Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada lingkungan alami mikroba tidak hidup sendiri melainkan bersama-

sama baik itu dari spesies yang berbeda maupun dari jenis makhluk hidup yang

bukan kelompok mikroba. Jenis mikroba tersebut dapat diketahui, dengan

melakukan pemisahan dari makhluk hidup lainnya, yang dikenal dengan istilah

isolasi. Mikroba dapat diisolasi dari berbagai sumber, seperti tanah, air, makanan,

minuman atau sumber lain. Adapun cara yang umum digunakan untuk isolasi

adalah cara suspensi, cara suspensi maksudnya adalah sampel mikroba yang telah

diambil, dibuat suspensi baru kemudian suspensi itu ditumbuhkan pada media

agar tertentu. Cara ini bertujuan agar pertumbuhan mikroba dari sampel pada saat

ditumbuhkan pada media agar, tidak terlalu menumpuk (crowded). Isolasi murni

dapat diperoleh, bila dilakukan isolasi secara bertahap menggunakan media yang

tepat, misal: Nutrient Agar untuk bakteri dan Potato Dextrose Agar untuk

mengisolasi khamir dan kapang. Setiap pertumbuhan koloni yang menunjukkan

kenampakan berbeda harus ditumbuhkan ulang pada media agar baru dan

dilakukan isolasi kembali (reisolasi).

Populasi mikroba di alam tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi

terdiri dari campuran berbagai macam sel. Populasi bakteri ini di dalam

laboratorium dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang

dapat dipelajari morfologinya, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Pengamatan

sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, pengkilatan dan sebagainya dapat


dilakukan dengan pandangan biasa tanpa menggunakkan mikroskop, pengamatan

ini disebut pengamatan makroskopi. Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas,

bakteri perlu dibiakkan pada medium padat yaitu dengan cara isolasi bakteri.

Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan

menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.Cara isolasi bakteri dilakukan

dengan metode tuang (pour plate), metode goresan (streak plate), metode miring

(slant culture), dan metode tegak (stab culture).

B. Tujuan

Menghitung jumlah koloni bakteri menggunakan metode hitungan cawan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain

digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural

morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu

spesies (Dwidjoseputro, 2005).

Bakteri mudah ditemukan di air, udara dan tanah.Mereka hidup dalam suatu

koloni, baik bersimbiose, bebas ataupun parasit pada makhluk hidup.Jumlah

bakteri di alam sangat melimpah dengan keragaman yang sangat tinggi.Untuk

mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk

mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium.Pengembangbiakan ini

dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara,

sisa makanan, dan lain-lain, dalam media yang mengandung nutrisi.Media

pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media penyubur,

media diferensial, dll.Masing-masing media memiliki fungsi berbeda dan

digunakan tergantung tujuan dari praktikan. Dalam mempelajari sifat

pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka mikroorganisme

tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga didapatkan kultur

murni yang disebut isolat. Kultur murni merupakan suatu biakan yang terdiri dari

sel-sel dari satu spesies atau satu galur mikroorganisme. Kultur murni diperoleh

dengan cara isolasi menggunakan metode tuang maupun gores (Elfita, 2010).

Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari

bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada


banyak faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.

Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus

mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor

lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik (Buckle,

2007).

Klasifikasi dan identifikasi adalah dua hal yang memiliki perbedaan, namun

pada dasarnya saling berhubungan dalam taksonomi.Klasifikasi dapat

diidentifikasikan sebagai penyusunan suatu organisme kedalam suatu kelompok

taksonomi (taksa) berdasarkan persamaan atau hubungan.Klasifikasi organisme

prokariota seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang didapat dari pengalaman

dan juga teknik observasi, sifat biokimia, fisiologi, genetik dan morfologi yang

penting untuk menggambarkan sebuah takson. Mikroorganisme merupakan suatu

kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata

telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya, misalnya

mikroskop, lup, dan lain-lain. Mikroorganisme memiliki cakupan yang sangat

luas,dan terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara

pengelompokan atau pengklasifikasian (Sembiring, 2003).

Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan

mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari

organisme lainnya.Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut

setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal (Mulyani, 1991).

Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari

bahan nutrient.Fungsi tujuan medium tersebut seperti tempat untuk mengisolasi,


seleksi, evaluasi, dan diferensiasi biakan yang didapatkan.Agar tiap-tiap medium

memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan sehingga seringkali digunakan

beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangbiakkan mikroba (Suriawiria, 2005). Beberapa indikasi pembiakan

pada laboratorium mikrobiologi meliputi:

1. Pengasingan (isolasi) mikroba biakan bakteri

2. Menunjukan sifat khas mikroba

3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu

4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan

percobaan serologi lainnya

5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik

6. Menghitung jumlah kuman

Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

metode hitungan cawan (total plate count), hitungan mikroskopis langsung (direct

count) dan perhitungan coulter. Cara lain perhitungan jumlah sel adalah dengan

menyaring sampel dengan saringan membran kemudian dengan tersebut

diinkubasi pada permukaan media yang sesuai. Koloni-koloni yang terbentuk

berasal dari satu sel tunggal yang dapat hidup. Metode hitungan cawan

menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu

koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah organisme yang

terkandung di dalam sampel.Teknik perhitungan ini membutuhkan kemampuan

melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran.Cawan-cawan

tersebut kemudian di inkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang


terbentuk.Cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni, sesuai dengan kaidah

statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang terdapat

dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terbentuk

dengan faktor pengenceran pada cawan bersangkutan (Irianto, 2008).

Perhitungan koloni bakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter,

terlihat bahwa jumlah koloni bakteri pada lapisan paling atas (aerob) lebih banyak

daripada lapisan bawah (anoksik-anaerob).Hal ini dikarenakan semakin jauh jarak

lapisan tanah dari permukaan MSL (Multi Soil Layering), maka kemungkinan

berkontak dengan udara semakin kecil sehingga kondisi lingkungan hidup bakteri

menjadi strict anaerob (Komala et al, 2012).

Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan

waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang

lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang

dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya

mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum

sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi

ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk

digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan

cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan

pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 2010).

Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, pada agar-agar

miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut: (Dwidjoseputro, 2005)
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan

tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur,

serupa akar, serum kumparan. Permukaan koloni dapat data, timbul mendatar,

timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul

berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-

belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.

2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi

koloni dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti: serupa pedang, serupa

duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.

3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan

gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda.

Lagipula bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin, bila dilihat

dari samping koloni yang tidak mengencerkan gelatin dapat berupa pedang,

tasbih, bertonjol-tonjol dan berjontot. Jika bakteri mampu mengencerkan

gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serta

corong, pundi-pundi dan berlapis.


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Pensil

2. Kertas

3. Cawan petri

4. Lampu flash hp

5. Koloni bakteri

B. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Ambil cawan petri yang sudah di inkubasi selama 2 hari

3. Gambar koloni bakteri yang ada pada cawan petri pada kertas dengan

menggunakan pensil

4. Sorot cawan petri dari bawah dengan menggunakan lampu flash hp agar

koloni bakteri terlihat jelas

5. Hitung jumlah koloni dalam cawan

6. Hitung jumlah koloni per ml bahan dengan menggunakan rumus


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Isolasi mikroba adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba

tertentu dari lingkungan, sehingga kultur murni atau biakan murni. Isolasi

mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme biakan yang bersifat

murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja yang benar dapat

memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.

Isolasi mikroba merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan

mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga kultur murni atau biakan murni dapat

dipisahkan. Sedangkan inokulasi adalah proses memindahkan mikroorganisme

dari medium yang lama ke medium yang baru.

Dalam mengisolasi mikroorganisme, dilakukan dengan cara yang aseptis

untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme lain.

Kebanyakan mikroorganisme dapat diisolasi dan diinokulasi dalam biakan murni

dengan memindahkan suatu koloni secara cermat, mensuspensikan kembali dalam

cairan dan menanamnya kembali pada medium yang selektif.

Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan

menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan

organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat

menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia.

Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme akuatik

perlu dipelajari  supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya (kapasitas

jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (patogen)


jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan atau

antisipasi  infeksi bakteri tersebut.

