Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH BAKTERIOLOGI

“MICROCOCCACEAE”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi


yang ditujiukan kepada Ibu Dra. Estu Lestari, MM

Disusun oleh :

Shafira Nurianti Salim (1010171026)

Amelia Novita Dewi (1010171076)

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul Sel Darah
ini, ditujukan untuk memenuhi tugas dari Ibu Dra. Estu Lestari, MM dengan mata
kuliah Bakteriologi.

Dimana dalam penulisan makalah ini kami berharap kepada pembaca agar dapat
memahami dan mengerti tentang Micrococcaceae . Dalam penulisan makalah ini, kami
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata dari kami, mohon maaf
apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan yang mngkin dapat kita
maklumi bersama.

Jakarta, 21 September 2018

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Micrococcaceae termasuk kingdom monera yaitu makhluk hidup yang cuma
punya sel prokariotik tunggal saja. Sel prokariotik tunggal ini adalah sel yang nggak
punya nukleus atau organel yang terikat membran.
Micrococcaceae termasuk kedalam ordo eubakteriaes yang merupakan ordo
terbesar, meliputi beraneka yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Micrococcaceae termasuk kelompok bakteri aerob dan an-aerob
Micrococcaceae termasuk sel yang berbentuk bola – batang, biasanya gram +
meskipun beberapa kokus dan beberapa hasil yang berspora dan an-aerob lekas
kehilangan warna gram.

Ciri-ciri bakteri Micrococcaceae bisa dilihat dari bentuknya. Bentuk sel bakteri ini
seperti peluru dan seperti koloni tetrade. Selain itu, massa dari bakteri ini juga
nggak beraturan. Contoh dari bakteri ini adalah bakteri Sarcia dan Staphyloccus
aureus. Bakteri ini sifatnya pathogen dan bisa menimbulkan banyak penyakit.

Kecenderungan untuk menyebabkan penyakit: Stomatococci adalah bagian dari


flora oral yang normal dan sekarang menjadi patogen yang muncul pada pasien
immunocompromised. Micrococci menjadi patogen ketika mereka secara tidak
sengaja dimasukkan ke host yang rentan. Staphylococci telah lama dikenal
sebagai patogen manusia yang penting.

Spesies patogen yang paling umum terisolasi dalam urutan patogenisitas adalah S.
aureus, S. epidermidis, dan S. saprophyticus.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Micrococcaceae?
2. Apa morfologi Micrococcaceae ?
3. Apa penyakit yang disebabkan dari Family Micrococcaceae ?
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini hanya menjelaskan tentang Micrococcaceae, morfologi
Micrococcaceae dan penyakit yang disebabkan oleh salah satu spesies bakteri dari
family Micrococcaceae

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui Micrococcaceae
2. Untuk mengetahui morfologi Micrococcaceae
3. Supaya dapat mengetahui penyakit yang disebabkan oleh salah satu spesies
bakteri dari family Micrococcaceae
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi.
1.5 Manfaat
1. Dapat menjadi sumber informasi mengenai Family Micrococcaceae

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Micrococcaceae adalah bakteri sel yang tunggal berbentuk bola, tidak
berspora. Pembiakan menurut 2 atau 3 arah ada juga yang menurut 1 arah
merupakan artreptococcus, ada pula yang tidak berhubungan. Gram
variable . genus yang terkenal dari family Micrococcaceae ialah :
a. Micrococcus dengan 16 spesies saprobe, jarang pathogen. Berkelompok
tidak beraturan
b. Staphylococcus dengan 2 spesies. Gram positif, kelompok serupa
untaian, warna kuning. Saprobe atau pathogen. Staphylococcus aureus
ditemukan pada kulit, selaput lendir, bisul-bisul dan luka-luka
c. Gaffkya dengan 2 spesies, pathogen pada hewan dan manusia
d. Sarcina dengan 10 spesies, berkelompok serupa paket atau kotak, ada
yang berwarna. Pabroba atau semi-parasit. Sarcina lutea berpigmen
kuning.

