Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBIAKAN MIKROORGANISME

Anton Arief
1820801015

Dosen Pembimbing:
Riri Novita Sunarti, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang untuk meneliti apa saja yang
terkandung di dalam mikroorganisme. Dalam meneliti mikroorganisme
diperlukan teknik atau cara–cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk
bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme baik sifat
maupun karakteristiknya, tentu diperlukan adanya pengenalan alat yang akan
digunakan serta mengetahui cara penggunaan alat–alat yang berhubungan
dengan penelitian untuk memudahkan dalam melakukan penelitian Alat–alat
yang digunakan dalam penelitian harus dalam keadaan steril atau bebas dari
kuman, bakteri, virus dan jamur (Dwidjoseputro, 1994).
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat
menumbuhkan atau mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya
pembiakan bakteri dan jamur dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan
yang akan dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu kita
memerlukan bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri dan
jamur tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut dapat
disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada kerusakan
(Utami, 2004).
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks.
Ratusan spesies mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran
pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam
sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme.
Campuran mikroba tersebut dapat dipisahkan dengan tehnik isolasi. Isolasi
mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran
menjadi satu biakan murni (populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel
induk). Mikroorganisme mampu tumbuh dengan baik bila tersedia media atau
makanan sebagai substratnya (Utami, 2004).
Di alam, populasi mikroba merupakan populasi campuran dari berbagai
mikroorganisme atau disebut juga pembiakan campuran. Teknik biakan murni
digunakan untuk memisahkan berbagai macam bakteri tersebut. Untuk dapat
memperoleh biakan murni digunakan beberapa teknik biakan yaitu metode
tuang agar dan metode penggoresan lempengan agar. Mikroorganisme dapat
berkembangbiak secara alami atau dapat juga dengan campur tangan
manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya
adalah dengan melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan
media ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh
bakteri dan keadaan lingkungan fisik yang dapat menyediakan kondisi
optimum bagi pertumbuhan (Kusnadi, 2003).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari morfologi
koloni mikroba pada berbagai media agar nutrisi padat.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Morfologi Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran
sangat kecil misalnya bakteri. Bakteri merupakan salah satu jenis
mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Bakteri memiliki
bentuk bermacam-macam yaitu, bulat, batang dan spiral. Bakteri adalah
organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya memiliki
diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti (dia
tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada
beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau
kapsula. Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida (Kusnadi,
2003).
Lima kelompok utama mikroorganisme yang terdapat dalam tanah yaitu
bakteri, actynomicetes, fungi, algae dan protozoa. Jumlah bakteri yang ada
dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi kondisi
pertum- buhannya, seperti temperatur, kelembaban, aerasi dan sumber energi.
Tetapi secara umum populasi yang terbesar terdapat di horizon permukaan.
Jumlah dan jenis bakteri dipengaruhi oleh macam praktik pengelolaan. Di
padang rumput sebagai contoh lebih besar dari pada di lahan yang diolah,
karena tingginya kerapatan akar dan ketersediaan bahan organik dari
dekomposisi akar dan serasah lebih banyak di daerah padang rumput
(Susilawati, 2013).
Pada umumnya ukuran tubuh bakteri sangat kecil, umumnya bentuk
tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 1000 x atau lebih. Satuan ukuran tubuh bakteri adalah
mikrometer atau mikron. Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai
berbagai bentuk, panjang 5 milimikron besar berbentuk batang dengan lebar
kurang dari 1 DNA dan diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organela
mitokondria dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman benang halus yang
langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom. Bakteri berkembang
biak dengan membelah diri (Fardiaz, 1992).

