Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemberian terapi dan
evaluasi hasil terapi serta menentukan prognosis. Oleh karena itu, hasil
pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin mutunya.
Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium, mutlak perlu
dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu (Quality Assurance) yang mencakup
berbagai komponen kegiatan. Salah satu komponen kegiatan adalah Praktek
Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice). Peraturan Menteri
Kesehatan No.411/Menkes/Per/III/2010 tentang laboratorium klinik merupakan
peraturan yang mengatur pelayanan laboratorium klinik yang baik dan
benar.Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan Laboratorium Klinik adalah
laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen
klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
Laboratorium klinik berdasarkan jenis pelayanannya dibagi menjadi dua
yakni Laboratorium klinik umum dan laboratorium klinik khusus. Laboratorium
klinik umum merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik, immunologi klinik,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Laboratorium klinik umum dibagi
menjadi tiga yakni: Laboratorium klinik umum pratama, madya, dan utama.
Laboratorium klinik utama merupakan laboratorium yang melaksanakan
pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih lengkap
dengan teknik automatik.
Laboratorium klinik hanya dapat melakukan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik atas permintaan tertulis dari:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta
b. Dokter (umum, spesialis)
c. Dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut
d. Bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu
Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara dalam pedoman pelayanan
laboratorium tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
sehingga pedoman unit laboratorium klinik mengikuti peraturan yang ada sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya.

1
Pedoman pelayanan InstalasiLaboratorium Patologi Klinikini secara garis
besar meliputi beberapa cakupan pelayanan yaitu :
a. Pedoman Laboratorium Rawat Inap
b. Pedoman Laboratorium Rawat Jalan
c. Pedoman Laboratorium MedicalCeckUp
d. Pedoman Laboratorium Gawat Darurat
Dalam perkembangannya, pedoman pelayanan laboratorium menyesuaikan
diri dengan dinamika peraturan-peraturan lain di luar peraturan pokok
laboratorium yang antara lain adalah Undang-Undang kesehatan, ilmu kedokteran
dan perkembangan teknologi serta menyesuaikan diri dengan dinamika sosial
masyarakat dan asuransi yang semakin berkembang pesat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka di Instalasi LaboratoriumPatologi
Klinik perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua
pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien pada
umumnya dan pasien laboratorium Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dalam melakukan pelayanan
laboratorium Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara harus berdasarkan
standar pelayanan laboratorium Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara.

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Instalasi LaboratoriumPatologi Klinik Rumah
Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara meliputi :
1. Pelayanan Laboratorium Klinik Rawat Jalan:
a. Pelayanan Gawat Darurat
b. Medical Chek-Up
c. Menerima spesimen rujukan dari luar
d. Melayani perusahaan dan asuransi
e. Pelayanan Poliklinik Umum
f. Pelayanan Poliklinik Spesialis
2. Pelayanan Laboratorium Rawat Inap
Melayani pasien rawat inap dari bangsal yang ada di Islam Sultan Hadlirin
Jepara
3. Jenis Pelayanan Laboratorium Klinik meliputi:
a. Hematologi
b. Kimia Klinik
c. Sekresi-Ekskresi
d. Imuno-Serologi
e. Paket MCU
f. Pemeriksaan CITO

C. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional pelayanan laboratorium patologi klinik adalah :
1. Pelayanan Laboratorium Klinik Hematologi

Hematologi Rutin Hemostasis Lain-lain


Full Blood Count (FBC) Waktu Pembekuan (CT) Retikulosit
Complete Blood Count Waktu Perdarahan (BT) Golongan Darah /
(CBC) Rh
Hemoglobin Apus Tepi
Lekosit Phlebotomy
Hitung jenis / Diff count Malaria

2
LED (mikroskopis/
Hematokrit Rapid)
Trombosit
Eritrosit

2. Pelayanan Laboratorium Kimia Klinik

Diabetes Profil Lipid Fungsi Ginjal


Glukosa Sewaktu Cholesterol total Ureum
Glukosa Puasa Trigliserida Creatinin
Glukosa 2 jam PP HDL Direct Asam Urat
LDL Direct
Fungsi Hepar Fungsi Jantung Elektrolit
Protein total CKMB Elektrolit lengkap
Albumin Natrium
Globulin Kalium
SGOT Chlorida
SGPT Calsium
Gamma GT Magnesium
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
Alkali Phospatase
3. Pelayanan Laboratorium Klinik Sekresi-Ekskresi

Urine Rutin Kimia Urine Faeces


Urine Lengkap - Faeces Rutin
Protein Faeces
Reduksi Konsentrasi
Bilirubin Benzidine Test
Urobilin
Berat Jenis
Benda Keton
Urobilinogen
Nitrit
Darah Samar
Sedimen
Protein Esbach
Plano Test
Plano Test Kuantitatif
Cairan Otak / LCS Cairan Transudat-Eksudat Drug Monitoring
- Narkoba Paket
Amphetamine
Methamphetamine
Opiat / Morphin
Benzodiazepine

3
4. Pelayanan Laboratorium Klinik Imuno-Serologi

Imunologi Hepatitis
ASTO Kualitatif HBsAg Stik -
Rhematoid Factor Anti HBs Stik
Widal Parathyphy
Malaria Rapid
Anti HIV Stik

5. Pemeriksaan Paket MCU

Sederhana ( A ) Lengkap ( B1 ) Lengkap ( B2 )


Darahrutin Darahrutin Darahrutin
Laju Endap Darah Laju Endap Darah Laju Endap Darah
Gula darah puasa Gula darah puasa Gula darah puasa
Gula darah pp Gula darah pp Gula darah pp
Ureum SGOT SGOT
Creatinin SGPT SGPT
Urinrutin Cholesterol Cholesterol
Faeces rutin Trigliserid Trigliserid
Uricacid HDL/LDL
Ureum Uricacid
Creatin Ureum
HbsAg Creatin
Urinrutin HbsAg
Faecesrutin Urinrutin
Total Protein Faecesrutin
Albumin Total Protein
Albumin

6. Pemeriksaan CITO
Pemeriksaan CITO adalah pemeriksaan laboratorium yang segera harus
dilakukan untuk menindaklanjuti diagnosa pasien dan apabila tidak segera
dilakukan akan mengancam jiwa.
Melakukan pemeriksaan CITO berdasarkan permintaan dokter yang
merujuk, baik rawat inap atau rawat jalan, dan pelaporan hasil < 1 jam dari
sejak sampel darah diterima sampai hasil diverifikasi.
Daftar pemeriksaan yang bersifat CITO adalah sebagai berikut:
a. Hematologi (Hemoglobin.Lekosit,Trombosit)
b. Glukosa darah
c. Ureum, Creatinin
d. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida, Calsium, Magnesium)
e. Enzim jantung (CKMB)

4
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
BahanBerbahaya dan Beracun
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 370/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1411/MENKES/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik
11. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit, Depkes, 1998

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

No. Nama Jabatan Kualifikasi Jumlah


1 Penanggungjawab Laboratorium SpPK, S2 Kedokteran 1

2 Kepala Instalasi Laboratorium D3 Analis 1


Patologi Klinik

3 Staff Analis D3 Analis 9

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

1. Jadwal Jaga Pada Hari Kerja

Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah


Dokter SpPK 1
( Selasa, Kamis, Jumat )
Dinas Pagi Analis 2
Administrasi 1

Dinas Siang Analis 2


Analis 2
Dinas Malam

2. Jadwal Jaga Pada Hari Libur

Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah


Dokter SpPK -

Analis 3
Dinas Pagi
Administrasi -

Analis 2
Dinas Siang
Administrasi -
Analis 2
Dinas Malam

6
C. JAM DINAS

Jadwal Dinas Waktu


Dokter SpPK
Dinas Pagi 07.00 14.00 WIB
Tenaga Teknis Analis
Dinas Pagi 07.00 14.00 WIB
Dinas Siang 14.00 21.00 WIB
Dinas Malam 21.00 07.00 WIB
Administrasi
Dinas Pagi 07.00 14.00 WIB

D. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis dibuat oleh Kepala Instalasi
Laboratorium berdasarkan kesepakatan dan disetujui oleh Kabag Penunjang
Medis
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) bulan dan disampaikan ke
analis pelaksana laboratorium setiap satu bulan
3. Tenaga analis yang memiliki kepentingan penting pada hari tertentu dapat
mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan
berimbang serta tidak mengganggu kinerja pelayanan, maka permintaan dapat
disetujui)
4. Jadwal dinas terbagi menjadi dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti. Apabila ada tenaga analis jaga yang karena sesuatu hal
tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
analis yang bersangkutan harus memberitahu Kepala Instalasi Laboratorium.
Sebelum memberitahu Kepala Instalasi Laboratorium, diharapkan analis yang
bersangkutan sudah mencari analis pengganti.
5. Apabila ada tenaga analis yang mendadak tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (tidak terencana) dan tidak memperoleh analis pengganti,
maka analis yang dinas pada shift sebelumnya wajib mengganti.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Denah Laboratorium Patologi Klinik RSI Sultan Hadlirin Jepara

1. Lokasi
Dalam Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1998 dinyatakan Instalasi
rumah sakit merupakan salah satu instalasi rumah sakit yang bukan saja
memberikan pelayanan untuk penderita rawat inap, tetapi juga penderita rawat
jalan dan rujukan. Karena itu laboratorium rumah sakit sebaiknya terletak di
daerah yang mudah dijangkau dari dalam maupun dari luar rumah sakit. Secara
khusus bagian dari laboratorium yang melayani gawat darurat (lab cito) dan
bank darah hendaknya terletak tidak jauh dari unit gawat darurat dan
laboratorium induk, jadi merupakan satu kelompok laboratorium.
2. Ruangan
Semua ruangan terutama yang digunakan untuk pemeriksaan spesimen perlu
mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar matahari yang cukup.
Ruang penerimaan spesimen dan pengambilan specimen sebaiknya terpisah
dari ruang pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi, terutama ruang
pemeriksaan mikrobiologi dan pengolahan darah untuk transfusi.
Menurut fungsinya, ruang-ruang dibagi dalam:

8
Ruang tunggu rawat jalan
Ruang administrasi dan pengambilan sampling rawat jalan
Ruang pemeriksaan
Ruang administrasi/pengolahan hasil (rawat inap)
Ruang bank darah
Untuk memudahkan pengawasan, ruang pemeriksaan dibagi menurut teknik
pemeriksaan, yaitu:
Ruang Hematologi
Ruang Kimia Klinik
Ruang Sekresi Ekskresi (Urine dan Feces)
Ruang Administrasi
Ruang Cuci Alat dan Sterilisasi
Ruang Bank Darah/Pengeloh Darah Tranfusi.
Ruangan yang tidak kalah pentingnya adalah ruang penunjang seperti: ruang
penyimpanan bahan kimia/reagensia yang memenuhi persyaratan keselamatan
kerja dan persyaratan penyimpanan reagensia itu sendiri antara lain: ruang
dingin atau lemari pendingin untuk penyimpanan reagensia tertentu, WC serta
ruang cuci tempat pembuangan sisa-sisa bahan pemeriksaan (wastedisposal),
dan dapur.

