Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN PENGELOLAAN LOGISTIK

LABORATORIUM RSU dr. SUYUDI


PACIRAN
RUMAH SAKIT UMUM dr. SUYUDI
Jalan Raya Daendles, Paciran, Kab. Lamongan
Telp/Fax/HP : (0322) 661412 / ( 0322 ) 666293/ 081330758300
Email : rsu.suyudi@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


RUMAH SAKIT UMUM dr. SUYUDI PACIRAN
NOMOR : 1655/SK/RSU.SY/VIII/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PEMELIHARAAN PERALATAN
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. SUYUDI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM dr. SUYUDI

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah


Sakit Umum dr. Suyudi maka diperlukan panduan pemeliharaan
peralatan;
b. Bahwa untuk merawat alat medis Rumah Sakit Umum dr.
Suyudi melaksanakan pemeliharaan peralatan dan perawatan
dengan cara membersihkan, mendensifeksi atau mensterilkan
serta menyimpannya;
c. Bahwa untuk kepentingan tersebut huruf a sampai b diatas, perlu
ditetapkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
MENGINGAT : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
5. 1087/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

: SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM dr.


SUYUDI PACIRAN LAMONGAN TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PEMELIHARAAN
PERALATAN DI RUMAH SAKIT.
:
Panduan Pemeliharaan peralatan di Rumah Sakit Umum dr. Suyudi
Paciran Lamongan sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat
Keputusan ini;
:

Panduan ini harus dibahas sekurang – kurangnya setiap 3 (tiga)


tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan
sesuai dengan perkembangan yang ada;
:

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan


ketentuan apabila dikemudian hari dapat kesalahan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lamongan
Pada Tanggal : 06 Agustus 2018
RUMAH SAKIT UMUM dr. SUYUDI
Direktur,

dr. Yuliarto Dwi Martono, MM. Kes


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Laboratorium Klinik sebagai salah satu instalasi penunjang di Rumah
Sakit Umum dr. Suyudi Paciran berperandalam membantu penegakan diagnosis,
monitoring pengobatan dan menentukan prognosis suatu penyakit. Dalam rangka
mewujudkan instalasi penunjang yang terpercaya, Instalasi Laboratorium Klinik selalu
memperhatikan mutu agar dapat memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium
yang cepat, akurat dan presisi.
Laboratorium yang memenuhi standar mutu dilengkapi dengan ketersediaan
reagensia dan peralatan laboratorium yang akurat, presisi, handal serta selalu
mengutamakan keselamatan pasien dan ketepatan. Hal tersebut umumnya
membutuhkan biaya investasi cukup tinggi, oleh sebab itu harus dimanfaatkan secara
optimal sehingga pembiayaan menjadi efektif. Agar reagen dan peralatan laboratorium
yang digunakan di Instalasi Laboratorium Klinik selalu baik, maka sangat dibutuhkan
kegiatan pengelolaan yang tepat.
Pengelolaan merupakan suatu kegiatan dari mulai perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan, penghapusan reagen dan peralatan laboratorium dengan
tujuannya agar reagen dan alat dapat dimanfaatkan secara optimal, layak pakai dan
tepat. Optimalisasi penggunaan bertujuan agar usia pakai lebih besar dari biaya
investasi, sedangkan layak pakai bertujuan agar pengguna alat mendapatkan
perlindungan dan pelayanan yang bermutu.
World Health Organization(WHO) menyebutkan bahwa hampir 50% peralatan
medik di negara berkembang tidak dapat digunakan, hal ini disebabkan karena
perencanaan yang tidak tepat, tidak dilakukan pemeliharaan dan tidak tersedianya
sumber daya yang dapat menggunakan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Sebagai panduan di laboratorium dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
reagen dan peralatan di Instalasi Laboratorium Klinik RSU dr. Suyudi Paciran untuk
mendapatkan hasil pelayanan laboratorium yang akurat dan aman bagi pasien di
rumah sakit.