Bakteri merupakan makhluk hidup yang paling banyak jumlahnya dimuka

Bumi ini, kemampuannya dalam berkembang biak yang begitu cepat serta

kemampuannya dalam beradaptasi menjadikannya makhluk hidup yang paling

berhasil dalam berkembang biak di muka Bumi. Bakteri sendiri termasuk salah

satu anggota dari kerajaan Monera, yaitu kerajaan yang dihuni oleh makhluk

hidup dengan ciri-ciri bersifat uniseluler, prokariota, cosmopolit dan lainnya. Dan

mempunyai ukuran yang sangat kecil hingga berukuran antara 100 – 750 µm (0,1

– 0,75 mm), sehingga makhluk ini hanya dapat dilihat dengan melalui mikroskop

meskipun hanya bagian umumnya saja.

Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan

mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya.Pemisahan mikroorganisme dari

lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak

bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut biakan murni.Prinsip dari

isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya

yang berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan

dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk

koloni sel yang tetap pada tempatnya. Dikenal beberapa caraatau metode untuk

memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang

paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang.

Yang didasarkan padda prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh


spesies individu.Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu

jenis sel yang dapat diamati.

Isolasi dan inokulasi merupakan percobaan yang sangat penting, karena

melihat kondisi lingkungan di sekitar kita yang banyak terdapat mikroorganisme

baik yang patogen maupun yang non patogen, sehingga pemisahan dan

identifikasi bakteri yang satu dengan lainnya juga dibutuhkan.

Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk

memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri

lainnya atau yang disebut biakan murni.Di kehidupan normalnya atau di habitat

alamiahnya mikroba sulit ditemukan dalam bentuk koloni sendiri.

Alamiahnya di kehidupan normalnya atau di habitat alamiahnya mikroba

sulit ditemukan dalam bentuk koloni sendiri.Mikroba ini pasti ditemukan dalam

bentuk koloni yang hidup bersama-sama dengan koloni mikroba yang

lainnya.Oleh karena itu, pengisolasian ini dilakukan.

Ada bermacam-macam teknik isolasi yaitu dengan pengenceran, penuangan,

cawan gores, cawan tuang, pada agar cawan, pada medium cair dan sel tunggal.

Dalam suatu substrat atau media dapat tumbuh dari suatu jenis

mikroorganisme.Medium yang digunakan untuk biakan murni adalah medium NA

untuk biakan bakteri dan medium PDA untuk biakan kapang.

Selain itu juga ada beberapa metode dalam mengisolasi mikroba bakteri

(mikroorganisme) yaitu dengan menggunakan metode gores, metode tuang,

metode sebar, metode pengenceran dan micromanipulator. Dua diantaranya yang

paling sering digunakan adalah teknik cawan dan cawan gores. Teknik isolasi
mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar

lingkungan alamiahnya.

Metode tuang adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di

dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan

stok kultur bakteri. Dimana kelebihan metode ini adalah mikroorganisme yang

tumbuh dapat tersebar merata pada media agar, metode ini cocok untuk isolasi

mikroba yang bersifat anaerob.Kekurangan metode ini adalah kurang cocok

apabila digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat aerob.

Metode cawan gores adalah suatu metode yang mempunyai dua keuntungan,

yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik

diperlukan keterampilan yang memadai yang biasanya diperoleh dari pengalaman.

Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan

menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan

harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose

dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni

tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar

didapatkan biakan murni.

Metode sebar adalah teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam

media agar dengan cara menuangkan stok kultur murni atau menghapuskannya di

atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan metode tuang adalah

pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat, sedankan

metode tuang kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat).
Metode agar, teknik ini memerlukan agar yang belum padat untuk dituang

bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri, kemudian dihomogenkan dan

dibiarkan memadat. Agar menyebarkan bakteri tidak hanya pada permukaannya

saja melainkan sel terndam agar, sehingga mikroba dapat tumbuh pada permukaan

oksigen (O2) yang kaya akan oksigen dengan baik dan sesuai dengan yang

diharapkan.

Identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara termasuk : pengamatan

morfologi sel, pewarnaan gram, dan uji biokimia. Selain berdasarkan morfolofi,

bakteri juga dibedakan menjadi 3 bentuk meliputi: bentuk bulat (kokus), bentuk

batang (basil), dan bentuk spiral.

Identifikasi bakteri dilakukan terhadap isolat-isolat yang diperoleh dengan

melakukan serangkaian uji morfologi dan biokimia yaitu uji pewarnaan Gram, uji

motilitas, pengamatan bentuk sel, tipe penggandengan sel, sifat aerobik dan

anaerobik, kemampuan tumbuh pada suhu 50C, 200C, dan 300C. Pengamatan

dilakukan juga pada warna koloni, ukuran koloni, bentuk koloni yang dilihat dari

dalam, samping dan atas, kemampuan memproduksi katalase dan oksidase, uji

halofilik dan oksidase sitokrom.

