Anda di halaman 1dari 52

IKHTISAR

LAPORAN UMUM PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH PANDEGLANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Studi


Diploma III Analis
Kesehatan
Fakultas
Kesehatan
Universitas MH
Thamrin

Disusun Oleh :

Amelia novita dewi (1010171076)

Siti Diana sofiya (1010171150)

Ibrahim daffa samudera (1010171141)

Sukma fitriani (1010171119)

Alsa salsabila (1010171111)

Reza alfawwaz (1010171136)

Mohammad fathur fajrie (1010171116)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


ANALIS KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA 2019

LEMBAR PENGESAHAN

Ringkasan Laporan Umum Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Di


Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Berkah
Pandeglang.

Laporan Ini Disahkan Oleh :

Kepala Pelayanan Laboratorium Kepala Instalansi Laboratorium


Patologi Klinik RSUD Berkah Patologi Klinik RSUD Berkah
Pandeglang Pandeglang

(dr. Rita Rachmayanti,SP.PK) (Imat Wirahmat,S,ST)

Pembimbing I Pembimbing II

(Imas Latifah., SKM, M.KKK) (Erie Aditia, S.Si)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin

(Drs. Sediarso., M.Farm, Apt)


BAB I

A. PENDAHULUAN

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang termasuk

dalam Rumah Sakit dengan klasifikasi sebagai Rumah Sakit kelas B Non

Pendidikan. RSUD Berkah Pandeglang memiliki Laboratorium sebagai

salah satu sarana pendukung yang tak lepas dari setiap Rumah Sakit

guna menunjang pelayanan utama dalam menunjang diagnosik dan

perawatan penderita. Laboratorium Patologi Klinik RSUD Berkah

Pandeglang memberikan pelayanan berupa pemeriksaan Hematologi,

Urine dan Feses, Kimia Klinik, Serologi dan Mikrobiologi.

B. TUJUAN PKL

1. Tujuan umum

a. Praktek Kerja Lapangan ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan baik secara teori maupun praktek serta

mengetahui pelayanan kesehatan yang dilakukan di

laboratorium kesehatan.

b. Dapat menjalin kerjasama yang baik dengan petugas

Laboratorium Klinik maupun petugas lain yang ada di RSUD

Berkah Pandeglang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan yang dilakukan di

laboratorium klinik RSUD Berkah Pandeglang mulai dari tahap

Pra Analitik, tahap Analitik dan Pasca Analitik.


b. Untuk mengetahui sistem manajemen laboratorium dan

pemantapan mutu laboratorium klinik RSUD Berkah

Pandeglang.

c. Untuk mengetahui kesehtan dan keselamtan kerja (K3) dalam

laboratorium klinik RSUD Berkah Pandeglang.

d. Untuk mengetahui Sistem Informasi di laboratorium klinik RSUD

Berkah Pandeglang.

e. Untuk mengetahui pengolahan limbah di laboratorium RSUD

Berkah Pandeglang.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalansi

Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Berkah

Pandeglang selama 56 hari kerja mulai tanggal 09 Desember 2019

– 15 Februari 2020. PKL dilakukan dengan cara melakukan rotasi

dari bagian satu kebagian lain seperti Hematologi, Kimia Klinik,

Immunologi, Urinalisa, Feses, Mikrobiologi, Sampling dan

Administrasi.
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang

Rumah Sakit Umum Berkah Pandeglang sudah beroperasi

sejak tahun 1925, yang termasuk dalam klasifikasi Rumah Sakit

kelas B Non Pendidikan dan memiliki status kepemilikan

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. Rumah Sakit Umum

Daerah Berkah Pandeglang bertempat di Jl. Raya Labuan Km.5

Cikoneng Kadu Hejo Pandeglang Provinsi Banten. RSUD Berkah

Pandeglang memiliki luas tanah 84.579 M 2 dan luas bangunan

±13.857,56 M2.

B. Visi, Misi dan Pelayanan Laboratorium RSUD Berkah

Pandeglang

1. Visi

Memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik secara

professional dan bermutu untuk membantu diagnosa sesuai dengan

visi RSUD Berkah Pandeglang yaitu:

a. Santun artinya dalam memberikan pelayanan dilakukan dengan

sentuhan halus, sopan dan penuh kebaikan.

b. Menarik artinya menyenangkan pelanggan atau pengunjung.

c. Terpercaya dalam pelayanan artinya dalam melaksanakan dan

memberikan pelayanan dapat dipercaya dan dipertanggung


jawabkan.

2. Misi

Menyelenggarakan pelayan diagnostik kesehatan yang

bermutu dengan jenis pemeriksaan luas disertai akurasi yang

tinggi dan berupaya memenuhi harapan pelanggan.


BAB III

GAMBARAN KHUSUS

A. PRA ANALITIK

1. Administrasi Laboratorium

a. Alur pelayanan

1) Alur Pelayanan Pemeriksaan Pasien Rawat Inap.

2) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Rawat Jalan non

BPJS.

3) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Rawat Jalan BPJS

4) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Non BPJS.

5) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)

BPJS.

b. Persiapan Formulir Pemeriksaan

1) Formulir pemeriksaan yang diterima, data-data harus dilengkapi

seperti Identitas Dokter Pengirim, Identitas Pasien, jenis

pemeriksaan yang diperiksa, diagnosa, tanggal permintaan

pemeriksaan, tanda tangan dokter pengirim, nomor medical

record.

2) Pada wadah spesimen di beri label yang bertuliskan identitas

pasien (nama, nomor Laboratorium, asal ruangan).


2. Persiapan alat

Gunakan wadah spesimen yang bersih, bermulut lebar dan terbuat

dari gelas atau plastik yang sesuai jenis pemeriksaan. Sesuaikan

wadah dengan volume spesimen. Untuk pemeriksaan mikrobiologi

menggunakan pot steril.

3. Persiapan Pengambilan Spesimen

a. Pencegahan terhadap terkontaminasinya spesimen dengan

mikroorganisme yang berada di luar.

b. Pemeriksaan Tuberculosis (TBC), sputum diambil pagi hari setelah

pasien bangun tidur.

c. Volume spesimen harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan di

laboratorium.

4. Persiapan Pasien dan Kriteria Pasien

a. Pemeriksaan Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL & LDL

Kolesterol), pasien harus berpuasa selama 10-12 jam dan hanya

diperbolehkan minum air mineral saja.

b. Pemeriksaan Glukosa Puasa, pasien harus berpuasa selama 8-10

jam dan hanya diperbolehkan minum air mineral saja.

c. Apabila persyaratan diatas telah terpenuhi, pemeriksaan dapat

dilanjutkan. Jika belum, maka pemeriksaan dilakukan keesokan

harinya dengan melakukan persyaratan di atas.


5. Pengambilan spesimen

a. Lakukan pengambilan spesimen sesuai dengan persyaratan yang

benar sesuai dengan jenis pemeriksaan.

b. Baca formulir permintaan pemeriksaan untuk mengetahui macam

pemeriksaan yang diminta.

1) Persiapkan peralatan dan zat-zat tambahan yang diperlukan

(antikoagulan, pengawet, media dan sebagainya).

a) Tanpa antikoagulan warna merah dengan clot activator

b) Tabung dengan antikoagulan :

(1)) Kode warna ungu dengan EDTA.

(2)) Kode warna biru dengan Natrium Sitrat.

(3)) Kode warna hitam dengan Natrium Sitrat.

2) Melakukan pengambilan spesimen dengan memperhatikan teknik-

teknik yang baik untuk memperoleh spesimen yang memenuhi

syarat.

3) Melakukan prosedur desinfeksi yang benar sesuai dengan

prosedur.

4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan

spesimen.

5) Pengambilan spesimen dilakukan pada fase penyakit yang tepat.

6) Memastikan bahwa volume spesimen cukup untuk melakukan

pemeriksaan.
7) Wadah spesimen harus bersih dan sesuai, kecuali untuk

pemeriksaan kultur, wadah spesimen harus steril.

8) Menutup wadah dengan rapat agar spesimen tidak bocor selama

pengiriman.

9) Mencantumkan label berisi data pasien (Nama dan nomor rekam

medis) dan tanggal pada wadah dengan lengkap dan tepat sesuai

dengan permintaan.

6. Pengiriman Spesimen

a. Pengiriman Spesimen dari Ruangan rawat inap

Pengiriman spesimen dari ruangan rawat inap ke Laboratorium

dilakukan sesegera mungkin setelah proses pengambilan spesimen

yang dilakukan oleh perawat ruangan.

b. Pengiriman Spesimen dari (Instalasi Gawat Darurat) IGD

Pengiriman spesimen dari (instalasi gawat darurat) IGD ke

laboratorium dilakukan sesegera mungkin setelah proses

pengambilan spesimen yang dilakukan oleh perawat.

7. Penerimaan Spesimen

a. Penerimaan spesimen dari Ruangan Rawat Inap

1) Petugas yang menerima spesimen pemeriksaan memeriksa

kesesuaian antara spesimen yang diterima dengan formulir

pemeriksaan.

2) Catat kondisi spesimen yang diterima.

3) Spesimen yang tidak memenuhi syarat, hendaknya ditolak.


b. Penerimaan spesimen dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1) Petugas yang menerima spesimen pemeriksaan memeriksa

kesesuaian antara spesimen yang diterima dengan formulir

pemeriksaan.

2) Spesimen yang tidak memenuhi syarat, hendaknya ditolak.

8. penanganan specimen

a. Pengiriman Spesimen

Pengiriman specimen ke laboratorium dilakukan sesegera

mungkin setelah proses pengambilan specimen.

b. Penerimaan specimen

1) Petugas yang menerima specimen pemeriksaan memeriksa

kesukaan antara specimen yang diterima dengan formulir

pemeriksaan.

2) Specimen yang tidak memenuhi syarat, hendaknya ditolak.

9. Temuan

Sampel yang dikirim oleh perawat dari ruang rawat inap tidak

memenuhi syarat seperti : terdapat bekuan pada darah EDTA, serta

sampel lisis untuk pemeriksaan kimia, tertukarnya tutup tabung dan

ketidak sesuaian tabung dengan jenis pemeriksaan.

10. Pemecahan masalah

Meningkatkan komunikasi yang baik antara analis dengan perawat

sehingga sampel yang diambil sesuai denyan syarat pemeriksaan.


B. Analitik

1. Hematologi

Pemeriksaan hematologi mempunyai dua alat diantaranya SYSMEX

SERI XS 500i dan CELL DYN RUBY. Penggunaan CELL DYN RUBY

hanya digunakan untuk konfirmasi hasil SYSMEX SERI Xs 500i ketika

hasil kritis/hasil tidak terbaca.

a. Pemeriksaan Hematologi dengan alat SYSMEX SERI XS 500i

1) Metode :

a) Lekosit dan Hitung jenis Lekosit (Flouresensi flow cytometry).

b) Eritrosit dan Trombosit (Impedance).

c) Hemoglobin (method SLS).

d) Hematokrit (Cumulative Pulse Height Detection).

2) Prinsip :

a) Lekosit dan Hitung jenis Lekosit (Flouresensi flow cytometry) :

Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan

menyebabkan sinar laser terpancar (scattered) ke dua arah,

yaitu forward scatter (FSC) yang pararel dengan arah sinar

dan side scatter (SSC) yang arahnya tegak lurus pada sinar

laser.

b) Eritrosit dan Trombosit (Impedance) : Pengukuran dan

penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai

panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang

dilewati.
c) Hemoglobin (method SLS) : Kelompok hidrofilik sodium lauryl

sulfat bertindak berdasarkan globin. Perubahan globin terjadi

karena perubahan Fe2+ dalam hemoglobin teroksidasi

menjadi Fe3+ sodium lauryl sulfat berikatan dengan Fe3+

membentuk suatu produk stabil yang dianalisis dengan

fotometer.

d) Hematokrit (Cumulative Pulse Height Detection) : Metode

deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit, merupakan rasio sel

darah merah terhadap volume total darah. Kadar hematokrit

didapat perbandingan antara volume darah keseluruhan

dinyatakan dalam persen.

b. Pemeriksaan Hematologi dengan alat CELL DYN RUBY

1) Metode : a) Flow Cytometry

b) Spectrophotometry

2) Prinsip :

a) Flow Cytometry Method Using Semiconductor Laser

Cytometry digunakan untuk physiological analisis

dan karakteristik kimia dari sel dan partikel biologi yang lain.

Flow Cytometry digunakan untuk analisa sel dan partikel

yang melewati filter yang sangat kecil. Sampel darah

dihisap, diukur, diencerkan pada pengenceran tertentu dan

diwarnai. Kemudian sample dialirkan ke dalam flow cell.

Sheath flow ini umtuk meningkatkan acurasi perhitungan


sel. Setelah partikel darah melewati pusat dari flow cell

golongan dari darah abnormal dicegah dan kontaminasi

flow cell akan dikurangi. Sebuah semi konduktor laser beam

akan memancarkan kedalam sel darah yang akan melewati

flow cell. Pancaran sinar balik ini akan diterima oleh

photodiode, sisi pancaran sinar dan sisi fluorescent sinar

akan diterima oleh tabung photo multiplier. Sinar ini

dikonversikan ke dalam getaran elektrik kemudian

memungkinkan untuk mendapatkan informasi sel darah.

b) Spectrophotometry-Hemoglobin Method

Spectrophotometry-hemoglobin metode adalah

metode pengukuran hemoglobin dengan menggunakan

Light-Emitting Diode (LED). Sample yang telah

ditambahkan HGB Lyse dimasukkan ke dalam HGB mixing

chamber yang nantinya akan diukur dengan Light-Emitting

Diode (LED). Seperti pada metode cyanhemoglobin,

metode Spectrophotometry-hemoglobin juga sama akurat

pada pengukuran darah, yang berisi methhemoglobin

sebagai control darah. Dalam metode Spectrophotometry-

hemoglobin HGB Lyse melisiskan sel darah merah yang

membuat hemoglobin. Kelompok globin dari molekul

hemoglobin akan berubah menjadi kelompok hydrophilic

alkyl dari Sodium Lauryl Sulfate. Perubahan ini


mengkonversi hemoglobin dari ferrous (Fe+2) menjadi ferric

(Fe+3) membentuk methhemoglobin, dengan gabungan

Sodium Lauryl Sulfate.

Table 1.

Nilai Normal Pemeriksaan Hematologi.

JENIS NILAI
PEMERIKSAA NORMAL
N

Dewasa Anak – Anak Bayi


Hemoglobin P : 11,7- P : 10,7-14,7 P : 15,2-23,6
16,2 g/dl g/dl g/dl
L : 12,1- L : 10,7-13,1 L : 12,7-18.7
17,6 g/dl g/dl g/dl
Hematokrit P : 35-47% P: 31-43% P : 44-72%
L : 40-52% L: 33-45 % L : 42-62%
Eritrosit P : 4,2- P : 4,2-5,4 P : 4,7-6,1
5,4juta/µL juta/µL juta/µL
L : 4,7-6,1 L : 4,7-6,1 L : 5,5-7,2 juta/
juta/µL juta/µL µL
Leukosit 4.500- 5.000- 13.000-
11.300/µL 13.500/µL 38.000/µL

Trombosit 150.000- 150.000- 150.000–


450.000/µL 450.000/µL 450.000/µL
MCV 70-96 Fl 72–88 Fl 98 – 122 fL
MCH 23-31 pg 24-30 pg 31-37 pg
MCHC 30-36 g/dL 32-36 g/dL 31–35 g/dL

Basofil 0-1% : 0-1% : 0-1%


Eosinofil 1-3% 1-3% 1-3%
Netrofil batang 2-6% 2-6% 2-6%
Netrofil 50-70% 50-70% 50-70%
segmen
Limfosit 20-40% 20-40% 20-40%
c. Pembuatan Morfologi Darah Tepi

1) Metode : Mikroskopis

2) Prinsip : Setelah hapusan darah diwarnai, dihitung persentase

jenis-jenis leukosit yang ada didalam sediaan apusan darah

tersebut.

3) Nilai normal :

a) Basofil : 0-1%

b) Eosinofil :1-3%

c) Netrofil batang : 2-6%

d) Netrofil segmen : 50-70%

e) Limfosit : 20-40%

f) Monosit : 2-8%

d. Pemeriksaan Laju Endap Darah

1) Metode : Infrared Optical Coupuler.

2) Prinsip : Menghitung tinggi awal darah pada range tertentu

dan persentase sedimentasi. Cahaya infrared melewati tabung

Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) kemudian untuk

menghitung jarak ke bagian bawah.

3) Nilai normal

a) Wanita : 0-20 mm/jam

b) Pria : 0-15 mm/jam


e. Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah

1) Metode : Objek Glass

2) Prinsip : Menguji faktor – faktor pembekuan darah dengan cara

menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk

membeku dengan terbentuknya fibrin.

3) Interpretasi hasil : Terbentuknya bekuan yang terbentuk dari

benang fibrin.

4) Nilai normal : 3-7 menit.

f. Pemeriksaan Masa Pendarahan

1) Metode : Duke

2) Prinsip : Menguji sistem vaskuler (kapiler) dengan cara

membuat perdarahan pada jaringan yang masih original.

3) Interpretasi hasil : Waktu ditentukan berdasarkan banyaknya

tetesan darah pada kertas saring.

4) Nilai normal : 1-3 menit.

g. Pemeriksaan Hemostasis

1) Metode : Deteksi optik

2) Prinsip : Intensitas cahaya yang terpencar segera setelah

reagen ditambahkan ke dalam sampel didefinisikan sebagai 0%.

Setelah sampel menjadi keruh dan penuh, maka koagulasi

selesai. Intensitas cahaya tersebar didefinisikan sebagai 100%.


Lamanya koagulasi ditentukan dengan mengambil nilai satu titik

yang menunjukkan clotting time pada kurva koagulasi. Dengan

metode ini memungkinkan penentuan clotting time dapat

dilakukan pada sampel dengan intensitas per pencaran sinar

yang rendah. Oleh karena itu, instrument dapat secara efektik

digunakan untuk low fibrinogen pada sampel yang memiliki

perubahan nyaris tak terlihat pada intensitas sinar yang

terpencar atau waktu pembekuan sampel plasma yang perlahan,

maka yang terjadi perpanjangan waktu pembekuan.

3) Nilai normal :

a) PT : 8.3 -11.4 detik.

b) APTT: 29 – 40.2 detik.

2. Immunoserologi

a. Golongan Darah A, B, O, Dan Rhesus

1) Metode : Forward Grouping

2) Prinsip :

a) Forward Grouping :

Reaksi aglutinasi sel darah merah dengan Anti-A, Anti-B, dan

Anti-AB yang ada didalam reagen (sel darah merah

mengandung antigen).

b) Rhesus :

Reaksi aglutinasi sel merah yang mengandung antigen-D

dengan anti-D yang ada didalam reagen.


3) Interpretasi Hasil :

Tabel 2
Interpretasi Hasil Golongan Darah

Sel Grouping
Anti A Anti B Anti AB Anti D Golongan Darah
+ - + + A/+
- + + + B/+
- - - + O/+
+ + + + AB/+
Keterangan :

(+) : Terbentuk aglutinasi.

(-) : Tidak terbentuk aglutinasi.

b. Pemeriksaan Widal

1) Metode : Aglutinasi

2) Prinsip : Terjadi reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella

dengan antibody spesifik yang terdapat dalam serum penderita

demam thypoid dan parathypoid.

3) Interpretasi hasil :
Tabel 3
Interpretasi hasil Widal

Pengenceran Titer
20 ul 1:80
10 ul 1:160
5 ul 1:320

4) Nilai normal : -/negatif.

c. Anti-HIV 1/2 Check Device

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).


2) Prinsip : Spesimen akan bereaksi dengan partikel emas koloid

yang telah di labeli dengan antigen spesifik HIV 1/2 dilabeli

pada garis tes. Jika terdeteksi antibodi HIV 1/2 maka akan

timbul garis berwarna ungu pada daerah tes.

3) Interpretasi Hasil :

Gambar 8.
Interpretasi hasil Anti HIV.
Sumber : Insert kit Anti HIV.

4) Nilai normal : -/negatif

d. Dengue IgG/IgM

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Mouse anti-human IgM dan antibodi IgM manusia

bereksi pada membrane selulose. Spesimen mengalir melalui

membran tes, colloidal gold conjugated akan bereaksi dengan

antibodi spesifik (IgG/IgM) virus dengue dan membentuk garis

ungu jika terdeteksi virus dengue.

3) Interpretasi Hasil :
Gambar 9.
Interpretasi hasil Dengue IgG/IgM.
Sumber : Insert kit Dengue IgG/IgM.
4) Nilai normal : -/negatif

e. HbsAg

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Pengujian berdasarkan metode kromatografi yang

mengandung membran filter dilapisi dengan anti Hbs dan

colored gold colloida dilapisi dengan anti Hbs. Pada garis uji (T)

akan terbentuk garis warna ungu jika terdeteksi HbsAg pada

spesimen.

3) Interpretasi Hasil :

Gambar 10.
Interpretasi hasil HbsAg.
Sumber : Insert kit HbsAg.
4) Nilai normal : -/negatif.

f. HAV IgG/IgM

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Tes strip mengandung membran filter yang dilapisi

dengan antigen rekombinan HAV murni yang digunakan untuk

mengidentifikasi anti HAV secara spesifik dengan sensitivitas


yang tinggi. Pada garis tes (T) akan muncul garis berwarna

ungu jika terdeteksi anti HAV.

3) Interpretasi Hasil

Gambar 11.
Interpretasi hasil HAV IgG/IgM.
Sumber : Insert kit HAV IgG/IgM.

4) Nilai normal : -/negatif.

g. Anti Hepatitis C Virus ( HCV)

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Tes strip mengandung membran filter yang dilapisi

dengan antigen rekombinan HCV murni yang digunakan untuk

mengidentifikasi anti HCV secara spesifik dengan sensitivitas

yang tinggi. Pada garis tes (T) akan muncul garis berwarna

ungu jika terdeteksi anti HCV.


3) Interpretasi hasil :

Gambar 12.
Interpretasi hasil Anti HCV.
Sumber : Insert kit Anti HCV.
4) Nilai normal : -/negatif.

h. Dengue NS1 Ag

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : SD Bioline Dengue NS1 AG test memiliki strip membran

yang sudah terlapisi anti-dengue NS1. Sampel bergerak

sepanjang membran secara kromatografi menuju daerah test (t)

dan membentu garis warna.

3) Interpretasi hasil

Gambar 13.
KIMIAInterpretasi hasil Dengue NS1 Ag .
Sumber : Insert kit Dengue NS1 Ag.
4) Nilai normal : -/negatif.

i. Pemeriksaan Thyroid dengan alat TOSHO AIA-360

1) Metode : Automatic

2) Prinsip :

a) ST AIA-PACK TSH adalah pemeriksaan two-site

immunoenzymometric yang dilakukan sepenuhnya di dalam

Test Cup ST AIA-PACK TSH. TSH yang ada dalam sampel

uji diikat dengan antibodi monoklonal bergerak pada fase

padat magnetik (manik-manik) dan enzim-label antibodi

monoklonal dalam test cup. Manik-manik dicuci untuk

menghilangkan enzim-label yang terikat antibodi monoklonal

dan kemudian diinkubasi dengan substrat fluorogenik, 4-

Methylumbelliferyl fosfat (4MUP). Jumlah antibodi monoklonal

enzim-label yang mengikat manik-manik berbanding lurus

dengan konsentrasi TSH dalam sampel uji. Sebuah kurva

standar dibangun, dan konsentrasi sampel TSH yang tidak

diketahui tersebut dihitung dengan menggunakan kurva ini.

b) ST AIA-PACK TT3 adalah pemeriksaan immuno enzyme

kompetitif yang dilakukan di dalam ST AIA-PACK TT3 cup

test. Triiodothyronine yang hadir di dalam sampel tes

bersaing dengan enzyme-labeled triiodothyronine (T3) untuk

jumlah yang terbatas situs ikatan pada T3-spesifik antibodi

yang telah dilekatkan pada manik-manik magnetik. Manik-


manik dicuci untuk menghilangkan enzyme-labeled free

triiodothyronine yang tidak terikat, dan kemudian diinkubasi

dengan subtrat fluorogenik, 4-methylumbelliferyl phosphate

(4MUP). Jumlah enzyme-labeled TT3 yang terikat pada

manik-manik berbanding terbalik dengan kadar TT3 pada

sampel. Sebuah kurva standar menggunakan kisaran

konsentrasi standar yang telah diketahui, dan konsentrasi

sampel TT3 yang tidak diketahui tersebut dihitung dengan

menggunakan kurva ini.

c) ST AIA-PACK T4 adalah pemeriksaan immuno enzyme

kompetitif yang dilakukan di dalam ST AIA-PACK T4 cup test.

Thyroxine, Yang dipindahkan dari ikatan protein oleh ANS (8-

anilino-1-naphthalene sulfonic acid), dan free T4 berada di

dalam sampel tes bersaing dengan enzyme-labeled thyroxine

untuk jumlah yang terbatas dari situs ikatan pada antibodi

spesifik thyroxine yang dilekatkan pada manik-manik

magnetik. manik-manik dicuci untuk menghilangkan enzyme-

labeled free thyroxine yang tidak terikat, dan kemudian

diinkubasi dengan subtrat fluorogenik, 4-methylumbelliferyl

phosphate (4MUP). Jumlah enzyme-labeled thyroxine yang

terikat pada manik-manik berbanding terbalik dengan kadar

T4 pada sampel. Sebuah kurva standar menggunakan

kisaran konsentrasi standar yang telah diketahui, dan


konsentrasi sampel T4 yang tidak diketahui tersebut dihitung

dengan menggunakan kurva ini.

3) Nilai Normal :

a) TSH : 0.38 – 4.31 µIU/mL.

b) T3 : 0.79 – 1.58 ng/mL.

c) T4 : 4.9 – 11 µg/dL.

3. Kimia darah

a. Alat Indiko Plus

1) Metode : Spektrofotometri.

2) Prinsip : Cahaya yang dipancarkan melalui media transparan

akan diserap, besarnya penyerapan sebanding dengan

kepekatan suatu zat dengan dibuatnya deret standar dan

berdasarkan kurva kalibrasi maka kadar suatu zat dapat di

ketahui.

b. Parameter Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Glukosa Darah

a) Metode : GOD-PAP (Enzimatik)

b) Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh enzim Glukose Oksidase

( GOD ) membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida bereaksi dengan phenol dan 4-

aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase

menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.


Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam

serum.

c) Nilai normal : GOD-PAP : 74 – 180 mg/dL


GDS : 70 – 140 mg/dL
G2JPP : < 140 mg/dL

2) Pemeriksaan Trigliserida Darah

a) Metode : GPO, Enzimatik

b) Prinsip : Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan

Lipase menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Gliserol akan

mengalami fosforilasi dengan ATP menjadi Gliserol-3-

Phosphat dan ADP oleh bantuan Gliseolkinase ( GK ).

Gliserol-3-Phosphat diubah oleh GPO menjadi Dihidroxy

Acetone menjadi Quinoneimine berwarna merah.

c) Nilai normal : <200 mg/dL

3) Pemeriksaan Kolesterol Total

a) Metode : Warna Enzimatik

b) Prinsip :

kolesterol esterase
Kolesterol ester kolesterol + Fatty Acid

kolesterol okidase
Kolesterol + O2 kolesterol–3–one + H2O2
2H2O2 + p-HBS + 4-aminoantipyrine Peroksidse

Quinoneimine

+ 2H2O2 (warna merah)

Intensitas warna merah yang terbentuk sebanding dengan

cholesterol total dalam sampel.

c) Nilai normal : <200 mg/Dl

4) Pemeriksaan Kolesterol HDL

a) Metode : Presipitasi Trinder PEG

b) Prinsip : Dengan pemberian polyethylene glycol (PEG)

kedalam sampel, setelah disentrifugasi chilomicron, VLDL

dan LDL akan menggendap, yang tertinggal dalam

supernatan hanya HDL (high density lipoprotein)

kolesterolnya yang ditentukan dengan metode enzimatik.

c) Nilai normal : 45 – 120 mg/dL

5) Pemeriksaan Kolesterol LDL

a) Metode : Test warna-Enzymatik

b) Prinsip : Chylomicrons, VLDL dan HDl Kolesterol dihilangkan

secara khusus melalui reaksi enzimatik. Kemudian LDL

Kolesterol yang tertinggal diukur melalui reaksi enzimatik

khusus, juga memakai surfactans spesifik untuk LDL.

c) Nilai nomal : 100 –160 mg/dL


6) Pemeriksaan Bilirubin Total

a) Metode : Diazo, End Point

b) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic

acid membentuk azobilirubin yang berwarna.

c) Nilai normal : <0,9 mg/dL

7) Pemeriksaan Bilirubin Direk

a) Metode : Diazo, End Point

b) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic

acid membentuk azobilirubin yang berwarna.

c) Nilai normal : <0,25 mg/dL

8) Pemeriksaan Bilirubin Indirek

a) Metode : Diazo, End Point

b) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic

acid membentuk azobilirubin yang berwarna.

c) Nilai normal : 0 – 0,3 mg/dL

9) Pemeriksaan GOT / AST (Aspartate Amino Transminase /

Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)

a) Metode : Opitimized Tris Buffer, IFCC Kinetik.

b) Prinsip :
L-Aspartate + α-Ketoglutarate AST Oxalacetate + L

Glutamate

Oxaloacetate + NADH + H+ MDH MDH L-Malate + NAD+ +

H2O

c) Nilai hasil : 10 – 35 IU/L

10) Pemeriksan SGPT / ALT ( Serum Glutamic Pyruvate

Transminase / Alanin Aminotransferase)

a) Metode : Optimized Tris Buffer, IFCC Kinetik

b) Prinsip : ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-

Alanine ke α Ketoglutarate menjadi birufat dan L-Glutamate.

Pyruvate selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi

NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim lactate

dehidrogenase. Hasil penurunan serapan (absorbance) pada

panjang gelombang 340 nm sesuai dengan aktivitas ALT.

c) Nilai normal : 10 – 35 IU/I

11) Pemeriksaan Protein Total

a) Metode : Biuret

b) Prinsip : Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri

(Cu++) dalam suasana alkalis dan memberikan warna ungu.

Intensitas warna yg terbentuk sebanding dengan jumlah

protein dalam sempel.

c) Nilai normal : 6,6 – 8,7 g/dL

12) Pemeriksaan Albumin


a) Metode : BCG (Brom Cresol Green)

b) Prinsip : Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks

zat warna BCG sehingga terjadi pengenceran spektrum

absorbsi larutan yang sebanding dengan kadar albumin

dalam serum dan dibaca pada panjang gelombang 630 nm.

c) Nilai normal : 3,5 – 5,2 gr/dL

13) Pemeriksaan Ureum

a) Metode : Berthelet

b) Prinsip : Dihidrolisa dengan adanya air dan urease

membentuk amonia dan karbondioksida. Pada metode

modifikasi berthelet ini, ion amonia bereaksi dengan

hypoclorit dan sallycilate membentuk zat warna hijau.

c) Nilai normal : 10 – 50 mg/dL

14) Pemeriksaan Kreatinin

a) Metode : Enzimatik Kinetik

b) Prinsip : CK (Creatine Kinase) mengkatalisis pembentukan

ATP dari Creatine Phosphate dan ADP, ATP dengan adanya

Hexokinase memfosforilasikan Glucose menjadi glucose-6-

Phosphate. Glucose-6-Phosphate dioksidasikan menjadi

Phosphogluconate dan mereduksi NAD menjadi NADH.

Jalannya reaksi dimonitor dengan peningkatan absorbance

yang diukur pada panjang gelombang 340 nm.

c) Nilai normal : 0,51 – 0,95 mg/dL


15) Pemeriksaan Asam Urat

a) Metode : Enzimatik Trider / Uricase

b) Prinsip : Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin

dan H2O2 DHBS 4-Amino antipyrine dan H2O2 dengan

adanya peroksidase menghasilkan kromogen berwarna yang

sebanding dengan kadar asam urat dalam sampel.

c) Nilai normal :

1)) Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dL

2)) Laki-laki : 3,4 – 7,5 mg/dL

2) Alat Elitech Selectra Pro Series

1) Metode : Autoanalyzer

2) Prinsip : Metode enzymatic memiliki dua reagen ketika reaksi

berjalan akan dibaca oleh sinar, sedangkan Evion memiliki

satu reagen akan dibaca oleh sinar saat reaksi selesai.

3) Parameter Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Glukosa Darah

a) Metode : GOD-PAP (Enzimatik)

b) Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh enzim Glukose Oksidase

( GOD ) membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida bereaksi dengan phenol dan 4-

aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase


menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.

Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam

serum.

c) Nilai normal : GOD-PAP : 74 – 180 mg/dL


GDS : 70 – 140 mg/dL
G2JPP : < 140 mg/dL

2) Pemeriksaan Trigliserida Darah

a) Metode : GPO, Enzimatik

b) Prinsip : Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan

Lipase menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Gliserol akan

mengalami fosforilasi dengan ATP menjadi Gliserol-3-

Phosphat dan ADP oleh bantuan Gliseolkinase ( GK ).

Gliserol-3-Phosphat diubah oleh GPO menjadi Dihidroxy

Acetone menjadi Quinoneimine berwarna merah.

c) Nilai normal : <200 mg/dL

3) Pemeriksaan Kolesterol Total

a) Metode : Warna Enzimatik

b) Prinsip :

kolesterol esterase
Kolesterol ester kolesterol + Fatty Acid

kolesterol okidase
Kolesterol + O2 kolesterol–3–one + H2O2

2H2O2 + p-HBS + 4-aminoantipyrine Peroksidse Quinoneimine

+ 2H2O2 (warna merah)


Intensitas warna merah yang terbentuk sebanding dengan

cholesterol total dalam sampel.

d) Nilai normal : <200 mg/dL

4) Pemeriksaan Kolesterol HDL

a) Metode : Presipitasi Trinder PEG

b) Prinsip : Dengan pemberian polyethylene glycol (PEG)

kedalam sampel, setelah disentrifugasi chilomicron, VLDL

dan LDL akan menggendap, yang tertinggal dalam

supernatan hanya HDL (high density lipoprotein)

kolesterolnya yang ditentukan dengan metode enzimatik.

c) Nilai normal : 45 – 120 mg/dL

5) Pemeriksaan Kolesterol LDL

a) Metode : Test warna-Enzymatik

b) Prinsip : Chylomicrons, VLDL dan HDl Kolesterol dihilangkan

secara khusus melalui reaksi enzimatik. Kemudian LDL

Kolesterol yang tertinggal diukur melalui reaksi enzimatik

khusus, juga memakai surfactans spesifik untuk LDL.

c) Nilai nomal : 100 –160 mg/dL

6) Pemeriksaan Bilirubin Total

a) Metode : Diazo, End Point

b) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic

acid membentuk azobilirubin yang berwarna.


c) Nilai normal : <0,9 mg/dL

7) Pemeriksaan Bilirubin Direk

a) Metode : Diazo, End Point

b) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic

acid membentuk azobilirubin yang berwarna.

c) Nilai normal : <0,25 mg/dL

8) Pemeriksaan Bilirubin Indirek

a) Metode : Diazo, End Point

b) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic

acid membentuk azobilirubin yang berwarna.

c) Nilai normal : 0 – 0,3 mg/dL

9) Pemeriksaan GOT / AST (Aspartate Amino Transminase /

Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)

a) Metode : Opitimized Tris Buffer, IFCC Kinetik.

b) Prinsip :

L-Aspartate + α-Ketoglutarate AST Oxalacetate + L Glutamate

Oxaloacetate + NADH + H+ MDH MDH L-Malate + NAD+ + H2O


c) Nilai hasil : 10 – 35 IU/L

10) Pemeriksan SGPT / ALT ( Serum Glutamic Pyruvate

Transminase / Alanin Aminotransferase)

a) Metode : Optimized Tris Buffer, IFCC Kinetik

b) Prinsip : ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-

Alanine ke α Ketoglutarate menjadi birufat dan L-Glutamate.

Pyruvate selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi

NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim lactate

dehidrogenase. Hasil penurunan serapan (absorbance) pada

panjang gelombang 340 nm sesuai dengan aktivitas ALT.

c) Nilai normal : 10 – 35 IU/I

11) Pemeriksaan Protein Total

a) Metode : Biuret

b) Prinsip : Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri

(Cu++) dalam suasana alkalis dan memberikan warna ungu.

Intensitas warna yg terbentuk sebanding dengan jumlah

protein dalam sempel.

c) Nilai normal : 6,6 – 8,7 g/dL

12) Pemeriksaan Albumin

a) Metode : BCG (Brom Cresol Green)


b) Prinsip : Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks

zat warna BCG sehingga terjadi pengenceran spektrum

absorbsi larutan yang sebanding dengan kadar albumin

dalam serum dan dibaca pada panjang gelombang 630 nm.

c) Nilai normal : 3,5 – 5,2 gr/dL

13) Pemeriksaan Ureum

a) Metode : Berthelet

b) Prinsip : Dihidrolisa dengan adanya air dan urease

membentuk amonia dan karbondioksida. Pada metode

modifikasi berthelet ini, ion amonia bereaksi dengan

hypoclorit dan sallycilate membentuk zat warna hijau.

c) Nilai normal : 10 – 50 mg/dL

14) Pemeriksaan Kreatinin

a) Metode : Enzimatik Kinetik

b) Prinsip : CK (Creatine Kinase) mengkatalisis pembentukan

ATP dari Creatine Phosphate dan ADP, ATP dengan adanya

Hexokinase memfosforilasikan Glucose menjadi glucose-6-

Phosphate. Glucose-6-Phosphate dioksidasikan menjadi

Phosphogluconate dan mereduksi NAD menjadi NADH.

Jalannya reaksi dimonitor dengan peningkatan absorbance

yang diukur pada panjang gelombang 340 nm.

c) Nilai normal : 0,51 – 0,95 mg/dL


15) Pemeriksaan Asam Urat

a) Metode : Enzimatik Trider / Uricase

b) Prinsip : Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin

dan H2O2 DHBS 4-Amino antipyrine dan H2O2 dengan

adanya peroksidase menghasilkan kromogen berwarna yang

sebanding dengan kadar asam urat dalam sampel.

c) Nilai normal :

1)) Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dL

2)) Laki-laki : 3,4 – 7,5 mg/dL

4. Pemeriksaan Elektrolit menggunakan alat CORNLEY K-Lite 5

a. Metode : ISE (Ion Selective Elektrode)

b. Prinsip : Kalium, Natrium, dan Klorida akan ditarik oleh elektroda

yang sensitif terhadap ion-ion tersebut. Kemudian digunakan

elektroda reference untuk membandingkan naik turunnya

potensial.

c. Nilai normal :

a) Natrium (Na) : 135 – 145 mmol/L

b) Kalium (K) : 3,5 – 5,5 mmol/L

c) Klorida (Cl) : 98 – 106 mmol/L

d) Calcium (Ca) : 1.1 – 1.35 mmol/L


5. Urinalisa

a. Pemeriksaan Urin Dengan Carik Celup Dan Sedimen

1) Metode : Carik celup dan Mikroskopis

2) Prinsip :

a) Mikroskopis : Sedimen urin yang mengendap setelah disntrifugasi

4000 rpm 3 menit diletakkan dikaca objek dan ditutup dengan

cover glass kemudian diperiksa dibawah mikroskop pada

pembesaran 10 X dan 40 X.

b) Carik celup : Unsur-unsur kimia dalam urin bereaksi dengan

reagen yang telah diletakkan pada strip membentuk komplek,

warna.

3) Nilai normal :

Tabel 6.
Nilai normal Urin Lengkap.
Parameter Nilai Normal
Warna Kuning muda, Kuning dan Kuning
Tua
Kejernihan Jernih
Bilirubin Negatif
Urobilinogen 0.1-1.0 µl/dL
Keton Negatif
Blut/Blood/Bloed Negatif
Protein Negatif
Nitrit Negatif
Leukosit esterase Negatif
Glucose Negatif
Dichte/Densidad Specific Gravity 1.005-1.030
Ph 4,5-8,5
Eritrosit <6 /LPB
Lekosit <3 /LPB
Epitel Positif
Kristal Negatif
b. Test Kehamilan
1) Metode : Immunokromatografi test (ICT).

