PENDAHU
LUAN
Bakteri Coliform adalah kelompok bakteri gram negatif berbentuk batang yang
menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Bakteri coliform
merupakan indikator kontaminasi lingkungan atau sanitasi yang kurang baik
sedangkan Escherichia coli sebagai indikator kontaminasi tinja dari manusia dan
hewan berdarah panas. Jumlah dan jenis bakteri bervariasi dan berbeda sesuai dengan
tempat dan kondisi yang mempengaruhinya (Mogea,Tururaja,2010)
Berdasarkan data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), kasus keracunan
tingkat nasional salah satunya disebabkan oleh minuman dimana terhitung 757 kasus
kercunan disebabkan oleh minuman. Dari kasus yang telah tercatat tidak di jelaskan
secara langsung apakah penyebab keracunan disebabkan oleh kontaminasi bakteri
atau bahan kimia (BPOM, 2019). Namun, secara teori bakteri coliform juga
menyebabkan kontaminasi makanan dan minuman, yang menyebabkan salah satu
gejalanya yaitu diare.
Minuman dingin tak jarang menjadi pilihan oleh masyarakat terlebih ketika
berkunjung ke kawasan wisata khususnya kawasan wisata pantai. Minuman dingin
dianggap cocok menjadi pilihan dikarenakan kawasan pantai yang memiliki udara
cenderung panas. Minuman untuk diberi kesan dingin dan segar biasanya
ditambahkan es batu. Es batu juga seringkali digunakan sebagai bahan yang dapat
mempertahankan kesegaran atau memperpanjang umur simpan suatu produk pangan
(Sopacus, 2014)
Pengolahan makanan minuman yang tidak higienis dan saniter dapat mengakibatkan
adanya bahan-bahan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada konsumen.
Makanan dan minuman dapat menimbulkan penyakit disebabkan dua hal, yaitu
mengandung komponen beracun (logam berat dan bahan kimia beracun) dan
terkontaminasi mikroorganisme patogen. Makanan yang terkontaminasi dapat
menimbulkan penyakit. Gangguan kesehatan yang terjadi berupa gangguan pada
saluran pencernaan dengan gejala mual, perut mulas, muntah dan diare (Irianto,2014).
Fatimah,dkk (2017) melakukan penelitian yang di lakukan dengan 21 sampel
minuman es dawet dan ditemukan semua sampel positif mengandung bakteri
pathogen (Coliform). Hal ini menyebabkan masyarakat yang meminum es dawet
tersebut dapat menderita penyakit diare.
Pandemi global yang diakibatkan oleh Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
membuat sektor ekonomi dan dunia usaha di Indonesia terpuruk. Banyak pelaku
Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) menghadapi bisnis yang cenderung terhambat.
Menurut Badan Pusat Statistik dalam analisis hasil survei dampak covid-19 terhadap
pelaku usaha menyatakan bahwa sektor usaha yang paling terdampak terutama
mengalami penurunan pendapatan (dalam persentase) adalah akomodasi dan makan
minum sebesar 92, 47% (BPS, 2020).
Faktor yang paling menentukan dalam hygiene dan sanitasi minuman adalah faktor
penjamah. Oleh sebab itu hygiene dan sanitasi minuman penting dilakukan pada setiap
pedagang dan penjamah. Hal ini harus diterapkan semenjak proses pemilihan bahan
mentah hingga minuman tersebut dikonsumsi ke dalam tubuh manusia. Terlebih pada
masa pandemic Covid 19 seperti saat sekarang ini, para pedagang tidak hanya harus
memperhatikan hygiene dan sanitasi tetapi juga harus menerapkan protokol kesehatan
contohnya dengan memakai masker dan mencuci tangan saat berdagang. Penelitian
yang di lakukan oleh Aditya,dkk (2016) mengenai hubungan hygiene sanitasi
makanan dan minuman terhadap kandungan bakteriologis escherichia coli pada sop
buah di wilayah Universitas Jenderal Soedirman, wilayah gor satria, dan wilayah
Universitas Muhammadiyah Purwokerto Kabupaten Banyumas, didapatkan 30 dari
31 sampel minuman sop buah positif mengandung E,coli dan variabel yang
berhubungan adalah perilaku penjamah.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan menguji jajanan minuman di
kawasan wisata pantai Padang. Pengujian yang akan dilakukan untuk menganalisis
keberadaan bakteri Coliform serta menganalisis hygiene sanitasi pedagang minuman
khususnya pada masa pandemi Covid 19 di kawasan wisata pantai padang.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang simpulan dan saran berdasarkan pembahasan
yang telah di uraikan.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air minum adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus di penuhi setiap
hari. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
3/4 bagian dari tubuh manusia terdiri dari air dan rata-rata manusia hanya dapat
bertahan tanpa air selama 4-5 hari (Hadi, 2014) Makanan jajanan adalah makanan dan
minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga,
rumah makan/restoran, dan hotel. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang
meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan,
pengubahan bentuk, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan
atau minuman (Kepmenkes RI No.942, 2003).