B. STANDAR FASILITAS
Laboratolium klinik harus mempunyai persyaratan minimal yang meliputi
bangunan, prasarana, peralatan, dan kemampuan pemeriksaan specimen klinik
sesuai dengan klasifikasinya (Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.411/menkes/Per/III/2010).

1. Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik diperlukan aliran
listrik yang cukup,dengan tegangan yang konstan dan tidak ada giliran listrik
terputus. Hal ini perlu bukan saja supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi
mengingat jenis peralatan, reagensia dan specimen memerlukan perawatan dan
penyimpanan pada suhu tertentu dan tetap. Idealnya, selain sumber listrik PLN,
juga tersedia cadangan sumber listrik dari generator, mengingat Instalasi
Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara
memberikan pelayanan 24 jam.

2. Sumber Air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus merupakan hal yang
mutlak bagi sebuah laboratorium. Karena itu air bersih harus selalu tersedia
setiap saat dan cukup.

3. Sarana Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)


1) Limbah B3 Cair
a. Limbah cair dibuang ke wastafel masuk ke septic tank
b. Wastafel disiram dengan air mengalir dan air bersih apabila perlu dengan
Klorin
2) Limbah Non Medis Padat
Masukkan kedalam tempat yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam
3) Limbah Khusus Padat
a. Dimasukkan kedalam tempat sampah yang dilapisi plastik berwarna
kuning yang ada tulisan sampah infeksiuss

9
b. Peralatan yang masih mengandung limbah medis umum, isinya
dikeluarkan dulu untuk dipisahkan.
c. Setiap hari plastik di dalam kotak diambil oleh petugas cleaning service
untuk dibawa ke bagian pembuangan sampah yang dikelola oleh IPRS.

4. Peralatan Pemeriksaan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan bidang
laboratorium khususnya, makin pesat dan semakin maju. Laboratorium
berlomba meningkatkan kualitas serta kecanggihan alat yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat serta meningkatkan mutu
pelayanan dengan peralatan yang moder dan canggih. Untuk memberikan
pelayanan laboratorium yang berhasil guna dan berdaya guna, pemilihan jenis
dan jumlah alat laboratorium harus disesuaikan dengan pelayanan medik yang
dibutuhkan. Disamping penyesuaian dengan pelayanan medik dalam memilih
alat laboratorium faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah:
Kemampuan alat
Kemudahan penyediaan reagensia yang digunakan pada alat tersebut
Kemudahan operasional
Ketelitian dan ketepatan alat
Kemudahan pemeliharaan
Mengabaikan salah satu faktor diatas dapat mengakibatkan pelayanan dengan
menggunakan alat tersebut tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Standarisasi peralatan Instalasi Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit
Islam Sultan Hadlirin Jepara mengikuti standart akreditasi dan peraturan
perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Standart yang dimaksud
bukanlah merek peralatan, tetapi standarisasi berdasarkan faktor-faktor tersebut
diatas. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat
menuntut laboratorium klinik untuk beroperasi dengan memberi pelayanan
yang optimal yakni cepat, tepat, akurat dan dapat dipercaya, maka fasilitas dan
peralatan harus memenuhi syarat.

Peralatan Pemeriksaan yang digunakan di Instalasi Laboratorium Patologi


Klinik Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara adalah sebagai berikut:
1. Peralatan Berdasarkan Pemeriksaan

No. Nama Alat Pemeriksaan Jumlah


1 Hematologi Analizer 2 pcs
2 Kimia Klinik 2 pcs
3 Elektrilit Analiser 1 pcs
4 Centrifuge 3 pcs
5 Microscope 2 pcs
6 Hematologi LED 2 pcs

2. Fasilitas Pada Setiap Ruangan

No FASILITAS JUMLAH
1 Ruang Administrasi Rawat Jalan
a. Meja kerja 1
b. Kursi 2
c. Komputer 2
d. Printer 2
e. Pesawat Telepon 1

10
2 Ruang Sampling Rawat Jalan
a. Meja kerja 1
b. Kursi sampling 1
c. Kursi pasien 1
d. Wastafel cuci tangan 1
e. Bed pasien 1
f. Kamar Kecil Pasien 1
g. AC 1 Pk 1
3 Ruang Administrasi Rawat Inap
a. Meja Kerja 2
b. Komputer 2
c. Printer 2
d. Pesawat Telpon 1
e. Almari Arsip 2
f. AC 1 Pk 1
4 Ruang Dokter Penanggungjawab
a. Meja kerja 1
b. Lemari Arsip 1
c. Kursi kerja 1
d. Kursi tamu 2
e. AC 1 PK 1
f. Mikroskop 1
5 Ruang Tunggu Pasien
a. Kursi Panjang pasien 2
6 Ruang Kimia
a. Meja kerja 1
b. Kursi kerja 2
c. Wastafel pencucian 1
d. Alat kimia Analiser Biolis / Komputer/ 1
UPS
e. Alat kimia semi automatic 1
f. Alat elektrolit 1
g. Sentrifuge 1
h. Refrigerator tempat stok reagent harian 1
i. Klinipet 5 l 1
j. Klinipet 10l 1
k. Klinipet 20l 1
l. Klinipet 50 l 1
m. Klinipet100 l 1
n. Klinipet 200 l 1
o. Klinipet500 l 1
p. Klinipet1000 l 1
q. Yellou tips Secukupnya
r. Blue tips Secukupnya
s. Pinset 1
t. AC 2 PK 2
7 Ruang Hematologi
a. Meja kerja 1
b. Sysmex XS 800i 2
c. Centrifuge 1
d. Wastafel 1
e. Diferential Conter 1
f. Rak pipet Wastergren 1

11
8 Ruang Sekresi Ekskresi (mikroskopis
dan urin)
a. Meja kerja 1
b. Kursi kerja 2
c. Mikroskop 1
d. Wastafel 1
e. Tabung Esbach 1
f. Pinset 2
g. AC 1.5 PK 1
9 Ruang gudang Reagent
a. Lemari kayu 1
b. Almari pendingin Reagent 1
c. AC 1 PK 1
10 Ruang pencucian
a. Oven Basah 1
b. Wastafel 1
16 Kamar Mandi Petugas 1
Wastafel 1
17 Gudang Arsip dll

C. PEMELIHARAAN DAN KALIBRASI ALAT

Peraturan Menteri Kesehatan No.363/Menkes/Per/IV/1998 tanggal 8 April


tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, mewajibkan setiap alat kesehatan
yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan dilakukan pengujian dan
kalibrasi secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan serta keamanan penggunaan alat kesehatan.
Dewan Standar Nasional menyatakan suatu filosofi yaitu: Setiap instrumen
harus dianggap tidak cukup baik untuk dipergunakan, sampai terbukti melalui
pengujian dan kalibrasi bahwa instrumen tersebut memang baik. Dengan
mengacu pada filosofi tersebut maka setiap alat yang baru harus selalu dilakukan
pengujian atau kalibrasi sebelum dipergunakan.

1. Pemeliharaan Peralatan
Pada setiap alat harus dilakukan pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi
yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan.
Kegiatan ini harus dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat,
sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan
kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu
luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya perbaikan.
Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakan pada
setiap alat yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan
kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan maka hal tersebut
harus segera dilaporkan kepada penanggungjawab alat untuk dilakukan
perbaikan.

12
2. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur. Kalibrasi peralatan
kesehatan bertujuan untuk memastikan hubungan antara nilainilai yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukur, atau nilai-nilai yang
diabadikan pada suatu bahan ukur, dengan nilai sebenarnya dari besaran yang
diukur. Nilai sebenarnya adalah konsep ideal yang tidak dapat diketahui
dengan pasti. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu di
kalibrasi secara berkala.
Cara kalibrasi sangat bervariasi, tergantung dari merek alat untuk itu
perlu mengikuti petunjuk masing-masing alat. Alat laboratorium yang sifatnya
kerjasama dengan vendor, maka yang melakukan kalibrasi terhadap alat
tersebut adalah sivendor dan berkewajiban untuk memberikan sertifikat
kalibrasi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Kalibrasi alat laboratorium dilaksanakan dengan kegiatan sebagai


berikut:
1. Pengukuran kondisi lingkungan
2. Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat
3. Pengukuran keselamatan kerja
4. Pengukuran kinerja sebelum dan setelah penyetelan atau pemberian faktor
kalibrasi sehingga nilai terukur sesuai dengan nilai diabadikan pada bahan
ukur.