2) Prinsip : Immunokromatografi HCG di dalam urin akan berikatan

dengan anti HCG (anti HCG ini terikat dengan koloid kompleks

berwarna pink).

3) Interpretasi hasil :

Gambar 14.
Interpretasi hasil Tes Kehamilan.
Sumber : Insert kit Tes Kehamilan.
c. Test Narkoba

1) Metode : Immunokromatografi.

2) Prinsip : Pada strip mengandung konjugat drugs IgG anti

narkoba, dimana substrat urin yang mengandung drugs

(AMP/THC/MOR0 akan bereaksi dengan konjugat dimana hasil

(+) ditandai dengan terbentuknya garis merah pada test, (-)

pada control.

3) Interpretasi hasil :

Gambar 15.
Interpretasi hasil Narkoba.
Sumber : Insert kit Narkoba.

6. Pemeriksaan Feses

1) Metode : Makroskopis dan Mikroskopis

2) Prinsip : Dalam sampel feses dapat diketahui kelainannya

dengan pemeriksaan secara mikroskopis dengan

pengecatan lugol atau eosin, menggunakan pembesaran

100x (lensa objektif 10x dan lensa okuler 10x).

3) Nilai normal :

Tabel 7.
Nilai normal Feses Lengkap.
Parameter Nilai Normal
Makroskopis Feses
Warna Coklat
Konsistensi Lunak
Lendir Negatif
Darah 0.7 – 3.4
Mikroskopis Feses
Lekosit Negatif
Eritrosit Negatif
Amoeba coli Negatif
Telur Cacing Negatif
Jamur Negatif
Amylum Negatif
Bakteri Negatif

7. Mikrobiologi
a. Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam ( BTA )

1) Metode : Ziehl Nelseen

2) Prinsip : Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai

lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat, dengan

pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak

itu dpat ditembus cat basic fuchsin.

3) Interpretasi hasil :
Tabel 5.
Interpretasi hasil BTA.

Pembacaan di bawah mikroskop Pelaporan hasil


Tidak ditemukan BTA minimal dalam 100
BTA Negatif
lapang pandang
Tuliskan jumlah bakteri yang
1 - 9 BTA dalam 100 lapang pandang
ditemukan/100 lapang pandang
10 - 99 BTA dalam 100 lapang pandang 1+

1 – 10 BTA dalam 1 lapang pandang,


2+
periksa minimal 50 lapang pandang
> 10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa
3+
minimal 20 lapang pandang

b. Pemeriksaan TB dengan TCM ( Tes Cepat Molekuler )

menggunakan alat GeneXpert


1) Metode : Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction).

2) Prinsip : Bakteri dalam sputum dilisiskan dan DNA bakteri

diisolasi. Tes diagnostik ini berdasarkan pada semi-kuantitatif,

PCR bersarang Real-Time untuk mendeteksi DNA kompleks

M.tuberculosis dalam sampel dahak dan deteksi Resistensi

Rifampicin (RIF) terkait mutasi gen rpoB dalam sampel dari

pasien yang beresiko untuk resistensi RIF.

3) Nilai normal : -/negatif

C. Pasca analitik

1. Pencatatan hasil

Laporan yang memuat identitas pasien, jenis spesimen, jenis

pemeriksaan yang diperiksa, hasil pemeriksaan, nilai normal, tanggal

pemeriksaan dan tanda tangan.

2. Pelaporan hasil

Setelah pemeriksaan spesimen selesai dilakukan, maka dilanjutkan

dengan pelaporan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dengan nilai

kritis harus segera dilaporkan ke dokter yang meminta pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan yang sudah diprint harus dicrosscek dan diteliti

terlebih dahulu oleh penanggung jawab shift untuk menghindari


terjadinya kesalahan hasil yang nantinya akan dicek ulang dan diparaf

oleh Dokter Patologi Klinik.

Laporan hasil pemeriksaan akan diambil oleh pasien atau

pengantar (untuk rawat jalan) dengan menyerahkan kwitansi

pembayaran sebagai bukti pembayaran yang telah lunas. Oleh karena

itu yang diperhatikan dalam pelaporan hasil adalah sebagai berikut :

a) Identitas pasien harus sesuai dan benar.

b) Nama dokter yang merujuk pemeriksaan Laboratorium.

c) Nomor rekam medik.

d) Laporan hasil pemeriksaan jelas dan lengkap sesuai dengan

permintaan dan mudah diinterpretasikan.

e) Laporan hasil pemeriksaan mempunyai keabsahan yang sudah

ditanda tangani oleh Dokter Patologi Klinik.

D. Pengelolaan Limbah di Laboratorium

1. Limbah Laboratorium di kelompokkan sebagai berikut :

a. Limbah padat :

1) Limbah padat infeksius : peralatan habis pakai seperti spuit, sarung

tangan, masker, kapas, botol spesimen, yellow tip atau blue tip,

objek glass, deglass, tissue, pipet urin dan kemasan reagen.

b. Limbah cair

1) Limbah cair infeksius : semua air buangan termasuk tinja, bahan

kimia beracun dari Instalasi Laboratorium Patologi Klinik.


2. Pengelolaan Limbah

a. Limbah padat :

1) Limbah padat infeksius :

a) Dikumpulkan dalam wadah plastik berwarna kuning untuk

menampung limbah padat medis yang tidak melukai, menusuk

atau benda tajam.

b) Dikumpulkan dalam safety box : untuk menampung sampah padat

medis yang tajam.

2) Limbah padat non infeksius : dikumpulkan dalam wadah plastik

berwarna hitam.

b. Limbah cair.

1) Limbah cair infeksius :

Tuangkan limbah cair ke tempat cuci laboratorium yang terpisah

dari tempat cuci tangan, kemudian dibilas dengan air mengalir,

tempat cuci ini mengalir langsung ke IPAL (Instalasi Pembuangan

Air Limbah) RS.

3. Pengolahan Limbah

a. Semua limbah Laboratorium dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam

kantong plastik besar, kantong plastik hitam untuk limbah non

infeksius dan limbah non medis. Limbah dalam kantong plastik besar

diangkat dan diletakkan di tempat penampungan sementara.


b. Pengambilan limbah dari Laboratorium oleh petugas cleaning service

dilakukan pada malam hari pukul 20.00 WIB.

c. Untuk kantong plastik hitam diambil oleh petugas kebersihan dari

Pemda Banten, sedangkan untuk kantong plastik kuning akan

dibawa oleh pihak rekanan yaitu PT.Wastec International.

E. Pemantapan Mutu Internal Dan Eksternal

1. Pemantapan mutu Internal

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan

Laboratorium adalah dengan melakukan kegiatan pemantapan mutu

internal dan eksternal Laboratorium.

2. Tujuan :

a. Menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium,

mendeteksi dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan analitik yang

mungkin terjadi pada tahap pemeriksaan.

b. Mengupayakan perbaikan dan menghindari atau mencegah

kesalahan yang sama terulang kembali. Meningkatkan mutu

pelayanan Instalasi Laboratorium secara efektif dan efisien.

3. Sasaran :

Tercapainya mutu pelayanan Laboratorium yang dapat menunjang

mutu pelayanan medis sesuai dengan tuntutan dari perkembangan ilmu

pengetahuan.
4. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal

a. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan

pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing Laboratorium

secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat

dan teliti dengan memakai Westgard Multirule System yaitu grafik uji

ketelitian dan ketepatan dimana sumbu (X) menunjukkan hari atau

tanggal pemeriksaan, sedangkan sumbu (Y) menunjukan satuan S

Pemantapan mutu Internal dapat dilakukan dengan cara :

1) Lakukan pemeriksaan pengawasan mutu internal (internal quality

control) setiap hari dengan memakai serum atau darah kontrol

sebelum melakukan pemeriksaan Laboratorium.

2) Sesuaikan hasil quality control dengan nilai range yang tertera

pada serum atau darah kontrol.

3) Apabila hasil diluar nilai range kontrol, lakukan pengecekan

terhadap alat dan reagen , kemudian kerjakan kembali.

b. Pemantapan Mutu Eksternal:

Dilakukan dengan partisipasi dalam program PME (Pemantapan

Mutu Eksternal) yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan

dan perhimpunan secara periodik.

1) Pengendalian mutu eksternal dilaksanakan dengan partisipasi

dalam PME (Pemantapan Mutu Eksternal) Hematologi dan Kimia


Klinik yang secara periodik diselanggarakan 2 (dua) kali dalam

setahun.

2) Hasil evaluasi PME (Pemantapan Mutu Eksternal) yang

merupakan setiap nilai Laboratorium terhadap seluruh peserta

dan Laboratorium rujukan menunjukan ketepatan analisis

Laboratorium yang dinyatakan baik sekali, baik, cukup, perlu

perbaikan dan buruk.

3) Hasil evaluasi diinformasikan kepada seluruh staf dan digunakan

untuk menelaah dan menelusuri letak ketidaksesuaian test dan

menunjukan kolerasi.

4) Hasil evaluasi dan langkah-langkah perbaikan yang telah

dilakukan dicatat dan diarsipkan.

c. Jadwal Kegiatan :

1) Pemantapan Mutu Internal Pra Analitik, Analitik dan Pasca

Analitik: dilakukan setiap hari pada setiap pemeriksaan

Laboratorium.

2) Pemantapan Mutu Eksternal : Dilakukan satu tahun dua kali.

d. Pencatatan dan Pelaporan :

1) Pra-Analitik, Analitik dan Pasca-Analitik.

2) Rekapitulasi data dilakukan setiap tiga bulan berturut-turut.

a) Laporan Pemantapan Mutu Internal dilakukan dalam bentuk

Westgard Rule dan Standard Mutu terdapat pada lampiran.


b) Rekapitulasi data, analisa dan evaluasi tahunan dilakukan

pada bulan Desember untuk membuat program peningkatan

mutu tahun berikutnya dan revisi standar mutu.

F. Keselamatan Dan Kesehatan Pekerja Di Laboratorium

1. Kesehatan Petugas Laboratorium

a. Imunisasi Petugas Laboratorium

1) Setiap laboratorium harus mempunyai program imunisasi.

2) Petugas laboratorium diharuskan untuk divaksinasi terutama bila

bekerja di laboratorim tingkat keamanan biologis 2, 3 dan 4.

3) Setiap petugas aboratorium harus divaksinisasi Hepatitis B.

4) Petugas wanita usia reproduksi dianjurkan untuk vaksinasi Rubella.

5) Wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH (Toxoplasma,

Rubella, Cytomegalovirus, Herpes virus).

b. Pemantauan Kesehatan

1) Kartu kesehatan harus dimiliki oleh setiap petugas laboratorium.

2) Khusus petugas Laboratorium tingkat keamanan biologis 3 dan 4

pemeriksaan serum petugas terhadap bahaya infeksi laboratorium

harus dilakukan secara berkala.

3) Kartu Kesehatan harus dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada

dokter bila petugas laboratorium sakit.

4) Jika petugas Laboratorium sakit lebih dari 3 hari keterangan yang

jelas tentang penyakitnya, maka petugas keamanan kerja


Laboratorium harus melaporkan kepada kepala laboratorium tentang

kemungkinan infeksi dari laboratorium.

2. Tata Laksana Keselamatan Kerja Di Laboratorium Klinik

a. Jika dicurigai adanya infeksi Laboratorium, maka petugas keamanan

kerja Laboratorium harus menyelidiki dan melaporkan kepada kepala

laboratorium.

b. Laboratorium harus memeiliki buku laporan atau catatan mengenai

kesehatan dan kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan.

3. Ketentuan Petugas Penunjang diLaboratorium

a. Petugas atau teknisi alat laboratorium

1) Gunakan APD yang tersedia di Laboratorium.

2) Hanya mengumpulkan/membuang secara terpisah sampah gelas

atau kaca dari sampah kertas dan sampah bahan habis pakai

seperti tabung eppendorf, tip pipet dan lain-lain. Gunakan alat

pelindung diri seperti sarung tangan karet yang tebal saat bertugas.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

RSUD Berkah Pandenglang, maka dapat disimpulkan :

1. Mendapatkan pengalaman belajar dan keterampilan

sehingga mampu menerapkan pengetahuan dan

keterampilan yang diajarkan di akademi.

2. Bertambahnya pengetahuan mengenai proses pengerjaan

spesimen yang baik dan benar.

3. Diberikan kesempatan untuk melakukan sampling darah

vena dan kapiler.

4. Mendapatkan pengalaman bekerja mandiri maupun

bersama dengan profesi lain secara berkelompok (Team

Work).

5. Mampu menggunakan berbagai instrumen di Laboratorium.

6. . Beberapa hal yang perlu di perhatikan, pada tahap pra

analisa adalah pemberian informasi yang tepat kepada


pasien tentang persyaratan pengambilan spesimen, tahap

analisa dalam pelabelan spesimen, penggunaan reagen,

prosedur pemeriksaan yang tepat dan pada pasca analitik

adalah pengetikan hasil laboratorium.

B. SARAN

1. Input dan output pemeriksaan menggunakan LIS

mengurangi kesalahan hasil akibat human error.

2. Perlu dilakukan pembacaan SOP (Standar Operasional

Prosedure) dan instruksi kerja agar prosedur kerja yang

dilakukan sesuai.

3. Sebaiknya pada saat bekerja di Laboratorium

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap seperti jas

Laboratorium, masker, sarung tangan dan sepatu tertutup

guna melindungi pekerja dari infeksi dan kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai