Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN RECTAL SWAB

I. Tujuan
Untuk mengisolasi dan identifikasi kuman pathogen (penyebab gastroenteritis) pada
saluran pencernaan.

II. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Rectal Swab adalah pengambilan Rectal Swab
dengan media transport carry and blair dan penanaman dilakukan pada media Mac Conkey
Agar, TCBS dan Salmonella Shigella Agar.

III. Prinsip
Rectal Swab diambil dengan memasukkan lidi kapas ke dalam anus pasien dengan media
transport (Carry and Blair). Setelah itu ditanam pada media Mac Conkey Agar, TCBS dan
Salmonella Shigella diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C lalu koloni yang tumbuh
diidentifikasi dan diamati.

IV. Dasar Teori


Rectal Swab merupakan apusan yang dilakukan pada daerah rectum (+_ 2 3 cm
diatas lubang anus). Kuman-kuman pathogen penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari
swab rectum. Kuman-kuman yang ditemukan dari swab rectum juga terdapat dalam
saluran pencernaan. (Mastra,2010)
Salah satu efek dari kuman pathogen penyebab gastroenteritis pada saluran
encernaan adalah diare disentri. Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dis (gangguan)
dan enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan luka atau ulkus di colon
ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut
yang sering disertai dengan tenesmus, 2) diare, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir.
Akibat penting dari diare disentri adalah penurunan berat badan, anoreksia dan kerusakan
usus karena bakteri invasif. Beberapa komplikasi lain juga dapat terjadi. Penyebab utama
disentri akut adalah Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni, E coli
enteroinvasive, Salmonella dan Entamuba histolytica. Aeromonas juga diketahui sebagai
bakteri penyebab diare disentri. Dalam satu studi pasien diare dengan Aeromonas positif,
gejala klinis yang muncul 30% diare berdarah, 37% muntah-muntah, dan 31% demam.
Disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus
cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Karena
adanya foodborne infection dan waterborne infection (Anonim, 2010)

Mayoritas patogen tidak dapat mencapai usus dengan mudah. Karena tubuh
mempunyai berbagai macam pertahanan yaitu :
1. Keasaman lambung (pH <4), hanya patogen tahan asam (Shigella) yang bisa
bertahan dan menyebabkan penyakit dalam jumlah kecil, patogen lain harus
tertelan dalam jumlah besar untuk menyebabkan penyakit.
2. Motilitas aktif usus halus juga membantu memberi perlindungan dari patogen.
Sehingga pemberian antimotilitas usus dapat berakibat stasisnya bakteri patogen
dan menyebabkan overgrowth patogen serta menambah parah diare.
3. Bakteri flora normal dalam usus besar berkompetisi dengan patogen dalam peran
mencegah infeksi. Tetapi bila flora normal berubah atau dikurangi dengan
penggunaan antibiotik, pasien dapat cenderung menderita super infeksi seperti
dengan Clostridium difficile.
Ada empat dasar proses patofisiologi yang menyebabkan diare pada anak. Proses diare
secara keseluruhan mungkin juga merupakan kombinasi lebih dari satu proses dasar
tersebut.
Proses patofisiologi itu adalah :
1. Sekretori
2. Sitotoksik
3. Osmotik
4. Invasif