B. Sifat Mikroorganisme Yang Tumbuh Pada Media


Sifat-sifat suatu koloni ialah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya
dengan bentuk, susunan, permukaan pengkilatan dan sebagainya. Pengamatan
sifat-sifat ini dapat dilakukan dengan pandangan biasa tanpa menggunakan
mikroskop, pengamatan ini disebut pengamatan mikroskopis. Supaya sifat-
sifat tersebut tampak jelas, bakteri perlu ditumbuhkan pada media padat
(Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Ermila (2005), sifat-sifat koloni mikroorganisme terbagi
menjadi:
1. Besar kecilnya koloni
2. Bentuk
3. Kenaikan permukaan
4. Halus kasarnya permukaan
5. Wajah permukaan
6. Warna
7. Kepekaan
Menurut Ermila (2005), Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan
mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Sedangkan sifat-sifat koloni pada
agar-agar miring berisikan pada bentuk dan tepi koloni.
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk permukaan,
dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, bebenang, tak
teratur, serupa akar, serupa kumparan, permukaan koloni dapat datar,
timbul mendatar, timbul melengkung, timbul mencembung, timbul
membukit, dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, ada yang berbenang-benang, dan ada yang keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring.
.........Sifat-sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan sifat-sifat itu
dinyatakan dengan kata-kata seperti: Serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang, dan serupa akar.
3. Sifat-sifat koloni tusukan dalam gelatin.
Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang
tidak mampu mengencerkan gelatin. Karena itu, maka bentuk bentuk
koloninya juga berbeda-beda. Lagi pula bentuk koloni bakteri yang tidak
dapat mengencerkan gelatin itu berbeda-beda satu sama lain, demikian
pula bentuk koloni yang dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari
samping, maka bentuk-bentuk koloni yang tidak mengencerkan gelatin,
dapat serupa pedang, serupa tasbih, bertonjol-tonjol, dan serupa batang.
Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin , maka bentuk koloninya dapat
serupa kawah, serupa mangkuk serupa corong, serupa pundi-pundi, bahkan
berlapis.

C. Cara Pembuatan Biakan Murni


1. Dengan pengenceran
Cara ini pertama-tama dilakukan oleh Lister dalam tahun 1865.
Ia berhasil memelihara biakan murni Streptococcus lactis yang merupakan
isolasi dari susu yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspense
yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu
tabung tersendiri. Dari enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk
diencerkan lagi. Bila perlu, dari enceran yang kedua ini diambil 1 ml
untuk di encerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini
diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat,
mungkin kita akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium
tersebut, tetapi mungkin juga hanya memperoleh satu koloni saja. Dalam
hal yang demikian ini kita bisa memperoleh satu koloni murni, dan
selanjutnya spesies ini dapat kita jadikan piaraan murni. Kalau kita belum
yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel
(Dwidjoseputro, 1994).

