bakteri 1 berbentuk seperti kawah karena sedikit tenggelam pada
bagian tengahnya. Sedangkan elevasi pada koloni 2 berbentuk seperti
tombol karena pada bagian tengah permuikaan koloni terlihat menonjol
sedangkan bagian tepinya tipis. Selain itu, permukaan pada koloni bakteri
1 tampak mengkilat. Sedangkan pada koloni bakteri 2 tampak suram, hal
tersebut dapat diketahui ketika dihadapkan pada cahaya tidak terdapat
pantulan cahaya pada permukaan bakteri tersebut sehingga tampak terlihat
pekat. Diameter koloni bakteri tersebut diukur menggunakan penggaris
dan mendapatkan hasil sebesar 0,2 cm pada koloni bakteri 1 dan 0,6cm
pada koloni bakteri 2 . Menurut Acharya (2007), diameter ini dapat
menjadi karakteristik yang berguna untuk identifikasi. Kepekatan pada
koloni bakteri 1 tidak pekat, sedangkan pada koloi bakteri 2 pekat.
Jumlah koloni dalam medium 1 berkiasar 40 dan dalam medium 2
ini berkisar 30 koloni. Dimana koloni pada medium 2 lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan koloni bateri yang didapatkan pada medium 1. Hal
tersebut disebabkan karena letak pengambilan sampel yang berjauhan.
Medium 1 berjarak lebih dekat dengan tempat pembuangan sampah
daripada medium 2 yang berjarak lebih jauh. Selain itu, menurut Irianto
(2006) proses pertumbuhan yang optimal jika berdasarkan syarat yaitu
dengan tersedianya makanan dan energi yang cukup serta keadaan
lingkungan (pH, suhu) dari suatu lingkungan.
Setelah melakukan pengamatan pada medium lempeng, kami juga
melakukan pengamatan dengan menggunakan medium miring. Biakan
bakteri yang telah di inkubator selama 1x24 jam di inokulasikan pada
medium lempeng dengan menggunakan kawat dengan arah lurus. Untuk
melakukan inokulasi perlu dilakukan pensterilan alat yang digunakan
dengan cara dilewatkan diatas nyala api spiritus. Ujung kawat inokulasi
sebaiknya dilewatkan pada nyala api terlebih dahulu. Setelah dingin
kembali, ujung kawat tersebut digunakan untuk mengambil bakteri oada
medium. Mulut tabung tempat medium miring dipanasi juga setelah
sumbatannya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel
bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti
semula (Dwidjoseputro, 2005). Untuk mengetahui hasil pertumbuhan
koloni bakteri perlu inkubasi selama 1x24 jam. Berdasarkan praktikum
morfologi bakteri pada medium miring, kami mendapatkan hasil bahwa
pada kedua koloni bakteri berbentuk seperti duri.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan morfologi koloni bakteri yang diambil
dari tempat pembuangan sampah FMIPA UM dibuat dalam 2 medium,
yaitu koloni 1 dan koloni 2.
- Karakterisasi morfologi koloni bakteri 1 berwarna putih kekuningan,
berbentuk bundar dengan tepi koloni licin. Elevasi koloni seperti
kawah, mengkilat dan berdiameter 0,2 cm. Kepekatan koloni tidak
pekat dan terdapat sejumlah 40 koloni dalam satu medium lempeng
dengan tipe pertumbuhan pada medium miring berbentuk duri.
- Karakterisasi morfologi koloni bakteri 2 berwarna putih kekuningan,
berbentuk bundar dengan tepian timbul dimana tepi koloni berombak.
Elevasi koloni seperti tombol, suram, dan berdiameter 0,6 cm.
Kepekatan koloni pekat dan terdapat sejumlah 30 koloni dalam satu
medium lempeng dengan tipe pertumbuhan pada medium miring
berbentuk duri.
K. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.T. & Hakim, B.A. 2011. Lingkungan Fisik dan Angka
Kuman Udara Ruangan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar,
Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 5, No.
5 (207-211).
Acharya, Tankeshwar. 2007. Colony Morphology of Bacteria; How to
describe Bacterial Colonies?. Nepal: Department of Microbiology
and Immunology, Patan Academy of Health Sciences.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Ernawati.2008. Biologi untuk Umum. Jakarta : PT. Edukasi Jaya.
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktik Mikrobiologi Pangan. Bogor: Penerbit
ITB.
Funke, B.R., Tortora, G.J., & Case, C.L. 2004. Microbiology: an
introduction (edisi ke-8tn ed). San Fransisco: Benjamin Cummings.

Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT.


Gramedia.

Hastuti, U.S. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM


Press.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikrobiologi Jilid 2.


Bandung : CV. Yrama Widya.
Kurniawati, L., Kusdyantini, E. & Wijarnaka. 2019. Pengaruh Variasi
Suhu dan Waktu Inkubasi Terhadap Aktivitas Enzim Selulase dari
Bakteri Serratia marcescens. Jurnal Akademika Biologi, Vol. 8
No.1.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. JICA. Bandung: FMIPA UPI.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 2.


Hadioetomo dkk, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari:
Elements of Microbiology.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan


Buangan Secara Biologis. Bandung: PT. Alami.

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.

L. DISKUSI
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah dan macam bakteri
pada suatu tempat? Jelaskan!
2. Apakah kegunaan biakan murni bakteri?
Jawab:
1. - Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroorganisme yaitu suhu, pH, konsentrasi substrat dan waktu
inkubasi. Kenaikan temperatur sampai pada nilai batas tertentu,
dapat mempercepat proses metabolisme. Tetapi temperatur yang
melebihi batas maksimum akan menyebabkan denaturasi protein
dan enzim. Hal ini akan mengakibatkan terhentinya metabolism
(Suriawira, 2003). Nilai pH dari lingkungan juga sangat
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Pada
mikroorganisme tertentu yang hidup pada lingkungan pH tinggi
maka mikroorganisme ini tidak akan hidup pada lingkungan Ph
rendah.

Konsentrasi substrat juga sangat mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme. Semakin banyak kandungan substrat maka
pertumbuhan mikroorganisme akan semakin cepat. Lamanya waktu
inkubasi juga berpengaruh terhadap jumlah sel, dimana saat bakteri
mengalami kenaikan waktu inkubasi maka akan mengalami kenaikan
jumlah biomassa sel dikarenakan perkembangbiakan sel bakteri yang
cepat (Kurniawati, dkk., 2019).

- Banyaknya bakteri di suatu tempat dipengaruhi oleh faktor udara.


Udara merupakan salah satu media lingkungan tempat bakteri, virus,
serta fungi hidup dan berkembang. Adanya bakteri udara kemungkinan
terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh
tiupan angin. Bakteri yang berasal dari udara biasanya akan menempel
pada permukaan tanah, lantai, maupun ruangan. Keberadaan
mikroorganisme di udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kelembaban udara, ukuran dan konsentrasi partikel debu, temperatur,
aliran udara, serta jenis mikroorganisme. Semakin lembab maka
kemungkinan semakin banyak kandungan mikroba di udara karena
partikel air dapat memindahkan sel-sel yang berada di permukaan.
Begitu juga dengan partikel debu, semakin tinggi konsentrasi dan
semakin kecil ukuran partikel debu maka semakin banyak jumlah
mikroba di udara (Abdullah, dkk., 2011).
2. Biakan murni merupakan suatu kultur yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme. Biakan ini terdiri atas satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Biakan murni ini berfungsi untuk
+
inokulasi dan pembiakan satu spesies amatan dalam waktu inkubasi 1x 24

jam.
M. LAMPIRAN

Media Lempeng Koloni Bakteri 1 Media Lempeng Koloni Bakteri 2

Media Miring Koloni Bakteri 1 Media Miring Koloni Bakteri 2

Anda mungkin juga menyukai