1
2. Tujuan Khusus :
a. Mendapatkan reagen dan peralatan laboratorium yang akurat dan terjamin
mutunya
b. Tindakan preventive agar reagen dan peralatan tidak mengalami kerusakan
c. Memperpanjang masa pakai peralatan
d. Akurasi pengukuran peralatanlaboratorium lebih tepat

2
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan di Instalasi Laboratorium Klinik RSU dr.
Suyudi Paciran untuk melaksanakan pengelolaan peralatan laboratorium adalah:
1. Perencanaan, seleksi dan pengadaan alat
2. Pembuatan MoU
3. Instalasi dan pengujian peralatan baru
4. Inventarisasi peralatan baru
5. Edukasi staf
6. Pemeliharaan rutin
7. Kalibrasi
8. Troubleshooting
9. Perbaikan alat yang rusak
10. Retiring (labeling alat bahwa alat tidak digunakan lagi) dan disposing (menentukan umur
pemakaian alat)
11. Re-inventarisasi
12. Monitoring dan evaluasi

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Reagensia
Reagensia adalah pereaksi yang paling banyak di gunakan dalam laboratorium
klinik untuk melaksanakan kegiatan analisa hingga didapatkan hasil kegiatan uji.
1. Jenis-Jenis Reagensia
Berdasarkan jenisnya reagensia dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu
a. Reagensia komersial
Direkomendasikan sebagai reagen yang di gunakan dalam analisa di
laboratorium karena sudah diatur komposisi,ketelitian hingga keakuratan untuk
pemeriksaan
b. Reagensia buatan sendiri
Reagensia yang di buat sendiri di karenakan tidak tersedianya reagen
komersial
2. Pengelolaan Reagen
a. Permintaan
Apabila reagen atau bahan laboratorium hampir habis atau tinggal sedikit
maka petugas laborat membuat permohonan permintaan pengaadan reagensia
dan bahan ke suplayer reagen supaya reagen baru segera dikirim.
b. Penggunaan dan penyimpanan reagensia
1) Penyimpanan Reagen
a) Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan
(labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder
(secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard
information).
b) Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan
sifatnya: flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.
c) Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu
d) Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust
fan, lampu ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi
dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yg baik Karena ada

4
beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 C, pantau suhu
ruangan maksimal 30 C.
e) Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas
atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan
harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar
ruangan. Pada penataan bahan kimia pun diperlukan sumber literatur
untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut.
Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.
f) Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau
dengan air kran.
g) Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan,
memasang perhatian APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.
h) Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah
lembar data keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS).
Informasi MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus
muncul pada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan
juga pada kemasan bahan tersebut.
i) Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
i. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
 Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.
 Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired
first out). Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak
akibat penyimpanan yang terlalu lama.
ii. Tempat penyimpanan.
iii. Suhu/kelembaban.
iv. Sirkulasi udara.
v. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.

2) Penyimpanan Reagen yang Bersifat Berbahaya


Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan
khusus, antara lain :
a) Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat
berbahaya dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar
5
tidakterjadi kecelakaan akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut.
Salah satupersyaratan kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut
adalah sistem tanggap darurat dan prosedur penanganannya.
b) Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis
tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat
apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat
kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
c) Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya
lain seperti api, gas beracun, dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia
tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling
tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d) Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada
timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable
daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
e) Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak
memenuhi spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat
digunakan tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola
sebagai limbah berbahaya dan beracun. Kadaluwarsa adalah bahan
yang karena kesalahan dalam penanganannya menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan tersebut
tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f) Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan
beracun adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat
masih dalam penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam
pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya
reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan cepat dan
tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus
keadaan darurat (emergency).
g) Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven
pada suhu 100-110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam,
sedangkan penyimpanan reagen yang bersifat hidrat disimpan pada
eksikator.