Untuk menstimulir pertumbuhan mikroba, medium yang digunakan harus

mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba

tersebut.Kebutuhan dasar dari mikroba termasuk air, karbon, energi, nitrogen,

mineral, dan faktor pertumbuhan seperti vitamin dan beberapa asam

amino.Mikroba juga mempunyai pH minimum, maksimum, dan optimum untuk

pertumbuhannya.Oleh karena itu, dalam mempersiapkan medium perlu dilakukan


pengaturan pH sehingga tercapai pH optimum untuk pertumbuhan mikroba yang

diinginkan.

Medium yang dipersiapkan dengan cara mencampurkan komponen-

komponen kimia murni dalam jumlah tertentu sehingga komposisinya dapat

diketahui dengan pasti disebut medium sintetik. Medium lainnya yang

mengandung beberapa bahan dengan komposisi yang tidak tetap disebut medium

non-sintetik. Contoh dari medium non-sintetik misalnya nutrient broth yang

mengandung ekstrak daging sapi (beef extract) dan pepton, di mana komposisi

kimianya tidak tetap.

Pembuatan medium dapat dilakukan dengan cara menimbang masing-

masing komponen bahan kimia secara teliti, kemudian mencampurkannya,

melarutkannya di dalam air, mengatur pH-nya, memasukkannya ke dalam tabung,

dan mensterilkan menggunakan otoklaf pada suhu dan waktu yang ditetapkan,

misalnya suhu 121°C (tekanan 15 lb.) selama 15 – 20 menit. Bermacam-macam

medium telah diperdagangkan dalam bentuk campuran lengkap dalam keadaan

kering, sehingga dalam penggunaannya hanya tinggal melarutkannya di dalam air

dan mensterilisasi.Air yang digunakan untuk melarutkan medium adalah air

destilata, atau sebaiknya air yang telah dideionisasi.

Medium padat mengandung bahan pemadat seperti agar, gelatin atau silika

gel.Yang paling sering digunakan adalah agar yang merupakan bahan yang

diperoleh dari ganggang laut dan telah diperdagangkan dalam bentuk murni dan

kering.Biasanya agar dicampurkan ke dalam medium sebelum sterilisasi. Selama

pemanasan, agar akan mencair pada suhu 97 – 100°C, dan setelah sterilisasi dan
kemudian didinginkan kembali agar akan mulai memadat pada suhu kira-kira

42°C.

Medium yang disimpan dalam keadaan telah memadat, misalnya di lemari

es, dapat dicairkan kembali dengan cara memanaskan wadah yang berisi medium

di dalam panci yang berisi air mendidih selama beberapa menit, atau

menggunakan otoklaf. Medium yang akan diinokulasikan dengan mikroba

tertentu sebelum memadat harus didinginkan terlebih dahulu sampai suhu 47 –

50°C. Jika medium yang diinokulasikan terlalu panas maka sebagian mikroba

yang diinginkan untuk tumbuh mungkin akan mati.

Struktur kimia agar terdiri dari galaktan, yaitu polimer dari molekul-molekul

galaktosa yang tidak dapat dipecah oleh kebanyakan bakteri. Konsentrasi yang

digunakan biasanya 1,5% tetapi, jika akan dilakukan goresan pada permukaan

agar dapat digunakan konsentrasi 1,8-2,0% sehingga dapat diperoleh agar yang

lebih keras setelah memadat. Medium setengah padat mengandung agar dalam

jumlah lebih sedikit daripada medium padat, biasanya sekitar 0,5%, dan sering

digunakan untuk uji pergerakan mikroba (motilitas). Di dalam medium agar tidak

digunakan sebagai bahan makanan oleh mikroba, melainkan hanya sebagai bahan

pemadat.

Bahan pemadat lainnya yaitu gelatin dengan konsentrasi 12 – 15%. Gelatin

jarang digunakan karena akan mencair pada suhu di atas 25°C, sehingga tidak

dapat diinkubasikan pada suhu tinggi. Selain dari itu, gelatin dapat dihidrolisa

oleh berbagai jenis bakteri.Silika gel adalah suatu bahan pemadat yang digunakan
di dalam medium untuk menumbuhkan mikroba yang bersifat ototrof dengan

bahan-bahan organik tidak boleh terdapat di dalam medium.

Cara yang paling sederhana untuk menyimpan suatu kultur mikroba adalah

dengan menumbuhkannya di dalam suatu medium cair, dengan suhu dan waktu

inkubasi tertentu tergantung pada jenis mikroba yang diinginkan. Dalam

pembuatan kultur cair dapat digunakan medium cair tertentu yang disebut medium

“preenrichment” atau “enrichment”. Medium ini, digunakan untuk menstimulir

pertumbuhan bakteri tertentu yang diinginkan. Di dalam medium cair, mikroba

akan tumbuh dalam waktu 24 – 48 jam. Pertumbuhan mikroba di dalam suatu

medium cair dapat terlihat dalam berbagai bentuk misalnya, berikut ini:

1. Kekeruhan, yang biasanya terlihat pada seluruh bagian medium.

2. Pertumbuhan pada permukaan yang dapat berbentuk pelikel, cincin, flokulen

atau membran.

Sedimen/endapan, yaitu kumpulan sel-sel yang mengumpul pada dasar

tabung dan akan menyebar lagi jika tabung digerakkan atau dikocok. Medium

pada bagian atas tabung mungkin akan tetap bening jika inkubasi dilakukan lebih

lama. Tabung yang berisi kultur cair tidak boleh digerakkan sebelum

pertumbuhan diamati. Sel mikroba yang berukuran relatif besar seperti sel-sel

khamir akan mengendap lebih cepat. Oleh karena itu, jika kultur akan dipindahkan

ke tabung lainnya, tabung harus terlebih dahulu dikocok.

Kultur cair dapat disimpan dengan cara dibekukan atau dikeringkan

sehingga sel-sel mikroba berada dalam keadaan dorman, yaitu tidak dapat tumbuh

dan berkembang biak tetapi, tidak mati. Karena banyak sel mikroba yang tidak
tahan terhadap pembekuan atau pengeringan maka cara yang paling baik untuk

menyimpan kultur mikroba dalam jangka waktu lama adalah dengan melakukan

liofilisasi (freeze drying), di mana kultur dibekukan dengan campuran es kering

(dry ice) dan alkohol, kemudian dikeringkan secara vakum. Dengan cara ini kultur

mikroba dapat disimpan selama bertahun-tahun tanpa berkurang keaktifannya

(Artama, 2011).

Klasifikasi dan identifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih

dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme.Oleh karena ukurannya yang

sangat kecil, tidaklah mungkin untuk mempelajari 1 mikroorganisme saja,

sehingga yang dipelajari adalah karakteristik suatu biakan yang merupakan

populasi dari suatu mikroorganisme (Loy, 1994).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Jumlah koloni mikroba dari kelompok 1 terdapat 26 koloni, dan setelah

dilakukan perhtungan jumlah koloni di dapatkan 260 per ml bahan.

B. Saran

Dalam praktikum acara kedua ini diharapkan akan lebih baik apabila

praktikan dan asisten praktikum bisa saling menjaga ruangan tidak ramai atau

gaduh sehingga suasana lebih kondusif dan praktikan dapat mendengar suara

asisten praktikum ketika menjelaskan materi.


DAFTAR PUSTAKA

Buckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Elfita, Muharni, Munawar, Salni, dan Ade Oktasari. 2010. Senyawa Antimalaria
dari Jamur Endofitik Tumbuhan Sambiloto (Andographis paniculata
Nees).Jurnal Natur Indonesia.No.13(2) : 123-129.

Irianto. 2008. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.

Komala, Putri S., Denny, dan Detia. 2012. “Identifikasi Mikroba Anaerob
Dominan pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet dengan Sistem Multi
Soil Layering (MSL)”. Jurnal Teknik Lingkungan. 77-82.

Loy, B. W. 1994. Annalisis Mikrobia Di Lahro .PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Priadie, Bambang. 2012. "Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya


pengendalian pencemaran air." Jurnal ilmu lingkungan 10.1 (2012): 38-48.

Ratna, Sri. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Sembiring, L. 2003. Petunjuk Praktikum Sistematik mikrobia. Laboratorium


Mikrobiologi, UGM, Yogyakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Sutedjo dan Mulyani. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai