Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KADAR LOW DENSITY


LIPOPROTEIN (LDL) DAN KEJADIAN PENYAKIT
JANTUNG KORONER DI RS ALINDA HUSADA

Disusun oleh :
AMELIA NOVITA DEWI
1010171076

( Kelas : VA )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA

2019

i
DAFTAR ISI
BAB 1.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
1. Manfaat Teoritis .......................................................................................... 5

2. Manfaat Aplikatif ........................................................................................ 5

BAB II ................................................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 7
2.1 Jantung ............................................................................................................... 7
2.2 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) ...................................................... 9
2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner ....................................................... 11
2.4 Penyebab Penyakit Jantung Koroner............................................................ 11
2.5 Rokok ............................................................................................................... 18
2.6 Manfaat Low Density Lipoprotein (LDL)..................................................... 19
2.7 Batasan Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Dalam Tubuh................. 20
1.1.1 Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL ............................................................. 20

2.8 Kerangka Berfikir ........................................................................................... 21


BAB III ............................................................................................................................. 22
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 22
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 23
3.5 Teknik Analisa Data........................................................................................ 24
3.5.1 Adapun hipotesis yang digunakan adalah: ................................................ 25

i
3.5.2 Kriteria penerimaan hipotesis uji kolerasi adalah : ................................... 25

3.5.3 Koefisien kolerasi :.................................................................................... 26

3.5.4 Interpretasi hasil ........................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 27

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok terbesar di
dunia setelah China dan India serta menduduki peringkat ke-lima
sebagai konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat,
Rusia dan Jepang (WHO, 2008).
Kebiasaan merokok penduduk Indonesia yang berumur 15
tahun ke atas tahun 2007 hingga tahun 2013 cenderung mengalami
peningkatan dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen. Rata-rata batang
rokok yang di hisap per hari adalah 12,3 batang atau sekitar satu
bungkus. Jumlah rata-rata terbanyak batang rokok yang dihisap
terdapat di Bangka Belitung yaitu 18 batang, sedangkan di Jawa
Tengah sendiri mempunyai rata-rata batang rokok yang dihisap
perhari adalah 10,1 batang (Riskesdas, 2013).
Umur 30-34 tahun mempunyai proporsi terbesar sebagai
perokok aktif sebesar 33,4 persen. Perokok laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan, yaitu 47,5 persen laki-laki dan 1,1 persen
perempuan. Petani/buruh/nelayan merupakan kelompok perokok
paling aktif tiap harinya berdasarkan pekerjaan yaitu sebesar 44,5
persen dibandingkan kelompok pekerjaan yang lain di Indonesia
(Riskesdas, 2013).
Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor peningkatan
kadar kolesterol dalam darah. Banyak orang yang mengaku tahu akan
dampak buruk merokok bagi kesehatan, namun mereka tidak

1
mengetahui bahwa asap rokok dapat meningkatkan kadar Low
Density Lipoprotein (LDL) di dalam tubuh mereka. Zat kimia yang
terkandung dalam rokok dapat meningkatkan kadar Low Density
Lipoprotein (LDL) dan menurunkan kadar yang memenuhi kriteria
inklusi dan High Density Lipoprotein (HDL) dalam ekslusi tubuh
manusia. Pada orang-orang yang merokok ditemukan kadar HDL
yang rendah artinya pembentukan kolesterol baik yang bertugas
membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu.

Sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar


LDL,dimana pada orang yang merokok kadar LDL yang tinggi,
artinya lemak dari hati justru di bawa kembali ke jaringan tubuh
(Sanhia, Pangemanan dan Engka, 2015).

Kolesterol sudah sering kita dengar sehari- hari, kelebihan


kolesterol dapat menyebabkan pengendapan kolesterol pada
dinding pembuluh darah yang menimbulkan penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah yang dikenal sebagai aterosklerosis
yaitu adanya plak pada pembuluh darah. Penyempitan dan
pengerasan yang berat menyebabkan suplai darah ke otot jantung
tidak memadai

sehingga menimbulkan sakit atau nyeri dada yang


disebut angina pektoris. Proses penyempitan yang berlanjut
menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark
miokard dan apabila meluas akan menyebabkan gagal jantung.

