Anda di halaman 1dari 64

Latar Belakang

Selama mempelajari mikroba, kita tahu satu hal bahwa ukuran mikroorganisme atau
mikroba sangat kecil, oleh karena itu informasi yang dapat diperoleh tentang sifat-sifatnya dari
pemeriksaan terhadap individu itu terbatas. Pengamatan sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan,
pengkilatan dan sebagainya dapat dilakukan dengan pandangan biasa tanpa menggunakkan mikroskop,
pengamatan ini disebut pengamatan makroskopi.Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas, bakteri perlu
dibiakkan pada medium padat yaitu dengan cara isolasi bakteri. Isolasi adalah mengambil
mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal
dari campuran bermacam-macam mikroba. Cara isolasi bakteri dilakukan dengan metode tuang (pour
plate), metode goresan (streak plate), metode miring (slant culture), dan metode tegak (stab culture).
Praktikum kali ini kami semua menggunakan medium NA (Nutrien Agar). Dimana medium ini berfungsi
sebagai tempat mikroba itu tumbuh. Mikroorganisme yang dibiakkan di laboratorium pada medium
yang terdiri dari bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada banyak
faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung semua zat
makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus
dikendalikan dengan baik.

Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam danmenumbuhkannya dalam suatu
medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
denganmenumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang
tetap pada tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis mikroorganisme (bakteri)
dikenal sebagai biakan murni ataubiakan aksenik. Biakan yang berisi lebih dari satu macam
mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan campuran, jika hanya terdiri dari dua jenis
mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu sama lain dalam asosiasi, dikenal sebagai biakan
dua-jenis
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya kondisi optimum untuk
pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama adalah
habitat inang. Sebagai contoh fage koli yang di jumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari limbah
atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi bahan sumbrnya dan penambahan
kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya (Adams, 2000).
Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan khamir dengan metode garis, metode
tuang, metode sebar, metode penuangan, serta micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering
banyak digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada

prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu species dapat
dipisahkan (plezar, 2006)
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari bahan nutrient. Biasanya
pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada banyak faktor seperti seperti apa jenis
mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung semua zat
makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus
dikendalikan dengan baik (Buckle, 2007)
Selain untuk tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain, seperti tempat untuk mengisolasi, seleksi,
evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan. Agar tiap-tiap medium memilki karakteristik yang
sesuai dengan tujuan sehingga seringkali digunakan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba (Suriawiria, 2005). Beberapa indikasi
pembiakan pada laboratorium mikrobiologi meliputi:
1.

Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri

2.

Menunjukan sifat khas mikroba.

3.

Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu.

4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan percobaan serologi
lainnya.
5.

Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik.

6.

Menghitung jumlah kuman

7.

Mempertahankan biakan mikroba.

Mikroorganisme tidak memerlukan banyak ruangan untuk perkembangannya, sebab itu media
buatan (agar) dapat dimasukkan ke dalam sebuah tabung percobaan labu atau cawan Petri. Pada
permulaannya tabung atau cawan Petri harus dalam keadaan steril (bebas dari setiap mikroorganisme
hidup) lalu setelah itu dimasukkan mikrobia yang diinginkan, tabung atau cawan harus dilindungi
terhadap kontaminasi dari luar. Sumber utama pencemaran dari luar adalah udara, yang banyak
mengandung mikroorganisme yang berterbangan. Bentuk cawan petri, dengan tutup yang saling
menyelubungi, dirancang untuk mencegah pencemaran udara. Pencemaran tabung atau labu dihindari
dengan cara menyumbat mulutnya dengan penutup yang cocok, biasanya dengan kapas.
Permukaan luar cawan biakan yang menjadi sasaran pencemaran, dan bagian dalam labu atau
tabung akan tercemar bila dibuka untuk memasukkan atau mengeluarkan bahan. Bahaya ini dapat
dihindari dengan cara membakar bibir atau pinggiran cawan, tabung atau labu dalam api, segera setelah
penutup dibuka dan dibakar sekali lagi pada waktu akan ditutup.

Ada empat cara isolasi bakteri yaitu :


Pour plate atau shake culture
Beberapa ml suspensi bakteri dicampur dengan mediaum yang masih cair (belum membeku) dengan
demikian akan diperoleh piaraan adukan. Digunakan untuk mengencerkan atau mengisolasi yang
terdapat pada contoh. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, koloni akan tumbuh pada
permukaan dan bagian bawah agar.
Streak Plate atau culture
Ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri digesekkan atau digoreskan dengan bentuk zig-zag pada
permukaan agar-agar dalam cawan Petri sampai meliputi seluruh permukaan. Untuk memperoleh hasil
yang baik diperlukan keterampilan, yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores
yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang
diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan
medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang
lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel
- sel yang digores.
Slant culture
Ujung kawat yang membawakan bakteri digesekkan pada permukaan agar-agar miring dalam tabung
reaksi. Dapat dilakukan dengan cara menggoreskan secaa zig-zag pada permukaan agar miring
menggunakan jarum ose yang bagian atasnya dilengkungkan. Cara ini juga dilakukan pada agar tegak
untuk meminimalisir pertumbuhan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen. (Rusdimin, 2003)
Stab culture
Ujung kawat yang membawakan bakteri ditusukkan pada media padat (agar-agar) dalam tabung reaksi,
berbeda dengan slant culture permukaan agar-agar ini tidak miring. Media agar setengah padat dalam
tabung reaksi, digunakan untuk menguji gerak bakteri secara makroskopis

Karakteristik koloni bakteri hasil inokulasi merupakan salah satu bagian dalam identifikasi bakteri.
Beberapa bentuk koloni spesifik koloni bakteri pada media agar datar yaitu (Sutedjo dalam Sari, 2009) :
1.

Ukuran

Titik
Kecil
Sedang

Besar

2.

Warna koloni

Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan tidak dapat
digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti

3.

Bentuk koloni

Bundar
Tidak beraturan
Rhizoid (tersebar seperti akar)

4.

Bentuk bagian tepi koloni (margin )

Rata (entire)
Tidak rata, bergelombang secara beraturan (lobate )
Bergelombang (undulate )
Bergerigi (serrate )
Seperti filamen (filamentous)

Adams, M.R. 2000. Food Microbiology. University of Surrey. Guildford. New York
Buckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Plezar.2006. Dasar-Dasar-Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Rusdimin. 2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Pt Gramedia
Sari, Noorkomala. 2009. Teknik IsolasiMikroorganisme.http://www.scribd.com/doc/24589708/TeknikIsolasi-M-O [24 Desember 2013].
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media
padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani,
2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan campuran. Dua
diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang
didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan
anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam
mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan
mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikrobayaitu antara lain :
Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi
Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
Medium pertumbuhan yang sesuai
Cara menginokulasi mikroba;e) cara menginkubasi mikroba
Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai dengan yang dimaksud
Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
Metode Isolasi
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores
yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang
diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan
mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( 50 oC ) yang
kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak
diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurangkurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di
dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang
tinggi.

3. Teknik Sebar (spread plate)


Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan
digunakan (Trianda, 2011).
4.

Teknik Pengenceran (dilution method)

Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam
suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk
diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada
suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh
dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam
hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang
kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan
menggunakan koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
5. Teknik Micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator, kemudian
ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan (
Trianda, 2011).
Menurut Admin (2008), terdapat berbagai cara untuk mengisolasi mikroba yakni :
1)

Isolasi pada cawan

Prinsip pada metode isolasi pada cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh
individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak
pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam
metode isolasi pada cawan, yaitu : metode gaores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode
gores kuadran , bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme,
dimana setiap koloni berasal dari setiap sel. Metoe agar tuang berbeda dengan metoe gores kuadran,
cawan tunag menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan,
pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang
terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
2)

Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan
(medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan
pengencaran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk
mendapatkan satu sel semakin besar .
3)

Isolasi sel tunggal

Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tiak
dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair, sel mikroorganisme dilihat dengan
menggunakan pembesaran sekitar 100 X, kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet
kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator yang dilakukan secara aseptik.
http://disachem.blogspot.com/2012/04/laporan-mikrobiologi-teknik-isolasi.html
(diakses pada tanggal 12 Desember 2012)
http://www.scribd.com/doc/43096211/isolasi-mikroba
(diakses pada tanggal 12 Desember 2012)
http://maskiahbiologi09.blogspot.com/2012/05/teknik-isolasi-mikroba.html
(diakses pada tanggal 12 Desember 2012)
Latar Belakang
Mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. dan dijumpai sebagai spesies
yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah
dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama
yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam
habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel
dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air, maupun udara. Keberadaan
mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewati makanan yang kita konsumsi dan sebagai akibatnya
produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai mikroorganisme. Bahan
pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan
mikroorganisme. Pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat
hubungannya dengan kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun udara. Untuk
itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut. Populasi yang
besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu manusia termasuk dimulut, saluran
pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel
mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan
karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun serologis,
memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Dari penguraian di atas
menjadi latar belakang mengapa dilakukan praktikum ini.
B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum isolasi mikroba yaitu untuk mengetahui bagaimana cara
mengisolasi mikroba dengan baik dan benar.
Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan mampu mengetahui bagaimana cara dan prosedur
mengisolasi mikroba dengan baik dan benar, sehingga kedepannya kita menjadi terampil jika
mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan mikroba.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Isolasi mikroba
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam
suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan
karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan
suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacammacam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba
akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh
media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan
berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya
(Dwidjoseputro, 1998).
Media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di
tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan
dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi
dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri-cawan petri yang
terpisah (Dwidjoseputro, 1998).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme menurut Dwidjoseputro,
(1998) adalah sebagai berikut :
1. Sifat dan jenis mikroorganisme
2. Habitat mikroorganisme
3. Medium pertumbuhan

4. Cara menginokulasi dan inkubasi


5. Cara mengidentifikasi
6. Cara pemeliharaannya
Menurut Agus Krisno Terdapat beberapa macam cara mengisolasi mikroba, yaitu sebgai berikut ini:
1. Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh
individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak
pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam
metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode
gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme,
dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran,
cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (500C), yang kemudian
dicawankan. sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas
permukaan atau di dalam cawan.
2.

Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan
(medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan
pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk
mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak
dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan
menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan
pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Cara mengisolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut ini:
a. Isolasi mikroba dengan cara penggoresan.
Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah
dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi
dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna
akan menghasilkan koloni yang terpisah. Ada beberapa teknik goresan, antara lain : Goresan T, Goresan
kuadran, Goresan radian, dan Goresan sinambung.
b. Isolasi mikroba dengan cara penaburan

Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping penggoresan untuk memperoleh
biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara penggoresan dimana media agar
diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan demikian pula koloni-koloni akan
berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan. Untuk beberapa tujuan hal ini
menguntungkan, contohnya dalam mempelajari pertumbuhan koloni streptococcal pada sel-sel darah
merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun sedikit maka contoh
diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan pada beberapa cawan.
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan
gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme
yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan
mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian
dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui
sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di
antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode
ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari
pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali
dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan
permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
B. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang
menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer
(kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan
fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe..Warna putih pada tempe disebabkan adanya
miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia
jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi,
tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan.
Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa

organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat
dapat dipergunakan oleh tubuh (Krisno, 2011).
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses
penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes
melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare,
penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe
baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai.
Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat
dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari
bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur (Freddish, 2007).
C. PDA (Potato Dextrose Agar)
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk
mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri
dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber
makanan untuk jamur dan khamir.
Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme menggunakan
metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan, industri produk susu dan juga
kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada sample. Karena fungsinya
yang dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh pembudidaya
jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur, biasanya pembudidaya
mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan juga menambahkan asam atau antibiotik untuk
menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri, Anonim I (2013).
D. Larutan Fisiologis
Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh
pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk
dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya. Larutan Fisiologis ini lebih tepatnya medium setengah padat karena
mengandung 0,9 % NACl yang terkandung didalamnya. Medium sintetis juga bias dibilang bagian dari
larutan fisiologis karena Larutan fisiologis ini sudah diketahui jumlah, jenis dan takarannya, (Feny, 2013).
E. Rhizopus Oligosporus
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang
(mold) Rhizopus oligosporus. Kapang ini digunakan dalam pembuatan tempe melalui fermentasi dengan
bahan dasar kedelai. Rhizopus oligosporus membentuk hifa penetrasi rata-rata 1400 m2 ( 300 m2 )
di luar permukaan kotiledon dan 1010 m2 ( 340 m2 ) pada bagian dalam ( flat ). Hifa terinfiltrasi
pada kedalaman 742 m / sekitar 25% rata-rata lebar kotiledon kedelai. Kemudian proses fermentasi

terjadi secara aerob melalui lubang berpori pada pembungkus. Proses fermentasi mengakibatkan
semakin meningkatnya nilai protein dan gizi dibandingkan dengan bahan dasarnya yaitu kedelai. Pada
proses fermentasi, protein dalam kedelai dapat terurai menjadi asam-asam amino yang mudah dicerna
oleh tubuh dan oleh enzim fitase yang berfungsi memecah fitat yang merugikan yaitu mengikat
beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh, serta adanya
pengaruh dari enzim -glukosidase yang menghidrolisis glukosida isoflavon sehingga kandungan
daidzein-genistein dalam tempe meningkat yang berfungsi sebagai antioksidan terhadap kanker (Auliah,
2013).
Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 120 m
dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75
m. Sedangkan Rhizopus oryzae memiliki diameter sporangium lebih dari 150 m, kolumela dengan
diameter lebih dari 100 m. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi
aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B,
kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penetrisi miselia
jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Auliah, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim I ,.2013 .
Potato Dextrose
Agar (PDA). http://www.mediaagar.com/blog/potatodextrose-agar-pda/. Di akses pada tanggal 16 September 2013 Makassar

Auliah, Firdaus. 2013. Fermentasi Tempe. http://auliafirdauss.blogspot.com /2013/08/fermentasitempe.html. Diakses pada hari Selasa, 17 September 2013, Makassar.
Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.

Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia :Jakarta.


Feny, 2013 .
Larutan
fisiologis. http://creation-of-fma.blogspot.com/2013/01/larutanfisiologis.html. Di akses pada tanggal 17 September 2013 Makassar
Freddish. 2007. Khasiat dan Kandungan Gizi Tempehttp://freddish.wordpress.com/2007/10/04/khasiatdan-kandungan-gizi-tempe/. Diakses pada tanggal tanggal 16 September 2013Makassar.
Krisno, Agus. 2011. Peranan Rhizopus Oryzae Pada Industri Tempe Dalam Peranan Peningkatan
Gizi Pangan http://aguskrisnoblog.wordpress.
com/2011/01/13/peranan-rhizopus-oryzae-pada-industri-tempe-dalam-peranan-peningkatan-gizipangan/. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2012, Makassar.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.

Di tubuh manusia terdapat mikroorganisme yang menguntungkan dan merugikan. Meskipun seseorang
mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit di salon kecantikan, dijamin tak ada kulit yang seratus
persen bebas dari mikroorganisme atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuman. Tidak hanya di kulit,
mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik di luar tubuh, maupun dalam tubuh, seperti
mulut, telinga, hidung, maupun usus (Musjaya, 2012).
Pada hewan yang sehat, jaringan internalnya, misalnya darah, otak, otot, dll, biasanya bebas dari
mikroorganisme. Namun, jaringan permukaan, yaitu kulit dan selaput lendir, yang terus-menerus
berhubungan dengan lingkungan hidup organisme dan menjadi mudah dijajah oleh berbagai jenis
mikroba. Campuran organisme secara teratur ditemukan pada setiap situs anatomi disebut sebagai flora
normal, kecuali oleh para peneliti di lapangan yang lebih suka istilah "pribumi mikroba". Flora normal
manusia terdiri dari beberapa eucaryotic jamur dan protista, tetapi bakteri yang paling banyak dan jelas
komponen mikroba flora normal (anonim, 2010).
Mikroflora normal merupakan sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendir
(mukosa) pada manusia normal dan sehat. Mikroflora normal pada kulit dapat dibagi menjadi :
a. Flora tetap (Resident Flora)
b. Flora sementara (Transient Flora)
Beberapa bakteri cenderung hidup permanen di kulit, yang terdiri atas empat genus,
yaitu Staphylococcus, Streptococcus, Propionibacteria, dan Corynebacteria(Musjaya, 2012).
B.

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk :


1.

Untuk mengetahui tehnik isolasi flora normal

2.

Untuk mengetahui biakkan murni

3.
Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri dan jamur pada kulit, mulut, rambut,
selangkangan dan nafas

C. MANFAAT
Dengan adanya praktikum ini, diharapkan kita dapat mengidentifikasi bakteri dan jamur, serta kita dapat
melakukan pencegahan terhadap infeksi bakteri dan jamur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak hanya
terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni
tubuh manusia disebut flora normal, atau mikroba (Pelczar, 2008).
Selain itu juga disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami
terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan
pada orang sehat (anonim, 2010).
Mikroba pada tubuh manusia yang sehat perlu diketahui karena alasan-alasan berikut:
1. Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin timbul setelah
terjadinya kerusakan jaringan pada situs-situs yang khusus.
2. Hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya mikroorganisme
yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh, Escherichia coli tidak berbahaya di dalam

usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkan sistitis, suatu peradangan pada selaput
lendir organ ini.
3. Hal ini dapat membuat kita menaruh perhatian lebih besar terhadap infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan mikroba normal atau asli pada inang manusia (Pelczar, 2008).

Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan
lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata, dan telinga. Organ-organ dan
jaringan biasanya steril (anonim, 2008).

1.

Kulit

Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan
bakteri ini tidak tumbuh pa.da kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya (Pelczar 2008)
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis),
membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus
seperti S. epidermidis dan S. aureus serta sianobakteri aerobic. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai
bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat (Pelczar, 2008)
2.

Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)

Flora utama hidung terdiri dari corinebakteria, staphylococus seperti S. epidermidis, S.


aureus serta streptococcus (Jawetz, 2005).
Didalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis
dan Haemophilus influenzae (Pelczar, 2008).
3.

Mulut

Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil
makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikroba mulut atau
rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu
(Pelczar, 2008).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga di
dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad
renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella,
Actinomyces, dan Lactobacillus (Pelczar, 2008).

4.

Saluran Kemih Kelamin

Pada orang sehat, ginjal, ureter dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada
umunya dijumpai pada uretra bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang
di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir
uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur haid.
Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah
glikogen yang dihasilkan epitelium vagina, dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam.
Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur. Sebagai akibat
perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6. Mikrooganisme
yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan
mencakup enterococus, Candida albicans (Pelczar, 2008).

Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi.
Jamur umumnya bersifat uniseluler (bersel banyak). Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Jamur
memperoleh makanan dengan cara menyerap zat organik dari lingkungannya (anonim, 2008).

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang telah didapatkan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Isolasi mikroba merupakan aktivitas untuk menumbuhkan mikroorganisme di luar dari lingkungan
alaminya.
2.
Biakan murni adalah biakan yang terdiri atas satu spesies yang ditumbuhkan dalam medium
buatan.
3. Mikroba yang tumbuh pada medium NA adalah hanya bakteri, sedangkan mikroba yang tumbuh
pada medium PDA adalah kapang dan khamir.

praktikum isolasi flora normal


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroflora normal manusia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai
macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yangmerupakan penghuni tetap dari bagian-bagian
tubuh tertentu khususnya kulit, usus besar dan vagina. Bakteri ini terkadang sangat sulit dibedakan
dengan bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit pada setiap tubuh kita yang terluka maupun tidak
terluka tetapi dihuni oleh bakteri pathogen tersebut. Dalam membedakan bakteri pathogen ataupun
mikroorganisme flora normal tidak memiliki batasan yang jelas karena hal tersebut bergantung dengan
keadaan di lingkungan sekitar dan juga keadaan manusia dimana flora normal tersebut tumbuh.
Di tubuh manusia terdapat mikoorganisme yang menguntungkan dan merugikan. Meskipun
seseorang mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit disalon kecantikan, dijamin tidak ada kulit yang
seratus persen bebas dari mikroorganisme atau lebih dikenal dengan sebutan kuman. Tidak hanya
dikulit mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik di luar tubuh maupun dalam tubuh
seperti mulut, telinga, hidung maupun dalam usus.
Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh tertentu
bergantung kepada faktor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta
beberapa zat penghambat.
Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi tertentu.
Contohnya, Streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok organnisme yang biasa
menghuni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam jumlah banyak, maka mereka akan
hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan menimbulkan endokarditis infektif.
Oleh karena itu melalui laporan ini kami membuktikan bahwa di tubuh kitaterdapat berbagai
mikroorganisme baik bakteri maupun jamur yang bisa di perbanyak jumlahnya melalui uji coba
menggunakan media NA dan PDA dengan sampel dari permukaan lipatan kulit leher, mukosa
mulut, lipatan tangan, selangkangan, vagina dan lipatan kaki.
Dari uraian di atas maka yang melatarbelakangi untuk pembuatan laporan ini adalah
mengetahui bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi flora normal yang ada
pada vagina, permukaan kaki, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher, mukosa mulutdan selangkangan
dengan menggunakan media NA dan PDA.
Dengan diketahuinya flora normal yang terdapat pada tubuh manusia sebagai kesehatan
masyarakat diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya

menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin
ada pada tubuh manusia, hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya
mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh, Escherichia coli tidak
berbahaya di dalam usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkanSistitis, suatu
peradangan pada selaput lendir organ ini.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan percobaan ini yaitu :
1.

Untuk mengetahui teknik isolasi flora normal pada tubuh manusia

2.

Untuk mengetahui biakan murni

3.

Untuk mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada sampel mikroba

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui teknik isolasi flora
normal pada tubuh manusia, praktikan dapat mengetahui biakan murni dan jug adapt mengetahui
mikroorganisme yang terdapat pada sampel mikroba. Serta praktikan mampu mengetahui
mikroorganisme yang terdapat pada sampel mikroba sehinga dapat menaruh perhatian lebih besar
terhadap infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan mikroba normal atau asli pada
inang manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1

Flora normal
Flora normal adalah berbagai bakteri dan fungi yang secara tetap menghuni bagian tubuh
tertentu, terutama kulit, orofaring, kolon dan vagina. Virus dan parasit tidak dianggap sebagai anggota
flora normal, walaupun keduanya dapat berada secara asimtomatik. Dari satu bagian tubuh dengan
bagian tubuh yang lain flora normal bervariasi baik dalam hal jumlah maupun macamnya (Jawetz,
2005).
Manusia

sejak

lahir

berada

di

dalam

biosfer

yang

penuh

dengan

mikroorganisme.

Mikroorganisme berada di dalam tubuh manusia, tumbuh di beberapa bagian tubuh dalam keadaan
tidak pernah statis, selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai kondisi lingkungan setempat. Pada
tubuh dalam keadaan normal, diperkirakan terdapat lebih kurang 10 12 bakteri yang menghuni kulit,
1010 di mulut dan 1014 di saluran pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri yang sangat

spesifik dalam hal kemampuan menggunakan bahan makanan, kemampuan menempel pada permukaan
tubuh, dan mampu beradaptasi (secara evolusi) terhadap hospes (Jawetz, 2005).
Adanya flora normal pada beberapa bagian tubuh manusia sangat menyulitkan bagi seorang
mokrobiolog untuk menentukan mikroorganisme penyebab infeksi pada spesimen klinik yang
diperiksanya.

Biasanya

seorang

ahli

mikrobiologi

klinik

dituntut

bertanggung

jawab

untuk

mengidentifikasi mikroorganisme penyebab infeksi pada spesimen secara tepat, dalam waktu singkat.
Untuk menentukan mikroorganisme mana yang bertanggung jawab pada timbulnya infeksi di area
mengandung flora normal adalah suatu pekerjaan yang sulit. Seorang klinisi atau ahli mikrobiologi
klinik harus mengkorelasikan dengan data-data klinik pasien, sebelum menentukan penyebabnya. Untuk
itu pengetahuan mengenai flora normal sangat penting dalam penegakan diagnosis penyakit infeksi
(Jawetz, 2005).