13
Kartu pemeliharaan harian alat laboratorium klinik

TANGGAL
NO ITEM DILAKUKAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
SEBELUM HIDUPKAN ALAT
1 Check water
2 Check Alkali Washing
3 Check Acid Washing
4 Printer
5 Bersihkan Jarum
Bersihkan Lubang laci sampel &
6
reagen
7 Bersihkan permukaan alat
Persiapan untuk ranning
8
washing,blangko,control
9 Bersihkan Layar komputer
SETELAH ON ALAT
10 Washing probe
11 Blanco
Control
SEBELUM MATIKAN ALAT
12 Lakukan Decontaminate (1x seminggu)
Tanda Ka.Inst. Lab Klinik Petugas
Tangan

Nama Jelas

14
D. TROUBLE SHOOTING
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidakcocokan
hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin
disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu adanya
pemecahan masalah (trouble shooting).
Trouble shooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab
terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan
yang benar untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat, akan makin kompleks
permasalahan yang mungkin terjadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan.
1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih
2. Pastikan masalahnya
3. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan permasalahan
4. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan atasan atau hubungi tehnisi
untuk menanyakan masalah tersebut
5. Tempelkan label bahwa alat rusak
6. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada kartu maintenance.
7. Jangan melakukan pemeriksaan pada alat yang bermasalah.
8. Berikan informasi terhadap unit layanan (via telepon atau surat) atau pasien
bahwa pemeriksaan terhambat dalam pemberian hasil sehubungan dengan
kondisi alat yang sedang bermasalah bermasalah.

15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENDAFTARAN DAN PENCATATAN


1. Hak dan Pembatasan Pemberian Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik
Pada Formulir Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium Patologi Klinik hanya dapat melakukan pelayanan pemeriksaan
specimen klinik atas permintaan tertulis dari:
1.1. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta
1.2. Dokter
1.3. Dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut
1.4. Bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu
1.5. Instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hukum
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No 411/Menkes/Per/III/2010)

2. Hak Akses dan Pembatasan Pemberian Pelayanan LaboratoriumPatologi


Klinik Pada SIMRS
2.1. Petugas administrasi berhak mengakses data pasien dan jenis pemeriksaan
yang diminta oleh klinisi dengan melakukan identifikasi pasien yang baik
dan benar.
2.2. Bidan di ruangan perawatan berhak mengakses data pasien mengorder
pemeriksaan sesuai dengan tanggung jawabnya.
2.3. Perawat di ruang perawatan berhak mengakses data pasien mengorder
pemeriksaan sesuai dengan tanggung jawabnya.

3. Hak Akses dan Pembatasan Pemberian Pelayanan Laboratorium Patologi


Klinik
3.1. Petugas administrasi berhak transfer data pasien dari SIMRS
3.2. Tenaga Medis (kepala bagian) berhak autorisasi dan validasi hasil
laboratorium.
3.3. Tenaga teknis laboratorium berhak melakukan akses pra analitik, analitik,
pasca analitik.
3.4. Tenaga teknis analis berhak melakukan akses chek-in, relest dan autorans.
3.5. Tenaga teknis analis Quality Control berhak melakukan akses Qualiti
Control dan pelaporannya.

B. PENGELOLAAN SPESIMEN
1. Jenis Spesimen
Spesimen yang diolah di laboratorium patologi klinik adalah spesimen yang
berasal dari tubuh manusia dan diberlakukan sebagai spesimen infeksius dapat
berupa:
1. Serum
2. Plasma
3. Darah (Whole Blood)
4. Urin
5. Tinja
6. Sputum
7. Sperma
9.

16
2. Pengambilan dan Pengumpulan Spesimen
Terdapat beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam pengambilan
spesimen :
2.1. Jenis spesimen. Spesimen yang hendak diambil hendaknya disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Spesimen yang
dipergunakan dalam pemeriksaan laboratorium banyak macamnya, yaitu :
darah utuh (whole blood), plasma, serum, urine (urine pagi hari, urine
sewaktu, urine tampung 24 jam), tinja (faeses), dahak (sputum)
2.2. Volume spesimen. Volume spesimen harus mencukupi untuk tiap jenis
pemeriksan
2.3. Kondisi spesimen. Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak
mengalami kerusakan, seperti tidak hemolisis, tidak beku atau
mengandung bekuan (jika digunakan untuk pemeriksaan hematologi),
tidak berubah warna, segar/tidak kadaluwarsa dan steril (terutama untuk
pemeriksaan bakteriologi).
2.4. Antikoagulan. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus sesuai dengan
jenis pemeriksaan. Penggunaannya juga harus benar, takarannya harus
sesuai.
2.5. Peralatan sampling dan wadah spesimen. Peralatan sampling dan wadah
spesimen harus memenuhi syarat, yaitu : bersih, kering, tidak
mempengaruhi komposisi zat-zat atau material seluler yang ada dalam
spesimen, sekali pakai - buang (disposable).
2.6. Lokasi pengambilan spesimen. Spesimen darah umumnya diaspirasi dari
vena. Tetapi penting diperhatikan, bahwa tempat aspirasi darah vena harus
dipilih pada tempat yang tidak dilalui jalur infus. Pengambilan spesimen
darah pada lengan yang terdapat selang infus dapat menyebabkan
perubahan pada hasil pemeriksaan.
2.7. Waktu pengambilan. Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel
adalah pagi hari karena waktu ini adalah yang paling ideal, dimana
umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal.
2.8. Pencatatan dan labelisasi. Formulir permintaan harus mencantumkan
informasi berikut : nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, nama dokter,
nomor rekam medis, keterangan klinis, tanggal, waktu pengambilan, data
khusus lainnya (misalnya informasi obat yang telah diminum pasien) dan
jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah spesimen harus
ditempeli label yang berisi informasi, minimal nama pasien, ruang
perawatan, no cm, tanggal lahir dan waktu pengambilan.
2.9. Semua pengambilan sampel darah dilakukan oleh petugas laboratorium
kecuali diluar jam keliling petugas laboratorium dan program sliding gula
darah .
Jam keliling ruangan : Pagi Jam 06.00 07.00
Siang Jam 11.00 12.00
Sore Jam 16.00 17.00
Diluar jam tersebut diambilkan petugas ruangan.

3. Penerimaan Spesimen
3.1. Memeriksa sampel mengenai jenis, jumlah, keadaan saat diterima
kemudian dicocokkan dengan surat pengantar spesimen
3.2. Jumlah harus sesuai dan volume masing-masing spesimen harus cukup
3.3. Jika ada kekurangan data langsung ditanyakan/melengkapi form yang telah
disediakan
3.4. Mencatat di buku pemasukan specimen
3.5. Sesegera mungkin sampel diperiksa

17
3.6. Jika tidak segera diperiksa maka sampel di masukkan ke dalam pendingin.
3.7. Untuk sampel serum yang belum dipisah, antara serum dan bekuan darah
jangan langsung dimasukkan ke kulkas harus dipisahkan terlebih dahulu,
untuk menghindari kerusakan serum.
3.8. Serum jika ingin disimpan dalam jangka panjang dapat dimasukkan di
dalam freezer.

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium klinik yang baik dan benar terlaksana dengan
memperhatikan poin-poin penting yang menjadi dasar kegiatan.

1. Dasar pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu
a. Tujuan pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tinjuan
pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda,
sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai
sensitivitas yang berbeda-beda pula.

Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik
Sensitivitas klinik adalah persentase hasil positif sejati diantara pasien-
pasien yang berpenyakit.
Sensitivitas klinis = Positivitas diantara yang berpenyakit
=

Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Sensitivitas analitik / batas deteksi yaitu kadar terendah dari suatu analis
yang dapat dideteksi oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi menjadi syarat pada pemeriksaan
untuk tujuan skrining.

Spesifisitas
Dikenal spesifisitas klinis dan spesifisitas analitik.
Spesifisitas klinis adalah presentase hasil negative sejati di antara pasien-
pasien yang sehat.
Spesifisitas klinis = Negatif diantara yang sehat
=

Spesifisitasyang baik adalah yang mendekati 100%


Spesifisitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurat suatu metode
untuk memeriksa suatu analis tanpa dipengaruhi zat-zat lain.
Sensitivitas jarang diikuti dengan Spesifisitas 100 % dan sebaliknya.
Metode yang baik adalah metode yang memberikan sensitivitas dan
spesifisitas setinggi mungkin. Tidak ada satupun metode yang bebas dari
positif palsu atau negatif palsu.
b. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan

18
Mengingat hasil pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan dalam
pengambilan keputusan, maka waktu pemeriksaan yang diperlukan sampai
diperolehnya hasil untuk berbagai metode perlu dipertimbangkan.

c. Rekomendasi resmi
Berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan
rekomendasi dari suatu lembaga/badan yang diakui atau organisasi profesi.
Laboratorium Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara memakai metode
yang direkomendasikan oleh :
- Hematologi : ICSH (International Committee tor Standarisation in
Hematology)
- Kimia Klinik : IFCC (International of Clinical Chemistry)

DAFTAR NILAI RUJUKAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN HADLIRIN JEPARA
No Nama Metode Sex Umur Satuan Nilai Nilai Kritis Wak
Pemeriksaan Rujukan Low High tu
Hematologi
Anak-anak 10,8-15,6
20
1 Hemoglobin L Dewasa g/dL 14,0-18,0
menit
P Dewasa 11,7-16
20
2 Lekosit ^103/L 4 11
menit
Automatic/Wa L Dewasa mm/jam 0 10 75
3 LED / ESR
stergren P Dewasa mm/jam 0 15 menit
4 Hematokrit Kalkulasi
5 Trombosit ^103/L 150 400 <50 >1.000 20
menit
Hitung jenis
- Eosinofil 13
- Basofil 01
- Netrofil 50 70
6 30
Segmen
menit
- Netrofil Staff 26
- Limfosit 20 40
- Monosit 28
7
8 Retikulosit % 0,5 1,5 60
menit
9 Eritrosit L ^106/L 4,5 6,5 20
P 3,9 5,6 menit
10 MCV fL 76 96 20
menit
11 MCH pg 27 32 20
menit
12 MCHC % 32 37 20
menit
13 Coombs test Manual 90
menit
KOAGULASI
1 PPT detik 12 18 40
menit
2 APTT detik 26 40 40
menit
3 INR 1,0 1,3 60
menit
4 W. Pembekuan / Manual 9 - 13
CT