2.2 Klasifikasi
Domain : Bacteria

Filum : Actinobacteria

Class : Actinobacteria

Ordo : Eubakterieus

Sub ordo : Micrococcineae

3
Family : Micrococcaceae

Genus : - Kocuria

- Micrococcus

- Staphylococcus

- Tersicoccus

- Gaffkya

- Sarcina

 Spesies

Micrococcus : -M. aloeverae

-M. antarctieus

-M. cohnii

-M. endophyticus

-M. flavus

-M. lactis

-M. luteus

-M. lylae

-M. roseus

Staphylococcus : -S. aureus

-S. epidermis

Kocuria : - K. Kristine

-K. rhizophila

4
-K. rosea

Tersicoccus : - T. phoenicis

Gaffkya : - A. Viridans

Sarcina : - Sarcina Ventriculi

Micrococcaceae Termasuk 4 genera :

- Planococcus - hidup bebas saprofit

- Micrococcus - saprofit hidup bebas

- Stomatococcus - flora normal di permukaan primata dan mamalia


lainnya

- Staphylococcus - flora normal di permukaan primata dan mamalia


lainnya

Semua, kecuali Planococcus telah diisolasi dari sumber yang signifikan


secara klinis.

2.3 Morfologi dan Karakteristik Umum

Ciri-ciri bakteri Micrococcaceae bisa dilihat dari bentuknya. Bentuk sel


bakteri ini seperti peluru dan seperti koloni tetrade. Selain itu, massa dari
bakteri ini juga nggak beraturan. Contoh dari bakteri ini adalah bakteri
Sarcia dan Staphyloccus aureus. Bakteri ini sifatnya pathogen dan bisa
menimbulkan banyak penyakit.

Gram positif cocci yang mungkin kehilangan kemampuan untuk


mempertahankan karakteristik pewarnaan Gram positif mereka dengan
usia.

5
Dapat terjadi secara tunggal, berpasangan, tetrad (umum untuk
Micrococci), atau dalam kelompok (Staphylococci - staphyle berarti
sekelompok anggur dan pengaturan ini adalah karena kecenderungan
organisme untuk membelah diri di berbagai bidang).

2.4 Pola pembagian

- Staph sp. beraturan

6
- micrococcus sp. Beraturan

7
Micrococcaceae akan tumbuh di sebagian besar media laboratorium yang akan
mendukung pertumbuhan organisme Gram positif. Dalam 24 jam, koloni melingkar
dengan konsistensi mentega akan tumbuh.

koloni Staph aureus

- S. aureus secara klasik memiliki pigmentasi emas atau kuning, tetapi banyak
isolat klinis memiliki pigmentasi berwarna krem atau putih.

koloni Staph epidermidis

- S. epidermidis menghasilkan koloni putih

8
Koloni Micrococcus luteus

- M. luteus menghasilkan koloni dengan pigmentasi kuning cerah

S. aureus

- M. luteus menghasilkan koloni dengan pigmentasi kuning cerah

9
Media selektif dapat digunakan untuk mengisolasi Staph. dari
spesimenkemungkinan terkontaminasi dengan flora bakteri lainnya.

Phenylethyl alcohol (PEA) - menghambat bakteri Gram negatif

Columbia-Nalidixic Acid agar (CNA) - menghambat bakteri Gram negative


Mannitol salts agar (MSA)garam tinggi (7,5%) menghambat pertumbuhan
sebagian besar organisme lain, tetapi Staph. adalah halogen fakultatif dan dapat
tumbuh hingga 10% garam.

MSA juga mengandung mannitol dan indikator pH fenol merah. Jika


organisme yang tumbuh pada fermentasi MSA mannitol, asam yang dihasilkan
mengubah koloni kuning. S. aureus ferments mannitol dan S. epidermidis
tidak.

10
2.5 Dua Genus yang terkenal di Family Micrococcaceae
A. Micrococcus
Micrococcus , genus bakteri bola dalam keluarga Micrococcaceae
yang tersebar luas di alam. Micrococci yang mikrobiologis dicirikan
sebagai kokus gram positif, 0,5 sampai 3,5 μ m (mikrometer; 1 μ m =
-6
10 meter) dengan diameter. Micrococci biasanya tidak bersifat
patogen. Mereka adalah penghuni normal tubuh manusia dan bahkan
mungkin penting dalam menjaga keseimbangan di antara berbagai flora
mikroba kulit.
Beberapa spesies ditemukan di debu udara ( M. roseus ), di tanah (M.
denitrificans ), di perairan laut ( M. colpogenes ), dan pada kulit atau di
kelenjar kulit atau sekresi kelenjar kulit vertebrata ( M. flavus ). Spesies
yang ditemukan dalam susu, seperti M. luteus , M. varians, danM.
freudenreichii, kadang-kadang disebut sebagai micrococci susu dan
dapat mengakibatkan pembusukan produk susu.