Pada laki-laki usia pertengahan (40 tahun ke atas) dengan


tingkat serum kolesterol yang tinggi (kolesterol >240 mg/dl)

2
resiko penyakit jantung koroner (PJK) akan sangat meningkat
(Lombo, Purwanto dan Masinem, 2012).

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian dan


kecacatan terbesar di dunia. Jenis penyakit jantung yang
merupakan penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit
jantung Koroner.

Faktor risiko utama PJK diantaranya adalah dislipidemia.


Dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi
abnormalitas kadar lipid di dalam darah, diantaranya peningkatan
kadar kolesterol, LDL (low density lipoprotein), dan kadar
trigliserida, serta penurunan kadar HDL (high density
lipoprotein).

Menurut penelitian kedokteran molekuler terbaru,


didapatkan bahwa jenis dislipidemia yang paling berbahaya
adalah dislipidemia aterogenik. Deposit kolesterol LDL
dislipidemia aterogenik pada dinding pembuluh darah arteri
menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi endotel sebagai
proses awal terbentuknya plak aterosklerosis.

Lipid, khususnya low density lipoprotein (LDL) saat ini


mulai banyak diteliti sebagai nilai prediksi pada PJK, mengingat
perannya dalam proses aterogenesis. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan imano et al (2011). Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pada populasi di jepang
terdapat hubungan yang kuat antara kadar LDL >80 mg/dl
dengan risiko PJK. Penulis mencoba mengkaji Hubungan

3
Merokok Dengan Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Dan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RS Alinda Husada.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan
identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penyakit jantung koroner penyebab utama kematian di dunia


2. Merokok salah satu faktor resiko LDL meningkat, sedangkan
LDL meningkat petanda yang di gunakan untuk melihat
adanya penumpukan lipid yang berlebihan dan digunakan
untuk menunjang diagnosa.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi
masalah hanya pada Hubungan Merokok Dengan Kadar Low
Density Lipoprotein (LDL) Dan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Di RS Alinda Husada.

1.4 Rumusan Masalah


Bagaimana Hubungan Merokok Dengan Kadar Low
Density Lipoprotein (LDL) Dan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Di RS Alinda Husada?

4
1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan
penelitan yaitu untuk Mengetahui Hubungan Merokok Dengan
Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Dan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner Di RS Alinda Husada, Diharapkan penelitian
ini dapat memberikan informasi apakah kadar LDL dapat
digunakan sebagai faktor risiko PJK, dan sebagai dasar
pemikiran untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan


informasi mengenai Hubungan Merokok Dengan Kadar Low
Density Lipoprotein (LDL) Dan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Di RS Alinda Husada.

2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam


upaya penyebaran informasi mengenai Hubungan Merokok
Dengan Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Dan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Di RS Alinda Husada.

5
b. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber


informasi dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan
kesehatan pada pasien PJK.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber


informasi atau acuan untuk dikembangkan dalam
penelitian selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
Jantung terletak dalam rongga dada sedikit ke kiri diatas
diafragma, berukuran kira kira sebesar kepelan tangan. Jantung
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu jantung kanan dan jantung
kiri. Setiap bagian terdiri dari bilik dan serambi sehingga jantung
dapat dibagi menjadi serambi kanan, bilik kanan, serambi kiri
dan bilik kiri. Serambi dan bilik dipisahkan oleh katup,
sedangkan jantung kanan dan kiri dipisahkan oleh dinding
jaringan yang disebut septum. Jantung kanan menerima darah
kotor dan memompakan ke paru-paru untuk dibersihkan,
kemudian darah bersih, yang kaya oksigen (O2) dan makanan,
masuk kejantung kiri dan dipompakan keseluruh tubuh (Kabo,
2008).
Sistem kardiovaskuler merupakan system yang memberi
fasilitas proses pengangkatan berbagai substansi dari sel tubuh.
Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan
sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah
dari jantung dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung memiliki panjang kira-kira 12 cm (5 in). lebar 9
cm (3,4 in) dan tebal 6 cm (2,5 in), dengan massa rata-rata 250 g
pada wanita dewasa dan 300 g pada pria dewasa. Dua pertiga
massa jantung berada disebelah kiri dari garis tengah tubuh.
Pangkal jantung berada dibagian paling atas, dibelakang
sternum, dan semua pembuluh darah besar masuk serta keluar
dari daerah ini. Apeks jantung yang dibentuk oleh ujung vertikel

7
kiri menunjuk kearah anterior, inferior, dan kiri, serta berada
diatas diafragma (Scanion, 2007).