Sekretori
Adalah diare akut yang disebabkan oleh sekresi enterotoksin yang diproduksi oleh proses
infeksi, metabolik, atau toksin eksogen. Enterotoksin akan merangsang sekresi cairan dan
elektrolit dari mukosa crypt sel yang merupakan sel sekretori utama dari usus kecil. Proses
ini dimediasi oleh fungsi Prostaglandins dan siklik Adenosine monophosphate, guanosine
monophosphate, dan ion kalsium. Enterotoksin dapat menghambat penyerapan cairan dan
elektrolit dalam sel vilus, yang merupakan sel abssorbsi utama. Efek enterotoksin bakteri
pada mukosa gastrointestinal diilustrasikan pada Gambar 1.
Gbr 1. Efek bakteri enterotoksin pada mukosa sel usus halus
Bakteri patogen menghasilkan enterotoksin yang berikatan dengan permukaan permukan
mukosa sel usus halus. Bagian dari enterotoksin kemudian masuk ke dalam sel mukosa
usus halus dan merangsang sistem adenilat siklase. Peningkatan Adenosin trifosfat yang
dihasilkan yang merangsang mekanisme transpor aktif dalam membran sel dan
meningkatkan sekresi aktif cairan dan elektrolit dari sel crypt keluar ke dalam lumen usus.
Dan oleh enterotoksin juga terjadi blok reabsorpsi cairan dan elektrolit pada sel vilus.
Mekanisme blok ini belum dapat dipahami tetapi tampaknya blok reabsorpsi tidak
menghalangi masuknya glukosa ke dalam sel pada konsentrasi 2% hingga 3%. Masuknya
kembali glukosa ke dalam sel membawa serta juga cairan dan elektrolit. Oleh karena itu,
konsentrasi glukosa ini yang digunakan dalam cairan rehidrasi.

Sitotoksik
Proses sitotoksik dikarakteristikkan dengan adanya kehancuran mukosa sel-sel vili usus
halus, paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Setelah lisisnya sel, vili vili menjadi
pendek dan permukaan mukosa menjadi seperti yang terlihat pada penyakit celiac. Akibat
dari proses ini adalah untuk menyempitnya area permukaan sel usus halus sehingga
mengurangi kapasitas usus halus untuk menyerap cairan dan elektrolit. Oleh karena
hancurnya sel vili usus maka yang tersisa adalah sel crypt yaitu sel-sel sekretori utama
mukosa usus. Akibatnya adalah proses fungsional yang sama dengan yang terjadi pada
diare sekretori yaitu peningkatan sekresi usus ditambah dengan penurunan fungsi absorbsi
mukosa usus halus.

Osmotik
Proses osmotik paling sering terlihat pada sindrom malabsorpsi, meskipun proses
fungsional adalah terjadinya proses sekretori dan sitotoksik. Diare terjadi akibat ketidak
mampuan usus untuk menyerap nutrisi dan elektrolit. Yang paling sering terjadi intoleransi
laktosa karena menurunnya kepekaan enzim laktase pada sel mukosa oleh proses patologis
gastrointestinal. Jika bahan yang tidak bisa dicerna memiliki konsentrasi yang cukup tinggi
untuk mengaktifkan proses osmolalitas, terjadi aliran cairan ke dalam lumen yang
mengakibatkan terjadinya diare cair dan dalam banyak kasus pada proses diare osmotik,
flora usus besar dibanjiri substrat karbohidrat yang meningkat yang akan dimetabolisme
oleh bakteri usus besar sehingga menghasilkan gas, sakit perut, dan pH tinya yang asam. 6

Invasif
Pada disentri terjadi proses inflamasi submukosa pada ileum terminal dan usus besar.
Proses inflamasi disebabkan oleh adanya invasi bakteri patogen. karena invasi oleh bakteri
patogen yang menyebabkan edema, perdarahan mukosa dan infiltrasi leukosit. Leukosit
dan darah kemudian dikeluarkan ke lumen usus melalui tinja. Penyerapan cairan yang
merupakan fungsi utama usus besar akhirnya menurun sehingga terjadi diare. Iritasi dan
peradangan menyebabkan peningkatan motilitas usus, peningkatan frekuensi defekasi, tinja
lendir dan darah serta seringkali dengan gejala klinis demam, nyeri perut dan tenesmus. 6

Gbr 2. Invasi bakteri Shigella. Patogen invasif mengaktivasi sitoskeleton aktin yang
menyebabkan kerusakan membran, macropinocytosis, dan invasi. Selanjutnya terjadi
edema dan kerusakan mukosa dan infiltrasi leukosit (Sel Polimorfonuklear)7

Gbr3. A. Gambaran Kolonoskopi dari amubiasis intestinal. B. Ulkus kolon diameter 1 2


mm. C. Ulkus kolon (pewarnaan hematoksilin eosin, Perbesaran 20x) 8
Gbr. 4 D. Inflamasi usus dan invasi Trofozoit enta muba histolytica (pewarnaan
hematoksislin eosin, perbesaran 40X)8