 Spesies
A. Micrococcus luteus

Micrococcus luteus (M. luteus) adalah bakteri Gram-positif terhadap


Gram-variabel, non-motil, coccus, saprotropik. Ia dapat terbentuk di

11
tetrad atau gugus yang tidak teratur tetapi tidak dalam rantai dan milik
keluarga Micrococcaceae. M. luteus pertama kali dikenal
sebagai Micrococcus lysodeikticus dan ditemukan oleh Alexander
Fleming pada tahun 1928. Namanya singkatan: mikroskopis (mikro),
bentuk bulat (coccus), dan kuning (luteus).

Micrococcus luteus adalah Gram-positif , Gram-variabel, nonmotile,


coccus, tetrad-mengatur, berpigmen, saprotrophic bakteri yang milik
keluarga Micrococcaceae. Ini adalah urease
dan katalase positif. Aerobe obligat, M. luteus ditemukan di tanah,
debu, air dan udara, dan sebagai bagian dari flora normal kulit
mamalia. Bakteri juga berkoloni
pada mulut manusia, mukosa , oropharynx dan saluran pernapasan
bagian atas . Itu ditemukan oleh Sir Alexander Flemingsebelum dia
menemukan penicillin pada tahun 1928. M. luteus dianggap sebagai
kontaminan pada pasien yang sakit dan resisten dengan memperlambat
proses metabolisme utama dan menginduksi gen-gen unik. Ini
adalah bakteri rasio G + C tinggi .

M. luteus bersifat koagulase negatif, bacitracin rentan, dan membentuk


koloni kuning cerah pada nutrient agar . Untuk memastikannya
bukan Staphylococcus aureus , uji kerentanan bacitracin dapat
dilakukan. M. luteus telah terbukti bertahan hidup
di lingkungan oligotropik untuk waktu yang lama. Karya terbaru oleh
Greenblatt et al. menunjukkan bahwa Micrococcus luteus telah
bertahan selama setidaknya 34.000 hingga 170.000 tahun berdasarkan
analisis 16S rRNA, dan mungkin lebih lama. [2] Ini diurutkan pada
tahun 2010 dan memiliki salah satu genom

12
terkecil aktinobakteri hidup bebas yang diurutkan hingga saat ini, yang
terdiri dari satu kromosom melingkar 2.501.097 bp.

 Fakta Menarik:

- M. luteus ditemukan di tanah, debu, air, dan flora kulit manusia. Itu juga
telah diisolasi dari makanan seperti susu dan keju kambing.
- Bakteri ini sering diatur dalam tetrad melingkar dan membentuk koloni
kuning cerah pada nutrien agar.
- Bakteri ini dapat menahan radiasi UV dalam dosis besar dan juga
memiliki kemampuan untuk mendegradasi polutan seperti bensin.
- M. luteus memainkan bagian penting dalam penemuan Fleming dari
Lysozyme ('antibiotik alami tubuh').
- M. luteus memiliki kemampuan untuk menunjukkan dormansi tanpa
membentuk spora. Tidak seperti actinobacteria lainnya, M. luteus hanya
mengungkapkan satu faktor mempromosikan resusitasi yang diperlukan
untuk munculnya bentuk dormansi, dan memiliki beberapa protein lain
yang berhubungan dengan dormansi.
- M. luteus menyebabkan bau pada manusia ketika memecah komponen
keringat.

 Infeksi:

- M. luteus dianggap sebagai patogen oportunistik yang dapat


bertanggung jawab untuk infeksi nosokomial.
- M. luteus dapat menyebabkan infeksi kulit dan kadang-kadang secara
klinis keliru untuk Staphylococcus aureus .
- Bakteri ini dapat ditularkan karena praktek mencuci tangan yang
buruk.

13
- M. luteus dapat menyebabkan syok septik pada orang dengan
gangguan imun.