2.1.2

Isolasi flora normal


Isolasi mikroba merupakan aktivitas untuk menumbuhkan mikroorganisme di luar dari
lingkungan alaminya (Jawetz, 2005).

2.2 Medium
2.2.1

NA (Nutrient Agar)
Medium merupakan bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba. Medium yang dibuat dalam percobaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan
mikroba. Oleh karena itu, proses pembuatannya dilakukan dalam kondisi steril. Dalam percobaan ini
medium yang dibuat ada 2 macam berdasarkan konsistensinya, yaitu medium padat dan medium cair
(Nurirjawati, 2012).
Menurut Nurirjawati (2012), Nutrien Agar (NA) merupakan medium padat dilihat dari konsistensinya.
Berdasarkan fungsinya termasuk dalam medium umun yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri,
dimana bahan-bahannya terdiri dari :

1. Akuades berfungsi melarutkan bahan-bahan yang telah dicampurkan.


2. Agar merupakan zat pemadat/pengeras medium yang bukan sebagai bahan makanan mikroba.
3. Ekstrak daging, merupakan ramuan dasar dalam media biakan yang larut dalam air dan berfungsi
sebagai sumber protein dan mineral.
4. Pepton adalah protein yang terdapat pada susu kedelai, putih telur. Pepton banyak mengandung
nitrogen sehingga baik digunakan sebagai bahan dalam pembuatan medium.

2.2.2

PDA (Potato Dextrose Agar)


Pada pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA) kentang yang telah dikupas dan dipotongpotong dengan ukuran 1 x 1 x 1 cm sebanyak 200 gram direbus dalam 500 ml air suling sampai cukup
empuk. Hal ini dapat diketahui dengan menusuk kentang dengan garpu. Jika di tusuk terasa mudah,
berarti kentang telah mengeluarkan sarinya. Kemudian 15 gram agar-agar larut, selanjutnya dekstrosa
(dapat diganti dengan gula pasir) sebanyak 15 gram dimasukkan ke dalamnya. Air ekstrak kentang
selanjutnya dituangkan ke dalam larutan agar-agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun
yang tipis, larutan ditambahkan air steril sampai volumenya menjadi 100 ml. Setelah dididihkan, larutan
PDA dimasukkan ke dalam erlenmayer kemudian ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan
menggunakan aluminium foil. Kemudian disterilkan di dalam autoclave selama kurang lebih 15 menit
dengan suhu 121-1240C pada tekanan 1,25 atm. Setelah itu PDA dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin
(10-20oC), kemudian dituangkan ke dalam cawan petri (Panjaitan, 2011).

2.3 Bakteri/ jamur yang terdapat di vagina


2.3.1

Pengertian
Setelah lahir, Lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam. Jika pH
menjadi netral, terdapat flora campuran kokus dan basil. Pada waktu pubertas, Lactobacil aerob dan
anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan mempertahankan keasaman pH melalui
pembentukan asam dari karbohidrat khususnya glikogen. Setelah menopause laktobasil kebali
berkurang jumlahnya dan flora campuran muncul kembali. Dalam flora normal vagina juga
ditemukan Streptokokus
hemilitikus grup
B,Streptokokus
anaerob (Peptostreptokokus),
spesies Bacteroides,Klostridia, Gardnerella (Haemophilus) vaginalis, Ureaplasma
urealyticum,
dan
kadang-kadang Listeria atau spesies Mobiluncus (Jawetz dkk, 2005).

2.3.2

Pathogenesis
Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini
mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina, dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam.
Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur. Sebagai akibat
perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 sampai 4,6. Mikrooganisme
yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan
mencakupEnterococus, Candida albicans (Pelczar, 2008).
Saat lahir, lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam. Apabila
pH
ini
menjadi
netral
akan
terdapat
flora
campuran
yaitu coccus dan bacil. Saat
Pubertas, Lactobacil aerob dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan akan
mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat khususnya glikogen.
Keuntungan pembentukan asam ini yaitu untuk mencegah bakteri yang bersifat pathogen dalam
vagina. Setelah
Monopause, Lactobacil akan
berkurang
jumlahnnya
dan
flora
campuran coccus dan bacil akan muncul kembali (Pelczar, 2008).

2.3.3

Etiologi

Infeksi yang disebabkan jamur, bakteri atau virus mengakibatkan kuman baik menurun sehingga
terjadinya perkembangan bakteri jahat (patogen) meningkat, sehingga menyebabkan pH kewanitaan
anda meningkat. Kurang menjaga kebersihan. Tidak dapat menjaga kebersihan pada area kewanitaan
anda akan menimbulkan masalah keputihan sehingga bakteri jahat (patogen) meningkat mengakibatkan
terjadinya infeksi yang mudah menyebar ke area kewanitaan (Hastini, 2008).
2.3.4

Pencegahan
Menurut Hastini (2008),
mikroorganisme pada vagina yaitu :

beberapa

pencegahan

untuk

mengurangi

berkembangnya

1.

Tidak disarankan untuk membilas vagina dengan cairan-cairan yang dapat mengganggu keseimbangan
pH vagina.

2.

Menghindari pakaian dalam yang ketat atau bahan yang tidak menyerap keringat.

3.

Membiasakan membasuh vagina dengan cara yang baik dan benar yaitu dengan gerakan dari depan ke
belakang, bukan sebaliknya.

2.3.5

Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk keputihan yang masih ringan adalah dengan
menggunakan larutan antiseptik khusus pembilas vagina yang dapat diperoleh di apotek. Namun tidak
semua produk pembersih vagina yang dijual di pasaran baik untuk kesehatan vagina. Memperhatikan
bagaimana cara menggunakan cairan tersebut dengan benar dan apa efek samping yang harus
diwaspadai selama menggunakan cairan antiseptik pembilas vagina tersebut. (Hastini, 2008).

2.4 Bakteri/ jamur yang terdapat di kulit kaki


2.4.1

Pengertian
Infeksi jamur umumnya terjadi di kaki meskipun sebenarnya dapat pula terjadi pada berbagai
bagian tubuh lain seperti tangan, pangkal paha, dan kulit kepala. Dermatofit dan nondermatofit termasuk dalam kategori jamur yang menginfeksi daerah superfisialis kulit (epidermis).
Perbedaan kedua tipe ini dalam menginfeksi adalah posisi (kedalaman). Dermatofit bisa menginvasi ke
dalam lapisan epidermis, gangguan dapat ditemukan mulai dari stratum basal sampai stratum korneum.
Non-dermatofit hanya bisa menginfeksi sampai lapisan paling luar dari stratum korneum. Perbedaan ini
disebabkan jamur dermatofit ini mengeluarkan zat tertentu (lipofilik dan proteofilik) untuk membuat
epidermis ruptur, sementara non-demartofit tidak mempunyai zat ini. Untuk kedua jamur ini,
pemeriksaan tidak dilakukan pada histopatologi, tetapi cukup untuk menemukan jamur (terutama hifa)
dalam sediaan kulit yang dicurigai terinfeksi jamur (Mawarni, 2012).

2.4.2

Pathogenesis
Trichophyton rubrum, jamur ini menyerang daerah tangan dan kaki terutama daerah telapak
dan sela-sela jari. Infeksi ini menular dari adanya kontak dengan debris keratin yang terinfeksi jamur di

tempat yang kelembaban tinggi (lingkungan berair) ataupun tertutup. Kelompok yang sering terserang
adalah petani, tukang cuci, dan tentara yang sering memakai sepatu tertutup. Penyebaran dari telapak
kaki bisa sampai ke sela-sela jari dan bagian lateral kaki (Mawarni, 2012).
2.4.3

Etiologi
Salah satu faktor dapat terjadinya infeksi jamur pada kaki adalah lingkungan yang lembab dan
hangat merupakan tempat favorit bagi jamur. Memakai sepatu basah, sepatu plastik, atau kaus kaki
basah dapat menyebabkan infeksi jamur pada kaki. Kaki yang sering terkena air seperti saat mencuci
juga akan memperbesar risiko tumbuhnya jamur kutu air (Mawarni, 2012).

2.4.4

Pencegahan
Untuk menghindari berkembangnya mikroorganisme pada daerah liparan kaki, menjaga
kebersihan diri adalah hal penting yang harus dilakukan, kemudian usahakan untuk tidak memakai
sandal atau sepatu yang lembab atau basah, karena biasanya kutu air sering hinggap di daerah-daerah
tempat seperti itu. Tidak berganti-gantian memakai handuk ketika mandi, karena ini bisa mengakibatkan
timbulnya jamur pada kulit dan badan akan terasa gatal-gatal dan masih banyak lagi yang bisa membuat
kutu air menyerang tubuh (Mawarni, 2012).

2.4.5

Pengobatan
Jika penyakit pada lipatan kaki sudah menyerang atau hinggap pada kulit, maka sebaiknya
obatilah dengan obat kutu air. Obat kutu air banyak didapat di apotek baik itu berupa salep maupun
berupa tablet. Cara melakukannya dengan mengoleskan salep pada daerah-daerah yang terasa gatal
atau yang terkena kutu air. Adapun yang berupa tablet cara melakukannya adalah dengan meminnya
sesuai dengan aturan pakai (Mawarni, 2012).

2.5 Bakteri/ jamur yang terdapat di selangkangan


2.5.1

Pengertian
Selangkangan merupakan salah satu bagian tubuh yang mudah lembab karena ini merupakan
bagian yang sering terlipat. Bagian yang lembab cukup mudah untuk terinfeksi jamur (Supriono, 2010).
Selangkangan sangat sensitif terhadap bakteri, jamur dan kelembaban. Gatal di selangkangan
merupakan salah satu indikasi bahwa area di dekat kemaluan tersebut terinfeksi oleh jamur. Hal ini
dapat menyebabkan iritasi kulit dan kulit menjadi merah-merah atau luka (Supriono, 2010).
Mengalami gatal-gatal di bagian selangkangan dapat menjadi masalah tersendiri bagi siapa saja
karena infeksi jamur bisa menyerang pria dan wanita(Supriono, 2010).

2.5.2

Pathogenesis

Tinea cruris adalah infeksi jamur yang terjadi di selangkangan. Tinea cruris membentuk ruam
yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan bagian atas paha dan alat kelamin. Ruam
ini gatal, memiliki perbatasan merah dan bias menyebar. Ruam sering kali menyebar ke bagian dalam
paha infeksi dapat menyebar ke kulit bagian lain dari tubuh (Supriono, 2010).
2.5.3

Etiologi
Menurut Supriono (2010), salah satu faktor dapat terjadinya infeksi candida yaitu faktor
eksogen, yaitu :

1.

Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat

2.

Kebersihan kulit

3.

Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur.

4.

Kontak dengan penderita, misalnya pada trush, balanopostitis.

2.5.4

Pencegahan
Menurut Supriono (2010), pencegahan yang dapat
berkembangnya mikroorganisme pada daerah selangkangan yaitu :

1.

dilakukan

untuk

menghindari

Memilih celana dalam yang agak longgar


Menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat dapat mengurangikelembaban di selangkangan
sehingga jamur tidak menyebar lagi karena daerah yang lembab sangat sensitif terhadap jamur dan
bakteri.

2.

Mandi menggunakan sabun antiseptik


Untuk mengatasi gatal mandi menggunakan sabun antiseptik merupakan salah satu solusinya. Saat ini
banyak produk sabun mandi yang dilengkapi dengan antiseptik sehingga membuat jamur di
selangkangan tidak tumbuh lagi dan mati.

2.5.5

Pengobatan
Menurut Supriono (2010), pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengobati perkembangan
mikroorganisme pada daerah selangkangan yaitu :

1.

Menggunakan salep yang mengandung ketonazole, mizonazole dan fungasol.

2.

Meminum obat untuk anti gatal

3.

Menggunakan obat tradisional yaitu gelugur dan asam kendis

2.6 Bakteri/ jamur yang terdapat di lipatan tangan (ketiak)


2.6.1

Pengertian
Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida disebutCandidiasis. Candidiasis kulit yang
terdapat pada lapisan terluar kulit merupakan bentuk yang paling sering dari infeksi Candida. Pada
kebanyakan kasus tidak bersifat invasive atau mengancam nyawa. Infeksi kulit terutama terjadi pada
bagian-bagian tubuh yang basah, hangat seperti ketiak, lipatan paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di
bawah payudara. Infeksi paling sering terdapat pada orang gemuk dan diabetes. Daerah-daerah itu
menjadi merah dan mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel (Simatupang, 2009).

2.6.2

Pathogenesis
Kelenjar sekretori manusia terdiri dari apokrin dan ekrin. Kelenjar ekrin tersebar hampir di
seluruh permukaan tubuh dan berhubungan dengan proses termoregulasi dengan menghasilkan
keringat sedangkan kelenjar apokrin menyebabkan bau khas feromon. Kelenjar ini menghasilkan
sejumlah kecil cairan berminyak yang tidak berbau saat mencapai permukaan kulit. Bau khas dihasilkan
akibat penguraian oleh bakteri terhadap cairan berminyak(Wibosono, 2009).
Aroma tubuh manusia dihasilkan dari kelenjar apokrin walaupun dapat berasal dari sumber lain.
Sekresi kelenjar sebasea dan penguraian produk dari keratinisasi, terutama pada hiperhidrosis, dapat
menghasilkan bau tidak sedap. Sekresi kelenjar ekrin biasanya tidak berbau tetapi berbagai subtansi
dapat diekskresikan, seperti bawang putih dan arsen. Karakteristik bau bisa berhubungan dengan
berbagai amino aciduria. Keringat dapat memiliki bau khas seperti pada penyakit gout,
diabetes, scurvy, dan penyakit lain. Beberapa pasien yang mengeluh bau badan dapat mengalami fobia
atau paronia (Wibosono, 2009).
Kelenjar apokrin banyak ditemukan di daerah aksila dan genital tetapi juga dapat ditemukan di
dada, telinga (kelenjar seruminous), dan area periorbital (kelenjar Moll). Sekresi apokrin berpengaruh
terhadap produksi bau melalui aktivitas bakteri terhadap komponen yang dihasilkan. Host di daerah
aksila terdiri dari berbagai bakteri, kebanyakan berupa bakteri Gram positif. Leyden menyatakan
walaupun ada beberapa mikroorganisme yang merupakan flora normal aksila, seperti Micrococcaceae,
Aerobic diphtheroids, dan Propionibacteria, namun hanya Diphtheroids yang menghasilkan bau badan
khas (Wibosono, 2009).
Pengaruh hiperhidrosis pada bromhidrosis belum jelas. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
keringat yang dihasilkan kelenjar ekrin memperberat bromhidrosis apokrin dengan mendorong
penyebaran lokal dari komponen keringat yang dihasilkan kelenjar apokrin dan meningkatkan
kelembaban lingkungan untuk bakteri berkembang biak (Wibosono, 2009).
Pada situasi tertentu, sekresi dari kelenjar ekrin yang tidak berbau dapat menghasilkan bau tidak
sedap dan menyebabkan bromhidrosis ekrin. Ketika keringat yang dihasilkan kelenjar ekrin
melembutkan keratin, degradasi bakteri terhadap keratin dapat menghasilkan bau tidak sedap.
Mengkonsumsi beberapa makanan, seperti bawang putih, kari, alkohol, dan beberapa obat (penisilin

dan bromida) dapat menyebabkan bromhidrosis ekrin. Selain itu, bromhidrosis ekrin dapat disebabkan
oleh gangguan metabolik (Wibosono, 2009).
2.6.3

Etiologi
Menurut Simatupang (2009), salah satu faktor dapat terjadinya infeksi candida yaitu faktor
eksogen, yaitu :

1.

Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat

2.

Kebersihan kulit

3.

Perubahan hormon, seperti pada saat beranjak dewasa

4.

Saat stress atau gugup sehingga tubuh mengeluarkan banyak keringat.

2.6.4

Pencegahan
Tidak memakai pakai linen dan sutera karena bisa menyebabkan endapan keringat yang bisa
menciptakan bau badan, untuk menjauhi bau ketiak dan badan pakailah baju berbahan katun yang bisa
menyerap keringat (Mawarni, 2012).

2.6.5

Pengobatan
Menurut Mawarni (2012), ada beberapa pengobatan untuk penyakit panu diantaranya :

1.

Mandi minimal 2 kali sehari, menggunakan sabun deodoran atau menggunakan sabun herbal agar kulit
bebas dari jamur, karena jamur dan bakteri adalah penyebab bau badan.

2.

Mengoleskan cuka putih pada ketiak dengan menggunaka kapas, jangan menggunakan deodoran sama
sekali. Maka dalam sesaat kemudian ketiak akan bebas dari bau.

2.7 Bakteri/ jamur yang terdapat di lipatan leher


2.7.1

Pengertian
Pada kondisi kulit normal, terdapat flora normal yang berhubungan Pityrosporom sp. Malassezia
furfur merupakan bentuk spora yang merupakan penyakit baberubah menjadi pathogen (Andriana,
2010).
Penyakit ini biasanya disebabkan kulit berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak
berkeringat, faktor genetik juga berperan dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti
pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama. Gejala penyakit panu
awalnya berupa bercak-bercak warna putih hingga kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak
teratur, serta kadang disertai sisik halus di atasnya. Bercak itu bakal tampak lebih jelas dan berpendar
warna khusus jika dilihat di bawah lampu wood. Lokasi tubuh yang paling sering diserang penyakit ini
adalah dada punggung, ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala
yang berambut (Andriana, 2010).

2.7.2

Pathogenesis
Jamur Malassezia furfur tidak datang dari tanah atau binatang, tetapi ditemukan pada kulit
manusia sebagai penghuni tetap pada lapisan atas kulit bersama dengan mikroba lainnya. Jamur ini tidak
akan menjadi penyakit jika tidak ada faktor-faktor pendukung (pakaian yang lembab, panas dan tidak
ada aliran udara). Pada lingkungan yang berminyak, jamur Malassezia furfurakan mengalami
perkembangan yang optimal, oleh karena itu, bitik putih seringkali terjadi pada lengan atas bagian
belakang, leher, dada dan wajah.Lalu, Malassezia fufur merupakan bentuk spora dan merupakan bentuk
yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia (Andriana, 2010).
Akibat dari pertumbuhan jamur Malassezia furfur menimbulkan bercak putih, bercak putih
tersebut disebabkan oleh asam dekarboksilase yang dihasilkan oleh jamur yang bersifat kompetitif
inhibitor terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik terhadap melanosit yang
menghasilkan pigmen warna pada kulit (Andriana, 2010).

2.7.3

Etiologi
Menurut Andriana (2010), flora normal pada kulit bisa berubah menjadi patogen atau
menimbulkan penyakit pada manusia, faktor-faktornya adalah faktor eksogen atau yang berasal dari luar
tubuh manusia seperti kelembaban dan suhu yang tinggi, higiene perorangan kurang baik, dan pakaian
yang terlalu tertutup. Faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia sendiri seperti kulit
berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan, dan
kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan
steroid dalam jangka waktu lama.

2.7.4

Pencegahan
Menurut Andriana (2010), cara mencegah timbulnya bakteri/ jamur pada bagian tubuh yaitu :

1.

Mandi dengan menggunakan sabun yang berbahan antiseptik secara rutin, sehari dua kali. Hal tersebut
untuk menghilangkan keringat yang setiap hari keluar dari tubuh. Selain menyebabkan bau asam,
keringat juga akan meningkatkan kelembaban tubuh. Dalam keadaan seperti ini, panu akan mudah
sekali tumbuh.

2.

Tunggu keringat sampai kering. Ketika kondisi tubuh sedang berkeringat apalagi keringat yang
diakibatkan karena kegiatan fisik dapat membuat tubuh lebih mudah terkena jamur panu akibat dari
kelembapan kulit yang berubah drastis.

2.7.5

Pengobatan
Menurut Andriana (2010), cara mengobati timbulnya bakteri/ jamur pada bagian tubuh yaitu :

1. Cara menghilangkan panu dengan menggunakan bawang putih. Caranya, mengambil 1 siung bawang
putih potong menjadi 2 bagian dan gosok-gosokkan ke kulit yang terkena panu.
2.

Selain cara alami diatas, juga bisa mengobati panu dengan obat-obat yang tersedia di apotek
seperti mycoral.

2.8 Bakteri/ jamur yang terdapat di mukosa mulut


2.8.1

Pengertian
Flora utama hidung terdiri dari Korinebakteria, Stafilokokkus (S. epidermidis, S. aureus)
dan Streptokokus (Jawetz dkk, 2005).
Selaput lendir (mukosa) mulut dan faring steril saat lahir namun dapat terkontaminasi sewaktu
melalui jalan lahir. Dalam waktu 4-12 jam setelah lahir, streptococcus viridians menjadi flora tetap yang
utama sepanjang hidup. Mereka mungkin berasal dari saluran nafas ibu dan pengasuhnya. Pada awal
hidupnya, bertambah dengan Stafilokokus aerobic dan anaerob, diplokkus gram negatif,
(Neisseria, Moraxella catarrbalis), Difteroid dan terkadang Lactobacillus. Ketika gigi mulai tumbuh,
muncul Spirochaeta
anaerob,
spesies Prevotella,
spesies Fusobakterium, Spesiesrothia dan
spesies Capnocytophaga muncul bersamaan dengan beberapa vibrio anaerob dan laktobacilli. Spesies
actinomyces secara normal terdapat pada jaringan tonsil dan pada gingival dewasa, begitupula dengan
berbagai macam protozoa. Ragi (spesies Candida) terdapat pada mulut (Jawetz dkk, 2005).
Infeksi pada mulut dan saluran nafas bagian atas sering meliputi bakteri anaerob. Infeksi
periodontal, abses perioral, sinusitis dan mastoiditis teruatama melibattkan Prevotella
melaninogenica, Fusobakterium dan teptostreptokoki. Aspirasi saliva (mengandung sampai dari
organisme-organisme diatas dan aerob) dapat menyebabkan pneumonia nekrotik, abses paru dan
empiema (Jawetz dkk, 2005).

2.8.2

Pathogenesis
Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat,
dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein,
lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta
kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam
mulut (Pelczar, 2008).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga
di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad
renik
ini
tergolong
ke
dalam
genus Streptococcus,
Neisseria,
Veillonella,
Actinomyces dan Lactobacillus (Pelczar, 2008).
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau anaerob
fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti Bacteroides dan bakteri
fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan
anaerobic (Pelczar, 2008).

2.8.3

Etiologi
Faktor penyebab dari penyakit sariawan biasanya dikarenakan karena luka tergigit, terluka
saat menggosok gigi, stress, alergi makanan, makanan berminyak, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang panas, siklus haid, kelainan pencernaan, kebersihan mulut yang tidak terjaga atau karena
kondisi tubuh yang tidak fit serta kurangnya konsumsi vitamin C (Pebrin, 2011).

2.8.4

Pencegahan
Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat daerah bukal dan lidah
dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus direndam dalam larutan
pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan, karena
permukaan gigi tiruan yang tidak rata dan porus menyebabkan candida mudah melekat, dan jika hanya
menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya (Ramansyah, 2011).

2.8.5

Pengobatan
Menurut Ramansyah (2011), beberapa golongan anti jamur yang efektif untuk kasus-kasus pada
rongga mulut, sering digunakan antara lain :

1.

Amfotericine B, dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara
merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan nefrositik.

2.

Miconazole, Clotrimazole, mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel
jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi
ketidaknormalan membrane sel. Digunakan 4x/hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah
kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari/tanggal

: Jumat/04 April 2014

Waktu

: 13.00 s/d selesai

Tempat

: Laboraturium Terpadu FKIK UNTAD

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

3.2.1 Alat
1.

Bunsen

2.

Spray

3.

Kertas A4

4.

Masker

5.

Handskun

6.

Cawan Petri

7.

Lap Halus

8.

Incubator

9.

Korek api
3.2.2 Bahan

1.

Cotton Bud

2.

Alkohol 70%

3.

Medium NA (Natrium Agar)

4.

Medium PDA (Potato Dextrose Agar)

5.

Spritus

6.

Sampel mikroba vagina, lipatan kaki ,selangkangan, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher dan mukosa
mulut.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
3.3.1
1)

Medium NA :
Menyiapkan medium NA (Nutrien Agar).

2)

Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.

3)

Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.

4)

Menyalakan bunsen.

5)

Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada
sampel.

6)

Mensterilkan medium NA (Nutrien Agar) dengan melidahapikan setiap sisi medium NA dengan cara
diputar-putar.

7)

Membuka tutup medium NA (Nutrien Agar) yang telah disterilkan, dengan cara membuka sedikit bagian
medium NA (Nutrien Agar) agar medium NA (Nutrien Agar) yang sudah steril tidak terkontaminasi
mikroorganisme diluar .

8)

Mengoles sampel secara zig-zag pada medium NA (Nutrien Agar).

9)

Mensterilkan kembali medium NA (Nutrien Agar) dengan caramelidahapikan kembali sisi-sisi cawan
petri.

10) Membungkus medium NA (Nutrien Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan kemudian
memasukan sampel ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11) Setelah 24 jam sampel dapat diamati.
3.3.2

Medium PDA :

1)

Menyiapkan medium PDA (Potato Dextrose Agar).

2)

Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.

3)

Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.

4)

Menyalakan bunsen.

5)

Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada
sampel.

6)

Mensterilkan medium PDA (Potato Dextrose Agar) denganmelidahapikan setiap sisi medium PDA
dengan cara diputar-putar.

7)

Membuka tutup medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang telahdisterilkan, dengan cara membuka
sedikit bagian medium PDA (Potato Dextrose Agar) agar medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang
sudahsteril tidak terkontaminasi mikroorganisme diluar .

8)

Mengoles sampel secara zig-zag pada medium PDA (Potato Dextrose Agar).

9)

Mensterilkan kembali medium PDA (Potato Dextrose Agar) dengan cara melidahapikan kembali sisi-sisi
cawan petri.

10) Membungkus medium PDA (Potato Dextrose Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan
kemudian memasukan sampel kedam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11) Setelah 24 jam sampel dapat diamati.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari/tanggal

: Jumat/04 April 2014

Waktu

: 13.00 s/d selesai

Tempat

: Laboraturium Terpadu FKIK UNTAD

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
3.2.1 Alat
1.

Bunsen

2.

Spray

3.

Kertas A4

4.

Masker

5.

Handskun

6.

Cawan Petri

7.

Lap Halus

8.

Incubator

9.

Korek api

3.2.2 Bahan
1.

Cotton Bud

2.

Alkohol 70%

3.

Medium NA (Natrium Agar)

4.

Medium PDA (Potato Dextrose Agar)

5.

Spritus

6.

Sampel mikroba vagina, lipatan kaki ,selangkangan, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher dan mukosa
mulut.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
3.3.1

Medium NA :

1)

Menyiapkan medium NA (Nutrien Agar).

2)

Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.

3)

Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.

4)

Menyalakan bunsen.

5)

Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada
sampel.

6)

Mensterilkan medium NA (Nutrien Agar) dengan melidahapikan setiap sisi medium NA dengan cara
diputar-putar.

7)

Membuka tutup medium NA (Nutrien Agar) yang telah disterilkan, dengan cara membuka sedikit bagian
medium NA (Nutrien Agar) agar medium NA (Nutrien Agar) yang sudah steril tidak terkontaminasi
mikroorganisme diluar .

8)

Mengoles sampel secara zig-zag pada medium NA (Nutrien Agar).

9)

Mensterilkan kembali medium NA (Nutrien Agar) dengan caramelidahapikan kembali sisi-sisi cawan
petri.

10) Membungkus medium NA (Nutrien Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan kemudian
memasukan sampel ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11) Setelah 24 jam sampel dapat diamati.
3.3.2

Medium PDA :

1)

Menyiapkan medium PDA (Potato Dextrose Agar).

2)

Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.

3)

Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.

4)

Menyalakan bunsen.

5)

Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada
sampel.

6)

Mensterilkan medium PDA (Potato Dextrose Agar) denganmelidahapikan setiap sisi medium PDA
dengan cara diputar-putar.

7)

Membuka tutup medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang telahdisterilkan, dengan cara membuka
sedikit bagian medium PDA (Potato Dextrose Agar) agar medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang
sudahsteril tidak terkontaminasi mikroorganisme diluar .

8)

Mengoles sampel secara zig-zag pada medium PDA (Potato Dextrose Agar).

9)

Mensterilkan kembali medium PDA (Potato Dextrose Agar) dengan cara melidahapikan kembali sisi-sisi
cawan petri.

10) Membungkus medium PDA (Potato Dextrose Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan
kemudian memasukan sampel kedam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11) Setelah 24 jam sampel dapat diamati.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Medium NA

No.

Sampel

Ket. Morfologi

Gambar

Ket.

Bentuk : ireguler
(tidak beraturan,
bertepi)
Ukuran : sedang
Elevasi : flat
(ketinggian tidak
terukur, nyaris
vagina
rata dengan
medium)

1.

Permukaan :
berkerut

Terdapat
bakteri

bakteri

Margin : entire
(tepian rata)
Warna : putih

Bentuk : ireguler
Ukuran : pinpoint

2.

Lipatan Elevasi : flat


kaki
Permukaan : halus
mengkilap

Terdapat
bakteri

Margin : lobate
Warna : putih

bakteri

Bentuk : ireguler
Ukuran : besar

3.

Selangka- Elevasi : raiset


ngan
Permukaan : halus
mengkilap

Terdapat
bakteri

Margin : labate
Warna : putih

bakteri
Terdapat
bakteri
dan
jamur

Bentuk : sirkuler
Ukuran : kecil

4.

Lipatan
tangan
(ketiak)

Elevasi : raiset
(ketinggian
terlihat nyata)
Permukaan : halus
mengkilap
Margin : entire
Warna : putih

bakteri
jamur

Terdapat
bakteri
dan
jamur

Bentuk : sirkuler
Ukuran : pinpoint

5.

Lipatan Elevasi : flat


leher
Permukaan : halus
mengkilap
Margin : entire
Warna : putih

bakteri
jamur

Bentuk : sirkuler

bakteri

Ukuran : pinpoint

6.

Mukosa Elevasi : flat


mulut
Permukaan : halus
mengkilap

Terdapat
jamur

Margin : entire
Warna : putih

jamur

4.1.2 Tabel Medium PDA


No.

Sampel

Ket. morfologi

Gambar

Ket.
Terdapat
bakteri
dan
jamur

Bentuk : sirkuler (bulat,


bertepi)
Ukuran : sedang

1.

Elevasi : konveks (bentuk


cembung seperti
tetesan air)
Vagina
Permukaan : halus
mengkilap
Margin : entire (tepian
rata)
Warna : putih

jamur

bakteri

Terdapat
bakteri
dan
jamur

Bentuk : pinpoint
Ukuran : kecil

2.

Lipatan
kaki

Elevasi : flat
Permukaan : halus
mengkilap
Margin : lobate
Warna : putih
jamur

bakteri
Terdapat
bakteri
dan
jamur
Bentuk : ireguler
Ukuran : moderat
3.

Selangka Elevasi : flat


ngan
Permukaan : berkerut
Margin : entire
Warna : putih

jamur

bakteri

Bentuk : sirkuler

4.

Lipatan
tangan
(ketiak)

Ukuran : kecil
Elevasi : flat

Terdapat
bakteri

Permukaan : halus
Margin : entire
Warna : putih

bakteri

Bentuk : sirkuler
Ukuran : pinpoint
5.

Lipatan
leher

Elevasi : flat
Permukaan : halus
Margin : entire
Warna : putih

Terdapat
bakteri

bakteri

Bentuk : rezoid
Ukuran : besar
6.

Mukosa
mulut

Elevasi : flat

Terdapat
jamur

Permukaan : halus
Margin : filamentous
Warna : putih

jamur

4.2 Pembahasan
Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu
yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan
mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu bunsen, spray yang digunakan untuk
menyemprotkan alkohol, kertas A4 digunakan untuk mempertahankan suhu pada saat berada dalam
inkubator, masker digunakan untuk menutup mulut dan hidung, handskun untuk membungkus tangan
agar tetap steril, cawan petri sebagai wadah medium NA dan PDA, lap halus untuk membersihkan meja,
inkubator yang berfungsi sebagai tempat untuk pertumbuhan bakteri dengan suhu tertentu dan

inkubator yang digunakan pada percobaan ini bersuhu 300C, korek api digunakan untuk menyalakan
bunsen. Bahan yang digunakan yaitu cotton bud yang berfungsi untuk mengambil sampel,
alkohol sebagai aseptis yang berfungsi sebagai tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas
kuman dan bakteri patogen, medium NA (Natrium Agar) sebagai tempat berkembangnya bakteri,
medium PDA (Potato Dextrose Agar) sebagai tempat berkembangnya jamur, spritus sebagai bahan
bakar buret dan sampel mikroba vagina, lipatan kaki, selangkangan, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher
dan mukosa mulut.
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan
perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging
dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai
pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam
sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA)
merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium
ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri.
Potato Dextrose Agar (PDA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan alami
(kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang
sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari Potato infusion 200 gram, dextrose 20 gram, agar 15
gram dan akuades. Dalam hal ini kentang digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber
karbon (karbohidrat), vitamin dan energi. Agar digunakan untuk memadatkan medium PDA, akuades
untuk melarutkan agar, dextrose dan kentang. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber
makanan untuk jamur dan khamir.
Pada percobaan kali ini langkah awal yang dilakukan yaitu tindakan aseptis untuk
mensterilkan meja dan kedua tangan dengan antiseptik, yang bertujuan agar tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme yang berada di lingkungan luar, tidak lupa pula menggunakan masker. Menyalakan
bunsen untuk mensterilkan cawan sebelum dimasukan sampel. Cawan petri harus disterilkan untuk
meminimalisir mikroorganisme lain yang berada di lingkungan luar agar tidak terkontaminasi dengan
media yang akan dipakai untuk menumbuhkan bakteri. Setelah selesai mengoleskan sampel pada
medium NA dan PDA sampel kemudian dibungkus menggunakan kertas A4 secara terbalik. Terakhir,
medium yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 30 0C.
Inkubator yang digunakan bersuhu 300C karena bakteri dan jamur mudah berkembang pada suhu
tersebut.
Sampel pertama yang diamati yaitu vagina, berdasarkan hasil pengamatan bakteri
pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat sangat banyak bakteri. Bakteri tersebut berukuran sedang,
berbentuk ireguler, elevasi flat, permukaan berkerut,margin entire dan berwarna putih. Sedangkan pada
medium PDA (Potato Dextrose Agar ) terlihat adanya bakteri dan jamur yang berukuran sedang,
berbentuk sirkuler, elevasi sedang, permukaan mengkilap dan halus, margin entire dan berwarna
putih.Pada sampel yang dibiakkan di NA terdapat bakteri karena medium NA merupakanmedium untuk

menumbuhkan bakteri. Pada sampel yang dibiakkan di PDA juga diperoleh bakteri, hal ini menandakan
bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media PDA telah terkontaminasi dengan
mikroorganisme
yang
berada
dilingkungan
luar. Penghuni
utama
vagina
dewasa
adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan
epitelium vagina dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding
vagina disebakan oleh kegiatan indung telur, hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun
setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina
terpelihara pada sekitar 4,4 sampai 4,6. Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah
ini dijumpai di dalam vagina dan mencakupEnterococcus, Candida albicans dan sejumlah besar bakteri
anaerobik. Masalah yang biasanya ditimbulkan oleh mikroorganisme pada vagina yaitu keputihan.
Sampel kedua yang diamati yaitu lipatan kaki, berdasarkan hasil pengamatan bakteri
pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat sangat banyak bakteri. Bakteri tersebut berukuran pinpoint,
berbentuk ireguler,
elevasi flat,
permukaan halus
mengkilap, margin lobate dan
berwarna
putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur
yang berukuran kecil,
berbentukpinpoint,
elevasi flat,
permukaan mengkilap
dan
halus, margin lobate dan berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di NA terdapat bakteri karena
medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Pada sampel yang dibiakkan di
PDA juga diperoleh bakteri, hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini
kemungkinan media PDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan
luar. Mikroorganisme yang terdapat pada lipatan kaki yaituTrichophyton
rubrum.
Mikroorganisme Trichophyton rubrum yang berlebih akan mengakibatkan kutu air. Hal ini biasanya
terjadi pada orang yang menggunakan sepatu dalam waktu yang lama karena mikroorganisme
berkembang pada tempat yang lembab.
Sampel ketiga yang diamati yaitu selangkangan. Berdasarkan hasil pengamatan bakteri
pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat adanya bakteri, bakteri tersebut berukuran besar,
berbentuk ireguler,
elevasi raiset,
permukaan halus
mengkilap, margin lobate dan
berwarna
putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur
yang berukuran moderat, berbentukireguler, elevasi flat, permukaan berkerut, margin entire dan
berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di NA terdapat bakteri karena medium NA
merupakanmedium untuk menumbuhkan bakteri. Pada sampel yang dibiakkan di PDA diperolehbakteri,
hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media PDA telah
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Mikroorganisme yang tumbuh
di daerah selangkangan menyebabkan bau yang tidak sedap, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor
seperti aktifitas yang berlebih atau terlalu banyak bergerak. Tinea cruris merupakan mikroorganisme
yang terdapat di selangkangan, mikroorganisme yang berlebih dapat berdampak buruk bagi tubuh, yaitu
terasa gatal pada daerah selangkangan bahkan sampai memerah.
Sampel keempat yang diamati yaitu lipatan tangan (ketiak), berdasarkan hasil pengamatan
bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur yang berukuran kecil,
berbentuk sirkuler, elevasi raiset, permukaan halus dan mengkilap, margin entire dan berwarna
putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri

yang berukuran kecil, berbentuk sirkuler, elevasi flat, permukaan halus, margin entire dan berwarna
putih. Pada sampel yang dibiakkan di NA terdapat bakteri karena medium NA merupakan medium
untuk menumbuhkan bakteri. Namun juga diperoleh jamur, hal ini menandakan bahwa pada saat
melakukan percobaan ini kemungkinan media NA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang
berada di lingkungan luar. Sedangkan pada media PDA yang seharusnya ditumbuhi jamur malah tumbuh
bakteri, hal ini juga dikarenakan mediaPDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada
di lingkungan luar.
Sampel kelima yang diamati yaitu lipatan leher, berdasarkan hasil pengamatan bakteri
pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur, yangberukuran pinpoint,
berbentuk sirkuler, elevasi flat, permukaan halus dan mengkilap,margin entire dan berwarna
putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri
yang berukuran pinpoint, berbentuk sirkuler, elevasi flat, permukaan halus, margin entire dan berwarna
putih. Pada sampel yang dibiakkan di NA terdapat bakteri karena medium NA merupakan medium
untuk menumbuhkan bakteri. Namun juga diperoleh jamur, hal ini menandakan bahwa pada saat
melakukan percobaan ini kemungkinan media NA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang
berada di lingkungan luar. Sedangkan pada media PDA yang seharusnya ditumbuhi jamur malah tumbuh
bakteri, hal ini juga dikarenakan mediaPDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada
di lingkungan luar.Kemungkinan bakteri yang terdapat pada lipatan kulit ini biasanya bakteri Malassezia
furfur. Bakteri ini jika melebihi batas maka akan menyebabkan penyakit panu.
Pada sampel terakhir yaitu mukosa mulut, berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium
NA (Nutrient Agar) diperoleh hasil yang menunjukan bulatan yang kecil berwarna putih,
berukuran pinpoint, berbentuk sirkuler, memiliki elevasi flat, permukaannya halus mengkilap dan
margin entire. Pada sampel yang dibiakkan di NA terdapat bakteri karena medium NA
merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Sedangkan pada pengamatan bakteri pada medium
PDA (Potato Dextrose Agar) diperoleh hasil yang menunjukan bulatan yang kecil berwarna putih,
berukuranbesar,
berbentuk rizoid,
memiliki
elevasi
flat,
permukaannya
halus
dan
marginfilamentous. Dari hasil itu juga diperoleh bakteri dan tidak tumbuh jamur, hal itu dikarenakan
pada saat penempelan bakteri pada media, kurang menempel. Oleh karenanya bakteri yang
dihasilkan tidak terlihat jelas, hanya satu bulatan putih tersebut.
Dari satu bulatan yang berwarna putih yaitu koloni bakteri, yang jumlahnya kemungkinan satu
koloni lebih dari lima ratus sampai beribu-ribu juta sel bakteri. Pada sampel mukosa mulut ini terdapat
jamur pada medium NA, hal ini menandakan bahwa media NA tersebut telah terkontaminasi dengan
organisme di luar lingkungan. Hal ini terjadi kemungkinan pada saat memasukan sampel pada media ini
telah masuk organisme di luar lingkungan entah terkontaminasi dari tangan ataupun dari nafas,
sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur. Flora normal yang menetap di mulut yaituStreptococcus,
Neisseria, Actynomyces, Lactobacillus. Streptococcus salivariusadalah spesies bakteri dominan flora
mulut manusia dan merupakan spesies yang paling sering diidentifikasi menyebabkan kasus meningitis
bakteri yang terjadi setelah prosedur injeksi tulang belakang karena kontaminasi dari situs prosedur
dengan air liur.

Pada tubuh kita bukan hanya terdapat bakteri atau jamur yang merugikan namun ada juga
beberapa jenis bakteri yang membantu proses metabolisme, untuk mencegah dampak negatif dari
jamur dan bakteri ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya menjaga kebersihan diri
dengan sering mandi minimal 2 kali sehari, menjaga kebersihan makanan ataupun minuman yang akan
dikonsumsi, memperhatikan kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya dan masih
banyak lagi hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah dampak negatif dari bakteri atau jamur.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat wajib untuk mengetahui flora normal pada tubuh
manusia karena flora normal yang berlebih pada tubuh dapat menggagu kehidupan sehari-hari. Sebagai
mahasiswa kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi flora normal
yang berlebih yaitu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu :
1.

Mikroba yang tumbuh pada medium NA adalah hanya bakteri, sedangkan mikroba yang tumbuh pada
medium PDA adalah kapang dan khamir.

2.

Biakan murni adalah biakan yang terdiri atas satu spesies yang ditumbuhkan dalam medium buatan.

3.

Pada
vagina
terdapat
mikroorganisme Laktobacillus, pada
lipatan
kaki
terdapat
mikroorganisme Trichophyton rubrum, mikroorganisme yang terdapat pada selangkangan
adalah Tinea cruris, pada lipatan tangan (ketiak) terdapatmikroorganisme spesies Candida, pada lipatan
kulit leher terdapat mikroorganisme Malassezia furfur dan mikroorganisme yang menetap di
mulutyaitu Streptococcus.
5.2 Saran
5.2.1 Instansi Kesehatan
Diharapkan kepada para instansi kesehatan agar dapat mensosialisasikan bahwa pentingnya
selalu membersihkan tubuh menggunakan sabun anti septik. Karena flora normal selalu ada pada tubuh
kita walaupun kita sudah membersihkannya.
5.2.2 Asisten Dosen
Diharapkan saat melakukan praktikum ini asisten dosen dapat memastikan alat dan bahan steril
agar hasil pengamatan lebih baik dan diharapkan asisten dosen dapat menjelaskan flora normal pada
sampel lebih detail lagi.

5.2.3 Mahasiswa Kesehatan Masyarakat


Diharapkan kepada mahasiswa kesehatan masyarakat yang telah belajar tentang flora normal
agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan contoh kepada
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana. 2010. Panu, penyebab, gejala dan cara mengobati. http:// panu-penyebabgejala-dan-cara-mengobati.html. diakses pada rabu, 8 April 2014. 13:20.
Hastini
Dinah.
2009. Pencegahan
dan
Pengobatan
Keputihan.
bebaskeputihan.blogspot.com/2009/12/pencegahan-keputihan.html.
pada rabu, 8 April 2014. 11:20.

http://
diakses

Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Buku 1. Salemba medika. Jakarta.

Mawarni Iga. 2012. Penyakit yang disebabkan oleh jamur. http:// igamondo.
blogspot.com/2012/12/penyakit-yang-disebabkan-oleh-jamur.html. diakses
pada rabu, 8 April 2014. 12:00.
Michael J. Pelczar dan E.C.S Chan. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI-Press. Jakarta.

Nurirjawati.
2012. Laporan
Lengkap
Alat
dan Medium.
http://nurirjawati.
wordpress.com/2012/01/21/laporan-lengkap-alat-dan-medium/.Diakses pada rabu, 8
April 2014. 10:50.
Panjaitan H., dkk. 2011. Identifikasi Fungi yang Berkembang pada Batang Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pasca
Penebangan.
Universitas
Sumatera
Utara.
Medan.
(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/view/2823). Diakses pada selasa, 8 April 2014. 21:36.

Pebrin. 2011. Mikroorganisme. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


Pelczar. Michael. J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Ramansyah, B. 2011. Kandidiasis Oral. http: // /Kandidiasis Oral _ CaRameLite.


htm. Diakses pada hari rabu, 9 April 2014 pukul 07:21 WITA.
Simatupang, M,. 2009. Candida Albicans. Universitas Sumatera Utara. Medan.
(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/view/2823). Diakses pada
pada selasa, 8 April 2014. 21:36.
Supriono. 2010. Epidemologi Kesehatan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Jeweltz,Melnick. 2005 Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Salemba Medika, Jakarta
M. Guli, Musjaya. 2012. Penuntun Praktikum Agent Penyakit. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA
Universitas Tadulako. Palu
Pelczar. Michael. J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia, Jakarta.
http//messoffaword press/2012 diakses hari kamis (22 maret 2012, 21:32)
http//pemburu mikroba.blogspot.com/2012 diakses hari kamis (22 maret 2012, 21:15)

MIKRO FLORA NORMAL


Setelah kita mengetahui beberapa laboratorium kesehatan, maka pada artikel kesehatan
kali ini akan memaparkan secara ringkas tentang mikro flora normal yang terdapat pada
tubuh kita. Referensinya dapat dilihat di Mikrobiologi Kedokteran buku 1 karangan Jawetz,
Melnick, dan Adelbergs ataupun pada buku tentang mikrobiologi lainnya karena secara
umum sama.
Mikro flora normal itu sendiri merujuk kepada sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada
kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Mikro flora normal pada
kulit ini dapat di bagi menjadi :
1.
2.

Flora Tetap (Resident Flora)


Flora Sementara (Transient Flora)

PERAN FLORA TETAP


Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh
tertentu bergantung kepada factor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya
nutrisi tertentu serta beberapa zat penghambat.
Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan
berbagai zat makanan. Flora yang menetap di selaput lender dan kulit dapat mencegah
kolonisasi oleh bakteri pathogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bekteri.
Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi tertentu.
Contohnya, streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok organnisme yang
biasa menghi=uni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam jumlah banyak,
maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan
menimbulkan endokarditis infektif.
Namun demikian flora normal ini tidak berbahayajika tidak berada pada lokasi asing dalam
jumlah banyak dan adanya factor-factor predisposisi dan dapat pula bermanfaat bagi tubuh
inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya.

FLORA NORMAL PADA KULIT


Mikroorganisme utama pada kulit adalah difteroid aerobic dan anaerobic (misalnya
corynebacterium, propionibacterium), stafilokokkus aerobic dan anaerobic non hemolitikus
(Staphylococcus epidermidis, kadang-kadang S. aureus dan golongan peptostreptococcus),
basil gram postif aerobic, bakteri pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air,
tanah; streptococcus alfa hemoliticus (S. viridians) dan enterococcus; dan basil coliform
gram negative serta acitenobacter. Jamur dan ragi sering terdapat pada lipatan-lipatan kulit;

micro bacteria tahan asam nonpatogen terdapat pada daerah-daerah yang kaya
sekresilemak/sebum (genital, telingan bagian luar).
Factor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah,
asam lemak pada sekresi sebasea danadanya lisozim. Jumlah mikroorganisme pada
permukaan kulit mungkin bias berkurang dengan jalan menggosok-gosoknya dengan sabun
yang mengandung heksaklorofen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul
kembali dari kelenjar sebasea dan keringat.

FLORA NORMAL PADA MULUT DAN SALURAN NAFAS BAGIAN ATAS


Pada hidung terdapat flora normal utama yaitu dari Corinebacteria, stafilococcus (S.
epidermidids, S. aureus) dan streptococcus.
Saat lahir, selaput lendir(mukosa) pada mulut dan faring akan terkontaminasi oleh flora.
Kemudian setelah 4 12 jam setelah lahir flora seperti Streptococcus viridians menjadi flora
tetap yang utama sepanjang hidup.
Ketika gigi mulai tumbuh, akan muncul spirochaeta anaerob, spesies prevotella
(terutama P. melaninogenica), spesies fusobakterium, spesies rothia dan spesies
capnocytophaga muncul secara bersamaan dengan vibrio anaerob dan lactobasili. Spesies
Actinomyces secara normal terdapat pada jaringan tonsil dan pada gingival orang dewasa,
begitu pula dengan beberapa protozoa. Begitu pula dengan ragi (spesies Candida) terdapat
pada mulut.
Faring dan Trakhea
Pada daerah ini juga terdapat flora normal yang sama. Organism normal pada saluran
nafas bagian atas, teruatama pada faring adalah streptococcus non hemoliticus dan alfa
hemoliticus serta Neisseria.

I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk
kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari
identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka
sangat mustahill untuk dilakukan. Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan
sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria (Pelczar,1986).
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih
mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu
mikroorganisme tersebut. Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi
dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1993).
Di dalam suatu populasi bakteri, tidak semua sel mampu hidup terus. Yang dianggap sebagai sel hidup
ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel
yang mampu hidup terus inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup. Pada
jumlah total sel ikut dihitung semua sel yang nampak atau yang dapat dihitung dengan cara lain, sehingga dengan
demikian sel-sel mati dan cacat ikut dihitung. Cara apapun yang digunakan, jumlah koloni dihitung sesudah inkubasi
(Gaman,1994).

Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara
pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara
pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan(Waluyo, 2007).
Untuk metode streak plate misalnya, mikrobia diletakkan dalam pada ujung plate
menggunakan ose,lalu digoreskan pada permukaan medium agar tersebut dengan pola tertentu
yang khas. Ada pula metode pour plate atau penuangan. Metode ini dapat digunakan untuk
penghitungan bakteri secara langsung. Karena sebelum dituang bakteri tersebut diencerkan
terlebih dahulu. Sehingga syarat penghitungan langsung yaitu dalam 1 media terdapat 30-300
koloni dapat terpenuhi(Prescott et.al.2008).
Metode pengenceran yaitu dengan mengencerkan misalnya 1 ose bakteri dengan air. Lalu
hasil pengenceran tersebut diencerkan lagi dengan beberapa ketentuan. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi konsentrasi bakteri
(Barazandeh,2008).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan isolasi mikroorganisme dengan berbagai metode melalui
media agar.
2. Dapat memberikan penjelasan tentang isolasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini sangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus
spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit. Mereka terdapat
dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan beribu- ribu mikroorganisme.
Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam
mikroorganisme. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapang dan sebagainya. Populasi dari
mikroba yang ada di lingkungan ini sangatlah beraneka ragam dan masih dalam bentuk campuran Oleh karena itu, di
dalam penelaahan terhadap suatu mikroorganisme, selain ditumbuhkan juga perlu dilakukan isolasi. Isolasi mikroba
berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan murni (populasi sel yang
semuanya berasal dari satu sel induk) Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini
memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah
biakan campuran, menjadi spesies yang berbeda- beda yang dikenal dengan istilah biakan murni, dengan kata lain
terdiri dari beberapa jenis mikroorganisme atau belum murni. Biakan murni ini terdiri dari satu populasi sel yang
semuanya berasal dari satu sel induk (Hans, 1996)
Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya.
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan
hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan
sangan beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil
diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian
misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu
antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ani,2002).
Teknik Pemindahan Biakan
Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan biakan bakteri dari satu wadah ke wadah
lain, secara aseptik sehingga hanya biakan murni yang diharapkan yang tumbuh. Hal ini sangat penting dalam tahap
awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok kultur ( bukan dari substrat). Kegagalan dalam hal
pemindahan biakan dapatmenyebab kankontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan.
Pemindahan bakteri dari medium lama kemedium baru memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita
harus mengusahakan agar semua alat-alat yang kan digunakan untuk mengerjakan medium dan pengerjaan inokulasi

benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari kontaminasi yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan
sehingga biakkan yang tumbuh di dalam medium adalah benar-benar biakan murni (Dwiyana, 2012).
Teknik Pertumbuhan Mikroorganisme
1.

Teknik Piringan Goresan (Streak plate method)


Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 45 C, dituang ke dalam cawan petri steril (cawan gelas dengan

garis tengag tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian dengan kawat gelang menginokulasi yang
penuh dengan biakan campuran (misalnya specimen ludah atau bahan lain), goresan dilakukan diatas permukaan
agar. Ada beberapa metode penggorean yang berbeda, namun kesemua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian
besar organism pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan kawat gelang
kian kemari dari satu bagian ke bagian lain. Cawan petri, bakteri yang tertinggal pada kawat gelang semakin
berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu
sama lain, sehingga setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar
terpisah satu sama lain. Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril, dan akan tumbuhlah biakan
murni. (Dwiyana, 2011)
2. Metode Tuang (pour-plate method)
Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar mencair yang telah
didinginkan pada suhu 450c. isinya diaduk untuk memencarkan bakteri keseluruh medium. Campuran itu kemudian
ditungkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan padat pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium tujuan
pada kedua proses ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain sehingga sel-sel itu akan tumbuh menjadi kolonikoloni yang terpisah didalam medium yang padat.
Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan biakan murni. Dalam praktek, sering
piringan kedua digores kembali dengan organism yang berasal dari koloni yang diidolasi untuk menjamin bahwa
hasil yang diperoleh adalah biakan murni (Dwiyana, 2011).
3.
Teknik Sebar (spread plate)
Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan digunakan
(Trianda, 2011).
4.
Teknik Pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu
tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut.
Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan
besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga
kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
5. Teknik Micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator, kemudian ditempatkan
dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan ( Trianda, 2011).

air

A. Teori Umum
Mikroorganisme terdapat dimana-mana disekitar kita.mereka menghuni tanah,
air dan atmosfer. Mikroorganisme dalam lingkungan alamiah jarang terdapat sebagai
biakan murni. Berbagai sedimen tanah atau air boleh jadi mengandung bermacammacam spesies cendawan, protozoa, algae, bakteri dan virus. Karena itu konsep kultur
murni yang ditekankan terdahulu harus dinilai kembali dalam penelaan ekosistem
mikroba. Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik didalam lingkungan
hanya

selama

kondisinya

menguntungkan

bagi

pertumbuhan

dan

untuk

mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan radialdalam hal suhu atau pH, yang
membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka
organisme yang telah teradaptasi dengan baik dalam keadaan lingkungan terdahulu
(Pelezaer Jr. Michael, ESC Chan., 2001).
Di dalam alam, mikroba terdapat berbagai populasi campuran dari berbagai
jenis mikroba yang berbeda. Dengan ilmu pengetahuan tentang mikrobiologi, maka
dapat dipelajari spesies mikroba yang telah dipisahkan (diisolasi), tumbuh dalam suatu
lingkungan yang bebas dari pencemaran oleh bentuk-bentuk kehidupan lain. Untuk
mempelajari kehidupan mikroba perlu dilakukan kulturisasi (pembiakan) dan isolasi
(pemisahan) mikroba yang umumnya membutuhkan teknik-teknik tertentu (Sutedjo,
1997).
Beberapa mikroorganisme merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh
dimana-mana, sehingga secara umum dapat dibagi menjadi beberapa spesies. Dalam
proses pemisahan harus dilakukan dengan tepat dan penuh ketelitian. Setelah suatu
medium telah terisi mikroba maka kegiatan identifikasi dapat dilakukan (Oetomo Hadi,
Ratna Sari., 1990).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mikroorganisme di alam terdistribusi
dimana-mana dalam jumlah yang besar dan sangat kompleks. Beratus-ratus spesies
mikrorganisme yang meghuni bermacam-macam pada bagian tubuh kita, seperti di

dalam mulut, saluran pencernaan dan kulit, dan mereka dalam jumlah yang banyak.
Sebagai contoh adalah sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme.
Penelitian perlu dilakukan, terutama apabila akan memisahkan populasi campuran
mikroorgansime dari alam yang disebut biakan campuran menjadi spesies-spesies
yang berbeda-beda menjadi suatu biakan murni yang terdiri atas satu jenis
mikroorganisme (Jide, 2003).
Inokulasi (penanaman bakteri) merupakan pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru minta banyak ketelitian. Untuk itu terlebih
dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut-paut dengan medium
dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril, ini untuk menghindari kontaminasi yaitu
masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan (Dwidjaseputro, 1998).
Untuk meumbuhkan suatu biakan bakteri dalam media steril sejumlah sel-sel
(inokulum) dipindahkan (diinokulasi) kedalam media dengan perlakuan khusus untuk
mempertahankan kemurnian dari biakan. Pada waktu inokulasi, jarum yang digunakan
untuk memindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api segera sebelum dan sesudah
melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan setiap bentuk kehidupan yang
ada pada permukaan jarum atau alat pemindah (Sutedjo, 1997).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapa
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Bila
digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu
kecil dan tidak tetap tinggal ditempatnya (Sutedjo, 1997).
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan,
dan tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, benang, serupa akar, serupa
kumparan. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berkisar bentuk dan tepi koloni dan
sifat itu dinyatakan dengan pedang, seperti duri, serupa tasbih, serupa titik, serupa
batang, dan serupa akar (Volk W.A.F Wheeter., 1998).

smi

n
anan
n

B. Uraian Bahan
1. Agar (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: Agar
Sinonim
: Agar-Agar
: Berkas potongan memanjang, berlekatan atau berbentuk keping, serpih atau butiran, jingga
lemah kekuningan sampai kuning pucat atau berwarna, tidak berbau atau lemah, rasa
berlendir.
: Praktis tidak larut dalam air , dan larut dalam air mendidih.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai bahan pemadat medium NA.

2. Alkohol 70 % (Ditjen POM III, 1979)


: Aethanolum
: Alkohol
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
: Sangat mudah larut dalam air, kloroform P dan dalam eter P.
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
: Sebagai aseptis
3. Aquades ( Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
Sinonim

: Aqua destillata
: Aquades, air suling

: H2O / 18,02

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

an

: Sebagai pelarut

mi

nan

4. Glukosa (Dirjen POM , FI III, 1979 : 268)


:

GLUKOSUM

Glukosa

C6H12O6 / 198,17

Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis

Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam etanol (95) P. Mendidih

dalam wadah tertutup rapat

sebagai pereaksi
C. Uraian sampel

1. Air laut Akkarena


2. Air sumur bor Muhammad Yamin
3. Air sumur Singa
4. Air PDAM Daya
5. Kotoran hidung
6. Kotoran kulit
7. Urin
8. Saliva
9. Slay Olay
Komposisi: tepung terigu, fruktosa, minyak nabati, glukosa, gula, puree nanas, susu bubuk,
garam, pengatur keasaman, lesithin kedelai, pectin, bahan pengembang ( ammonium
bikarbonat, natrium bikarbonat), kalsium bikarbonat, kalsium karbonat, panile, perisa nanas,
pewarna makanan, premis piramin,
Informasi nilai gizi:

Energy total

170 kkal

Energy lemak

45kkal

Lemak total

5g

5%akg

Protein

2g

3%akg

Karbohidrat total

30g

10%akg

Gula

13g

Natrium

120mg

Vitamin b1

25%akg

Vitamin b2

10%

Vitamin b6

20%

Vitamin b12

15%

Kalsium

6%

Produksi
10. Nissin Crispy

: PT. Mayora Indah

5%akg

mposisi

duksi

masi gizi

osisi

masi gizi

: Tepung Terigu, Lemak Nabati, Gula, Keju, Susu Bubuk, Soda Kue, Garam, Lesitin
Kedelai, Bumbu Sapi Panggang, Penguat Rasa (MSG), Perisa Keju, Pewarna Makanan
Tartrazin Cl 19140
: PT. NISSIN BISCUIT INDONESIA
11. Teh Pucuk Harum
Komposisi

: Air, Gula, Teh Melati (Pucuk daun teh pilihan)

: Kandungan energi total 150 kkal. Lemak dan protein 0 g, karbohidrat 39 g, gula 20 g,
dan natrium 20 mg
Produksi

: PT. Mayora Indah

12. Buavita Jambu Biji


: Sukrosa,

perisa

jambu,

vitamin

C,

garam,

pewarna

alami

karmin

(CI

73015), pengatur keasaman asam sitrat, pemantap nabati, vitamin A, air, dan buah
jambu.
: Lemak total 0 g, Protein 17 g, Karbohidrat 1 g, serat 10 g, Gula 55 g, Natrium, Kalium,
Vitamin C, Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B3, Vitamin B6, Asam folat, dan Vitamin C.
Produksi

: PT. Ultra Jaya Milk

13. Tanah BTP


14. Tanah Hj. Kalla
15. Tanah Rappocini
16. Tanah Pettarani (Maros)
D. Uraian Mikroba
1. Escherichia coli (Chairuddin, 1999)
Kingdom : Prokariotik
Divisio
: Cyanobacteria/Bacteria
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Familia
: Enterobacteriaceae / Escherichieae
Genus
: Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Morfologi

: Sel bakteri Escherichia coli berbentuk batang dengan kedua sisinya sejajar dan
kedua kutub atau ujungnya berbentuk cembung; mempunyai ukuran panjang dengan
rentang 2 3 m, dan lebar 0,6 m, dan bersifat gram-negatif.
2. Staphylococcus aureus (Chairuddin, 1999)
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Scotobacteria
Ordo
: Eubacteriales
Familia : Micrococeaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus

Morfologi: Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya, agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8 1,0 mikron.
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan,
menggerombol, dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombol
yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan
padat, sedangkan dari pembenihan kaldu biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun
sebagai rantai pendek. Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif.
Hanya kadang-kadang yang gram negatif dapat ditemukan pada bagian tengah

gerombolan kuman, pada kuman yang telah difagositosis dan pada biakan tua yang
hampir mati.
3. Salmonella thyposa (Pelczaer,1986)
Kingdom : Procaryotae
Divisio
: Protophyta
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonella
Species : Salmonella thyposa
Morfologi :Merupakan kuman gram negatif, tidak berspora, banyaknya/besarnya bervariasi, bergerak
dengan flagel peritrik tumbuh dengan cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak
merugikan laktosa/sukrosa. Cenderung menghasilkan hydrogen sulfide, dapat hidup
dalam air yang dibekukan. Untuk masa yang lama resisten terhadap zat kimia tertentu
seperti hijau brilliant, Na-tetrationat, Na-dioksi kholat, menghambat kuman koliform dan
bermanfaat untuk mengisolasi.
4. Streptococcus mutans (Pelczaer, 1986)
Kingdom : Procaryotae
Divisio
: Protophyta (Schizophyta)
Class
: Schyzomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Micrococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
Morfologi : Sel berupa batang, bersifat aerobik, bergerak dengan flagel, membentuk endospora
tersebar luas dalam tanah dan terbawa oleh partikel-partikel debu diudara, mempunyai
habitat pada tanah, air, lingkungan aquatic sel pencernaan hewan maupun pada
manusia.
D. Prosedur Kerja (Suriawira,2005)
a. Penuangan Media
1.

Media yang telah kita buat minggu kemarin, kita panaskan sampai cair.

2.

Telah tersedia 3 cawan petri dan 6 tabung reaksi. Cawan petri masing-

masing diisi 15 ml media NA, MCA dan SDA. Pipet menggunakan pipet volume

20 ml. sedangkan tabung reaksi diisi 2 ml media yang sama dengan tegak dan
miring. Pipet menggunakan pipet volume 5 ml. beri label.
3.

Pada cawan putar sekali saja dan jangan diganggu atau digoncang agar

tidak terjadi gumpalan. Pada tabung media miring, setelah diisi media taung
disandarkan pada rak tabung agar miring. Biarkan memadat.
4.

Setelah memadat, media siap digores. Lebih baik diamkan sampai dingin

pada suhu kamar.


b. Inokulasi Mikroorganisme
1.

Inokulasikan

masing-masing

isolat

mikroorganisme

yang

telah

disediakan, yaitu ; air bak, air ledeng, dan air selokan. Cara melakukan inokulasi
yaitu dengan cara menggores media plat dan miring meggunakan ose bulat,
sedangkan media tegak ditusuk dengan menggunakan kawat ose lurus.
2.

Air bak, Air ledeng dan air selokan digores pada cawan petri yang masing-

masing telah berisi media NA, SDA dan MCA. Tiap cawan diberi tanda untuk
masing-masing air.
3.

Sedangkan pada tabung reaksi masing-masing berisi madia yang sama

namun dibuat tegak dan miring. Kita hanya menggores dan menusuk air selokan
saja pada tabung ini.
4.

Setiap selesai melakukan inokulasi satu galur mikroorganisme, kawat ose

harus di flambir (dibakar sempurna msampai membara) untuk menghidari


kontaminasi. Galur kapang lebih baik diinokuasi akhir untuk menghindari
penyebaran spora yang tidak diinginkan.
c. Inkubasi Hasil Inokulasi
1.

Semua cawan dan tabung di inkubasi pada suhu yang optimum dan waktu

yang tepat untuk pertumbuhan mikroorganisme yang diinokulasi. Biakan bakteri


pada 35-370C selama 24 jam sampai 48 jam, khamir pada 30-350C selama 3 hari
dan kapang pada 20-250C selama 5-7 hari.

2.

Untuk hasil inokulasi pada media MCA dan NA dimasukkan dalam

incubator. Dibungkus dengan kertas coklat (duplo) dan diberi label agar tidak
tertukar dengan yang lain. Sedangkan pada SDA dimasukkan dalam lemari kayu
dibungkus an diberi label.
3.

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh cirri makroskopis yang dapat

dilihat. Jika perlu dapat dilihat cirri makroskopisnya juga. Catat seluruh
pengamatan dengan lengkap dan teliti bila perlu dengan foto.
4.

Hasil percobaan inokulasi yang terbaik dapat disimpan dalam lemari

pendingin untuk dipergunakan pada percobaan minggu depannya atau untuk


identifikasi.

B. Pembahasan
Isolasi
lingkungan

mikroorganisme
untuk

adalah

mendapatkan

cara

biakan

pemindahan
yang

mikroorganisme

murni. Sedangkan

darii

inokulasi

mikroorganisme adalah suatu cara penanaman mikroba ke dalam suatu medium.


Isolasi mikroorganisme bertujuan memperlihatkan keanekaragaman mikroorganisme
diudara atau dilingkungan sekitar kita dan inokulasi dilakukan bertujuan untuk
mengamati pengaruh-pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba yang ada
disekitar kita selama ini.
Pada praktikum isolasi, metode yang digunakan adalah metode tuang, metode sebar, metoge
gores dan metode tabur. Pada praktikum inokulasi metode yang digunakan adalh metode miring,
metode tegak, dan metode cair.
Untuk metode isolasi, pada metode tuang dilakukan dengan menuang sampel kedalam
cawan petri terlebih dahulu, kemudian menuang medium sebanyak 10 ml. Setelah itu diingkubasi
selama 1 x 24 jam dan diamati. Untuk metode gores kedalam cawan Petri dituang tunggu hingga
memadat setelah itu dimasukkan sample sebanyak 1 ose dan digores pada permukaan medium secara
zig-zag dan diingkubasi 1 x 24 jam. Pada metode sebar dimasukkan medium dahulu sebanyak 10 ml
tunggu hingga memadat, kemudian dimasukkan sampel pada permukaan medium dengan cara
disebar. Dan untuk metode tabur, yaitu sampel terlebih dahulu ditabur pada cawan petri, kemudian
dimasukkan medium sebanyak 10 ml, dan diingkubasi 1 x 24 jam.
Untuk metode inokulasi, metode tegak dengan cara menuang medium NA sebanyak 10 ml
kedalam tabung reaksi steril, kemudian dimasukkan 1 ose Streptococus mutans dan diingkubasi
selama 1 x 24 jam. Untuk metode miring dengan cara menuang 10 ml medium NA kedalam tabung
reaksi steril, kemudian dibiarkan memadat dengan kemiringan 45o, setelah itu diambil 1
ose Sreptococcus mutans dan digores pada permukaan medium dengan cara zig-zag. Untuk metude
cair dengan cara menuang medium NB kedalam tabung reaksi steril kemudian dituang sampel
mikroba dan diingkubasi 1 x 24 jam.
Untuk uji Streptococcus mutans pada Na tegak ditemukan bentuk koloni yang
papiliate, pada NA miring bentuk koloninya flocculent growth, dan untuk NB bentuk
koloninya sediment. Untuk Rhizopusbentuk koloninya untuk NA tegak pellide, NA miring
uniform turbidity dan untuk metode cair bentuk koloninya cerab.
Untuk uji beberapa sampel pada metode isolasi bakteri diperoleh urin dengan
metode gores mempunyai bentuk yang circular, tepinya entire, dan elevasinya convex.
Buavita dengan metode sebar mempunyai bentuk yang irregular, tepinya lobate, dan
elevasinya umbonate. Air PAM Daya dengan metode tuang mempunyai bentuk yang
circular, tepinya entire, dan elevasinya convex. Tanah Rappocini dengan metode sebar
mempunyai bentuk yang rhizoid, tepinya serrate, dan elevasinya flat.

Sedangkan pada isolasi jamur diperoleh urin dengan metode gores mempunyai
bentuk yang circular, tepinya entire, dan elevasinya convex. Buavita dengan metode
sebar mempunyai bentuk yang circular, tepinya entire, dan elevasinya convex. Air PAM
Daya dengan metode tuang mempunyai bentuk yang circular, tepinya entire, dan
elevasinya convex. Tanah Rappocini dengan metode sebar mempunyai bentuk yang
filamentous, tepinya undulate, dan elevasinya umbonate.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjaseputro., 1998., Dasar-dasar Mikrobiologi., Djambatan., Malang.
Jide, N., Sartini., 2003., Mikrobiologi Farmasi Dasar., Universitas Hasanuddin., Makassar.
Oetomo hadi, Ratna sari., 1990., Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.,PT.Gramedia., Jakarta.
Pelczaer Jr, ECS Chan., 1986., Dasar-Dasar Mikrobiologi., Universitas Indonesia., Jakarta.
Sutedjo, M, dkk., 1997., Mikrobiologi Tanah ., Rineka Cipta., Jakarta.
Volk W. A. F , Wheeter , 1998 , Mikrobiologi Dasar , Erlangga; Jakarta.
Diposkan oleh Revi Reski sari di 4:53:00 PM

Anda mungkin juga menyukai