Gambar 1: anatomi jantung


Sumber : Google
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu epikardium
(lapisan paling luar), miokardium (lapisan bagian tengah) dan
endocardium (lapisan paling dalam). Seperti yang telah disebut
diatas, bahwa lapisan epikardium merupakan lapisan visceral
pericardium serosa yang disusun oleh mesotelium dan jaringan
ikat lunak, sehingga tekstur permukaan luar jantung terlihat
lunak dan licin. Miokardium merupakan jaringan otot jantung
yang menyusun hampir 95% dinding jantung miokardium
bertanggung jawab untuk pemompaan jantung meskipun
menyerupai otot rangka, otot jantung ini bekerja involunter
seperti otot polos seratnya tersusun melingkari jantung. Lapisan
terdalam dinding jantung, endocardium, merupakan lapisan tipis
endothelium yang menutupi lapisan tipis jaringan ikat dan
membungkus katup-katup jantung.

8
Volume darah yang dipompakan keluar setiap kali jantung
berdenyut adalah kurang dari 100 cc, apabila setiap menit jantung
berdenyut 70 kali, maka dalam satu jam jantung akan
memompakan 420 liter darah dan dalam satu hari kurang lebih
10.000 liter darah, sehingga tidak mengherankan jika jantung
pada pembuluh darahnya dikatakan organ yang sangat kuat dan
unik (Kabo, 2008).

2.2 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika
pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh
timbunan lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka arteri akan
makin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung
berkurang.

Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala


PJK, seperti angina dan sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak
segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya, dan memicu
serangan jantung.

Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan


darah kaya oksigen ke jantung. Terdapat dua jenis arteri koroner,
yang sama-sama bercabang dari aorta atau pembuluh darah
besar, yaitu:

1. Arteri koroner kiri utama (left main coronary


artery/LMCA) – Arteri ini berfungsi mengalirkan darah ke

9
serambi kiri dan bilik kiri jantung. LMCA terbagi menjadi
dua bagian, yaitu:

- Left anterior descending (LAD) – berfungsi mengalirkan


darah ke bagian depan dan kiri jantung.

- Circumflex (LCX) – berfungsi mengalirkan darah ke


bagian belakang dan sisi luar jantung.

2. Arteri koroner kanan (right coronary artery/RCA) – Arteri


ini mengalirkan darah ke serambi kanan dan bilik kanan.
Selain itu, RCA juga mengalirkan darah ke nodus
sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang mengatur ritme
jantung. RCA terbagi menjadi right posterior
descending dan acute marginal artery. Bersama LAD,
RCA juga mengalirkan darah ke bagian tengah jantung,
dan septum (dinding pemisah antara bilik kanan dan bilik
kiri jantung).

Berdasarkan data WHO, penyakit jantung koroner merupakan


salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015
saja, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena PJK.
Sedangkan di Indonesia sendiri, lebih dari 2 juta orang terkena
PJK di tahun 2013. Dari jumlah tersebut, PJK lebih sering terjadi
pada rentang usia 45-54 tahun.

10
2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal
akan mengalami kerusakan karena berbagai faktor resiko,
antara lain : faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat
vasokonstriktor, mediator (sitokin), rokok, diet aterogenik,
kadar gula darah berlebih, dan oksidasi LDL-C. LDL
teroksidasi menyebabkan kematian sel dan menghasilkan
respon inflamasi. Terjadi pula respon angiotensin II, yang
menyebabkan vasokonstriksi atau vasospasme, dan
menyetuskan efek protrombik dengan melibatkan platelet dan
faktor koagulasi (Perki, 2015).
Kerusakan endotel memicu terjadinya reaksi inflamasi,
sehingga terjadi respon protektif dan terbentuk lesi fibrofatty
dan fibrous, plak atherosklerotik. Plak atherosklerotik yang
terbentuk dapat menjadi tidak stabil dan mengalami ruptur dan
menyebabkan Sindroma Koroner Akut. Infark terjadi jika plak
aterosklerotik mengalami fisur, ruptur, atau ulserasi, sehingga
terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan
oklusi arterikoroner, sehingga pasokan oksigen terhambat
(Perki, 2015).

2.4 Penyebab Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh
kerusakan pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner.
Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh penumpukan

11
ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan
zat sisa hasil metabolisme tubuh.

Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan


dinding arteri menebal hingga menyempit. Akibatnya,
jantung tidak mendapat cukup asupan darah dan oksigen.
Kondisi ini disebut aterosklerosis.

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis,


antara lain:

1) Hipertensi
Resiko serangan jantung secara langsung
berhubungan dengan tekanan darah, setiap penurunan
tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg risikonya
berkurang sekitar 16 %. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi
vaskuler terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri.
Akibatnya kerja jantung bertambah, sehingga ventrikel
kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa.
Bila proses aterosklerosis terjadi, maka penyediaan
oksigen untuk miokard berkurang. Tingginya
kebutuhan oksigen karena hipertrofi jaringan tidak
sesuai dengan rendahnya kadar oksigen yang tersedia.
Secara sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah
mempercepat aterosklerosis dan arteriosclerosis,

12
sehingga rupture dan oklusi vaskuler terjadi 20 tahun
lebih cepat daripada orang normotensi.
2) Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus akan menyebabkan proses
penebalan membran basalis dari kapiler dan pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga terjadi penyempitan
aliran darah ke jantung. Insiden serangan jantung
meningkat 2 hingga 4 kali lebih besar pada pasien yang
dengan diabetes melitus. Orang dengan diabetes
cenderung lebih cepat mengalami degenerasi dan
disfungsi endotel. Diabetes mellitus berhubungan
dengan perubahan fisik -pathologi pada system
kardiovaskuler. Diantaranya dapat berupa disfungsi
endothelial dan gangguan pembuluh darah yang pada
akhirnya meningkatkan risiko terjadinya coronary
artery diseases (CAD).
3) Dislipidemia
Abnormalitas kadar lipid serum yang merupakan
faktor resiko adalah hiperlipidemia. Hiperlipidemia
merupakan peningkatan kadar kolesterol atau
trigliserida serum di atas batas normal. The National
Cholesterol Education Program (NCEP) menemukan
kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit
jantung koroner. The Coronary Primary Prevention
Trial (CPPT) memperlihatkan bahwa penurunan kadar
kolesterol juga menurunkan mortalitas akibat infark

13
miokard. Dislipidemia diyakini sebagai faktor risiko
mayor yang dapat dimodifikasiuntuk perkembangan
dan perubahan secara progresif atas terjadinya PJK.
Kolesterol ditranspor dalam darah dalambentuk
lipoprotein, 75% merupakan lipoprotein densitas
rendah (low density liproprotein/LDL) dan 20%
merupakan lipoprotein densitas tinggi (high density
liproprotein/HDL). Kadar kolesterol HDL lahyang
rendah memiliki peran yang baik pada PJK dan
terdapat hubungan terbalik antara kadar HDL dan
insiden PJK. Peningkatan kadar lemak berhubungan
dengan proses aterosklerosis. Berikut ini faktor risiko
dari faktor lipid darah: total kolesterol plasma > 200
mg/dl, kadar LDL > 130 mg/dl, kadar trigliserid > 150
mg/dl, kadar HDL < 40 mg/dl.
4) Overweight dan Obesitas
Overweight dan Obesitas meningkatkan resiko
terkena penyakit jantung koroner. Sekitar 25-49%
penyakit jantung koroner di negara berkembang
berhubungan dengan peningkatan indeks massa tubuh
(IMT). Overweight didefinisikan sebagai IMT > 25-30
kg/m2 dan obesitas dengan IMT > 30 kg/m2. Obesitas
sentral atau obesitas abdominal adalah obesitas dengan
kelebihan lemak berada di abdomen. Biasanya keadaan
ini juga berhubungan dengan kelainan metabolik
seperti peninggian kadar trigliserida, penurunan HDL,

14
peningkatan tekanan darah, inflamasi sistemik,
resistensi insulin dan diabetes melitus tipe II. Data dari
Framingham menunjukkan bahwa apabilasetiap
individu mempunyai berat badan optimal, akan terjadi
penurunan insiden PJK sebanyak 25% dan
stroke/cerebro vascular accident (CVA) sebanyak
3,5%. Penurunan berat badan diharapkan dapat
menurunkan tekanan darah, memperbaiki sensitivitas
insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan
dislipidemia. Hal tersebut dapat ditempuh dengan cara
mengurangi asupan kalori dan menambah aktifitas
fisik.
5) Riwayat Merokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin dan karbon monoksida
dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung,
dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua
senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan darah.
6) Faktor Psikososial
Faktor psikososial seperti peningkatan stres
kerja, rendahnya dukungan sosial, personalitas yang
tidak simpatik, ansietas dan depresi secara konsisten
meningkatkan resiko terkena aterosklerosis. Stres
merangsang sistem kardiovaskuler dengan dilepasnya
catecholamine yang meningkatkan kecepatan denyut

15
jantung dan pada akhirnya dapat menimbulkan
vasokonstriksi pembuluh darah koronaria. Beberapa
ilmuwan mempercayai bahwa stress menghasilkan
suatu percepatan dari proses atherosklerosis pada arteri
koroner. Perilaku yang rentan terhadap terjadinya
penyakit koroner (kepribadian tipe) antara lain sifat
agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk
dipandang,keinginan untuk mencapai sesuatu,
gangguan tidur, kemarahan di jalan, dan lain-lain.Baik
ansietas maupun depresi merupakan predictor penting
bagi PJK.
7) Aktivitas Fisik
Olah raga secara teratur akan menurunkantekanan
darah sistolik, menurunkan kadar katekolamin di
sirkulasi, menurunkan kadarkolesterol dan lemak
darah, meningkatkan kadar HDL lipoprotein,
memperbaikisirkulasi koroner dan meningkatkan
percaya diri. Diperkirakan sepertiga laki-laki dan dua
per tiga perempuan tidak dapat mempertahankan irama
langkah yang normal pada kemiringan gradual (3 mph
pada gradient 5%). Olah raga yang teratur berkaitan
dengan penurunan insiden PJK sebesar 20-40 %. Olah
raga secara teratur sangat bermanfaat untuk
menurunkan faktor risiko seperti kenaikan HDL-
kolesterol dan sensitivitas insulin serta menurunkan
berat badan dan kadar LDL-kolesterol. Pada latihan

16
fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem
kardiovaskuler,yaitu peningkatan curah jantung dan
redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke
organ yang aktif.
8) Gaya Hidup
Resiko terkena infark miokard meningkat pada
pasien yang mengkonsumsi diet yang rendah serat,
kurang vitamin C dan E, dan bahan-bahan
polisitemikal. Mengkonsumsi alkohol satu atau dua
sloki kecil per hari ternyata sedikit mengurangi resiko
terjadinya infark miokard. Namun tidak semua literatur
mendukung konsep ini, apabila mengkonsumsi alkohol
berlebihan, yaitu lebih dari dua sloki kecil perhari,
pasien memiliki peningkatan resiko terkena penyakit.
Studi Epidemiologi yang dilakukan terhadap beberapa
orang telah diketahui bahwa konsumsi alkohol dosis
sedang berhubungan dengan penurunan mortalitas
penyakit kardiovaskuler pada usia pertengahan dan
pada individu yang lebih tua, tetapi konsumsi alkohol
dosis tinggi berhubungan dengan peningkatan
mortalitas penyakit kardiovaskuler. Peningkatan dosis
alkohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas
kardivaskuler karena aritmia, hipertensi sistemik, dan
kardiomiopati dilatasi.

17
Dan dalam penelitian ini merokok dan kadar LDL menjadi salah
satu faktor resiko pjk yang di angkat menjadi bahan penelitian.

2.5 Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah di cacah (Jaya, 2009). Rokok
merupakan salah satu produk industri dan komoditi internasional
yang mengandung sekitar 300 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang
penting antara lain : tar, nikotin, benzovrin, metal-kloride,
aseton, amonia, dan karbon monoksida (Bustan, 2007). Selain itu
sebatang rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun
yang berbahaya untuk tubuh dimana 43 diantaranya bersifat
karsinogenik (Aditama, 2013). Dengan komponen utama adalah
nikotin suatu zat berbahaya penyebab kecanduan, tar yang
bersifat karsinogenik, dan CO yang da pat menurunkan
kandungan oksigen dalam darah. Rokok juga dapat
menimbulkan penyakit seperti jantung koroner, stroke dan
kanker.

Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding


arteri jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu,
risiko terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen
lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok.
Merokok meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner
sebesar 50%. Orang yang tidak merokok dan tinggal bersama
perokok (perokok pasif) memiliki peningkatan risiko sebesar 20-

18
30% dibandingkan dengan orang yang tinggal dengan bukan
perokok. Di Inggris, sekitar 300.000 kematian karena penyakit
kardiovaskuler berhubungan dengan rokok. Penggunaan
tembakau berhubungan dengan kejadian miokard infark akut
prematur di daerah Asia Selatan. Merokok sigaret menaikkan
risiko serangan jantung sebanyak 2 sampai 3 kali. Sekitar 24%
kematian akibat PJK pada laki-laki dan 11% pada perempuan
disebabkan kebiasaan merokok. Pemeriksaan yang dilakukan
pada usia dewasa muda dibawah usia 34 tahun, dapat diketahui
terjadinya atherosklerosis pada lapisan pembuluh darah (tunika
intima) sebesar 50%. Berdasarkan literatur yang ada hal tersebut
banyak disebabkan karena kebiasaan merokok dan penggunaan
kokain.

2.6 Manfaat Low Density Lipoprotein (LDL)


Low-density lipoprotein (LDL) mempunyai fungsi bagi
tubuh yaitu sebagai pengangkut kolesterol ke jaringan perifer dan
berguna untuk pemecahan membran dan hormon steroid. LDL
mengandung 10% trigliserida serta 50% kolesterol. Kadar ini
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kadar kolesterol dan
kandungan lemak jenuh dalam makanan yang dikonsumsi.

Suryaatmaja dan Silman (2006) menjelaskan bahwa LDL


mengirimkan kolesterol ke jaringan ekstra-hepatik, seperti sel
korteks adrenal, ginjal, otot, dan limfosit. Sel tersebut
mempunyai reseptor LDL di permukaannya. LDL melepaskan
kolesterol di dalam sel untuk pembentukan hormon steroid dan

19
sintesa dinding sel. Sel fagosit dari sistem retikuloendotel
menangkap dan memecah LDL. LDL mengandung 10%
trigliserida serta 50% kolesterol. Kadar ini dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti kadar kolesterol dan kandungan lemak
jenuh dalam makanan yang dikonsumsi.

2.7 Batasan Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Dalam


Tubuh
Kadar Low-density lipoprotein (LDL) dalam tubuh
harus dibatasi. Menurut American Heart Association (2015),
tingkatan kolesterol LDL pada manusia adalah jika kadar
kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dL dapat dikatakan kadar
optimal, kadar 100 - 129 mg/dl mendekati optimal, 130 – 159
mg/dL adalah batas tinggi, 160 – 189 mg/dL dapat dikatakan
tinggi sedang jika kadarnya 190mg/dL atau lebih tinggi, maka
dapat dikatakan kadar LDL dalam tubuh sudah sangat tinggi
dapat dilihat pada tabel 1.

1.1.1 Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL


Kadar Kolesterol
Total
Optimal Mendekati Batas Tinggi Lebih
(mg/dL) Optimal Tinggi Sedang Tinggi
(mg/dL) (mg/dL) (mg/d (mg/dL)
L)
< 100 100 – 129 130 - 159 160 – 189 > 190

20
2.8 Kerangka Berfikir

Pecandu rokok

Faktor pendukung
1. Pasien Pasien dengan Faktor Resiko
dengan kadar LDL 1. Jenis kelamin
kebiasaan 2. Genetic
meningkat dan
merokok 3. Gaya hidup
2. Kadar LDL PJK
meningkat

Pemeriksaan Laboratorium

Kolesterol Total
1. Trigliserida
2. HDL
3. LDL
4. VDL

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Penderita PJK adalah pasien rawat jalan atau pasien

rawat inap di Rumah Sakit Alinda husada yang di

diagnosis peningkatan low density lipoprotein (LDL)

berdasarkan catatan rekam medis pasien.

2. Pemeriksaan low density lipoprotein (LDL) dilakukan

dengan menggunakan alat Spektrofotometri UV dengan

metode CHOD-PAP sampel bahan berupa serum/plasma

dan nilai normal <130 mg/dl

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Data yang diambil menggunakan data sekunder dari

Laboratorium Rumah Sakit Alinda Husada periode Maret

2020 sampai April 2020. Kemudian di lakukan

pengolahan data pada bulan Mei 2020.

22
3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien PJK yang

melakukan pemeriksaan low density lipoprotein

(LDL) di Laboratorium Rumah Sakit Alinda Husada.

2. Sampel

Data hasil pemeriksaan low density lipoprotein (LDL)

pada pasien di Rumah Sakit Alinda Husada.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data sekunder dari Rumah Sakit Alinda Husada dengan

tahapan:

1. Mengurus surat permohonan izin kepada pihak

Universitas untuk pengambilan data di Rumah Sakit

Alinda Husada

2. Memberikan surat permohonan izin pengambilan data

di Laboratorium Rumah Sakit Alinda Husada

3. Mengurus persyaratan permohonan izin pengambilan

data dari Rumah Sakit Alinda Husada

23
4. Dilakukan penelusuran data rekam medis (melihat

jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan darah

rutin yaitu Kolesterol Total).

5. Mencatat nama dan MR (Medical record) pasien yang

melakukan pemeriksaan darah rutin yaitu Kolesterol

Total).

6. Mencari dan mencatat hasil pemeriksaan Kolesterol

Total beserta usia dan jenis kelaminnya di

Laboratorium Rumah Sakit Alinda Husada

7. Pengolahan data.

3.5 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini di analisis

dengan menggunakan bantuan software SPSS.

1. Menggambarkan distribusi frekuensi pasien kolesterol

total berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia

2. Menghitung distribusi frekuensi kadar pemeriksaan

3. Uji Normalitas metode Kolmogrov-smirnov dan

shapiro-wilk

a. uji normalitas didapatkan hasil p = 0,200 (>0.05)

24
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal, kemudian dilanjutkan melakukan analisis

data menggunakan uji korelasi pearson.

b. uji normalitas didapatkan hasil p = 0,000 (<0.05)

maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

tidak normal, kemudian dilanjutkan melakukan

analisis data menggunakan uji kendali atau

spearman.

4. Uji Korelasi

Uji korelasi ini digunakan dengan tujuan untuk

mengetahui hubungan perokok dan kolesterol total.

3.5.1 Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

1) Ho : Tidak ada hubungan antara perokok aktif

dengan kolesterol total

2) H1 : Ada hubungan antara perokok aktif dengan

kolesterol total

3.5.2 Kriteria penerimaan hipotesis uji kolerasi adalah :

1) Nilai (sig) atau p < 0.05 : hipotesis 0 ditolak dan

hipotesis 1 diterima

2) Nilai (sig) atau p > 0.05 : hipotesis 0 diterima

25
3.5.3 Koefisien kolerasi :

Nilai koefisien korelasi dapat memiliki makna sebagai

berikut:

1) Ada atau tidak nya pengaruh

a) Jika nila r = 0 maka tidak adapengaruh

b) Jika nilai r ≠ 0 maka ada pengaruh

2) Arah pengaruh

a) Jika (+) maka brekorelasi positif berbanding

lurus

Jika (-) maka berkorelasi negative berbanding terbalik

3.5.4 Interpretasi hasil

Nilai keeratan menurut Mashab colton (0-1)

1) 0,00 - 0,25 = tidak hubungan

2) 0,26 - 0,50 = Sedang

3) 0,51 – 0,75 = kuat

4) 0,76 – 1,00 = Sangat Kuat

26
DAFTAR PUSTAKA

Dhjsksadjal;ddd

Sadnaslkda;dADAGWDL

27

Anda mungkin juga menyukai