I. Tujuan
Untuk mengisolasi dan identifikasi kuman pathogen (penyebab gastroenteritis) pada
saluran pencernaan.
II. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Rectal Swab adalah pengambilan Rectal Swab
dengan media transport carry and blair dan penanaman dilakukan pada media Mac Conkey
Agar, TCBS dan Salmonella Shigella Agar.
III. Prinsip
Rectal Swab diambil dengan memasukkan lidi kapas ke dalam anus pasien dengan media
transport (Carry and Blair). Setelah itu ditanam pada media Mac Conkey Agar, TCBS dan
Salmonella Shigella diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C lalu koloni yang tumbuh
diidentifikasi dan diamati.
Mayoritas patogen tidak dapat mencapai usus dengan mudah. Karena tubuh
mempunyai berbagai macam pertahanan yaitu :
1. Keasaman lambung (pH <4), hanya patogen tahan asam (Shigella) yang bisa
bertahan dan menyebabkan penyakit dalam jumlah kecil, patogen lain harus
tertelan dalam jumlah besar untuk menyebabkan penyakit.
2. Motilitas aktif usus halus juga membantu memberi perlindungan dari patogen.
Sehingga pemberian antimotilitas usus dapat berakibat stasisnya bakteri patogen
dan menyebabkan overgrowth patogen serta menambah parah diare.
3. Bakteri flora normal dalam usus besar berkompetisi dengan patogen dalam peran
mencegah infeksi. Tetapi bila flora normal berubah atau dikurangi dengan
penggunaan antibiotik, pasien dapat cenderung menderita super infeksi seperti
dengan Clostridium difficile.
Ada empat dasar proses patofisiologi yang menyebabkan diare pada anak. Proses diare
secara keseluruhan mungkin juga merupakan kombinasi lebih dari satu proses dasar
tersebut.
Proses patofisiologi itu adalah :
1. Sekretori
2. Sitotoksik
3. Osmotik
4. Invasif
Sekretori
Adalah diare akut yang disebabkan oleh sekresi enterotoksin yang diproduksi oleh proses
infeksi, metabolik, atau toksin eksogen. Enterotoksin akan merangsang sekresi cairan dan
elektrolit dari mukosa crypt sel yang merupakan sel sekretori utama dari usus kecil. Proses
ini dimediasi oleh fungsi Prostaglandins dan siklik Adenosine monophosphate, guanosine
monophosphate, dan ion kalsium. Enterotoksin dapat menghambat penyerapan cairan dan
elektrolit dalam sel vilus, yang merupakan sel abssorbsi utama. Efek enterotoksin bakteri
pada mukosa gastrointestinal diilustrasikan pada Gambar 1.
Gbr 1. Efek bakteri enterotoksin pada mukosa sel usus halus
Bakteri patogen menghasilkan enterotoksin yang berikatan dengan permukaan permukan
mukosa sel usus halus. Bagian dari enterotoksin kemudian masuk ke dalam sel mukosa
usus halus dan merangsang sistem adenilat siklase. Peningkatan Adenosin trifosfat yang
dihasilkan yang merangsang mekanisme transpor aktif dalam membran sel dan
meningkatkan sekresi aktif cairan dan elektrolit dari sel crypt keluar ke dalam lumen usus.
Dan oleh enterotoksin juga terjadi blok reabsorpsi cairan dan elektrolit pada sel vilus.
Mekanisme blok ini belum dapat dipahami tetapi tampaknya blok reabsorpsi tidak
menghalangi masuknya glukosa ke dalam sel pada konsentrasi 2% hingga 3%. Masuknya
kembali glukosa ke dalam sel membawa serta juga cairan dan elektrolit. Oleh karena itu,
konsentrasi glukosa ini yang digunakan dalam cairan rehidrasi.