Jenis diare dan penyebabnya


Sekretori Sitotoksik Osmotik Disentri
Escherichia coli Rotavirus Lactose Shigella
Vibrio cholerae Norwalk agent Sorbitol Salmonella
Clostridium difficile Cryptosporidium Campylobacter fetus
Clostridium perfringens Escherichia coil Aeromonas
Aeromonas hydrophila Clostridium difficile
Staphylococcus aureus Yersinia enterocolltica
Vibrio parahaemolyticus Entamuba histolytica
Bacillus cereus
Shigeila
Salmonella
Yersinia enterocoiltica
Giardia lambila

Shigella
Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii
dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak
ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering
9
ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju.
Shigella, penyebab diare disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10
tahun di Amerika Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman
lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga
mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul
dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan.
Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi
sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di
dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori dan
sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir dan darah, secara
mikroskopis ditemukan leukosit dan sel-sel darah merah.

Salmonella
Salmonella merupakan penyebab diare bakterial tersering pada anak dibawah lima tahun.
Salmonella sering menjadi penyebab diare nosokomial bersama C difficile dan lebih sering
mengenai pasien imunodefisiensi dengan gejala klinis yang dapat membahayakan jiwa
serta bersifat sering kambuh. Pemberian antimikroba tidak efektif untuk tatalaksana
Salmonella bahkan dapat memperlambat pengeluaran bakteri dari usus. Sehingga
pengobatan primer adalah penggantian cairan. Tetapi beberapa penulis tetap menganjurkan
pemberian antibiotik terutama pada pasien dengan imunodefisiensi seperti bayi, anak
9
penderita limfoma, leukemia yang rentan terhadap terjadinya bakteremia.
Salmonellosis akut biasanya akibat dari konsumsi daging yang terkontaminasi, susu, atau
produk unggas. Karena infeksi Salmonella biasanya membutuhkan sebuah inokulum yang
relatif besar, jarang disebabkan penularan dari orang-ke-orang. Salmonella dapat bertahan
dalam pengeringan dan di Amerika Serikat sering ditularkan melalui makanan jadi dalam
bentuk kering atau setelah diproses. Salmonella juga dapat ditularkan melalui telur yang
belum pecah dan dapat menyebar dari wilayah geografis yang jauh melalui buah-buahan
dan sayuran import. Salmonella terutama non tifosa menyerang ileum distal dan
menghasilkan toksik serta inflamasi usus. Masa inkubasi yaitu 24 sampai 36 jam kemudian
muncul gejala klinis diare 2 sampai 3 hari bisa disertai darah di tinja dengan demam,
muntah dan nyeri perut.

Enterohemoragik E Coli (Subtipe 0157)


EHEC telah dikenal sejak terjadi wabah kolitis hemoragik. Wabah ini terjadi akibat
makanan yang terkontaminasi. Kebanyakan kasus terjadi 7-10 hari setelah asupan makanan
atau air terkontaminasi. EHEC dapat merupakan penyebab utama diare infeksius. Subtipe
0157 : H7 dapat dihubungkan dengan perkembangan Hemolytic Uremic Syndrom (HUS).
Centers for Disease Control (CDC) telah meneliti bahwa E Coli 0157 dipandang sebagai
penyebab diare berdarah akut atau HUS. EHEC non-invasif tetapi menghasilkan toksin
shiga, yang menyebabkan kerusakan endotel, hemolisis mikroangiopatik, dan kerusakan
ginjal.9
Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat (hingga 10-12 kali perhari).
Diare awal tidak berdarah tetapi berkembang menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan
kejang biasa terjadi, mual dan muntah timbul pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen
didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada
9
1/3 pasien. Hingga 1/3 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.
Lekositosis sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria atau proteinuria atau
timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia hemolitik mikroangiopatik (hematokrit < 30%),
trombositopenia (<150 x 109/L), dan insufiensi renal (BUN >20 mg/dL) adalah diagnosa
HUS.
HUS terjadi pada 5-10% pasien dan di diagnosa 6 hari setelah terkena diare. Faktor resiko
HUS, usia (khususnya pada anak-anak dibawah usia 5 tahun) dan penggunaan anti
diare.Penggunaan antibiotik juga meningkatkan resiko. Hampir 60% pasien dengan HUS
akan sembuh, 3-5% akan meninggal, 5% akan berkembang ke penyakit ginjal tahap akhir
dan 30% akan mengalami gejala sisa proteinuria. Trombosit trombositopenik purpura dapat
terjadi tetapi lebih jarang dari pada HUS. Jika tersangka EHEC, harus dilakukan kultur
feses E. coli. Serotipe biasanya dilakukan pada laboratorium khusus.Terapi dengan
penggantian cairan dan mengatasi komplikasi ginjal dan vaskuler.