B. Genus Staphylococcus
Staphylococcus , (genus Staphylococcus ), kelompok bakteri bola ,
spesies paling terkenal yang secara universal hadir dalam jumlah besar pada
selaput lendir dan kulit manusia dan hewan berdarah panas
lainnya. Istilah staphylococcus , umumnya digunakan untuk semua spesies,
mengacu pada kebiasaan sel-sel agregat dalam kelompok mirip
grapelike. Staphylococci secara mikrobiologi dicirikan sebagai gram-positif
(pada kultur muda), non-spora-pembentuk, nonmotile, anaerob fakultatif
(tidak membutuhkan oksigen).
Yang penting bagi manusia adalah berbagai jenis spesies S. aureus dan S.
epidermidis . Sementara S. epidermidis adalah patogen ringan, oportunistik
hanya pada orang dengan resistansi rendah, strainS. aureus adalah agen
utama infeksi luka, bisul , dan infeksi kulit manusia lainnyadan merupakan
salah satu penyebab paling umum dari keracunan makanan . S. aureus juga
menyebabkan meningitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, danmastitis ,
infeksi payudara pada wanita atau dari ambing pada hewan
peliharaan. Selain itu, infeksi stafilokokus lokal dapat menyebabkan toxic
shock syndrome , penyakit yang terkait dengan pembebasan racun ke dalam
aliran darah dari tempat infeksi.
Salah satu strain yang menjadi perhatian utama manusia adalah S. aureus
yang resisten methicillin(MRSA ), yang ditandai dengan adanya mutasi
tunggal yang membuatnya resisten terhadap methicillin, penicillin
semisintetik yang digunakan untuk mengobati infeksi staphylococcus yang
resisten terhadap penisilin yang berasal dari jamur. Strain S. aureus
inipertama kali diisolasi pada awal 1960-an, tak lama setelah methicillin
digunakan secara luas sebagai antibiotik. Saat ini methicillin tidak lagi

14
digunakan, tetapi strain MRSA yang ditimbulkannya biasanya ditemukan
pada kulit, di hidung, atau di dalam darah atau urin manusia. Sekitar 50 juta
orang di seluruh dunia diyakini membawa MRSA, yang mudah dilewatkan
melalui kontak kulit tetapi jarang menyebabkan infeksi pada individu yang
sehat. Namun, anak-anak yang sangat muda dan pasien lanjut usia atau sakit
di rumah sakit dan panti jompo sangat rentan terhadap infeksi MRSA, yang
sulit diobati karena ketahanannya terhadap sebagian besar
antibiotik. Itupengobatan infeksi MRSA denganvankomisin , antibiotik
sering dianggap sebagai garis pertahanan terakhir melawan MRSA, telah
menyebabkan munculnya S. aureus yang resisten vankomisin (VRSA),
melawan beberapa agen yang efektif. Pada tahun 2005 di Amerika Serikat,
kematian akibat MRSA (sekitar 18.000) melampaui kematian akibat HIV /
AIDS (sekitar 17.000), menggaris bawahi perlunya peningkatan pengawasan
untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran organisme yang berpotensi
mematikan ini.

 Staphylococcus dan Identifikasinya


Sebagian besar staphylococcus apathogen, hidup sebagai komensal
pada tubuh manusia, misalnya pada kulit, tenggorokan, hidung, mulut.
Banyak juga dijumpai pada debu-debu, di udara, makanan-makanan, dalam
minuman-minuman dsb.
Tetapi beberapa jenis dari staphylococcus dapat menyebabkan penyakit,
terutama menyebabkan infeksi pada luka-luka (pyogenes). Diantaranya ada
juga menyebabkan keracunan makanan, karena mengeluarkan racun
(exotoxin). Jenis staphylococcus yang dapat menyebabkan penyakit, ialah :
a) Micrococcus pyogenes var.aureus. (Nama lama : Staphylococcus aureus).
b) Micrococcus pyogenes var.albus (Nama lama : Staphylococcus albus).
Staphylococcus ini dapat menyebabkan :
a) infeksi-infeksi pada luka.

15
b) furunkel (bisul, radang kulit), karbunkel (bisul-bisul yang berkumpul).
c) abses (rongga berisi nanah).
d) osteomyelitis akut (radang sumsum tulang).
e) infeksi saluran kencing.
f) mastitis (radang payudara).
g) catarrhe urinary (radang selaput lendir dari saluran kencing).
h) sepsis, septicaemia, pyaemia, dll.

Bila suatu bakteri masuk ke dalam darah dan belum berkembang biak
disebut ”bacteriaemia”. Jika bakteri sudah berkembang biak sehingga tuan
rumah sakit disebut “septicaemia”. Jika bakteri yang masuk ke dalam darah
disertai dengan pembentukan nanah yang turut beredar dalam aliran darah,
keadaan ini disebut “pyaemia”. Seandainya septicaemia dan pyaemia
menjadi satu, keadaan ini disebut “septicopyaemia”, umumnya dinamakan
“sepsis” saja (peracunan darah). Sepsis sangat berbahaya, tetapi dalam
keadaan infeksi tidak selalu terjadi sepsis.

 Sifat-sifat staphylococcus.
Gram positif, bentuknya bulat berkumpul-kumpul seperti buah anggur.
Aerobe dan fakultatif anaerobe. Tumbuh dalam media biasa, suhu optimium
37°C. Mengeluarkan beberapa pigmen.
Meragikan beberapa karbohidrat tanpa gas, misalnya : glukosa,
laktosa, saccharosa, mannitol. Dapat melunakkan gelatin dan mengentalkan
susu serta membentuk asam.

 Jenis-jenis staphylococcus (micrococcus).


a. Staph.aureus (Micrococcus pyogenes var.aureus). mengeluarkan
pigmen kuning-emas (aurum), pathogen.

16
b. Staph.albus (Micrococcus pyogenes var.albus). mengeluarkan pigmen
putih (albus), pathogen.
c. Staph.citreus, mengeluarkan pigmen kuning jeruk (citrun), tidak
pathogen.
d. Staphylococcus epidermidis, adalah staphylococcus albus yang
hidupnya komersal pada kulit.

 Spesies
A. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen manusia utama yang


menyebabkan berbagai manifestasi klinis.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat
dalam bentuk tunggal, berpasangan, tetrad atau berkelompok seperti buah
anggur, jenis tidak bergerak, tidak berspora, dengan diameter 0.7 – 0.9 um,
famili micrococcaceae dan termasuk gram positif.
Pembentukan kelompok pada staphylococcus karena pembelahan sel
terjadi dalam tiga bidang dan sel - sel anaknya cenderung untuk tetap berada
di dekat sel induknya.
Nama bakteri ini berasal dari bahasa latin “ Staphele “ yang artinya anggur.
Beberapa spesies memproduksi pigmen berwarna kuning sampai oranye,
misalnya staphylococcus aureus. 50 % penduduk membawa staphylococcus

17
aureus dalam saluran pernafasan yaitu hidung dan kerongkongan. Daerah
penyebarannya meliputi udara, debu, bahan - bahan pakaian ( pakaian jadi,
tempat tidur dan kerajinan tangan ), lantai, air, sampah dan serangga.
Staphylococcus aureus biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan yang dikonsumsinya, tangan, kontaminasi dan keracunan pangan
oleh staphylococcus aureus dapat juga disebabkan kontaminasi silang.
Organisme dengan mudah berpindah ke kulit terutama tangan dan rambut.
Staphylococcus juga biasa menginfeksi luka, bisul dan luka terbuka.
Organisme tersebut juga dijumpai pada hewan lembu dan kambing serta
dalam susu segar.
Staphylococcus aureus disebarkan oleh pengelola pangan, selama
pemasakan dan penyimpanannya. Penanganan pangan dengan tangan yang
tidak menggunakan peralatan memadai merupakan cara penyebaran yang
paling umum, terutama jika orang yang menangani pangan mengalami
infeksi atau luka pada tangannya. Batuk dan bersin dekat dengan pangan
dapat menyebabkan kontaminasi. Rambut yang jatuh pada makanan atau
menggantung ( terurai ) dekat dengan makanan juga dapat menimbulkan
bahaya.
Sebagian besar pencemar staphylococcus aureus berasal dari susu murni.
Staphylococcus aureus dapat mencemari makanan dalam penyimpanan
bersuhu 40 C sampai 600 Cdalam jangka waktu yang lama, proses
pasteurisasi, pemanasan ultra tinggi dan pemasakan normal tidak mampu
merusak enterotoksin staphylococcus aureus, dikarenakan relatif stabil
dengan panas dan mampu bertahan pada pemanasan suhu air mendidih 100
0 C selama 10 menit.

18
 Sifat –sifat staphylococcus aureus
Bakteri staphylococcus aureus mempunyai beberapa sifat yaitu :

1. Pathogen Adalah menyebabkan penyakit tipe toksin.

2. Memproduksi enterotoksin
Enterotoksin adalah toksin yang spesifik terhadap sel di dalam sel
usus halus dan menimbulkan gejala keracunan makana. Toksinnya
dapat bertahan pada suhu air mendidih 100 0 C selama 10 menit.
Bakter staphylococcus aureus mudah mati karena panas ,
pemanasan pada suhu 660 C selama 10 menit.
3. Memproduksi koagulase yaitu bersifat menggumpalkan plasma.
4. Proteolitik, Lipolitik dan betahemolitik
- Proteolitik : bersifat menguraikan protein menjadi asam amino
(senyawa Nitrogen )
- Lipolitik : bersifat menghidrolisis lemak menjadi asam lemak (
penguraian molekul dengan penambahan air
- Betahemolitik : proses lisis yang sempurna menyebabkan
perubahan nyata pada media ( jernih ).
5. Aerob fakultatif yaitu mampu tumbuh dalam lingkungan dengan
atau tanpa oksigen ( O2).