Sitotoksik
Proses sitotoksik dikarakteristikkan dengan adanya kehancuran mukosa sel-sel vili usus
halus, paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Setelah lisisnya sel, vili vili menjadi
pendek dan permukaan mukosa menjadi seperti yang terlihat pada penyakit celiac. Akibat
dari proses ini adalah untuk menyempitnya area permukaan sel usus halus sehingga
mengurangi kapasitas usus halus untuk menyerap cairan dan elektrolit. Oleh karena
hancurnya sel vili usus maka yang tersisa adalah sel crypt yaitu sel-sel sekretori utama
mukosa usus. Akibatnya adalah proses fungsional yang sama dengan yang terjadi pada
diare sekretori yaitu peningkatan sekresi usus ditambah dengan penurunan fungsi absorbsi
mukosa usus halus.
Osmotik
Proses osmotik paling sering terlihat pada sindrom malabsorpsi, meskipun proses
fungsional adalah terjadinya proses sekretori dan sitotoksik. Diare terjadi akibat ketidak
mampuan usus untuk menyerap nutrisi dan elektrolit. Yang paling sering terjadi intoleransi
laktosa karena menurunnya kepekaan enzim laktase pada sel mukosa oleh proses patologis
gastrointestinal. Jika bahan yang tidak bisa dicerna memiliki konsentrasi yang cukup tinggi
untuk mengaktifkan proses osmolalitas, terjadi aliran cairan ke dalam lumen yang
mengakibatkan terjadinya diare cair dan dalam banyak kasus pada proses diare osmotik,
flora usus besar dibanjiri substrat karbohidrat yang meningkat yang akan dimetabolisme
oleh bakteri usus besar sehingga menghasilkan gas, sakit perut, dan pH tinya yang asam. 6
Invasif
Pada disentri terjadi proses inflamasi submukosa pada ileum terminal dan usus besar.
Proses inflamasi disebabkan oleh adanya invasi bakteri patogen. karena invasi oleh bakteri
patogen yang menyebabkan edema, perdarahan mukosa dan infiltrasi leukosit. Leukosit
dan darah kemudian dikeluarkan ke lumen usus melalui tinja. Penyerapan cairan yang
merupakan fungsi utama usus besar akhirnya menurun sehingga terjadi diare. Iritasi dan
peradangan menyebabkan peningkatan motilitas usus, peningkatan frekuensi defekasi, tinja
lendir dan darah serta seringkali dengan gejala klinis demam, nyeri perut dan tenesmus. 6
Gbr 2. Invasi bakteri Shigella. Patogen invasif mengaktivasi sitoskeleton aktin yang
menyebabkan kerusakan membran, macropinocytosis, dan invasi. Selanjutnya terjadi
edema dan kerusakan mukosa dan infiltrasi leukosit (Sel Polimorfonuklear)7
Shigella
Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii
dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak
ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering
9
ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju.
Shigella, penyebab diare disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10
tahun di Amerika Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman
lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga
mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul
dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan.
Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi
sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di
dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori dan
sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir dan darah, secara
mikroskopis ditemukan leukosit dan sel-sel darah merah.
Salmonella
Salmonella merupakan penyebab diare bakterial tersering pada anak dibawah lima tahun.
Salmonella sering menjadi penyebab diare nosokomial bersama C difficile dan lebih sering
mengenai pasien imunodefisiensi dengan gejala klinis yang dapat membahayakan jiwa
serta bersifat sering kambuh. Pemberian antimikroba tidak efektif untuk tatalaksana
Salmonella bahkan dapat memperlambat pengeluaran bakteri dari usus. Sehingga
pengobatan primer adalah penggantian cairan. Tetapi beberapa penulis tetap menganjurkan
pemberian antibiotik terutama pada pasien dengan imunodefisiensi seperti bayi, anak
9
penderita limfoma, leukemia yang rentan terhadap terjadinya bakteremia.