V. Alat dan Bahan


ALAT
1. Pinset
2. Incubator
3. Lampu Bunsen
4. Lidi Kapas
5. Kertas Label
BAHAN

1. Carry and Blair


2. Salmonella Shigella Agar (SSA)
3. TCBS Agar
4. Mac Conkey Agar
5. Sampel Rectal Swab

VI. Cara Kerja


1. Pengambilan Spesimen
a. Disuruh orang yang hendak diambil swabnya bersimpuh dan menungging
diatas tempat tidur
b. Dibuka lubang anus dengan tangan kiri petugas pengambil swab
c. Dimasukkan lidi kapas steril dengan tangan kanan dengan memutar sampai 2-
3 cm ke dalam lubang anus
d. Ditarik keluar lidi kapas sambil tetap diputar
e. Dimasukkan lidi kapas kedalam media carry and blair sampai terbenam pada
media
f. Ditutup botol dengan rapat. Apabila lidi/tangkainya terlalu panjang dipotong
sehingga botol dapat ditutup dengan baik
g. Diberi label
h. Diperiksa specimen di laboratorium
2. Cara Pemeriksaan
a. Disiapkan media media: SS agar, TCBS, Mac Conkey Agar
b. Diberi Label
c. Dihidupkan lampu Bunsen (dikerjakan dekam api bunsen)
d. Diambil lidi kapas dari dalam botol carry and blair dengan pinset
e. Digoreskan pada masing masing media (dibuat empat macam goresan)
f. Ditutup plate media
g. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
h. Diamati dan diidentifikasi koloni yang tumbuh pada media
VII. Data Hasil Praktikum
1. Pada media Mac Conkey Agar
Ciri cirri koloni :

Kecil sedang, bulat cembung, rata, lengket, rose agak buram

2. Pada Media TCBS Agar

Ciri-ciri koloni: tidak berwarna, bulat, kecil, permukaan rata

3. Pada media SS Agar


Ciri- cirri koloni : kecil, bulat datar, jernih, rose.

VIII. Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan rectal swab digunkan carry and blair sebagai media
transport dan media selektif seperti Mac Conkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar. Pada
pengamatan koloni setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C didapatkan
hasil sebagai berikut:
a. Pada media Mac Conkey Agar
Ciri cirri koloni : kecil sedang, bulat agak cembung, rata, lengket, rose,
buram
b. Pada media TCBS Agar
Ciri-ciri koloni : tidak berwarna, bulat, kecil, permukaan rata
c. Pada media SS Agar
Cirri-ciri koloni: kecil, bulat datar, jernih, rose.