2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan
mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan
sampel ini kemudian disebarkan ke dalam suatu medium dari kaldu dan
gelatin encer. Dengan demikian di perolehlah suatu piaraan adukan.
Setelah medium itu mengental, maka selang beberapa jam kemudian
nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat dianggap murni.
Dengan mengulang percobaab seperti diatas, maka akhirnya akan
diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
Dalam melakukan metode ini ada dua orang pembantu Koch yang
sangat berjasa, yaitu Petri yang menciptakan cawan dengan tutup yang
sekarang terkenal sebagai cawan petri (petridish). Pembantu yang kedua
ialah Hasse yang menemukan agar-agar untuk menggantikan gelatin.
Memang agar-agar ternyata lebih baik dari pada gelatin untuk bahan
pengental suatu medium. Agar-agar tidak lekas mencair, titik cairnya 95oC
(Dwidjoseputro, 1994).
Dengan mengucilkan satu sel (single cell isolation) alangkah
baiknya, jika kita memiliki alat yang dapat mengangkut suatu bakteri dari
sekian banyak, dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Alat semacam itu
ada, meskipun cara menggunakannya tidak gampang. Alat itu berupa
mikropipet yang ditempatkan pada tangan-tangan suatu micromanipulator.
Dengan mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca
penutup. Jika tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka
dengan kata lain mikropipet tetesan tersebut dipindahkan ke suatu medium
encer dengan maksud supaya bakteri tersebut berbiak dulu. Kemudian dari
sini dapat diperoleh piaraan murni. Metode ini sangat memerlukan
kesabaran, lagi pula, micromanipulator itu sangat mahal (Dwidjoseputro,
1994).
3. Penanaman pada agar (plating)
Tidak seperti sel-sel dalam medium cair, sel-sel dalam atau pada
medium gel dibuat menetap. Oleh karena itu, jika cukup sedikit sel di
letakkan dalam suatu medium gel, tiap sel akan tumbuh menjadi koloni
yang terpisah. Bahan gel ideal untuk kebanyakan media mikrobiologi
adalah agar, polisakarida asam yang ekstrak dari alga merah tertentu.
Suspensi 1,5-2% dalam air yang dilarutkan pada suhu 100 oC, membentuk
larutkan jernih yang memadat pada suhu 45oC. Karenanya, larutan agar
steril dapat dibandingkan pada suhu 50oC, sel bakteri atau mikroba
lainnya ditambahkan, dan kemudian larutan segera di dinginkan di bawah
45oC untuk membentuk gel (meskipun kebanyakan sel mikroba mati pada
suh 50oC, waktu untuk proses mematikan cukup sampai dipanaskan di atas
80oC, sehingga setiap suhu yang sesuai untuk inkubasi biakan
mikroorganisme dapat digunakan. Pada metode Pour-plate, suspense sel
dicampur dengan agar cair pada suhu 50oC dan dituang ke dalam cawan
petri. Ketika agar memadat, sel-sel tidak dapat bergerak dalam agar dan
tumbuh menjadi koloni. Jika suspensi sel cukup diencerkan, koloni akan
terpisah dengan baik, sehingga masing-masing memiliki kemungkinan
tinggi diturunkan dari sel tunggal. Namun, untuk membuat yang demikian,
penting untuk mengambil satu tipe koloni yang menahannya kembali ke
agar. Dengan mengulangi prosedur ini beberapa kali menjamin untuk
memperoleh biakan murni (Waluyo, 2008)
Sebagai alternative, suspense asal dapat distreak pada lempeng
agar dengan sengkelit. Pada saat streak berlangsung, makin sedikit sel
tertinggal pada sengkelit dan akhirnya sengkelit meninggalkan sel-sel
tunggal pada agar. Lempeng agar diinkubasi, dan setiap koloni terpisah.
Yang baik akan dipindahkan, disuspensi dalam air dan distreak lagi pada
agar. Jika suspense (dan tidak hanya sejumlah pertumbuhan dari koloni
atau slant) distreak, metode ini dapat dipercaya dan lebih cepat dari
metode pour-plate (Waluyo, 2008).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Adapun praktikum pengenalan alat ini dilakukan pada hari Rabu, 14
Februari 2019 pukul 08.40-10.20 di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun Alat yang digunakan pada pratikum kali ini yaitu, Cawan petri,
cotton buds, botol steril, dan tabung reaksi.
2. Bahan
Adapun Bahan yang digunakan pada pratikum kali ini yaitu, Media Potato
dextro agar (PDA), media Nutrien agar (NA), dan alcohol 70%.

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan pada praktikum Mikrobiologi
mengenai pembiakan mikroorganisme yaitu:
1. Cairkan media nutrien agar (NA).
2. Tuang media yang cair kedalam cawan petri steril dan biarkan hingga
beku.
3. Mikroba dari udara, bukalah cawan petri selama 5-10 menit, kemudian
tutuplah dengan segera.
4. Mikroba dari mulut (percikkan ludah), salah seorang anggota kelompok
mengucapkan beberapa kata/batuk-batuk sambil berhadapan dengan media
agar yang terbuka dengan jarak 10 cm dari permukaan agar cawan petri II,
kemudian tutuplah segera.
5. Mikroba dari debu, dengan cara mengusapkan cotton buds yang steril pada
debu diatas meja dan goresan pada lempeng agar pada cawan petri III,
kemudian tutuplah segera.
6. Mikroba dari rambut, masukkan 1-2 helai rambut kepermukaan lempeng
agar pada cawan petri ke IV kemudian tutuplah dengan segera.
7. Inokulasikan pada kamar selama 1-2x24 jam.
8. Lakukan pengamatn terhadap koloni mikroba yang tumbuh pada media
lempeng tersebur. Koloni bakteri ditandai pada media lempeng tersebut.
Koloni bakteri ditandai dengan bentuknya seperti lender, tetes mentega
atau sari buah. Sedangkan koloni jamur ditandai dengan adanya miselium
yang berbentuk seperti bulu halus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pembiakan Mikroorganisme pada media NA.
No. Sumber Koloni Jumlah Koloni Warna Bentuk
1. Udara 1 Putih Bulat oval
2. Mulut - - -
3. Debu 1 Putih Oval
4. Rambut - - -

Tabel 2. Hasil Pembiakan Mikroorganisme pada media SSA.