Salmonellosis akut biasanya akibat dari konsumsi daging yang terkontaminasi, susu, atau
produk unggas. Karena infeksi Salmonella biasanya membutuhkan sebuah inokulum yang
relatif besar, jarang disebabkan penularan dari orang-ke-orang. Salmonella dapat bertahan
dalam pengeringan dan di Amerika Serikat sering ditularkan melalui makanan jadi dalam
bentuk kering atau setelah diproses. Salmonella juga dapat ditularkan melalui telur yang
belum pecah dan dapat menyebar dari wilayah geografis yang jauh melalui buah-buahan
dan sayuran import. Salmonella terutama non tifosa menyerang ileum distal dan
menghasilkan toksik serta inflamasi usus. Masa inkubasi yaitu 24 sampai 36 jam kemudian
muncul gejala klinis diare 2 sampai 3 hari bisa disertai darah di tinja dengan demam,
muntah dan nyeri perut.
VIII. Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan rectal swab digunkan carry and blair sebagai media
transport dan media selektif seperti Mac Conkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar. Pada
pengamatan koloni setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C didapatkan
hasil sebagai berikut:
a. Pada media Mac Conkey Agar
Ciri cirri koloni : kecil sedang, bulat agak cembung, rata, lengket, rose,
buram
b. Pada media TCBS Agar
Ciri-ciri koloni : tidak berwarna, bulat, kecil, permukaan rata
c. Pada media SS Agar
Cirri-ciri koloni: kecil, bulat datar, jernih, rose.
Digunakan media transport carry and blair dalam pemeriksaan bertujuan untuk
mengirim sampel apabila laboratorium berjarak jauh dengan tempat pengambilan
sampel. Selain itu pada media carry and blair bakteri yang ada di dalam specimen
tidak mati dan tidak berkembangbiak. Sehingga kondisi bakteri tidak berubah.
Digunakannya media selektif seperti Mac Conkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar
karena media ini spesifik ditumbuhi bakteri-bakteri tertentu saja seperti Mac Conkey
hanya ditumbuhi oleh bakteri gram negative basil, bakteri vibrio dmiliki media
khusus yaitu SS Agarapat tumbuh dalam Mac Conkey karena merupakan gram
negative batang sedangkan untuk Salmonella dan Shigella memiliki media khusus
yaitu SS Agar.
Pada TCBS semua spesies vibrio dari berbagai strain memfermentasi sukrosa
sehingga apabila ditemukan warna kuning pada koloni atau sekitar koloni diduga
positif vibrio. Pada praktikum TCBS tetap berwarna hijau sehingga inkubasi
dilanjutkan.Titik hitam ditengah koloni merupakan khas dari bakteri salmonella
untuk membedakannya dari Shigella pada media SS Agar.
Untuk hasil identifikasi yang baik harus didukung oleh teknik pengambilan sampel
yang baik dan teknik goresan media yang baik agar didapat single koloni dan tidak
bertumpuk sehingga memudahkan pengidentifikasian.teknik pengambilan sampel
rectal swab harus dilakukan sesuai dengan proseur yang ada agar hasil rectal swab
dapat mencerminkan keadaan sebenarnya pada sluran pencernaan
IX. KESIMPULAN
Dari pemeriksaan rectal swab, pada identifikasi koloni pada Media selektif
Mac konkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar ditemukan bakteri phatogen penyebab
gastroenteritis yaitu vibrio (ditemukan pada media Mac Conkey Agar), Salmonella
dan Shigella pada media SS Agar, pada media TCBS Agar belum terbentuk koloni
yang jelas (perlu diinkubasi lagi). Hasil ini harus dilanjutkan dengan uji-uji
berikutnya untuk mendapatkan hasil yang akurat.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Soemarno.2000.Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik.Jogjakarta:Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2. Birnawan, I Made.2010.Pembuatan Goresan Kultur.Denpasar:Balai Laboratorium
Kesehatan Denpasar
3. Mastra,NYoman.dkk.2010.Pedoman Praktikum Bakteriologi Semestes
III.Denpasar: Sekretariat Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
4. Anonim,2010.Diare Disentri.Avaliable at: http://pediatric-
gadjahmada.blogspot.com/diare-disentri.opened:5 November 2010