2.1.1 Makanan dan Minuman Jajanan
Makanan dan minuman jajanan didefinisikan sebagai jenis makanan atau minuman
yang dipersiapkan untuk dijual oleh pedagang kaki lima di pinggir jalan atau di tempat-
tempat lain yang ramai (Street Food Project, 1992). Menurut Peraturan Pemerintah
(PP) No. 28 Tahun 2004 mengenai Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, pangan siap
saji adalah makanan dan/atau minuman yang sudah diolah dan siap untuk langsung
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan (Nuraini et al,
2007).
Personal higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan
mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan
hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai
individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang
diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah
masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum (Hidayat, 2008).
Adapun tujuan seseorang dalam melakukan perawatan personal hygiene yaitu untuk
meningkatan derajat kesehatan, memlihara kesehatan diri, memperbaiki personal
hygiene, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
keindahan. Perilaku personal hygiene seseorang juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya (Ambarawati & Sunarsih, 2011) :
1. Citra tubuh (body image)
Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada
orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Citra tubuh seseorang dapat
berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat
suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
2. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pelayan berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi.
3. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah seseorang dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi,
dan kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan dari produk-
produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikan oleh
kelompok sosial seseorang.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan
diri.
5. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
higienis. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktik
perawatan diri yang berbeda.
6. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang
Setiap seseorang memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Orang yang menderita
penyakit tertentu atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energi
fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi. Seorang seseorang
yang menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi
membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi jantung,
neurologist, paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau
menjadikan seseorang tidak mampu dan memerlukan perawat untuk melakukan
perawatan higienis total.
2.2.1 Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan pada Masa Pandemi Covid 19
Sejalan dengan ketetapan WHO, Presiden Republik Indonesia telah menetapkan
COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2020. Virus COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, namun orang lanjut usia, ibu
hamil, orang yang sedang sakit, atau orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah
memiliki risiko yang lebih besar. Sampai saat ini masih belum terbukti bahwa virus
covid 19 dapat ditularkan melalui pangan. Namun beberapa faktor seperti faktor
penjamah bisa saja menjadi salah satu yang menyebabkan tertularnya virus covid 19
jika pedagang tidak memperhatikan hygiene dan sanitasi pada masa pandemic covid 19
ini (BPOM,2020).
Bakteri Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai salah
satu indikator kualitas air adanya cemaran mikroba, biasanya bias melalui kotoran yang
kondisinya tidak baik terhadap kualitas air, makanan, maupun minuman. Coliform
sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram
negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung
yang telah diinkubasi pada media yang sesuai (Waluya, 2012).
Menurut Arnia dan Efida (2013), kontaminasi bakteri Total Coliform dapat melalui
tangan penjual, pemotongan yang tidak hygiene sehingga bakteri dari alat pemotong
dapat berpindah kedaging, dari kemasan yang kurang steril, dari alat yang digunakan
untuk membersihkan daging atau alat pemotong yang kemungkinan sudah tercemar
dari daging itu sendiri karena habitat Total Coliform ini adalah di usus hewan, serta
banyak penyebab lainnya
Berdasarkan karakteristiknya bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok
diantaranya sebagai berikut (Fardiaz, 1993) :
a. Coliform fekal Kelompok bakteri Coliform fekal ini diantaranya Escherichia coli.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia.
Jadi adanya Echerichia coli pada air menunjukkan bahwa air tersebut pernah
terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung pathogen usus.
b. Coliform non-fekal Kelompok Coliform non-fekal diantaranya, Enterobacter
aerogenes. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang
telah mati.