No. Sumber Koloni Jumlah Koloni Warna Bentuk
1. Udara 1 Merah muda Bulat
2. Mulut 1 Putih Bulat
Putih dan Bulat memiliki
3. Debu 14
bintik hitam miselium
4. Rambut - - -

B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pembiakan mikroorganisme yang
merupakan suatu cara untuk menumbuhkan suatu mikroba. Berdasarkan hasil
pengamatan yang di lakukan, didapatkan bahwa jumlah koloni pada media
tumbuh dan bertambah banyak. Hal ini disebabkan bakteri yang ditumbuhkan
pada media tumbuh karena media yang digunankan sesuai dengan
karakterisktik nutrisi, suhu, ph, dan lingkungan yang dibutuhkan bakteri
untuk tumbuh sehingga bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Pembiakan bakteri tersebut di lakukan dengan menggunakan media NA
yang ada di dalam cawan petri. Dengan menaruh cawan petri yang ada media
NA di atas meja dalam keadaan terbuka selama 15 menit, untuk sampel
bakteri dari udara. Sedangkan sampel bakteri dari mulut dilakukan dengan
cara salah satu orang dalam kelompok berbicara di depan cawan petri yang
sedikit terbuka selama 15 menit. Setelah itu di masukan kedalam inkubator
untuk di inkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 2x24 jam (Pratiwi,
2008).
Pembiakan dilakukan untuk dapat mengetahui sifat bakteri sehingga
memudahkan dalam pengidentifikasian, determinasi, atau diferensiasi jenis-
jenis yang ditemukan. Pertumbuhan ketahanan bakteri bergantung pada
pengaruh luar seperti makanan atau nutrisi, atmosfer, suhu, konsentrasi ion
hidrogen, cahaya dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau
membunuh. Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah sumber energi yang
diperlukan untuk reaksi-reaksi sintesis yang membutuhkan energi dalam
pertumbuhan. Sumber nitrogen sebagian besar untuk sintesis protein dan
asam-asam nukleat (Mudatsir, 2006).
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri
(inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam
keadaan tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(Waluyo, 2008).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan jika
Mikroorganisme biasanya hidup dimana-mana, seperti di dalam tanah, di
lingkungan akuatik, di dalam air sampai lautan dan atmosfer. Beberapa
mikroorganisme dalam tanah terdiri mikroorganisme antagonis yang hidup
sebagai saprofit yang digunakan sebagai agens pengendali hayati. Selain di
tanah, mikroorganisme terdapat pula pada jaringan tanaman yang diisolasi ke
dalam media buatan.

B. Saran
Semakin baik kerja sama antara asisten dan praktikan, maka semakin
baik pula hasil yang akan didapatkan. Untuk itulah saya menyarankan agar
asisten dan praktikan dapat selalu menjalin kerja sama yang baik. Pada saat
melakukan praktikum, sebaiknya para pratikan betul-betul memperhatikan
kesterilan setiap alat dan bahan yang akan digunakan agar mendapat hasil
praktikum sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Ermila, M. (2005). Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Fardiaz. (1992). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia.

Kusnadi, P. (2003). Mikrobiologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mudatsir. (2006). Penggunaan Darah Kadaluarsa Sebagai Media Isolasi dan


Identifikasi Streptococcus faecalis. Jurnal Mikrobiologi , 37.

Pratiwi. (2008). Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga.

Susilawati. (2013). Analisis Kesuburan Tanah Dengan Indikator Mikroorganisme


Tanah Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan Di Plateau Dieng. Jurnal
AGRIC , 25 (1), 64-72.

Utami, U. (2004). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas Islam


Negeri Malang.

Waluyo. (2008). Tehnik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhamadiyah


Malang: Malang.

Anda mungkin juga menyukai