 Patogenitas Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan salah satu kuman patogen yang


berbahaya. Infeksi oleh Staphylococcus aureus dapat menyebar melalui
kontak dengan nanah dari luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus,
kontak dengan kulit orang yang terinfeksi Staphylococcus aureus, kontak
dengan karier Staphylococcus aureus, serta kontak dengan barang-barang,

19
seperti handuk, seprei, pakaian, dan alat pencukur jenggot orang yang
terinfeksi Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus dapat
menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam
jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat
yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk
enzim dan toksin.

1. Katalase

Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap

proses fagositosis. Tes adanya aktivitas katalase menjadi pembeda


genus Staphylococcus dari Streptococcus.

2. Koagulase

Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat,


karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi
dengan enzim tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan
aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada
permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis.

3. Hemolisin

Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona


hemolisis disekitar koloni bakteri. Hemolisin pada Staphylococcus
aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisin, dan delta hemolisisn.
Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan zona hemolisis disekitar koloni Staphylococcus aureus
pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada
kulit hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama
dihasilkan Staphylococcus yang diisolasi dari hewan, yang
menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan

20
delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah
manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah
merah domba.

4. Leukosidin

Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan.
Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena

Staphylococcus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih


manusia dan dapat difagositosis.

5. Toksin eksfoliatif

Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan


matriks mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan
pemisahan intraepitelial pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin
eksfoliatif merupakan penyebab Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome (SSSS), yang ditandai dengan melepuhnya kulit.

6. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST)

Sebagian besar galur Staphylococcus aureus yang diisolasi dari


penderita sindrom syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik.
Pada manusia, toksin ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan
gangguan multisistem organ dalam tubuh

7. Enterotoksin

Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana
basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam
keracunan makanan, terutama pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein.

21
 Staphylococcus mengeluarkan toxin (exotoxin) dan toxin ini ada bermacam-
macam.
 Exotoxin
1) Hemolysin : Exotoxin yang menghancurkan eritrosit. Hampir 80% staph.
dapat mengeluarkan hemolysin ini.
2) Fibrinolysin : Exotoxin yang dapat menghancurkan bekuan darah.
3) Leucocidin : Exotoxin yang dapat menghancurkan leukosit (sel-sel darah
putih).
4) Necrotoxin : Exotoxin yang dapat merusak kulit.
5) Enterotoxin : Exotoxin yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Pada
umumnya terdapat dalam makanan conserveren (makanan
yang diawetkan).
 Pembikinan koagulase
Ini adalah enzym yang dapat membekukan plasma darah. Enzym
koagulase ini terdapat dalam Staphylococcus pyogenes (staphylococcus
yang ganas).

 Pembikinan hyaluronidase.
Hyaluronidase, adalah enzym yang menghancurkan sel-sel kulit dan
zat-zat yang terdapat di antara sel-sel kulit. Dengan demikian enzym ini
mempermudah kuman-kuman staphylococcus atau kuman-kuman lain
masuk ke dalam kulit.
Staphylococcus pyogenes (aureus) dapat merusak darah
(hemolysis), Staphylococcus albus ada yang hemolysis ada yang tidak.
Staph.citreus tidak menghemolysakan darah.

22
C. Diagnose
Caranya :
Bahan (material) yang diterima biasanya berupa pus (nanah), luka-
luka infeksi, dll. Dibuat sediaan langsung dari bahan, disebut ”direct
preparat” yang dilakukan dengan pewarnaan Methylenblue dan Gram. Pada
direct preparat ini, coccus belum menunjukkan ciri-ciri staphylococcus,
belum berkumpul-kumpul. Jadi dari sediaan langsung belum dapat
ditetapkan diagnosa.
Secara aseptis bahan ditanam ke perbenihan agar, agar-darah dan
bouillon darah, secara goresan pada media padat dengan memakai ose.
Media disimpan dalam inkubator 37°C selama 24 jam. Keesokan harinya
perhatikan koloni-koloni yang tumbuh pada media.
Agar biasa : Koloni-koloni staphylococcus bulat-cakram, berkilat,
besarnya 2-4 mm. Catat warna-warna koloni
apakah : albus, aureus atau citreus.
Agar darah : Koloni-koloni staphylococcus sedikit lebih besar dari
agar, perhatikan apakah ada hemolysis beta atau gamma.
Dari agar darah ini pun dapat dilihat pigmen
staphylococcus.
Bouillon darah : Fungsinya sama dengan agar darah, yaitu untuk melihat
adanya hemolysis atau tidak. Jika sebelah atas sediment
eritrosit ada warna merah, berarti ada hemolysis (beta
hemolysis). Tidak ada warna merah, hemolysis tidak
terjadi (gamma hemolysis).
Koloni-koloni yang tersangka staphylococcus, baik dari agar maupun agar-
darah, dilakukan pewarnaan Gram. Dalam pewarnaan ini bentuk
Staphylococcus sudah jelas. Jika pada agar biasa masih diragukan pigmen
staphylococcus, 1 koloni ditanam ke medium Loffler, eramkan 37°C selama

23
24 jam. Pada Loffler ini warna staphylococcus sudah jelas apakah : albus,
aureu atau citreus. Sampai di sini sudah dapat diberikan diagnosa.
 Memberikan diagnosa :
1. Misalnya Gram preparat dari agar/agar darah terdapat Staphylococcus.
Pada agar/Loffler warnanya albus. Pada agar darah : anhemolyse (gamma
hemolyse).
Diagnosa : Staphylococcus albus anhemolyticus.
2. jika pada agar/Loffler terbentuk pigmen : aureus dan pada agar
darah  hemolysis (beta hemolysis).
Diagnosa : Staphylococcus aureus hemolyticus.

 Tanda – tanda dan gejala keracunan Staphylococcus aureus

Keracunan makanan dari Staphylococcus aureus disebabkan oleh racun


yang diproduksi selama pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme tersebut dalam makanan. Racun yang telah ada di dalam
makanan apabila tertelan dapat mengiritasi permukaan lambung dengan
sangat cepat, antara lain dengan tanda – tanda :

1. Periode inkubasi : 2 – 6 jam , yaitu waktu antara saat makanan tercemar


dimakan dengan munculnya gejala pertama.
2. Dosis toxic : 1 mg toksin ( 1 ng / g makanan ), yaitu jumlah racun yang
dapat menyebabkan keracunan.
3. Lama sakit : 24 jam , biasanya pasien dapat sembuh dari gejala – gejala
keracunan dalam jangka pendek sekitar 1 – 2 hari.
4. Gejala _gejala : muntah – muntah berat, kram perut, diare terkadang sampai
pingsan.

24
 Pencegahan atau upaya untuk mengurangi resiko keracunan oleh
Staphylococcus aureus

Tindakan yang harus dilakukan oleh pengelola pangan adalah :

1. Harus dipelihara standar hygiene yang tinggi bagi setiap orang


2. Pangan yang mudah menyebabkan keracunan oleh Staphylococcus
harus disimpan dalam pendingin.

B. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari
genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi
oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah). Beberapa karakteristik bakteri ini adalah fakultatif,
koagulase negatif, katalase positif, gram positif, berbentuk kokus, dan
berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan
membran mukosa manusia. Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat
terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah
sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi
nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan
atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat
terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang
dirawat dalam waktu lama.

25
Gram strain of Staphylococcus epidermidis

Gram strain of Staphylococcus epidermidis

Organisme ini menghasilkan glycocalyx "lendir" yang bertindak sebagai


perekat mengikuti ke plastik dan sel, menyebabkan resistensi terhadap
fagositosis dan antibiotik. Staphylococcus epidermidis dapat bertahan di
permukaan yang kering untuk waktu yang lama.Staphylococcus

26
epidermidis hidup parasit pada manusia dan hewan berdarah panas lainnya.
(Nilsson, et al. 1998).

 Karakteristik (ciri-ciri)

Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

1. Bakteri fakultatif.

2. Koagulase negatif, katalase positif, gram positif.

3. Berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm.

4. Hidup pada kulit dan membran mukosa manusia.

 Penyakit

Infeksi Staphylococcus epidermidis berhubungan dengan perangkat


intravaskular (katup jantung buatan, shunts, dll), tetapi biasanya terjadi pada
sendi buatan, kateter, dan luka besar. Infeksi kateter bersama dengan kateter-
induced UTI menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah. Dalam hal ini,
buang air kecil sangat menyakitkan.

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan


dengan Staphylococcus epidermidis. Gejala yang timbul adalah demam, sakit
kepala, dan kelelahan untuk anoreksia dan dyspnea. Septicemia terjadi akibat
infeksi neonatal, terutama ketika bayi lahir dengan berat badan sangat
rendah.Sedangkan, Endokarditis adalah infeksi katup jantung dan bagian
lapisan dalam dari otot jantung. Staphylococcus epidermidis dapat mencemari
peralatan perawatan pasien dan permukaan lingkungan.

27
Berikut adalah distribusi kuman gram positif yang sensitif dan resisten terhadap
bebagai jenis antibiotik berdasarkan uji kuman di RS Fatmawati Jakarta pada
tahun 2001-2002, termasuk Staphylococcus epidermidis:

1. Antibiotika golongan amino glikosida

Data hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diuji kecil,
kepekaan paling tinggi ditemukan terhadap kanamisin, netilmisin dan
tobramisin pada Staphylococcus epidermidis (100%), netilmisin
pada Streptococcus β haemoliticus (90.0%), dibekasin, gentamisin, netilmisin,
tobramisin pada Staphylococcus aureus (100%). Tingkat resistensi paling
tinggi ditunjukkan terhadap tobramisin pada Streptococcus β
haemoliticus (100%) dan gentamisin untuk Staphylococcus
epidermidis (33,3%).

2. Antibiotika golongan sefalosporin

Data hasil uji kepekaan kuman terhadap antibiotika golongan ini menunjukkan
sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil, kepekaan tertinggi terlihat terhadap
sefotaksim dan seftizoksim pada Staphylococcus epidermidis (100%),
seftizoksim dan seftriakson untuk Streptococcus β haemoliticus (100%)
sedangkan Staphylococcus aureus terhadap semua antibiotika yang diuji masih
sensitif. Resistensi tertinggi terlihat terhadap seftriakson untuk Staphylococcus
epidermidis (50,0%) sefaleksin untuk Streptococcus β haemoliticus (75,0%).

3. Antibiotik golongan penisilin

Disini terlihat sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil. Kepekaan tertinggi
terlihat terhadap amoksisilin-asam klavulanat untuk Staphylococcus
epidermidis (100%), sulbenisilin, penisilin G terhadap Streptococcus β
haemoliticus (100%). Resistensi tertinggi terlihat terhadap amoksisilin,
ampisilin, penisilin G pada Staphylococcus epidermidis (100%)

28
dan Staphylococcus aureus telah resisten terhadap semua antibiotika yang diuji
(100%).

4. Antibiotika golongan lainnya

Sampel yang diuji juga dalam jumlah kecil. Kepekaan tertinggi ditunjukkan
oleh Staphylococcus aureus (100%) terhadap tetrasiklin, kotrimoksazol dan
fosmisin, Staphylococcus epidermidis (83.3%) terhadap
kotrimoksazol, Streptococcus β haemoliticus (100%) terhadap siprofloksasin
dan fosmisin. Resistensi tertinggi diperlihatkan kloramfenikol, siprofloksasin
pada Staphylococcus aureus (100%), tetrasiklin untuk Staphylococcus
epidermidis (85.7%) dan Streptococcus β haemoliticus (57.1%).

Dapat diambil kesimpulan, bahwa Staphylococcus


epidermidis mempunyai kepekaan tertinggi berturut-turut terhadap kanamisin,
netilmisin, tobramisin, sefotaksim, seftizoksim, amoksisilin-asam klavulanat
dan kotrimoksazol. Resistensi tertinggi berturut-turut diberikan untuk
ampisilin, amoksisilin, penisilin G. tetrasiklin dan kloramfenikol.

Meskipun ada banyak penelitian tentang S. virulensi faktor epidermidis, sedikit


yang telah dilakukan untuk mengetahui modus kerjanya.

 Pengobatan

Staphylococcus epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia,


telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti
methicillin, novobiocin, klindamisin, dan penisilin benzil. Untuk mengobati
infeksi digunakan vankomisin, hasil atau rifampin.

29
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bakteri dari Family Micrococcaceae biasanya terdapat pada
saluran pernafasan dan kulit. Bakteri tersebut pada saluran
pernafasan dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit,
individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier,infeksi serius
akan terjadi ketika resistensi inang melemah Karena adanya
perubahan hormone contohnya adanya penyakit,luka atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang menyebabkan pelemahan
inang.

2. Saran
1. Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi
acuan dalam mempelajari tentang Micrococcaceae . Dan
harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis
tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis
walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.
2. Kepada para pembaca agar lebih banyak mencari informasi
mengenai segala seseuatu yang ada kaitannya dengan
Micrococcaceae.

30

Anda mungkin juga menyukai