Ada 3 macam ragam yang digunakan dalam metode MPN yaitu (Soemarno, 2002) :
1. Ragam I : 5 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml.
Untuk spesimen yang sudah diolah atau angka kumannya diperkirakan rendah.
2. Ragam II : 5 x 10 ml, 5 x 1ml, 5 x 0,1 ml.
Untuk spesimen yang belum diolah atau yang angka kumannya diperkirakan
tinggi. Kalau perlu penanaman dapat dilanjutkan dengan 5 x 0,01 ml dan
seterusnya.
3. Ragam III : 3 x 10 ml, 3 x 1 ml, 3 x 0,1 ml.
Adalah ragam alternatif untuk ragam II, apabila jumlah tabung terbatas begitu pula
persedian media juga terbatas, cara pelaksanaannya seperti ragam II
Hasil metode MPN ini adalah nilai MPN, nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit
tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel.
Satuan yang digunakan umumnya per 100ml, makin kecil nilai MPN, maka makin
tinggi kualitas air untuk dikonsumsi (Permenkes, 2010).
2.5 Penelitian Terkait
Berikut beberapa penelitian terkait Total Bakteri Coliform dan Hygiene Sanitasi pada
Jajanan Minuman yang telah dilakukan diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Musdalifa (2018) mengenai Analisis Keberadaan
E.coli pada Minuman Es dan Higiene Sanitasi di Kantin Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, didapatkan hasil bahwa
semua sampel yang di uji dinyatakan terkontaminasi bakteri E.Coli dan hygiene
sanitasi pada semua kantin belum memenuhi persyaratan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah,dkk (2017) mengenai Analisis Coliform
Pada Minuman Es Dawet Yang Dijual Di Malioboro Yogyakarta, ditemukan bahwa
semua sampel uji tidak memenuhi syarat secara bakteriologis yang dibandingkan
dengan SNI 7388: 2009, karena jumlah coliformnya lebih dari 3/g atau 3/ml.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Aprillia dan Pramudya (2018) mengenai Identifikasi
Keberadaan Bakteri Coliform Dan Total Mikroba Dalam Es Dung-Dung Di Sekitar
Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, didapatkan hasil bahwa mutu
mikrobiologi jajanan es dung-dung yang masih kurang baik. Hasil pengujian
mikroba menunjukkan bahwa jumlah mikroba pada semua sampel melebihi batas
aman yang ditetapkan oleh PKBPOM Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Kriteria
Mikrobiologi dalam Pangan Olahan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Isnawati (2012) mengenai Hubungan Higiene
Sanitasi Keberadaan Bakteri Coliform Dalam Es Jeruk Di Warung Makan
Kelurahan Tembalang Semarang, disimpulkan bahwa 75% sampel positif
mengandung coliform dan kadar coliform lebih tinggi pada sampel yang berasal dari
warung yang hygiene dan sanitasi yang buruk.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah,dkk (2015) mengenai Hubungan Higiene
Penjamah Sanitasi Minuman Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada
Minuman Jus Buah Di Daerah Tembalang didapatkan hasil bahwa 52% sampel
mengandung bakteri E.Coli namun pada penelitian ini dikatakan tidak ada hubungan
antara hygiene penjamah dan sanitasi air dengan kontaminasi E.coli.
2.6 Peraturan Terkait
Standar air minum yang digunakan sebagai acuan adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
yang ditetapkan pada tanggal 19 April 2010. Air minum dikatakan aman bagi kesehatan
apabila telah memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan
Setiap pelaku usaha jajanan minuman harus menjamin minuman yang diperdagangkan
aman dan memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan yang berlaku. Standar jajanan
minuman yang digunakan sebagai acuan adalah Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 942 Tahun 2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene
Sanitasi Makanan Jajanan. Keputusan Menteri Kesehatan ini menjelaskan bahwa
minuman jajanan yang di perdagangkan harus diolah menggunakan air yang memenuhi
standard an persyaratan hygiene sanitasi yang berlaku bagi air bersih atau air minum.
Sumber : GoogleMaps
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Kandungan Total Coliform Pada Jajanan
Minuman Dan Hygiene Sanitasi Pedagang Minuman Pada Masa Pandemi Covid 19 Di
Kawasan Wisata Pantai Padang. Bab ini akan menjelaskan mengenai waktu dan lokasi
penelitian, tahapan penelitian yang meliputi metode sampling dan pengukuran di
laboratorium serta pengolahan data dan pembahasan.