6
3) Cara Pewadahan Reagen
Untuk mejaga keamanan dan kualitas reagen perlu dilakukan
pewadahan.
a) Kriteria wadah reagen yang baik antara lain :
i. Botol yang gelap / berwarna coklat, hal ini dilakukan agar dapat
terhindar dari sinar matahari.
ii. Wadah reagen tidak bocor.
iii. Wadah reagen harus bermulut kecil, dan tertutup rapat.
iv. Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca.
v. Wadah reagen harus steril.
vi. Tidak bereaksi dengan bahan kimia dari reagen yang
diwadahkan.
Untuk reagen cair, diwadahkan pada botol yang memenuhi kriteria
seperti di atas. Reagen yang bervolume kecil, diwadahkan pada botol
berukuran kecil. Sedangkan pada reagen yang bervolume besar,
diwadahkan pada botol ukuran besar atau jerigen yang berbahan kaca.
Untuk reagen serbuk, jika berisi banyak, dapat diwadahkan pada botol
dengan mulut agak lebar, hal ini bertujuan agar mudah dalam waktu
pengambilan reagen pada waktu penimbangan.
Hal penting yang harus selalu di ingat pada saat pewadahan reagen
yaitu, pemberian label yang berisi, nama reagen, tanggal pembuatan, paraf
pembuat reagen, tanggal penerimaan, konsentrasi dan pelarut pada botol
atau wadah reagen.

4) Pelabelan Bahan Kimia dan Reagen


Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok
bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah
untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan
toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya
rendah. label bahan flammable label bahan oksidator label bahan toksik
label bahan korosif label bahan dengan tingkat bahaya rendah.
Reagen harus dibeli dalam wadah yang ukurannya tepat sehingga
isinya dapat digunakan semua dalam beberapa bulan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya deteriorasi mutu.
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang
jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya,

7
tanggal diterima dan dipakai. Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu
wadah agar dapat berfungsi dengan baik :
a) Harus dapat melindungi reagen dari kotoran dan kontaminasi sehingga
reagen tetap bersih.
b) Harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air , gas,
dan penyinaran (cahaya).
c) Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah dalam
pengangkutan dan distribusi.
d) Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan
norma atau standar yang ada.
e) Dapat menunjukkan identitas, informasi dan penampilan reagen yang
jelas.

5) Hal-Hal Khusus yang Harus diperhatikan:


a) Reagen Buatan Sendiri
i. Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen
tertentu tidak boleh disimpan berdekatan atau dicampur karena
dapat bereaksi.
ii. Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan
khusus, misalnya:
 Larutan berwarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat.
 Larutan yang tidak mengalami reaksi fotokimia di simpan
dalam botol plastik putih.
iii. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna
coklat.
iv. Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8°C) atau harus
beku disesuaikan dengan ketentuannya.
v. Harus dilakukan uji stabilitas dan uji homogenitas.
vi. Diberi label nama reagen, tanggal pembuatan, nomor register,
expired date.
b) Reagen jadi (komersial)
i. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
ii. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
iii. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna
gelap.

8
iv. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang
berdekatan satu dengan lainnya.
v. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai
dengan label tanda bahaya.
Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa,
tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa
serta paraf tenaga pemeriksa yang menggunakan.
Penggunaan maupun penyimpanan reagen amatlah sangat harus di
perhatikan untuk reagen yang biasa di gunakan di simpan dalam lemari pada suhu
kamar, ada juga beberapa reagen yang harusdisimpan di dalam kulkas.
3. Evaluasi Reagen
Ada beberapa cara untuk mengevaluasi reagen di antaranya:
a. Setiap reagen yang perlu untuk di lakukan pemeriksaan harus di perhatikan
tanggal kadarluwarsanya
b. Jika reagen yang kita periksa ternyata terdapat tanda-tanda kerusakan seperti
timbul kotoran atau endapan,kekeruhan dan perubahan warna maka perlu kita
tes apakah reagen layak untuk di pakai
c. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan maka perlu di hentikan
atau di bandingkan dengan reagen yang lain yang masih bisa di gunakan untuk
pemeriksaan
d. Untuk mengetes reagen antigen atau antibodiperlu kita perhatikan sebagai
berikut;
1) Penggunaan reagen harus mengikuti pentujuk pabrik
2) Setiap menggunaakan antigen atau antibodi dalam botol harus di kocok
dahulu supaya warna antigen dalam botol sama
3) Hindarilah pembekuan dan beberapa reagen yang tidak boleh di bekukan
4) Jangan memakai antigen bila masa kadarluarsa telah melewati batas
waktu
e. Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis dan pemantauan
pengobatan maka untuk menjaga mutu hasil pemeriksaaan maka perlu di
perhatikan
1) Pemeriksaan di lakukan berulang dengan sampel yang sama jika terjadi
hasil yang tidak normal
2) Nilai pemeriksaan menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai
sebenarnya yang telah ditentukan nilai rujukan.

9
B. Peralatan Laboratorium
Peralatan laboratorium merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pelayanan pemeriksaan laboratorium. Oleh sebab itu
kondisi dan fungsi peralatan laboratorium harus baik dan dapat mendukung pelayanan
pemeriksaan laboratorium. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya pengelolaan
peralatan laboratorium dengan baik dan terpadu meliputi:
1. Perencanaan, pemilihan dan pengadaan alat
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan peralatan laboratorium yang berkaitan dengan suatu
pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis
dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan
terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi,
tanggung jawab dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga peralatan laboratorium dapat
digunakan secara efektif, efisien danbermutu.
Perencanaan kebutuhan peralatan laboratorium dilakukan oleh Kepala
Instalasi Laboratorium Klinik dengan berdiskusi sebelumnya dengan para anggota
laboratorium yang kemudian nanti dilakukan pengajuan ke bagian keuangan dan
direktur serta memperhatikan jumlah pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan menggunakan alattersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Analisis
perencanaan meliputi:
a. Asumsi jumlah pemeriksaan
Asumsi jumlah pemeriksaan dibuat berdasarkan kecenderungan jumlah
pemeriksaan pada tahun-tahun sebelumnya ditambah perkiraan pennigkatan
jumlah pemeriksaan pada tahun-tahun berikutnya.
b. Asumsi harga peralatan
Asumsi harga peralatan dibuat berdasarkan penawaran peralatan
laboratorium yang telah diperoleh oleh Instalasi Laboratorium Klinik Terpadu.
c. Asumsi tarif pemeriksaan laboratorium
Asumsi tarif pemeriksaan laboratorium ditentukan dari 2 komponen yaitu
Jasa Sarana (JS) dan Jasa Pelayanan (JP). Komponen JS meliputi biaya
reagen, bahan medik habis pakai (BMHP), alat tulis, pemeliharaan alat,
pemeliharaan gedung, penyusutan alat, penyusutan gedung, listril, telpon, air
dan biaya lain-lain. Komponen JP dibuat berdasarkan tingkat kesulitan dan
kesetaraan dengan biaya di rumah sakit maupun laboratorium klinik swasta
lainnya di Lamongan.

10
d. Kesimpulan sementara
Besaran asumsi tarif pemeriksaan laboratorium yang disusun menjadi
salah satu pertimbangan kelayakan usulan pengadaan peralatan laboratorium.
Selain itu pertimbangan urgensi dan pertimbangan lainnya dalam menentukan
pengadaan peralatan laboratorium juga berperan dalam penilaian kelayakan
usulan pengadaan peralatan laboratorium. Perencanaan yang telah dibuat
diusulkan kepada Direksi untuk selanjutnya didiskusikan untuk sapat
melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu pemilihan alat.
Dalam pemilihan peralatan laboratorium, terdapat beberapa faktor yang
dipertimbangkan, yaitu:
a. Sesuai kebutuhan
Alat yang dipilih adalah alat yang sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
dibutuhkan. Volume dan jenis sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan
laboratorium dipilih yang paling mudah diperoleh dan paling sedikit.
b. Akurat dan presisi
Data akurasi dan presisi diperoleh dari brosur alat yang disertakan dalam
penawaran. Selain itu data akurasi dan presisi yang lebih dipercaya dapat
diperoleh dari penelitian-penelitian yang menggunakan alat tersebut. Jika
diperlukan dapat dilakukan uji akurasi dan presisi di RSU dr. Suyudi Paciran
untuk mengetahui seberapa akurat dan presisi alat tersebut. Orisinalitas
reagen menjadi hal utama dalam pemilihan alat laboratorium karena dapat
memberikan jaminan akurasi dan presisi.
c. Mudah digunakan
Hal tersebut dapat dinilai dari brosur alat, penjelasan teknisi alat,
pengamatan dan pengalaman di laboratorium lain yang menggunakan alat
tersebut.
d. Pemeliharaan dan perawatan mudah dan murah
Hal tersebut dapat dinilai dari brosur alat, penjelasan teknisi alat,
pengamatan dan pengalaman di laboratorium lain yang menggunakan alat
tersebut.
e. Handal
Hal tersebut dapat dinilai dari brosur alat, penjelasan teknisi alat,
pengamatan dan pengalaman di laboratorium lain yang menggunakan alat
tersebut.

11
f. Sesuai dengan fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus sesuai dengan fasilitas yang ada di Instalasi
Laboratorium Klinik RSU dr. Suyudi Paciranmeliputi ruangan, daya listrik dan
sabagainya.
g. Jaminan ketersediaan reagen dan bahan pendukung, spare part dan teknisi
Hal tersebut dapat dinilai pengamatan dan pengalaman di laboratorium
lain yang menggunakan alat tersebut serta reputasi rekanan / pemasok /
vendor yang menawarkannya.
h. Rekanan yang terpercaya
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan rekanan yang terpercaya
adalah memiliki reputasi yang baik, memberikan fasilitas uji fungsi,
menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting, menyediakan
fasilitas pelatihan dalam menggunakan alat, pemeliharaan dan perbaikan
sederhana, memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, mempunyai
teknisi yang handal dan kemudahan memperoleh spare part serta peralatan
yang akan digunakan sudah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mendapat
izin edar.

Tahapan selanjutnya adalah proses pengadaan. Terdapat 2 sistem yang


dapat digunakan dalam proses pengadaan peralatan laboratorium yaitu secara
pembelian atau secara kerjasama operasional (KSO). Usulan pengadaan alat baik
secara pembelian maupun KSO disampaikan kepada Bagian Penunjang Medik
yang selanjutnya akan dilakukan proses diskusi dan kajian dengan Direksi,
Pengadaan RSU dr. Suyudi Paciran, Kepala Instalasi Laboratorium Klinik dan
analis laboratorium.Ketentuan lainnya tentang mekanisme pengadaan mengikuti
aturan Pengadaan RSU dr. Suyudi Paciran.
2. Pembuatan MoU
Pembuatan MoU dilaksanakan oleh Bagian Humas yang akan berkoordinasi
dengan Instalasi Laboratorium Klinik, Bagian Penunjang Medik, Direksi dan
rekanan pemasok alat laboratorium yang bersangkutan. Isi MoU mencakup:
a. Merek dan tipe alat
b. Spesifikasi alat dan reagen
c. Masukan-masukan selama koordinasi berlangsung

12
3. Instalasi dan Pengujian Peralatan Baru
Instalasi dan pengujian peralatan baru dilakukan oleh rekanan dan disaksikan
oleh Instalasi Laboratorium Klinik, dan Bagian Penunjang Medik. Tahapan yang
dilalui meliputi:
a. Penjadwalan instalasi dan pengujian alat
b. Penentuan lokasi penempatan alat
c. Pengecekan alat dengan melihat kesesuaian antara check list / dokumen
peralatan yang sudah ditandatangani dengan jenis dan jumlah peralatan baru
termasuk aksesoris dan kelengkapan pendukungnya
d. Pemasanganalat
e. Pemasangan reagen
f. Menghidupkan dan mematikan alat
g. Uji fungsi
h. Kalibrasi
i. Uji presisi dan akurasi
j. Penandatanganan dokumen instalasi dan pengujian peralatan baru
4. Inventarisasi Peralatan Baru
Inventarisasi peralatan baru merupakan kegiatan lanjutan dari instalasi dan
pengujian peralatan baru. Inventarisasi peralatan baru adalah kegiatan pendataan
jenis, jumlah dan kondisi peralatan laboratorium baru yang dilakukan oleh Tim MFK
RSU dr. Suyudi Paciranbekerjasama dengan Instalasi Laboratorium Klinik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Hasil akhir inventarisasi peralatan baru adalah stiker inventaris aset dan
dokumen inventaris peralatan baru. Inventarisasi peralatan baru merupakan bagian
dari re-inventarisasi yang dilaksanakan 1 tahun sekali.
5. Edukasi Staf
Setelah dilakukan instalasi peralatan baru, tahapan selanjutnya adalah
edukasi yang dilakukan oleh teknisi alat kepada petugas laboratorium meliputi:
a. Menghidupkan dan mematikan alat
b. Kontrol kualitas dan kalibrasi
c. Penggunaan alat
d. Trouble shooting
e. Pemeliharaan rutin
f. Aspek keselamatan

13
Aspek keselamatan yang harus diedukasikan adalah aspek bahaya listrik,
mekanik, kimia dan radiasi yang mungkin dapat ditimbulkan oleh alat tersebut.
Pencegahan dan penanganan atas aspek tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari edukasi.
6. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan / disusun. Dalam
pelaksanaannya terdapat 3 jenis pemeliharaan rutin, yaitu:
a. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan  pemeliharaan
berupa perawatan dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari
oleh operator dan kegiatan pengaturan, pelumasan serta penggantian bahan
yang dilaksanakan oleh teknisi secara berkala. Untuk jenis alat tertentu
pemeliharaan preventif dapat dilaksanakan pada saat alat sedang
beroperasional (running maintenance) melalui pemeriksaan dengan melihat,
merasakan dan mendengarkan bekerjanya alat, tanpa maupun menggunakan
alat ukur. Pada waktu running maintenance dilakukan juga pelumasan,
penyetelan bagian-bagian alat tertentu jika diperlukan. Selain itu dapat juga
dilakukan pada waktu alat tidak operasional (shut down maintenance) yaitu alat
dalam keadaan dimatikan lalu dilakukan pemeliharaan.
b. Pemeliharaan Korektif
Adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku
cadang. Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi
peralatan yang rusak ke kondisi siap operasional, layak pakai dan dapat
berfungsi dengan baik. Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi.
Kalibrasi dapat dilakukan secara otomatis maupun manual penggunaan alat
khusus yang dilakukan oleh pihak yang berwenang. Perbaikan korektif
dilakukan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan dilakukan secara
terencana. Pemeliharaan korektif dilakukan oleh IPSRS atas permintaan dari
Instalasi Laboratorium Klinik Terpadu.
c. Pemeliharaan Tidak Terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang
bersifat  darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak,
tidak terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat
dibutuhkan dalam pelayanan. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat

14
ditekan serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan
terencana. 
7. Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses yang dilakukan untuk menghubungkan antara sinyal
dari instrumen dengan kadar analit. Kalibrasi sangat menentukan akurasi dan
presisi dari hasil pemeriksaan laboratorium. Kalibrasi dapat dilakukan sendiri
menggunakan kalibrator atau dapat dilakukan oleh pihak yang berwenang untuk
melakukan kalibrasi. Kalibrasi terbagi menjadi 2 kegiatan yaitu:
a. Kalibrasi Rutin
Kalibrasi rutin adalah kegiatan kalibrasi yang dilakukan secara terencana,
yaitu setiap penggantian reagen yang dilakukan oleh petugas laboratorium dan
setiap tahun yang dilakukan oleh petugas IPSRS. Bukti telah dilakukannya
kalibrasi adalah dengan menggunakan sertifikat atau tanda telah dilakukannya
kalibrasi yang dibuat oleh petugas yang melakukan kalibrasi.
b. Kalibrasi Tidak Rutin
Kalibrasi tidak rutin adalah kegiatan kalibrasi yang dilakukan secara tidak
terencana, misalnya pada saat hasil evaluasi kontrol kualitas (QC)
menunjukkan adanya kesalahan sistematis maupun petunjuk lainnya yang
mendukung untuk segera dilakukannnya kalibrasi.
8. Troubleshooting
Troubleshooting adalah pemecahan masalah terhadap permasalahan pada
peralatan laboratorium. Trouble shooting setiap alat-alat laboratorium sudah
tercantum di buku manual dari masing-masing alat laboratorium. Jika petugas
laboratorium / IPSRS tidak mampu menangani trouble shooting, maka petugas
laboratorium melaporkan kepada rekanan alat untuk dilakukan tindak lanjut.
9. Perbaikan Alat Yang Rusak
Jika terjadi kerusakan alat, petugas laboratorium akan mencobanya untuk
memperbaiki dengan cara sederhana yang telah diberikan oleh teknisi alat. Jika
belum berhasil maka petugas laboratorium akan menghubungi teknisi alat dan
IPSRS untuk dilakukan perbaikan lebih lanjut. Proses perbaikan kemudian akan
dilakukan oleh teknisi alat dan petugas IPSRS.
10. Retiring (labeling alat bahwa alat tidak digunakan lagi) dan disposing (menentukan
umur pemakaian alat)
Retiring adalah kegiatan memberikan label bahwa alat sudah tidak dapat
digunakan lagi. Proses retiring dilakukan oleh Instalasi Laboratorium Klinik bersama
dengan IPSRS, Tim MFK, Bagian Penunjang Medik dan Bagian Keuangan. Selama

15
masih dalam proses Retiring, alat diletakkan di Instalasi Laboratorium Klinik.
Disposing adalah memindahkan alat yang telah diberi label retired ke lokasi
penampungan di luar Instalasi Laboratorium Klinik sebelum alat tersebut
dimusnahkan / dibuang.
11. Re-invetarisasi
Re-inventarisasi merupakan kegiatan rutin tahunan dalam melakukan
pendataan ulang jenis dan jumlah peralatan laboratorium. Kegiatan ini dilakukan
oleh Tim MFKRSU dr. Suyudi Paciranbekerjasama dengan Instalasi Laboratorium
Klinik. Hasil akhir dari kegiatan re-inventarisasi adalah dokumen re-inventarisasi
dan penempelan stiker inventaris aset.
12. Monitoring dan evaluasi
a. Analisis biaya atas pembelian alat, reagen dan bahan pendukung dengan
pendapatan atas pemeriksaan laboratorium yang dilakukan menggunakan alat
tersebut
b. Analisis performa alat yang dinilai dari kontrol kualitas harian, Pemantapan
Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu eksternal (PME)
c. Analisis kehandalan alat yang dinilai dari frekuensi service
d. Analisis kemudahan operasionalitas dibandingkan dengan alat lain

16
BAB IV
PENUTUP

Reagensia merupakan pereaksi yang paling banyak di gunakan dalam laboratorium


klinik untuk melaksanakan kegiatan analisa sehingga di dapatkan hasil kegiatan uji.
Reagensia yang telah di buat harus diberi label pada botolnya supaya tidak tertukar.
Apabila reagensia yang telah rusak atau telah lama di buat maka perlu dibuat baru
atau di buang. Ada beberapa reagensia yang stabil hingga bertahun-tahun dan ada juga
yang stabil hanya 1 bulan saja oleh karena itu,perlu pengetahuan lebih dalam kestabilan tiap
reagensia yang dipakai.

17
18

Anda mungkin juga menyukai