Sedangkan menurut Soemarno(2000), koloni-koloni yang tumbuh pada media


selektif tersebut sebagai berikut:

a. Pada Media Mac Conkey Agar


Untuk Salmonella (+)
Ciri-ciri koloni : tidak berwarna, jernih, keeping, sedang bulat,smooth
Untuk Shigella (+)
Cirri-ciri koloni: kecil sedang, tidak berwarna. Keeping dan smooth
Untuk Vibrio (+)
Ciri-ciri koloni: koloni kecil kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau
merah muda, smooth
Untuk E.Coli
Koloni berwarna merah bata
b. Pada Media TCBS Agar
Untuk Salmonella
Koloni : tidak tumbuh
Untuk Shigella
Koloni:tidak tumbuh
Untuk Vibrio
Koloni : ukuran sedang-besar, berwarna kuning, jernih, smooth, keeping,
tepinya tipis, dilingkari oleh zone yang berwarna kuning. Ada koloninya
yang berwarna hijau.
c. Pada Media Salmonela Shigella Agar
Untuk Salmonella
Koloni: tidak berwarna, kecil ,smooth
Untuk Shigella
Koloni : kecil, tidak berwarna, jernih, keping dan smooth
Untuk vibrio
Koloni : tidak tumbuh

Apabila hasil praktikum dibandingkan dengan sumber, diketahui bahw apabila


dilihat dari cirri koloni, koloni yng tumbuh pada Mac Conkey Agar adalah koloni
vibrio, pada media TCBS Agar negative dan pada SS Agar dapat diduga adanya
Salmonella da Shigella. Namun untuk pemeriksaan lebih akurat dan pasti harus
dilakukan tes-tes selanjutnya seperti uji antisera, uji biokimia, dan uji gula-gula.
Penentuan spesies tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat cirri-ciri koloni yang
tumbuh(identifikasi koloni)

Digunakan media transport carry and blair dalam pemeriksaan bertujuan untuk
mengirim sampel apabila laboratorium berjarak jauh dengan tempat pengambilan
sampel. Selain itu pada media carry and blair bakteri yang ada di dalam specimen
tidak mati dan tidak berkembangbiak. Sehingga kondisi bakteri tidak berubah.

Digunakannya media selektif seperti Mac Conkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar
karena media ini spesifik ditumbuhi bakteri-bakteri tertentu saja seperti Mac Conkey
hanya ditumbuhi oleh bakteri gram negative basil, bakteri vibrio dmiliki media
khusus yaitu SS Agarapat tumbuh dalam Mac Conkey karena merupakan gram
negative batang sedangkan untuk Salmonella dan Shigella memiliki media khusus
yaitu SS Agar.

Pada TCBS semua spesies vibrio dari berbagai strain memfermentasi sukrosa
sehingga apabila ditemukan warna kuning pada koloni atau sekitar koloni diduga
positif vibrio. Pada praktikum TCBS tetap berwarna hijau sehingga inkubasi
dilanjutkan.Titik hitam ditengah koloni merupakan khas dari bakteri salmonella
untuk membedakannya dari Shigella pada media SS Agar.

Untuk hasil identifikasi yang baik harus didukung oleh teknik pengambilan sampel
yang baik dan teknik goresan media yang baik agar didapat single koloni dan tidak
bertumpuk sehingga memudahkan pengidentifikasian.teknik pengambilan sampel
rectal swab harus dilakukan sesuai dengan proseur yang ada agar hasil rectal swab
dapat mencerminkan keadaan sebenarnya pada sluran pencernaan

IX. KESIMPULAN
Dari pemeriksaan rectal swab, pada identifikasi koloni pada Media selektif
Mac konkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar ditemukan bakteri phatogen penyebab
gastroenteritis yaitu vibrio (ditemukan pada media Mac Conkey Agar), Salmonella
dan Shigella pada media SS Agar, pada media TCBS Agar belum terbentuk koloni
yang jelas (perlu diinkubasi lagi). Hasil ini harus dilanjutkan dengan uji-uji
berikutnya untuk mendapatkan hasil yang akurat.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Soemarno.2000.Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik.Jogjakarta:Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2. Birnawan, I Made.2010.Pembuatan Goresan Kultur.Denpasar:Balai Laboratorium
Kesehatan Denpasar
3. Mastra,NYoman.dkk.2010.Pedoman Praktikum Bakteriologi Semestes
III.Denpasar: Sekretariat Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
4. Anonim,2010.Diare Disentri.Avaliable at: http://pediatric-
gadjahmada.blogspot.com/diare-disentri.opened:5 November 2010

Anda mungkin juga menyukai