Studi Literatur
Penelitian Pendahuluan
1. Pengumpulan data jumlah penjual jajanan minuman di kawasan wisata
Pantai Padang yang didapatkan dari Dinas Perindustrian dan
ketenagakerjaan
2. Survei Pendahuluan
a. Survei lapangan ke lokasi pengambilan titik sampel jajanan
minuman di Kawasan Wisata Pantai Padang.
b. Pemilihan lokasi dan waktu pengambilan sampel.
Penelitian Utama
1. Pengambilan Sampel jajanan minuman.
2. Wawancara dan Pengisian Kuesioner
Observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada
pedagang jajanan minuman untuk mengetahui hygiene sanitasi pedagang
jajanan minuman.
3. Analisis Laboratorium
Analisis Kandungan Total Coliform dengan metode Most Probable
Number (MPN)
Penyusunan Laporan
Selesai
Responden penelitian ini berjumlah satu orang untuk masing-masing warung jajanan
minuman. Hasil jawaban yang diberikan responden akan dikelompokkan menjadi baik,
cukup baik, dan kurang baik. Hasil jawaban seluruh responden diklasifikasikan
menjadi kelompok baik, cukup baik dan kurang baik. Jika jawaban iya nilai 1 dan jika
jawaban tidak nilai 0. Selanjutnya data diinterpretasikan dalam bentuk persentase
(Arikunto, 2010).
3.6.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian total bakteri coliform yaitu:
a. Lactose Broth (LB);
b. Brillian Green Lactose Borth (BGLB);
c. Aquadest.
d. Sampel (jajanan minuman di kawasan wisata Pantai Padang)
Acton, A (ed.). 2013. Congestive Heart Failure: New Insights for the Healthcare
Professional. Scholarly Editions.
Ambarwati, E.R. & Sunarsih, T. (2011). KDPK Kebidanan : Teori dan Apilkasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Arnia, dan W. Efrida. (2013). Identifikasi Kontaminasi Bakteri Coliform pada Daging
Sapi Segar yang Dijual di Pasar Sekitar Kota Bandar Lampung. Medical Journal
of Lampung University.43-50.
Balia, R. L., Ellin, H. dan Denny, S. (2011). Jumlah Bakteri Total dan Koliform pada
Susu Segar Peternakan Sapi Perah Rakyat dan Susu Pasteurisasi Tanpa Kemasan
di Pedagang Kaki Lima. Fakultas Peternakan Universita Padjajaran.
Blodgett, R. (2006). Apendix 2. Most Probable Number from Serial Dilution. BAM
(Bacteriological Analytical Manual), Chapter 4. FDA (Food and Drug
Administration).
Brooks, G.F., Janet, S.B., dan Stephen A.M. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Center for Disease Control and Prevention (CDC) 2012. Body Mass Index:
Considerations for Practitioners. 1-4
Departemen Kesehatan RI, 2010. PERMENKES No.492/Menkes/Per/IV/2010
tentang: Persyaratan Kualitas Air Minum
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hadi, Semiarti R. 2014. Artikel penelitian uji bakteriologis es batu rumah tangga yang
digunakan penjual minuman di pasar lubuk buaya kota Padang.
Herawati, Tika., Anto Purwanto dan Andik Setiyono. 2012. Perbedaan Jumlah
Coliform pada Air Minum Isi Ulang Setelah Pengolahan Berdasarkan Sumber Air
Baku di Depot Air Minum Isi Ulang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
Jawetz, E., Melnick, J.L., and Adelberg, E.A. (2013). Mikrobiologi Kedokteran Edisi
26. Jakarta: EGC.
Kasiati, NS dan Ni W., D., R. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan
Pemerintah Kota Padang. 2017. Gambaran Umum Kota Padang. Diperoleh 06
Desember 2017 dari www.petakotapadang.com, 2017
Sri Harti A, 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air. PT Alumni: Bandung
Soemarno, 2002. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik Akademi Analis Kesehatan
Yogyakarta. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Waluyo Lud. Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press; 2007.h. 319 dan
330.
Wandrivel, R,. 2012. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi
Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi.
Jurnal Fakultas Kedokteran, Vol.1, No.3 pp.129-133