19
5 W. Perdarahan / Manual 1-3
BT
KIMIA KLINIK
1 Glukosa Sewaktu GOD PAP mg/dL 80 150 <50 >400 60
menit
2 Glukosa Puasa GOD PAP mg/dL 70 115 <50 >400 60
menit
3 Glukosa 2 jam PP GOD PAP mg/dL 100 150 <50 >400 60
menit
4 Ureum Berthelot mg/dL 10 - 50 60
menit
L 0,62 1,10
60
5 Creatinine serum Jaffe P mg/dL 0,45 0,75
menit
6 Asam Urat Tes warna mg/dL < 6,8 60
menit
7 Cholesterol Total GPO-PAP mg/dL 150 - 250 60
menit
8 HDL Cholesterol GPO-PAP mg/dL Lk 35-55 60
Pr45-60 menit
9 LDL Cholesterol GPO-PAP mg/dL < 150 60
menit
10 Trigliserida GPO-PAP mg/dL 74 - 150 60
menit
11 SGOT / AST IFCC L U/L 0 37 60
P 0 35 menit
13 SGPT IFCC L U/L 0 42 60
menit
P 0 33
14 Alkaline IFCC U/L 64 - 306 60
Phospatase menit
15 Gamma GT UV U/L Lk 7 30 Pr 60
10 - 47 menit
16 Bilirubin
- Total IFCC mg/dL 0,1 1,0 60
menit
- Direct IFCC mg/dL 0 0,2 60
menit
- Indirect IFCC mg/dL 60
menit
17 Protein
- Protein Total Biuret g/dL 6,0 8,0 60
menit
- Albumin BCG g/dL 3,5 5,5 60
menit
- Globulin Kalkulasi g/dL 2,0 3,5 60
menit
19 CKMB DGKC U/L <24 60
menit
20 Natrium mmol/L 135 155 45
menit
21 Kalium mmol/L 3,5 5,0 45
menit
22 Chlorida mmol/L 96 108 45
menit
23 Calsium CPC U/L 8,5 10,5 60
menit
24 Magnesium mg/dL 1,8 3,0 60
menit

20
IMUNO SEROLOGI
1 HBsAg Kualitatif Rapid-ICT Negatif 60
menit
2 Anti HIV Rapid-ICT 60
menit
3 Widal Aglutinasi Negatif 60
menit
S. typhi O Aglutinasi Negatif
S. typhi H Aglutinasi Negatif
4 ASTO Latex 60
menit
5 Rheumatoid Latex 60
Factor menit
6 Malaria PV dan 100
PF menit
URINALISIS
1 Albumin Negatif 10
menit
2 Reduksi Negatif 10
menit
3 pH 4,8 7,4 10
menit
4 Urobilinogen Normal 10
menit
5 Benda Keton Stick Negatif 10
menit
6 Nitrit Negatif 10
menit
7 Berat Jenis 1,003-1,030 10
menit
8 Darah Samar Negatif 10
menit
9 Lekosit Negatif 10
menit
10 Bilirubin Urine Negatif 10
menit
Sedimen Urine
1 Epitel ren 0 15
menit
2 Epitel sel 5 15 15
menit
3 Eritrosit 01 15
menit
4 Lekosit 05 15
menit
5 Silinder 01 15
menit
6 Parasit Negatif 15
menit
7 Bakteri Negatif 15
menit
8 Jamur Negatif 15
menit
9 Kristal Negatif 15
menit
Kimia Urine
Protein urine 30
menit
Protein Esbach 1 hari
(urine tampung 24
jam)

21
Reduksi 30
menit
Pregnancy test 30
menit
FECES RUTIN
1 Makroskopik 30
menit
- Konsistensi Biasa
- Lendir Negatif
- Darah Negatif
2 Mikroskopik 30
menit
- Eritrosit Negatif
- Lekosit Negatif
- Entamoeba Negatif
histolitica
- Bakteri Negatif
- Jamur Negatif
- Sisa makanan Negatif
- Fat / lemak Negatif
- Telur / larva
cacing
a. Ankylostom Negatif
a duodenale
b. Trichuris Negatif
trichiura
c. Ascaris Negatif
lumbricoide
s
3 Benzidine test 30
menit
ANALISIS SPERMA
1 Makroskopis 30
menit
a. Volume 25
b. Warna Putih Kanji
c. Bau Akasia
d. Koagulum
e. Likuefaksi Sempurna
f. pH 7,2 7,8
g. Viskositas
2 Mikroskopis 60
menit
a. Viabilitas % >70
b. Aglutinasi Negatif
c. Lekosit juta/mL <1
d. Jumlah sel juta/mL >20
e. Jumlah total juta/ejak >40
ulat
f. Motilitas % >50
g. Morfologi
- Normal % 70
- Abnormal % 30

2. Evaluasi Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan laboratorium perlu dikaji
ulang secara berkala minimal sekali dalam satu tahun mengingat ilmu
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan

22
memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis
sebagaimana dibutuhkan.
Jenis pemeriksaan laboratorium, metode, dan nilai rujukan, nilai kritis,
respon time yang dilakukan di laboratorium Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin
Jepara maupun laboratorium rujukan Terlampir.

3. Laboratorium Rujukan
Pemeriksaan yang belum mampu dikerjakan di laboratorium rumah sakit
di rujuk ke laboratorium rujukan apabila diperlukan dengan kriterian
laboratorium rujukan sebagai berikut:
a. Mampu mengerjakan pemeriksaan yang dirujuk
b. Aspek legal berdirinya laboratorium dan struktur organisasi
c. Melakukan pemantapan mutu internal dan eksternal secara rutin
d. Sudah terakreditasi nasional maupun internasional
e. Kualitas penjaminaan mutu hasil pemeriksaan
f. Memberikan hasil laboratorium dengan cepat.
g. Laboratorium harus memiliki nilai QC dan rentang nila rujukan dari
laboratorium yang dirujuk serta dievaluasi secara berkala minimal 1 kali
dalam setahun.

D. PENGELOLAAN LIMBAH
Laboratorium menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengelolaan
limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak
negatif.

1. Sumber, Sifat dan bentuk limbah


Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber yaitu:
Bahan baku yang sudah kadaluarsa
Bahan habis pakai
Produk proses di dalam laboratorium (contoh: Sisa specimen)
Produk upaya penanganan limbah (contoh: Jarum suntik sekali pakai)
Penanganan limbah ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infeksius
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umum
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label sesuai
peraturan yang ada. Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
a. Limbah cair
Yaitu pelarut organik, bahan kimia untuk penguji, air bekas pencucian alat,
sisa sepsimen (darah dan cairan tubuh lainnya)
b. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol
specimen, kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan medium
pembiakan.
c. Limbah gas
Dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau
dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

23
2. Penanganan dan penampungan
a. Pemisahan dan pengurangan dalam strategi pengelolaan limbah, alur
limbah harus diidentifikasi dan dipilah-pilah. Reduksi keseluruhan volume
limbah, hendaknya merupakan proses yang continue. Pilah-pilah dan
reduksi volume limbah klinis merupakan persyaratan keamanan yang
penting untuk petugas pembuangan sampah (sanitasi), petugas emergensi,
dan masyarakat.
Pemilahan dan reduksi volume limbah dengan mempertimbangkan hal
berikut:
1) Kelancaran penanganan penampungan limbah
2) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus,
dengan pemisahan limbah B3 dan non B3.
3) Sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3.
4) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah
untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil
limbah adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam
kantong atau kontener yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan dan
pembuangan akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan
penanganannya.
b. Penampungan
Sarana penampungan untuk limbah harus memadai, diletakkan pada
tempat yang pas, aman dan hygienis. Faktor-faktor tersebut perlu
mendapatkan perhatian dalam pengembangan seluruh strategi pembuangan
limbah untuk rumah sakit.

c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenali berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode warna . Keberhasilan
pemisahan limbah tergantung pada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.
Kode warna yang disarankan untuk limbah di Islam Sultan Hadlirin Jepara
adalah:

No Warna Golongan Sampah Jenis Limbah


Kantong
Limbah rumah tangga biasa, tidak
Sampah Non-
1 Hitam digunakan untuk menyimpan atau
Infeksius
mengangkut limbah klinis.
Kantong warna kuning dengan symbol
2 Kuning Sampah Infeksius bioazard yang telah dikenal secara
internasional berwarna hitam

E. LAPORAN HASIL DAN ARSIP


Laporan hasil dan arsip laboratorium diperlukan dalm perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan
pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan
teliti, karena kesalahan dalam pelaporan hasil akan mengakibatkan kesalahan
dalam menetapkan suatu tindakan.
Peraturan Menteri Kesehatan No.411/Menkes/Per/III/2010 tentang
pencatatan dan pelaporan, mewajibkan setiap laboratorium klinik melaksanakan
pencatatan pelaksanaan kegiatan laboratoium dan menyimpan arsip mengenai:

24
a. Surat permintaan pemeriksaan
b. Hasil pemeriksaan
c. Hasil pemantapan mutu
d. Hasil rujukan.
1. Pencatatan
Pencatatan data pasien dan jenis pemeriksaan pasien baik rawat inap maupun
rawat jalan dilakukan melalui sistem komputer (SIMRS)

2. Pembuatan/Pelaporan hasil
Pembuatan hasil pemeriksaan pasien baik rawat inap maupun rawat jalan
dilaporkan dalam sistem komputer (SIMRS)
a. Pembuatan dan pencetakan hasil:
1) Chek in sampel dan jenis pemeriksaan yang diminta
2) Chek in sampel dan jenis pemeriksaan yang diminta
3) Relest hasil yang dikeluarkan oleh setiap alat pemeriksaan
4) Autorans hasil yang akan dicetak atau di print.
5) Validasi dan verifikasi hasil
6) Cetak hasil oleh petugas hasil

b. Pelaporan Hasil:
1) Hasil Kritis: Hasil pemeriksaan laboratorium yang secara signifikan
diluar batas normal dan dapat mengindikasikan kondisi yang
mengancam terhadap nyawa pasien. Untuk itu mendapat perlakuan
khusus dalam pelaporan hasil. Bila ditemukan hasil pemeriksaan yang
masuk dalam kategori kritis petugas laboratorium setelah hasil di
validasi oleh dokter Patologi Klinik atau petugas yang diberi
kewenangan, harus sesegera mungkin melaporkan ke unit layanan
dimana pasien dirawat melalui telepon.

2) Hasil Abnormal:Hasil pemeriksaan laboratorium yang extrim namun


bukan dalam kategori kritis. Bila menemukan hasil abnormal perlu
dievaluasi sebelum hasil di validasi oleh dokter Patologi Klinik atau
petugas yang diberi kewenangan. Bila hasil abnormal tersebut sudah
divalidasi petugas laboratorium segera melaporkan ke unit layanan
atau dokter yang mengirim rujukan pemeriksaan melalui telepon.
3) Hasil Cito: Hasil pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan dengan
segera.Bila menerima formulir dan spesimen dengan permintaan
CITO diberi perlakuan khusus dan waktu yang minimal (< 1 jam).
Segera dilaporkan hasil pemerikasaan ke unit layanan atau dokter
yang merujuk melalui telepon.

25
BAB V
LOGISTIK LABORATORIUM

Logistik adalah proses perencanaan atau pengadaan, implementasi, dan


pengendalian efisiensi, aliran biaya yang efektif dan penyimpanan bahan baku, bahan
setengah jadi, barang jadi dan informasi-informasi yang berhubungan dari asal titik
konsumsi dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam pembahasan bab
ini yang dimaksud dengan bahan laboratorium adalah reagensia, standar, bahan
kontrol, dan bahan pembantu lainnya. Hal-hal yang akan dibahas adalah mengenai
macam atau jenis dasar pemilihan serta pengadaan dan penangananya.
A. PENGADAAN
Pengadaan logistik laboratorium dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu
jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekalan atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk bahanbahan
yang sangat dibutuhkan diluar rutin atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian bahan dalam periode 6 12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6 12 bulan,tahun yang akan datang. Untuk itu
jumlah rata-rata pemeriksaan bahan untuk satu bulan perlu dicatat. Untuk
mengantisipasi kebutuhan tidak terduga seperti pemeriksaan medical chek up
atau wabah penyakit maka perkiraan jumlah kebutuhan untuk periode 6 12
bulan tahun yang akan datang dikalikan 10 %.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (Delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit
di dapat yaitu minimal 3 bulan sebelumnya sudah dilakukan pemesanan.

B. PENYIMPANAN
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah:
Pertama masuk pertama keluar (FIFO = first in-first out ), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu. Hal ini
adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu
lama.
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu atau kelembaban
4. Lama atau waktu penyimpanan dengan melihat masa kadaluarsa.
5. Incompatibility

26
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Reagen buatan sendiri
2. Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen tertentu tidak
boleh disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi. Penyimpanan
reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya:
a. Larutan pewarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat
b. Larutan yang menyerap cahaya dan dapat mengalami reaksi fotokimia
disimpan dalam botol gelas putih.
c. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat
d. Disimpan pada suhu ruangan (1525 0C) atau suhu kulkas (2 80C) atau
suhu beku atau disesuaikan dengan suhu standart dari masing-masing
reagen.
3. Reagen jadi (Komersial)
a. Tutuplah botol waktu penyimpanan
b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
c. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak berdekatan
satu dengan lainnya.
d. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan
label tanda bahaya
e. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa,
tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen diambil dan jumlah reagen
sisa serta nama petugas yang mengambil.
f. Disimpan pada suhu ruangan (15250C) atau suhu kulkas (280C) atau
suhu beku atau disesuaikan dengan suhu standart dari masing-masing
reagen.
4. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh tercampur (incompatible)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi
berbahaya jika tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa
kebakaran dan atau ledakan, seperti:

No. BAHAN KIMIA HINDARKAN KONTAK DENGAN


1 Ammonium nitrat Asam klorat, nitrat, debu organik, pelarut
organik mudah terbakar, bubuk logam
2 Asam asetat Asam kromat, asam nitrit, perkloratm
peroksida
3 Karbon aktif Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit)
4 Asam kromat Asam asetat, gliserin, alkohol, bahan kimia
mudah terbakar
5 Cairan mudah terbakar Amonium nitrat, asam kromat, hidrogen
peroksida, asam nitrat
6 Hidrokarbon (benzena, Fluor, klor, asam kromat, peroksida
benzin, butana,
terpentin)
7 Kalium klorat/ perklorat Asam sulfat dan asam lainnya
8 Kalium permanganat Gliserin, etilen glikol, Asam sulfat

27
5. Jenis reagen yang tersedia dan dipakai di laboratorium klinik Rumah
Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara adalah:
SUHU
NO JENIS REAGEN
PENYIMPANAN
1 ALKALI PHOSPATASE 20C-80 C
ALKALIWASHING SOLUSION 20C-80 C
GAMMA GLUTAMYL/GGT 20C-80 C
ACIDWASH SOLUTION 20C-80 C
BIL TOTAL 20C-80 C
BIL DIRECK 20C-80 C
CONTROL BOINORM 20C-80 C
2. LAIN-LAIN
CONTROL TEST N 20-250 C
E CHECK SYSMEX XT,XS 20C-80 C
3. REAGENT
GLUKOSA 20C-80 C
CHOL 20C-80 C
TRIG/TGL 20C-80 C
UA/URCA 20C-80 C
BUN/UREUM 20C-80 C
CREATININ 20C-80 C
AST/SGOT 20C-80 C
ALT/SGPT 20C-80 C
TP 20C-80 C
ALB 20C-80 C
TBIL 20C-80 C
DBIL 20C-80 C
DIRECT HDL CHOL 20C-80 C
CALCIUM/CA 20C-80 C
MAGNESIUM 20C-80 C
SAMPLE CUP 20-250C
4. REAGENT IMUN-SEROLGI
HBSAG STIK 20C-80 C
HIV Determin/HIVSTIK 20C-80 C
HIV ONCOPROBE 20C-80 C
AMPHETAMIN 20C-80 C
MORFHIN 20C-80 C
BENZODIAZEPAN 20C-80 C
MALARIA PF PV 20C-80 C
PLANO STIK/HCG 20-250C
SALMONELLA (Typhi O) 20C-80 C
SALMONELLA (Typhi H) 20C-80 C
RF HMN 20C-80 C
ASTO HMN 20C-80 C
GOLONGAN DARAH A 20C-80 C
GOLONGAN DARAH B 20C-80 C
GOLONGAN DARAH AB 20C-80 C
GOLONGAN DARAH D 20C-80 C

28
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU
PENYIMPANAN
1 AMPLOP LABORAT -
2 AMPLOP DINAS 9 AMPLOP PENDEK -
3 ANTI NYAMUK SPRAY BAYGON -
4 BALLPOINT HITAM -
5 BALLPOINT MERAH -
6 BATTERAY AAA 1.5 V -
7 BATTERAY ALKALINE AA1.5V -
8 BATTERY AA 1.5 V/KECIL ABC -
9 BK KWARTO 100 LB -
10 BK PERBAIKAN BARANG -
11 BK PERMINTAAN BARANG -
12 BK SRT PENGIRIMAN DRH -
13 BK BLOK NOT/ TULIS KECIL -
14 BK TULIS PANJANG/EXPEDISI -
15 ISI CUTTER BESAR -
16 ISI STAPLES BESAR -
17 ISI STAPLES KECIL NO 10 -
18 ISOLASI PANFIX 1/2 X 72 INC -
19 ISOLASI LAKBAN COKLAT 5CM -
20 ISOLASI LAKBAN HITAM, 3 CM -
21 KAPUR BARUS -
22 KARET GELANG -
23 KARTU GOLONGAN -
24 KARTU STOK -
25 KERTAS CF-2PLAY LOGO -
26 KERTAS HVS F4 70 gr -
27 KERTAS THERMAL PRINTER -
28 KLIP -
29 KOREK API -
30 KWITANSI/BALASAN LAB -
31 LABEL LABORAT -
32 KOREK API -
33 LEM ALTECO -
34 LEM POVINAL ISI ULANG -
35 LISOL -
36 LEM ALTECO -
37 LEM POVINAL ISI ULANG -
38 LISOL -
39 PENGHAPUS PENSIL -
40 PENGHARUM SPRAY -
41 PENSIL 2B -

29
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU
PENYIMPANAN
42 PITA KOMPUTER -
43 PLASTIK SAMPAH MEDIS KUNING -
44 PLASTIK SAMPAH MEDIS HITAM -
45 PLASTIK SAMPAH MEDIS KUNING -
46 REFILL BALLPOINT PILOT -
47 SABUN CAIR/SUNLIGHT -
48 PLASTIK SAMPAH MEDIS KUNING -
49 REFILL BALLPOINT PILOT -
50 SABUN CAIR/SUNLIGHT -
51 SAPU LIDI -
52 SPIDOL BORDMARKER -
53 SPIDOL MARKER SNOWMAN -
54 STABILLO -
55 STOPMAP MANILA -
56 TINTA PRINTER HITAM 100ML -
57 TINTA STEMPEL -
58 TIPEX -
59 TISSUE ROL -
60 ISOLASI BESAR BENING 5 CM -
61 BK FOLIO ISI 100 LB -
62 BK LAB KLINIK -
63 SAFETY BOX BESAR -
64 BK KWITANSI DUBLIKATOR -
65 BL KOP SURAT -
66 BL KOP SURAT A4 -
67 KERTASFOTO -
68 BOTOL TEMPAT HAND SOAP -
69 TISSUE KOTAK -
70 SABUN CUCI TANGAN/HAND SOAP -
71 SABUN CUCI TANGAN/HAND SOAP -

6. Contoh kartu stok barang logistik yang digunakan di Laboratorium


Patologi Klinik Islam Sultan Hadlirin Jepara

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


RSI JEPARA NO...............
RUMAH SAKIT Islam Sultan Hadlirin JEPARA .

NamaBarang: .....................................................................SATUAN:..........
Tanggal Uraian Terima Keluar Sisa Ket

30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Instalasi Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara
mempunyai peran dalam meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan
menerapkan program 6 sasaran keselamatan pasien. Sesuai dengan jenis
pelayanannya, instalasi laboratorium menjalankan program sasaran keselamatan
pasien untuk meminimalkan terjadinya kesalahan pemeriksaan laboratorium dan
melaksanakan langkah-langkah pencegahannya.

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Laboratorium patologi klinik berperan serta dalam upaya meminimalkan
kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan
laboratorium digunakan secara luas dalam pemeriksaan pasien, sehingga
kesalahan laboratorium memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatan
pasien. WHO sebagai organisasi kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk
menciptakan suatu upaya di banyak bidang, termasuk pemberian hasil
laboratorium, dan bantuan dalam penafsiran data laboratorium.

B. TUJUAN
Tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah:
1. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan serta harapan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Patient Safety.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit atau laboratorium.
3. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
5. Memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


Mengingat pentingnya keselamatan pasien di rumah sakit dan tidak menutup
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium maka perlu
diatur pelaksanaan keselamatan pasien. Dari hasil penelitian para ahli bahwa 70%
penatalaksanaan terhadap pasien tergantung pada hasil laboratorium. Kesalahan
yang timbul mengakibatkan kondisi buruk sampai pada kematian. 70% kesalahan
yang timbul di laboratorium adalah dari proses pra analitik. Penatalaksanaan
keselamatan pasien diatur dalam program keselamatan pasien yang dilakukan di
laboratorium patologi klinik mengacu kepada 6 sasaran keselamatan pasien yang
berlaku di Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand
hygiene/kebersihan tangan)
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

31
Untuk menyikapi 6 sasaran keselamatan pasien tersebut diatas laboratorium
patologi klinik Islam Sultan Hadlirin Jepara menerapkannya sebagai berikut :

1. Ketepatan Identifikasi:
a. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan.
Pasien diidentifikasi minimal menggunakan 2 (dua) pengidentifikasi pasien
yakni : Nama, No. RM, tanggal lahir
b. Proses identifikasi pasien dilakukan mulai dari pendaftaran pemeriksaan
laboratorium, baik rawat inap maupun rawat jalan, pengambilan
sampel/plebothomi, pendistribusian spesimen, prosesing spesimen,
autoruns, sampai pada penyerahan hasil kepada pasien.
c. Menanyakan secara verbal nama lengkap pasien dan tanggal lahir serta
minta pasien untuk mengejakannya jika memungkinkan.
d. Membandingkan selalu identitas pasien dilabel sampel dan formulir
permintaan atau bon pemeriksaan laboratorium.
e. Pemberian label dilakukan saat pengambilan sampel tepat disisi pasien
f. Label spesimen berisi nama pasien, nomor register (RM), jenis kelamin,
ruang perawatan dan jenis pemeriksaan yang diminta.

2. Meningkatkan komunikasi efektif dengan menggunakan metode Tulis


Baca Konfirmasi (TBAK)
a. Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara menetapkan metode TBAK
sebagai pola komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dipahami oleh penerima demi peningkatan keselamatan pasien dan
berlaku untuk semua lini pelayanan
b. Petugas laboratorium yang menerima instruksi lisan/lewat telepon wajib
melakukan penulisan/pencatatan (writing down), pembacaan ulang (read
back) dan konfirmasi ulang (check back/verifikasi). Petugas laboratorium
menjalankan klarifikasi permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak
jelas atau tidak terbaca kepada DPJPatau perawat dan mengklarifikasi
kondisi klinis pasien yang mempengaruhi hasil laboratorium kepada kepala
jaga/perawat ruangan.
c. Setiap petugas laboratorium wajib melakukan komunikasi dalam
melaporkan seluruh informasi hasil pasien baik lisan maupun melalui
telepon

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (HAM)


Petugas laboratorium memahami kebijakan tentang peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai (high alert medication/HAM)

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


Petugas laboratorium memahami kebijakan kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur dan tepat pasien operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (hand hygiene/


kebersihan tangan)
a. Melakukan hand hygiene/kebersihan tangan menurut 5 moment kebersihan
tangan yang sudah ditetapkan oleh WHO :
Moment 1 : sebelum kontak dengan pasien.
Moment 2 : sebelum tindakan aseptik.
Moment 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien.
Moment 4 : setelah kontak dengan pasien.
Moment 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

32
b. Melakukan teknik kebersihan tangan tangan yang baik dan benar sesuai
dengan prosedur kebersihan tangan yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit
c. Melakukan kebersihan tangan sesuai dengan jenis menurut area dan
tindakan yang dilakukan yaitu:
Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial) di ruang
istirahat petugas, ruang atministrasi.
Kebersihan tangan dengan berbahan dasar alkohol (handrub) pada
saat pengambilan sampling baik di ruang sampling rawat jalan
maupun ruang rawat pasien.
Lakukan kebersihan tangan dan ganti sarung tangan setiap kali
melakukan tindakan pengambilan spesimen untuk menghindari
kontaminasi silang antar pasien.
d. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan tindakan
kegiatan laboratorium di area infeksius untuk menghindari terjadinya
infeksi silang yaitu:
Menggunakan APD (Jas Laboratorium lengan panjang, sarung
tangan/gloves, masker surgical) di ruangan prosesing.
Menggunakan APD (Jas laboratorium lengan panjang, sarung
tangan/gloves, masker surgical, dan google pada saat pembuatan
larutan reagen pewarnaan).

6. Kewaspadaan Bersama Pencegahan pasien Jatuh


a. Kenali dan tanggap terhadap pasien dengan kondisi lemah, cara berjalan
yang tidak aman (goyah), memakai alat bantu jalan (kursi roda, tongkat,
walker)
b. Waspada resiko jatuh pada pasien yang memakai gelang kuning
c. Bantu pasien dengan gangguan keseimbangan dan lemah
d. Upayakan pasien tidak berdiri lama saat menerima pelayanan (anjurkan
pasien untuk duduk atau sediakan tempat duduk saat menunggu pelayanan
diberikan).
e. Bantu pasien supaya aman saat berpindah dari kursi roda/brankar ke tempat
tidur dan sebaliknya.
f. Pastikan rem pada tempat tidur, brankas, dan kursi roda berfungsi dan
terkunci.
g. Tutup pengaman bed (hek) dan anjurkan keluarga mendampingi pasien.
h. Bila pasien berada di ruang rawat inap pastikan bel pasien mudah dijangkau
oleh pasien
i. Laporkan/bersihkan dengan segera genangan air di lantai
j. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
k. Laporkan/perbaiki dengan segera bila ada kerusakan (contoh: lampu
kamar/kamar mandi redup atau mati, rem pada kursi roda/bed sudah
aus/tidak layak, pipa bocor/menetes sehingga menyebabkan lantai tergenang
air dan licin, dsb).

33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan (safety) memiliki arti keadaan terbebas dari celaka (accident)
ataupun hampir celaka (incident atau near miss). Kesehatan (health) menurut
undang-undang No. 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara sosial dan ekonomis.
Sedangkan kerja (occupation) berarti kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan.
Menurut OSHA (2003), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan
multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip ilmiah dalam memahami
adanya resiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam
lingkungan industri maupun diluar industri.
Keselamatan kerja di laboratorium adalah keselamatan yang berkaitan
dengan penggunaan alat-alat laboratorium, bahan dan proses pemeriksaan, tempat
pemeriksaan dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pemeriksaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses pemeriksaan di laboratorium,
sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan yang terjadi pada saat proses pemeriksaan sedang berlangsung.
Peristiwa tersebut tidak disengaja dan direncanakan.

B. TUJUAN
1. Umum
Menjaga atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau tertular oleh suatu
penyakit yang disebabkan oleh limbah atau zat kimia yang dipakai dalam
pekerjaan.
2. Khusus
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatan produksi.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien

C. TATALAKSANA KESELAMATAN KERJA


1. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Klinik
Bekerja dalam laboratorum klinik mempunyai risiko terkena bahan kimia
maupun bahan yang bersifat infeksius. Resiko tersebut dapat terjadi karena
kelalaian dan sebab-sebab lain diluar kemampuan manusia. Menjadi suatu
tanggung jawab bagi manusia untuk mempelajari kemungkinan adanya bahaya
dalam pekerjaan agar mampu mengendalikan bahaya serta mengurangi resiko
sekecil-kecilnya melalui pemahaman mengenai berbagai aspek bahaya dalam
lingkungan laboratorium, mengarahkan para pekerja dalam melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi pekerjanya,
terhadap setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan
kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang bebas dari rasa kekhawatiran akan
kecelakaan dan keracunan seseorang dapat bekeraja dengan produktif dan
efisien. Keadaan yang sehat dalam laboratorium, dapat diciptakan apabila ada
kemauan dari setiap pekerja untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan
suatu kesadaran dan tanggung jawab, bahwa kecelakaan dapat berakibat pada
diri sendiri dan orang lain serta lingkungannya.

34
Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja memegang peranan
penting dalam pencegahan kecelakaan disamping dislipin setiap individu
terhadap perautran juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja.

2. Penanganan Spesimen
Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan cara
pemeliharaan/mempertahankan kualitas kerja (perfomance) pada setiap
taraf/langkah dalam keseluruhan rantai prosesnya. Pengambilan/pengumpulan
spesimen, transportasi dan proses merupakan mata rantai yang penting, tetapi
justru sebagian besar menganggap tidak perlu diawasi secara khusus.
Masing-masing laboratorium mempunyai cara kerja yang bervariasi, oleh
karena itu perlu adanya kewaspadaan terhadap spesimen-spesimen
kiriman/rujukan. Paling tepat adalah bila laboratorium rujukan memberi
petunjuk kepada laboratorium perujuk (yang merujuk) mengenai cara
persiapan, pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen, jenis spesimen
dan diagnosa penderita bila perlu, agar tidak terjadi kesalahan apabila hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan klinis.
Idealnya petunjuk ini disusun secara sistematis per jenis
pemeriksaan/parameter yang mudah dimengerti oleh petugas di semua
laboratorium perujuk. Selain petunjuk berdasarkan parameter, perlu juga
ditambahkan petunjuk umum tentang sampling berdasarkan jenis spesimennya
tentang bagaimana cara memperoleh dan menanganinya, bila perlu diberi label
terhadap diagnosa penyakit yang berbahaya seperti berlabel bulatan merah bila
terinfeksi HIV/AIDS.

3. Risiko Pemakaian Alat Pelindung Diri Bagi Petugas Laboratorium


Kesehatan.
Kecelakaan kerja adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari
yang paling ringan sampai pada yang paling berat.
Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas
laboratorium khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan
tindakan pencegahan seperti pemakaian alat pelindung diri, apabila petugas
laboratorium tidak menggunakan alat pengaman, akan semakin besar
kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan berbahaya, khususnya
berbagai jenis virus.

4. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang
digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi
lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal
Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE
terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memproteksi si
pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing protection) yang
melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter
yang menyerap dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang
memberikan perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia.
APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti
baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker
khusus dan alat bantu pernafasan yang dikenakan di kala menangani tumpahan
bahan kimia yang sangat berbahaya.

35
a. Perlindungan Mata dan Wajah
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang
harus dikenakan oleh pemakai saat bekerja dengan bahan kimia. Hal ini
dimaksud untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat
dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi.

b. Perlindungan Badan
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal
dengan sebutan jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang
wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang
kerap sekali di kenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari
katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
Anda menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium harus
terpasang semuanya dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran
badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari tumpahan
bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas
laboratorium Anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas
tersebut secepatnya.

c. Perlindungan Tangan
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat
penting apabila terpapar oleh bahan infeksius atau bahan kimia korosif dan
beracun. Pemakaian sarung tangan dapat menjadi solusi untuk menghindari
kontak bahan-bahan tersebut. Tidak hanya melindungi tangan terhadap
bahan infeksius, bahan kimia korosif dan beracun, sarung tangan juga dapat
memberikan perlindungan dari peralatan yang pecah, permukaan benda
yang kasar atau tajam dan material yang bersuhu panas atau dingin.
Sarung tangan yang digunakan petugas laboratorium di Rumah Sakit
Islam Sultan Hadlirin Jepara adalah sarung tangan bersih berbahan karet /
latex, non-sterile dan dispossible (sekali pakai). Khusus untuk petugas di
rawat jalan, sarung tangan diganti tiap 10 pasien, dengan catatan tidak kotor,
tidak terkena darah atau cairan tubuh pasien serta selalu melakukan tindakan
kebersihan tangan 6 langkah dengan handrub alcohol base tiap kali akan
melakukan tindakan pengambilan darah.

d. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh
manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara,
debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium
merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan
efek kontaminasi tersebut.
Para pekerja di laboratorium harus memakai perlindungan pernafasan,
atau masker yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada
jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi
untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa
pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka
filter tersebut harus diganti.
Setiap pengguna bahan kimia haruslah mengerti pentingnya memakai
APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia. Selain itu, setiap
APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang ditangani.

36
Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium.
e. Pemberian tanda dan lambang
Pada bahan yang kita lakukan kontak selama bekerja biasanya terdapat
gambar yang menunjukkan sifat bahaya dari bahan tersebut dimana
contohnya adalah sebagai berikut:

No Lambang Arti

1 Mudah Terbakar

2 Oksidatif

3 Mudah meledak

Berbahaya
4 Simbol X dengan diikuti huruf I berarti
irritant/mengiritasi

5 Toksik

Berbahaya bagi lingkungan / mencemari


6
lingkungan

7 Korosif

Pemberian informasi atau edukasi terhadap petugas baik itu yang


masih baru maupun petugas yang sudah lama sangat penting guna
pengetahuan tentang K3 diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
laboratorium untuk menjaga keamanan diri sendiri serta lingkungan.

37
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang


ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pengendalian mutu internal adalah pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan
oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Cakupan objek pengendalian mutu internal meliputi
aktivitas : tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik. Program
Pengendalian Mutu Laboratorium dilaksanakan untuk pendekatan dan perbaikan
terus menerus pada proses pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-
pihak yang berkepentingan.
A. PENGENDALIAN MUTU INTERNAL
Program pengendalian mutu internal dilaksanakan dan diukur secara berkala
untuk mengetahui sejauhmana kualitas pelayanan dapat berjalan dengan baik dan
dapat diterima oleh masyarakat dan pelanggan/konsumen. Indikator mutu
laboratoriumRumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara meliputi indikator klinik,
indikator yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada
efektifitas (effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan
(appropriateness).
a. Pra analitik
Melakukan program maintenance peralatan laboratorium sebelum kerja
yaitu dengan membuat cheklist perawatan/maintenance.
Melaksanakan program quality control pada setiap alat dan uji tes yang
dilakukan setiap hari pada alat tertentu di laboratorium patologi klinik
Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara
Mengukur kualitas reagen/bahan dan alat habis pakai yang dipakai di
laboratorium klinik
b. Analitik
Melakukan test ulang (duplo) terhadap hasil test pasien yang extremeout of
range.
c. Pasca analitik
Mengukur Respon Time (TAT) hasil pemeriksaan laboratorium
1. Permintaan Cito tidak lebih dari 1 jam
2. Pelaporan hasil laboratorium dengan nilai kritis (critical value)
3. Pelaporan hasil laboratorium dengan nilai out of range
4. Pelaporan hasil laboratorium regular
Mengukur kepuasan pelanggan dengan membuat Kuesioner kepuasan
pelanggan
1. Pasien

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


Judul Indikator : Angka Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Laboratorium
Definisi Indikator : Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah
pelayanan pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia
darah sederhana. Waktu tunggu hasil laboratorium adalah
waktu mulai pasien diambil sampelnya sampai dengan
menerima hasil yang sudah divalidasi, maksimal 140
menit
Bagian / Unit : Bagian Laboratorium

38
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Laboratorium
Kebijakan Mutu : Kepuasan
Rasionalisasi : Untuk mengukur kinerja laboratorium dalam
mengerjakan pemeriksaan laboratorium
Formula Kalkulasi Jumlah pemeriksaan yang waktu tunggunya 140 menit
------------------------------------------------------------ x100 %
Jumlah seluruh pemeriksaan
Pembilang : Jumlah pemeriksaan yang waktu tunggunya 140 menit
(Numerator) dalam 1 bulan
Penyebut : Jumlah seluruh pemeriksaan dalam 1 bulan
(Denominator)
Kriteria Inklusi Jenis pemeriksaan yang diminta adalah pemeriksaan yang
bersifat rutin (hematologi, urinalisis dan feces) dan
pemeriksaan kimia klinik sederhana
Kriteria Eksklusi Pemeriksaan kimia klinik lengkap, imunologi,
pemeriksaan yang sampelnya tidak memenuhi syarat,
pemeriksaan cito
Metode : Retrospektif
Pengumpulan Data
Tipe Pengukuran :
Sumber Data : Lembar cetak hasil laboratorium
Waktu Pelaporan : Dalam 1 semester
Frekuensi Pelaporan : 1 semester
Target Kinerja : 100 %
Jumlah Sampel : Jumlah sample dalam 1 bulan
Area monitoring : Bagian Laboratorium
Rencana komunikasi : Rapat bulanan dan Sosialisasi lisan dan tertulis
pelaporan hasil pada
staff
References : Standar Pelayanan Minimal RS

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


Judul Indikator : Pengulangan Pengambilan Sampel Darah
Definisi Indikator : Pengulangan pengambilan sampel darah melalui vena
pada pasien rawat jalan dan rawat inap oleh petugas
laboratorium yang sama dengan alasan :
1. Sampel darah lisis
2. Sampel darah membeku / terdapat jendalan (blood
clot)
Bagian / Unit : Bagian Laboratorium
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Laboratorium
Kebijakan Mutu : Efisiensi
Rasionalisasi : Pengambilan darah yang berulang akan mengakibatkan
gangguan psikologis pasien seperti :
1. Trauma psikis
2. Meningkatkan rasa sakit pada pasien
3. Meningkatkan risiko phlebitis pada pasien rawat
inap

39
Formula Kalkulasi : Jumlah pengulangan pengambilan sampel darah vena
------------------------------------------------------------ x100 %
Jumlah seluruh pengambilan sampel darah vena
Pembilang : Jumlah pengulangan pengambilan sampel darah vena
(Numerator) pada pasien rawat jalan dan rawat inap dalam 1 bulan
Penyebut : Jumlah seluruh pengambilan sampel darah vena dalam 1
(Denominator) bulan
Kriteria Inklusi 1. Sampel darah vena diambil dari pasien rawat jalan dan
rawat inap
2. Pengambilan sampel darah vena dilakukan oleh
petugas laboratorium yang sama
Kriteria Eksklusi 1. Pengambilan sampel darah vena dilakukan perawat
ruangan
2. Bayi, anak-anak dan pasien yang tidak kooperatif
3. Oedem, Combutio atau keadaan lain yang
menyebabkan kesulitan akses vena
Metode :
Pengumpulan Data
Tipe Pengukuran :
Sumber Data : Data pengulangan pengambilan sampel darah pasien
rawat jalan dan rawat inap
Waktu Pelaporan : Dalam 1 semester
Frekuensi Pelaporan : 1 semester
Target Kinerja : 10 %
Jumlah Sampel : Semua data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Area monitoring : Bagian Laboratorium
Rencana komunikasi : Sosialisasi lisan dan tertulis
pelaporan hasil pada
staff

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


Judul Indikator : Ketidakpuasan pelanggan / pengunjung laboratorium
Definisi Indikator : Angka ketidak puasan pelanggan/pengunjung
laboratorium rawat jalan
Bagian / Unit : Bagian Laboratorium Rawat Jalan
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Laboratorium
Kebijakan Mutu : -
Rasionalisasi : Ketidak puasan pelanggan atas pelayanan di laboratorium
dapat mengakibatkan kurangnya pendapatan laboratorium
Formula Kalkulasi : Jumlah angka ketidakpuasan pelanggan dalam
kurun waktu 1 bulan
------------------------------------------------------------ x100 %
Jumlah pasien rawat jalan yang mengisi kuisioner
kepuasan pelanggan dalam waktu 1 bulan
Pembilang : Jumlah angka ketidakpuasan pelanggan dalam kurun
(Numerator) waktu 1 bulan
Penyebut : Jumlah pasien rawat jalan yang mengisi kuisioner

40
(Denominator) kepuasan pelanggan dalam waktu 1 bulan
Kriteria Inklusi Kartu kepuasan pelanggan yang diisi dengan baik oleh
pelanggan
Kriteria Eksklusi Kartu kepuasan pelanggan yang tidak dimasukkan ke
kotak kepuasan pelanggan / tidak dikembalikan
Sumber Data :
Waktu Pelaporan : Dalam 1 semester
Frekuensi Pelaporan : 1 semester
Target Kinerja : 5%
Jumlah Sampel : Semua data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Area monitoring : Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dilaboratorium
klinik

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


Judul Indikator : Angka kesalahan pengerjaan golongan darah
Definisi Indikator : Angka tingkat ketidakpatuhan analis dalam melakukan
pemeriksaan golongan darah sesuai dengan SPO
Bagian / Unit : Bagian Laboratorium Rawat Jalan
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Laboratorium
Kebijakan Mutu : -
Rasionalisasi : Ketidakpatuhan analis dalam melakukan pemeriksaan
golongan darah sesuai dengan SPO mengakibatkan
kegagalan dalam pemberian darah
Formula Kalkulasi : Jumlah kejadian kesalahan pengerjaan
golongan darah dalam kurun waktu 1 bulan
-------------------------------------------------------- x100 %
Jumlah pasien yang periksa golongan darah
dalam waktu yang sama
Pembilang : Jumlah kejadian kesalahan pengerjaan golongan darah
(Numerator) dalam kurun waktu 1 bulan
Penyebut : Jumlah pasien yang periksa golongan darah dalam waktu
(Denominator) yang sama
Kriteria Inklusi : Semua permintaan pemeriksaan golongan darah
Kriteria Eksklusi : Pemeriksaan duplo dan pemeriksaan yang dibatalkan
Metode :
Pengumpulan Data
Tipe Pengukuran :
Sumber Data : Dokumen pemeriksaan golongan darah pasien
Waktu Pelaporan : Tiap bulan
Frekuensi Pelaporan : 1 bulan
Target Kinerja : 0%
Jumlah Sampel : Semua data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Area monitoring : Akurasi hasil pemeriksaan laboratorium
Rencana komunikasi : Sosialisasi lisan dan tertulis
pelaporan hasil pada
staff

41
B. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin
Jepara. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
dilaksanakan oleh pihak pemerintah dan swasta.
Hingga saat ini Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara telah mengikuti
kegiatan PME yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI. Kegiatan
PME tingkat nasional yang telah diselenggarakan oleh pemerintah dan yang telah
diikuti laboratorium rumah sakit sampai saat ini adalah :
a. Pemantapan Mutu Eksternal bidang Kimia Klinik yang dikenal dengan
PNPME-K (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Bidang Kimia
Klinik). Dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan ILKI.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan perhitungan VIS (Variace Index
Score) dengan nilai 0 400. Makin kecil nilai VIS yang diperoleh berarti
semakin baik penampilan laboratorium tersebut.
b. Pemantapan Mutu Eksternal bidang Hematologi yang dikenal dengan PNPME-
H (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Bidang Hematologi).
Diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan ILKI.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan perhitungan ID (Index Deviasi)
dengan nilai 0 hingga > 3. Semakin kecil nilai yang diperoleh oleh suatu
laboratorium berarti semakin baik penampilan laboratorium tersebut.
c. Pemantapan Mutu Eksternal bidang Urinalisis yang dikenal dengan PNPME-U
(Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Bidang Urinalisis).
Diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan ILKI.
Penilaian dilakukan dengan kriteria rerata hasil PME yaitu 91 100 (sangat
baik), 81 90 (baik), 71 80 (cukup), 61 70 (perlu perbaikan) dan 60
(perlu perbaikan segera).
d. Pemantapan Mutu Eksternal bidang Imunologi yang dikenal dengan PNPME-I
(Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Bidang Imunologi). Penilaian
dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan nilai 0 4. Semakin
tinggi nilai yang didapat oleh suatu laboratorium berarti semakin baik
penampilan laboratorium tersebut.
Pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) terdiri dari beberapa tahap
yang harus dilakukan. Tahap-tahapnya meliputi :
a. Persiapan
1) Dilaksanakan 2 siklus setiap tahunnya
2) Calon peserta mengirimkan surat pendaftaran
3) Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar dengan membayar biaya
PME
4) Calon peserta diseleksi, bila sudah memenuhi syarat maka diberi nomor
peserta
5) Peserta menerima kiriman bahan kontrol (serum kontrol)
b. Pengiriman Serum Kontrol
1) Serum kontrol dikirim kepada peserta sekaligus
2) Kelengkapan dokumen terdiri dari :
Formulir hasil
Petunjuk pelaksanaan
Daftar alat dan reagen
Daftar pemeriksa

42
3) Dikirimkan kepada Kepala Laboratorium atau Direktur Rumah Sakit
4) Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan :
Sumber bahan kontrol
Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan
bahan kimia murni. Apabila bahan yang diperiksa adalah bahan dari
manusia maka lebih baik menggunakan bahan kontrol dari manusia.
Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuknya, bahan kontrol ada beberapa macam : bentuk
cair, padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Pada umumnya bentuk
padat lebih stabil dan lebih tahan lama daripada bentuk cair. Bentuk strip
merupakan bentuk padat bubuk yang dikemas dalam strip sehingga
memudahkan transportasi.
Penggunaan bentuk padat bubuk atau strip harus dilarutkan lebih
dahulu dengan aquabidest. Pada umumnya pemeriksaan di bidang kimia
klinik dan imuno-serologi menggunakan bentuk padat bubuk (liofilisat)
atau bentuk cair (pooled sera). Di bidang hematologi digunakan bentuk
cair, padat bubuk atau strip.
c. Pemeriksaan Serum Kontrol
1) Serum kontrol diperiksa sesuai dengan tanggal yang ditetapkan
2) Sifat pemeriksaan :
Hasil laboratorium itu sendiri
Menggunakan alat dan reagen rutin
Dikerjakan oleh tenaga pelaksana yang biasa memeriksa
3) Hasil dikirim secepatnya setelah ditandatangani penanggung jawab atau
kepala laboratorium
d. Hasil Pemantapan Mutu Eksternal
1) Hasil yang diterima di Dit BPPM dicatat tanggal terima untuk masing-
masing siklus
2) Petugas memasukkan data ke komputer
3) Sifat pengolahan data berdasarkan :
Metode pemeriksaan
Alat yang digunakan
Jumlah data yang ada

C. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH


Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur)
yang berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah
identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari
seluruh proses siklus (daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan
selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul
apabila :
Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat
penyimpangan
Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan
tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah
diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang
tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah
terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses
siklus akan berulang mulai tahap pertama.

43
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Islam


Sultan Hadlirin Jepara ini memiliki peranan penting bagi pelaksanaan kegiatan
sehari-hari tenaga laboratorium yang bertugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan khususnya pelayanan di laboratorium.
Penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Patologi Klinik ini
adalah langkah awal menuju suatu proses yang panjang sehingga memerlukan
dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai
tujuannya. Kami menyadari bahwa pedoman pelayanan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami menerima kritik dan saran guna penyempurnaan
pedoman ini.
Semoga Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Patologi Klinik ini
bermanfaat bagi petugas laboratorium dan seluruh orang yang bekerja di Rumah
Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada
pasien yang datang ke rumah sakit ini.

44

Anda mungkin juga menyukai