Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum teknik goresan cawan dan media diferensial adalah
sebagai berikut :
Untuk dapat memahami teknik goresan cawan dan penggunaan media
diferensial
Untuk dapat mengetahui serta melakukan teknik goresan cawan dan teknik
isolasi yang menghasilkan koloni terpisah untuk digunakan dalam sub
kultur.
2. Pendahuluan
Dalam kegiatan mikrobiologi pembuatan isolasi dilakukan dengan cara mengambil
sampel mikroba dari lingkungan yang ingin diteliti dari sampel tersebut kemudian
dikultur/dibiakan dengan menggunakan media universal atau media selektif ataupun
media diferensial. Dengan isolasi inilah dapat diidentifikasi jenis bakteri tertentu baik dari
kelimpahan maupun morfologinya. Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk
memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh
kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya
berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal (Pelczar, 1986).
Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu
sampel tertentu. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan
gores dan cawan tuang. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu
mengencerkan organism sedemikian sedangkan sehingga individu spesies dapat
dipisahkan dari lainnya, dengan anggapan bahwa koloni terpisah yang tampak pada
cawan petri setelah diinkubasi berasal dari satu sel tunggal. Dan metode lain yang
digunakan yaitu cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta
mikro manipulator (the micromanipulator method) (Lim, 1990).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang
tetap pada tempatnya
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk
memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu
jenis sel yang dapat diamati.
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies.
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh
biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.
Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah
dicairkan dan didinginkan ( 50 oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi
sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di
antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam
agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan
yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu.
Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang
biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai
mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaikbaiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan

cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan


sel-sel yang digoreskan.
Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar,
serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung,
timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh,
ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenangbenang dan ada yang keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni
dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin. Karena
itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni yang tidak
dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak mengencerkan
gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu
mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk,
serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan estelah
inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat,
dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba
tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting untuk
diperhatikan.
Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar
terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni
maka harus digunakan agar benar-benar kering.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

a. Goresan sinambung

Ket : goresan pada cawan (nutrient agar) tidak sesuai prosedur sehingga bakteri yang
tumbuh tidak sesuai keinginan (bakteri tumbuh saling menumpuk antara 1 koloni
dengan koloni yang lain.

Ket : media MSA yang


ditumbuhi
Staphylococus
aureus.

b. Goresan kuadran

Ket : media EMBA yang ditumbuhi bakteri yang sudah diisolasi.

c. Goresan T
Ket : media MCA yang
ditumbuhi bakteri yang
terisolasi

Penanaman bakteri pada media-media ini dapat dilihat setelah melalui proses inkubasi
selama 18- 24 jam.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Metode Goresan Kuadran
Metode goresan ini terdiri dari penginokulasian biakan murni dalam hal ini
digunakan Bakteri dari makanan yang sudah dibuat dalam acara 1 dengan medium
EMBA dalam cawan petri. Metode ini berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan
pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni
tunggal.
Mula-mula medium EMBA dengan suhu 45-500C dituangkan pada cawa petri
steril, diratakan dengan cara memutar-mutarkan cawan setelah itu biarkan hingga dingin
dan memadat. Setelah medium EMBA padat, ambil 1 ose bakteri dari biakan murni
kemudian goreskan pada permukaan agar selama menggores tutup cawan dibuka
secukupnya,sambil dikerjakan dalam keadaan steril (di dekat api bunsen), Cara
menggoreskannya yaitu awalnya cawan dibagi menjadi 4 bagian kemudian goreskan
bakteri pada permukaan agar dengan dibuat zigzag menyambung dari cawan bagian ke1 sampai ke cawan bagian ke-4 tidak terputus. Pada bagian cawan ke-4 goresan tidak
boleh mengenai bagian yang pertama. Setelah diinkubasi selama 18-24 jam akan terlihat
koloni bakteri berkumpul pada goresan-goresan tersebut. Karena pada saat penggoresan
yang kurang baik, akhirnya bakteri menyebar ke semua bagian cawan. Pada praktikum
yang telah dilakukan, media yang digunakkan sebagai media penggoresan kuadran
empat ini terlihat bakteri pada kuadran ke 4 (bagian goresan cawan 4) hanya sedikit
dibandingkan dengan bagian kuadran pertama. Diferensiasi bakteri yang tumbuh
menandakan bahwa praktikum yang dilakukan merupakan praktikum yang sesuai
dengan teori-teori yang sudah ada, bahwa EMBA digunakan sebagai media
pengisolasian bakteri ,dan media khusus untuk kemudian digunakkan menjadi subkultur
yang akan dibiakan.

3.2.2 Metode goresan sinambung


Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada koloni bakteri
dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu petridish diputar
180o dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan
bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan
atau medium baru. Yang ditemukan pada praktikum setelah melakukan penggoresan
di media MSA adalah 1 media MSA berwarna kuning dan media MSA yang lain,
bentuk sinambungnya tidak sesuai prosedur. Warna kuning pada media MSA
menandakan bahwa pada media tumbuh bakteri Staphylococcus aureus dimana
bakteri ini akan memfermentasi manitol dan membentuk zona kuning pada agar
kemerahan karena fenol merah menjadi kuning dalam fermentasi asam. Pada media
MSA lain yang bentuk sinambungnya tidak beraturan sehingga bakteri tidak dapat
tumbuh, mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian dan keahlian praktikan
dalam melakukan teknik sinambung.

3.2.3 Metode goresan T


Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian menggunakan
spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Ose dipanaskan dan
didinginkan, lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya.

Pada medium pembiakan penyubur, khususnya yang ditambah darah,


harus diperhatikan perubahan yang terjadi pada medium. Pada medium
pembiakan darah ditemukan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1.
2.
3.

Alfa-hemolisis; di sekitar koloni terdapat daerah kehijauan.


Beta-hemolisis; di sekitar koloni terdapat daerah bening.
Anhemolisis; di sekitar koloni tidak terdapat perubahan.

Daftarpustaka :
Dwidjoseputro. 1964. Dasar dasarMikrobiologi. Jakarta :Djambatan
Hadioetomo, RS. 1993. Mikrobiologidasardalampraktek:
Teknikdanprosedurdasarlaboratorium. Gramediapustakautama. Jakarta.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologidasar. Papas SinarSinanti, Jakarta
Zubaidah, Elok. 2006. Mikrobiologiumum. UniversitasBrawijaya. Malang

Anda mungkin juga menyukai